Anda di halaman 1dari 14

1.

TAHAN NAFAS, TEKANAN PERNAFASAN


TUJUAN :
1. Menetapkan tercapainya breaking point seseorang pada waktu menahan napas pada
berbagai kondisi pernafasan.
2. Menerangkan perbedaan lamanya menahan nafas pada kondisi pernafasan yang berbedabeda.
3. Mengukur tekanan pernafasan dengan manometer air raksa dan manometer air.
ALAT YANG DIPERLUKAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Stopwatch/ arloji
Beberapa kantong plastic : yang kosong, yang berisi O2, yang berisi CO2 10%
Sfigmomanometer + stetoskop
Alat analisis gas Fyrite : untuk CO2
Manometer air raksa + botol perangkap
Manometer air

Teori Dasar
Fungsi utama paru-paru yaitu untuk pertukaran gas antara darah dan atmosfer (West,
1974).
Untuk melaksanakan fungsi tersebut, pernapasan dapat dibagi menjadi empat mekanisme dasar,
yaitu:
1. Ventilasi paru, yang berarti masuk dan keluarnya udara antara alveoli dan atmosfir
2. Diffusi dari oksigen dan karbon dioksida antara alveoli dan darah
3. Transport dari oksigen dan karbon dioksida dalam darah dan cairan tubuh ke dan dari sel
4. Pengaturan ventilasi (Guyton & Hall, 1996).
Ventilasi merupakan suatu proses pemindahan udara inspirasi ke dalam alveolar (Astrand,
1970). Ventilasi paru tersebut dipengaruhi oleh:
1. Volume paru
2. Resistensi terhadap aliran yang terjadi di dalam saluran nafas
3. Sifat elasitik atau daya kembang paru dan dinding dada (Sodeman, 1995).

Pada saat beraktivitas, ventilasi meningkat pula sesuai dengan beratnya aktivitas tersebut
(Astrand, 1970).
Volume paru normal sangat dipengaruhi oleh ukuran sistem pernapasan dan usia. Volume
paru pria juga lebih besar daripada wanita. Pada saat gerak badan, ambilan oksigen dapat
1

mencapai 4-6 liter per menit dan volume udara inspirasi per menit dapat meningkat sampai dua
puluh kali lipat. Keadaan ini dicapai dengan peningkatan volume tidal dan frekwensi pernapasan
(Horisson, 1997).
Compliance atau daya kembang paru adalah perubahan volume per liter yang disebabkan
oleh tiap perubahan satu unit cmHg (Astrand, 1970). Daya kembang paru juga tergantung pada
ukuran paru. Jadi daya kembang bayi lebih kecil daripada orang dewasa, dan daya kembang
orang yang berbadan kecil juga berbeda dengan daya kembang orang yang berbadan besar
(Guyton & Hall, 1996).
Uji fungsi paru terbagi atas dua kategori, yaitu uji yang berhubungan dengan ventilasi
paru dan dinding dada, serta uji yang berhubungan dengan pertukaran gas. Uji fungsi ventilasi
termasuk pengukuran volume paru-paru dalam keadaan statis atau dinamis. Uji fungsi paru ini
dapat memberikan informasi yang berharga mengenai keadaan paru, walaupun tidak ada uji
fungsi paru yang dapat mengukur semua kemungkinan yang ada. Metode sederhana untuk
meneliti ventilasi paru adalah merekam volume pergerakan udara yang masuk dan keluar dari
paru, dengan proses yang dinamakan spirometri, dengan menggunakan spirometer. Dari
spirometri didapatkan dua istilah yaitu volume dan kapasitas paru (Guyton & Hall, 1996;
Astrand, 1970).
Volume Paru
Berdasarkan gambar di atas, volume paru terbagi menjadi 4 bagian, yaitu:
1. Volume Tidal adalah volume udara yang diinspirasi atau diekspirasi pada setiap kali
pernapasan normal. Besarnya 500 ml pada rata-rata orang dewasa.
2. Volume Cadangan Inspirasi adalah volume udara ekstra yang diinspirasi setelah volume
tidal, dan biasanya mencapai 3000 ml.
3. Volume Cadangan Eskpirasi adalah jumlah udara yang masih dapat dikeluarkan dengan
ekspirasi kuat pada akhir ekspirasi normal, pada keadaan normal besarnya 1100 ml.
4. Volume Residu, yaitu volume udara yang masih tetap berada dalam paru-paru setelah
ekspirasi kuat. Besarnya 1200 ml (Guyton & Hall, 1996; Astrand, 1970).
Kapasitas Paru
Kapasitas paru merupakan gabungan dari beberapa volume paru dan dibagi menjadi
empat bagian, yaitu:

1. Kapasitas Inspirasi, sama dengan volume tidal + volume cadangan inspirasi. Besarnya
3500 ml, dan merupakan jumlah udara yang dapat dihirup seseorang mulai pada tingkat
ekspirasi normal dan mengembangkan paru sampai jumlah maksimum.
2. Kapasitas Residu Fungsional, sama dengan volume cadangan inspirasi + volume residu.
Besarnya 2300 ml, dan merupakan besarnya udara yang tersisa dalam paru pada akhir
eskpirasi normal.
3. Kapasitas Vital, sama dengan volume cadangan inspirasi + volume tidal + volume cadangan
ekspirasi. Besarnya 4600 ml, dan merupakan jumlah udara maksimal yang dapat
dikeluarkan dari paru, setelah terlebih dahulu mengisi paru secara maksimal dan kemudian
mengeluarkannya sebanyak-banyaknya.
4. Kapasitas Paru Total, sama dengan kapasitas vital + volume residu. Besarnya 5800 ml,
adalah volume maksimal dimana paru dikembangkan sebesar mungkin dengan inspirasi
paksa (Guyton & Hall, 1996; Astrand, 1970).
Volume dan kapasitas seluruh paru pada wanita 20-25% lebih kecil daripada pria, dan
lebih besar pada atlet dan orang yang bertubuh besar daripada orang yang bertubuh kecil dan
astenis (Guyton & Hall, 1996)
TATA KERJA
1.

TAHAN NAPAS
Tetapkanlah lamanya o.p dapat menahan napas (dalam detik) dengan cara menghentikan

pernapasan dan menutup mulut dan hidungnya sendiri sehingga tercapai breaking point pada
berbagai kondisi pernapasan (beri istirahat 5 menit antara 2 percobaan).
1.
2.
3.
4.
5.

Pada akhir inspirasi biasa (52 detik)


Pada akhir ekspirasi biasa (38 detik)
Pada akhir inspirasi tunggal yang kuat (44 detik)
Pada akhir ekspirasi tunggal yang kuat (35 detik)
Pada akhir inspirasi tunggal yang kuat setelah o.p bernapas dalam dan cepat selama 1

menit (1 menit 23 detik)


6. Pada akhir inspirasi tunggal yang kuat dari kantong plastic berisi O2 (48 detik)
7. Pada akhir inspirasi tunggal setelah bernapas dalam dan cepat selama 3 menit dengan 3
kali pernapasan yang terakhir dari kantong plastic berisi O2
8. Pada akhir inspirasi yang kuat dari kantong plastic berisi CO2 10% (1 menit 12 detik)
9. Pada akhir inspirasi tunggal yang kuat segera sesudah berlari ditempat selama 2 menit
(20 detik)
10. Setelah breaking point pada percobaan no.9 tercapai, biarkanlah o.p bernapas lagi selama
40 detik, kemudian tentukanlah berkali-kali lama menahan napas sesudah inspirasi
3

tunggal yang kuat dengan diselingi bernapas selama 40 detik sampai o.p bernapas lagi
dengan tenang seperti sebelum berlari.
a. 32 detik
b. 40 detk
c. 44 detik
PERTANYAAN
1. Apa yang dimaksud dengan breaking point ? menahan napas dengan cara menghentikan
pernapasan, dari mulut dan hidung sampai titik puncak seseorang tidak bisa menahan
napas lagi
2. Faktor-faktor apa yang menyebabkan terjadinya breaking point?

Peningkatan PCO2

Penurunan PO2

3. Bagaimana perubahan pO2 dan PCO2 dalam udara alveoli dan darah pada waktu kerja
otot dan dalam keadaan hiperventilasi? Pada saat kerja otot PO2 dalam udara alveoli
menurun, sedangkan PCO2 meningkat sehingga memicu keadaan hiperventilasi dimana
tubuh berusaha untuk menghirup O2 lebih besar dan terjadilah keadaan seimbang
PEMBAHASAN
Dari percobaan ini didapatkan bahwa pada akhir inspirasi tunggal yang kuat setelah
bernafas dalam dan cepat selama 1 menit dapat mencapai breaking point yang lebih
tinggi atau lama. Hal ini disebabkan oleh paru telah melakukan latihan pernafas terlebih
dahulu yaitu bernafas dalam dan cepat selama 1 menit. Hal ini dapat membantu dan
membuat cadangan udara dalam paru lebih banyak sehingga dapat menahan nafas lebih

lama.
Sedangkan, pada inspirasi tunggal yang kuat segera setelah berlari ditempat selama 2
menit, breaking point rendah. Hal ini disebabkan karena, sebelum tercapai breaking point
op menggunakan banyak CO2 pada kontraksi otot yang digunakan pada saat berlari cepat
ditempat selama 2menit. Hal ini akan memperburuk cadangan CO 2 dalam tubuh sehingga
breaking point tercapai lebih cepat.

KESIMPULAN
1. Faktor-faktor

yang menyebabkan terjadinya breaking point peningkatan PCO 2 dan

penurunan PO2.
2. Latihan paru dan aktivitas fisik dapat mempengaruhi lama dan rendahnya pernafasan
seseorang

2. TEKANAN PERNAPASAN
TEORI DASAR
Jumlah oksigen yang diambil melalui udara pernapasan tergantung pada kebutuhan dan
hal tersebut biasanya dipengaruhi oleh jenis pekerjaan, ukuran tubuh, serta jumlah maupun jenis
bahan makanan yang dimakan. Pekerja-pekerja berat termasuk atlit lebih banyak membutuhkan
oksigen dibanding pekerja ringan. Demikian juga seseorang yang memiliki ukuran tubuh lebih
besar dengan sendirinya membutuhkan oksigen lebih banyak. Selanjutnya, seseorang yang
memiliki kebiasaan memakan lebih banyak daging akan membutuhkan lebih banyak oksigen
daripada seorang vegetarian.
Dalam keadaan biasa, manusia membutuhkan sekitar 300 cc oksigen sehari (24 jam) atau
sekitar 0,5 cc tiap menit. Kebutuhan tersebut berbanding lurus dengan volume udara inspirasi
dan ekspirasi biasa kecuali dalam keadaan tertentu saat konsentrasi oksigen udara inspirasi
berkurang atau karena sebab lain, misalnya konsentrasi hemoglobin darah berkurang.
Oksigen yang dibutuhkan berdifusi masuk ke darah dalam kapiler darah yang
menyelubungi alveolus. Selanjutnya, sebagian besar oksigen diikat oleh zat warna darah atau
pigmen darah (hemoglobin) untuk diangkut ke sel-sel jaringan tubuh.
Hemoglobin yang terdapat dalam butir darah
merah atau eritrosit ini tersusun oleh senyawa
hemin atau hematin yang mengandung unsur
besi dan globin yang berupa protein.

Gbr. .Pertukaran O2 dan CO2 antara alveolus dan


Pembuluh darah yang menyelubungi
Secara sederhana, pengikatan oksigen oleh hemoglobin dapat diperlihat-kan menurut
persamaan reaksi bolak-balik berikut ini :
Hb4 + O2 4 Hb O2
(oksihemoglobin)
berwarna merah jernih
Reaksi di atas dipengaruhi oleh kadar O2, kadar CO2, tekanan O2 (PO2) perbedaan kadar
O2 dalam jaringan dan kadar O2 di udara. Proses difusi oksigen ke dalam arteri demikian juga
5

difusi CO2 dari arteri dipengaruhi oleh tekanan O2 dalam udara inspirasi. Tekanan seluruh udara
lingkungan sekitar 1 atmosfir atau 760mmHg, sedangkan tekanan O 2 di lingkungan sekitar
160mmHg. Tekanan oksigen dilingkungan lebih tinggi dari pada tekanan oksigen didalam
alveolus paru-paru dan arteri yang hanya 104mmHg. Oleh karena itu oksigen dapat masuk ke
paru-paru secara difusi. Dari paru-paru O2 akan mengalir lewat vena pulmonalis yang tekanan O 2
nya 104mmHg menuju ke jantung. Dari jantung O 2 mengalir lewat arteri sistemik yang tekanan
O2 nya 104mmHg menuju ke jaringan tubuh yang tekanan O2 nya 0 - 40mmHg. Dijaringan O2 ini
akan dipergunakan. Dari jaringan CO2 akan mengalir lewat vena sistemik ke jantung. Tekanan
CO2 di jaringan di atas 45 mmHg, lebih tinggi dibandingkan vena sistemik yang hanya 45mmHg.
Dari jantung CO2 mengalir lewat arteri pulmonalis yang tekanan O2 nya sama yaitu 45mmHg.
Dari arteri pulmonalis CO2 masuk ke paru-paru lalu dilepaskan ke udara bebas.
Berapa minimal darah yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan oksigen pada
jaringan? Setiap 100 mm3 darah dengan tekanan oksigen 100mmHg dapat mengangkut 19cc
oksigen. Bila tekanan oksigen hanya 40mmHg maka hanya ada sekitar 12cc oksigen yang
bertahan dalam darah vena. Dengan demikian kemampuan hemoglobin untuk mengikat oksigen
adalah 7cc /100 mm3 darah.
Pengangkutan sekitar 200 mm3 C02 keluar tubuh umumnya berlangsung menurut reaksi kimia
berikut: CO2 + H20 (karbonat anhidrase) H2CO3
Tiap liter darah hanya dapat melarutkan 4,3cc CO 2 sehingga mempengaruhi pH darah menjadi
4,5 karena terbentuknya asam karbonat. Pengangkutan CO2 oleh darah dapat dilaksanakan
melalui 3 cara yakni sebagai berikut :
1. Karbon dioksida larut dalam plasma, dan membentuk asam karbonat dengan enzim
anhidrase (7% dari seluruh CO2).
2. Karbon dioksida terikat pada hemoglobin dalam bentuk karbomino hemoglobin (23%
dari seluruh CO2).
3. Karbon dioksida terikat dalam gugus ion bikarbonat (HCO3) melalui proses berantai
pertukaran klorida (70% dari seluruh CO2). Reaksinya adalah sebagai berikut.
CO2 + H2O H2CO3 H+ + HCO-3
Gangguan terhadap pengangkutan CO2 dapat mengakibatkan munculnya gejala asidosis
karena turunnya kadar basa dalam darah. Hal tersebut dapat disebabkan karena keadaan
pneumoni. Sebaliknya apabila terjadi akumulasi garam basa dalam darah maka muncul gejala
alkalosis.
TATA KERJA
6

a. Pengukuan tekanan pernapasan normal


1. Suruh O.P bernapas biasa selama 1-2 menit
2. Dengan tetep bernapas melalui hidung, hubungkanlah pipa kaca manometer
air dengan mulut O.P sehingga permukaan air dalam manometer naik turun
mengikuti ekspirasi dan inspirasi.
Catat besar tekanan inspirasi dan ekspirasi normal O.P
b. Tekanan penapasan maksimal
1. Hubungkanlah pipa kaca manometer air raksa dengan mulut o.p melalui botol
perangkap
2. Suruhlah o.p melakukan inspirasi dan ekkspirasi sekuat kuatnya beberapa
kali sambil menutup hidung. Permukaan air raksa dalam manometer akan naik
turun mengikuti inspirasi dan ekspirasi. Catatlah besar tekanan inspirasi dan
ekspirasi maksimal o.p.
PEMBAHASAN :
A. Pengukuran tekanan pernapasan normal
1. Pada saat inspirasi
= 20 + 20 / 2 = 20
2. Pada saat ekspirasi = 40 + 40 / 2 = 40
B. Tekanan pernapasan maksimal
1. Pada saat inspirasi
= 25 + 25 / 2 = 25
2. Pada saat ekspirasi = 30 + 30 / 2 = 30
Botol perangkap berfungsi untuk menahan air raksa agar tidak terhirup atau tersedot saat
OP melakukan inspirasi
Selama inspirasi, dinding dada mengembang dan tekanan intrapleura menurun. Keadaan
tersebut meningkatkan gradien tekanan di antara ruang intra pleura dan alveoli, sehingga
meregangkan paru.
Alveoli mengembang dan tekanan alveolar menurun, menimbulkan suatu gradien tekanan
di antara mulut dan alveoli yang menyebabkan udara mengalir ke dalam paru. Selama ekspirasi,
baik tekanan intrapleura maupun tekanan alveolar meningkat.
Pada pernapasan tenang tekanan intrapleura tetap negatif selama seluruh siklus respirasi,
sedangkan tekanan alveolar negatif selama inspirasi dan positif selama ekspirasi. Tekanan
alveolar selalu lebih tinggi daripada tekanan intrapleura akibat recoil paru. Tekanan akan nol
baik pada akhir inspirasi maupun ekspirasi dan aliran udara sesaat kemudian akan berhenti.
Bila ventilasi meningkat, pertukaran tekanan intrapleura eskspirasi dapat meningkat di
atas tekanan atmosfer. Pada saat ekspirasi paksa, batuk, atau bersin tekanan intrapleura dapat
meningkat sampai +8 kPa (+ 60 mmHg) atau lebih.
KESIMPULAN :
7

Selama inspirasi, dinding dada mengembang dan tekanan intrapleura menurun.


Sedangkan saat ekspirasi baik tekanan intrapleura maupun tekanan alveolar meningkat. Pada
pernapasan tenang, tekanan intrapleura tetap negatif selama seluruh siklus respirasi, sedangkan
tekanan alveolar negatif selama inspirasi dan positif selama ekspirasi. Pada saat ekspirasi paksa,
batuk, atau bersin tekanan intrapleura dapat meningkat sampai +8 kPa (+ 60 mmHg) atau lebih.

3. PERNAPASAN PADA ORANG


TUJUAN
Dalam latihan ini akan di pelajari :
1.
2.
3.
4.

Kapasitas vital fungsional


Kapasitas vital
Kapasitas residu fungsional
Kurva Flow Volume

TEORI DASAR
Volume Dan Kapasitas Paru
Perekam Perubahan Volume Paru Spirometri
Metode sederhana untuk mempelajari ventilasi paru adalah dengan mencatat volume
udara yang masuk dan keluar paru-paru. Suatu yang disebut spirometri bentuk spirometer dasar
yang khas di lukiskan pada gambar 37-5. Spirometer ini terdiri dari sebuah drum yang di balikan
di atas bak air dan drum tersebut diimbangi oleh suatu beban. Didalam drum terdapat gas untuk
bernafas, biasanya udara atau oksigen dan sebuah pipa yang menghubungkan mulut dengan
ruang gas. Apabila seseorang bernafas dari ruangan ini, drum akan naik turun dan terjadi
perekaman yang sesuai di atas gulungan kertas yang berputar.
Spirogram menunjukan perubahan volume paru pada berbagai kondisi pernapasan. Untuk
memudahkan penjelasan mengenai peristiwa ventilasi paru, maka udara dalam paru pada
diagram dibagi menjadi empat volume dan empat kapasitas, yang merupakan rata-rata pada lakilaki dewasa muda.
Volume Paru

Pada bagian kiri gambar 37-6 dituliskan empat volume paru, bila semuanya di jumlahkan,
sama dengan volume maksimal paru yang mengembang. Arti dari masing- masing volume ini
adalah sebagai berikut :
1. Volume tidal adalah ( Vt ) volume udara yang diinspirasi atau diekspirasi setiap kali bernapas
normal besarnya kira-kira 500 ml pada laki-laki dewasa.
2. Volume cadangan inspirasi ( IRV ) adalah volume udara ekstra yang dapat diinspirasi setelah
dan diatas volume tidal normal bila dilakukan inpirasi kuat, biasanya mencapai 3000 ml.
3. Volume cadangan ekspirasi ( ERV ) adalah volume udara ekstra maksimal yang dapat
diekspirasi tidal normal, jumlah normalnya adalah sekitar 1100 ml.
4. Volume residu ( RV ) yaitu volume udara yang masih tetap berada dalam paru setelah
ekspirasi paling kuat, volume ini besarnya kira-kira 1200 ml.
Kapasitas Paru
Untuk menguraikan peristiwa- peristiwa dalam siklus paru kadang- kadang perlu
menyatukan dua atau lebih volume di atas. Kombinasi seperti tersebut kapasitas paru. Di bagian
kanan pada gambar 37-6 dituliskan berbagai kapasitas paru yang penting dapat diuraikan sebagai
berikut. :
1. Kapasitas inspirasi ( IC ) sama dengan volume tidal di tambah volume cadangan
inspirasi. Ini adalah jumlah udara (kira-kira 3500 ml) yang dapat dihirup oleh seseorang,
di mulai pada tingkat ekspirasi normal dan pengembangan paru sampai jumlah
maksimum.
2. Kapasitas residu fungsional ( FRC ) sama dengan volume cadangan ekspirasi ditambah
volume residu. Ini adalah jumlah udara yang tersisah dalam paru dalam akhir ekspirasi
normal (kira-kira 2300ml).
3. Kapasitas vital ( VC ) sama dengan volume cadangan inspirasi ditambah volume tidal
dan volume cadangan ekspirasi. Ini adalah jumlah udara maksimum yang dapat
dikeluarkan seseorang dari paru, setelah terlebih dahulu mengisi paru secara maksimum
dan kemudian mengeluarkan sebanyak- banyaknya (kira-kira 4600ml)
4. Kapasitas paru total ( TLC ) adalah volume maksimum yang dapat mengembangkan paru
sebesar mungkin dengan inspirasi sekuat mungkin (kira-kira 5800 ml), jumlah ini sama
dengan kapasitas vital ditambah dengan volume residu.
Volume dan kapasitas seluruh paru pada wanita kira-kira 20-25 persen lebih kecil dari
pada pria dan lebih besar lagi pada oarng yang atletis dan bertubuh besar dari pada orang
yang bertubuh kecil dan astenis.
Singkatan Dan Lambang Yang Di Pakai Pada Penelitian Fungsi Paru
9

Spirometer hanyalah salah satu cara pengukuran yang di pake sehari-hari oleh dokter
paru. Kebanyakan cara pengukuran ini sangat bergantung pada perhitungan matimatika.
Untuk menyederhanakan perhitungan dan peresentasi data fungsi paru ini, sejumlah
singkatan dan symbol telah distandardisasikan. Beberapa singkatan dan simbol yang penting
di cantumkan pada tabel 37-1. Dengan memakai lambing-lambang ini, diperlihatkan
beberapa latihan aljabar sederhana yang menunjukan sebagai hubungan timbal balik antara
volume dan kapasitas paru, mahasiswa dapat memikirkan dan membuktikan hubungan
timbale balik ini :
VC = IRV + Vt + ERV
VC = IC +ERV
TLC = VC + VRC
FRC = ERV +RV
ALAT YANG DIPERLUKAN
Autospirometer AS 500 lengkap dengan peralatannyayang terdiri dari Autospirometer AS 500,
Mouth piece, tranducer.
TATA KERJA
Mula-mula di catat data mengenai o.p yaitu jenis kelamin, umur, tinggi badan yang kemudian
dimasukan ke dalam alat. Setelah alat- alat siap dihubungkan dengan listrik.
1. Pemeriksaan kapasitas vital fungsional.
Tekan FVC, setelah itu tekan star/stop, lalu dilihat pesan yang di tulis di LCD dan di
kerjakan :
-

Ekspirasi pelan-pelan

Inspirasi maksimal

Ekspirasi paksa

Bernapas biasa

2. Pemeriksaan kapasitas vital:


Tekan VC/MVV kemudian tekan start/stop lalu baca pesan yang tertulis di LCD.
Kemudian lihat hasilnya di LCD
3. Pemeriksaan kapasitas residu fungsional :
Seperti di atas, tetapi di lakukan pernapasan tenang selama 3 kali, kemudian ekspirasi
komplit, bila tidak stabil tidak terdapat pesan di LCD, tetapi bila stabil terdapat pesan dan
di lakukan pernafasan dangkal, ekspirasi komplit kemudian inspirasi penuh, dan di lihat
hasilnya di LCD.
10

4. Pemeriksaan kapasitas pernapasan maksimal :


Tekan VC/MVV lalu tekan start dan stop, perhatikan pesan pada LCD, bernavas cepat
selama 12 detik.
5. Pemeriksaan kurve Flow Volume
Tekan FVC, lalu start dan stop di tekan, dan lihat pesan di LCD yaitu nafas semaksimal
mungkin di luar alat kemudian ekspirasi secepat-cepatnya dan sedalam-dalamnya ke
dalam mouth piece yang di hubungkan dengan transducer. Dan setelah itu di lihat
hasilnya dan bila perlu di rekam.
HASIL PRAKTIKUM
Setelah o.p melakukan pernapasan melalui alat ini maka akan keluar kertas hasil
pencatatan dari i dan inspirasi dari orang tersebut.
Dari hasil kertas pencatatan, didapatkan :
Name

= Deny

PEMBAHASAN

11

Alat ini memiliki nilai prediksi nilai pernapasan dengan memakai nilai pernapasan yang
di standarisasikan dengan orang eropa. Prediksi dari alai ini terliahat bahwa saudari tersebut
di atas memiliki kapasitas vital 5,13 namun kemampuan yang dapat di lakukan dengan cara
inspirasi dan ekspirasi hanya 62 %. Volume expirasi dan inspirasi tidak terekam pada
kapasitas inspirasi tidak terekam karena kurangnya kemampuan untuk bernafas dalam-dalam.
Pada diagram garis, terlihat puncak kurva tidak melengkung (agak datar),

hal ini

menunjukan bahwa adanya hambatan pernapasan pada saat inspirasi dan ekpirasi. Prediksi
pada alat, terlihat bahwa saudara di atas dapat melakukan pernapasan kuat dengan nilai FVC
(Force Vital Capacity) sebesar 4,91 namun hanya dapat di lakukan oleh saudari di atas
sebesar 62% saja.
Dari beberapa hasil menunjukkan banyak ketidak sesuaian dengan nilai prediksi alat. Hal
ini menjadi sebuah pertanyaan bahwa apakah orang yang melakukan dengan alat tersebut
memiliki gangguan pernapasan ataukah alatnya yang memakai standarisasi dengan orang
Eropa yang kebanyakan aspek tidak sama dengan orang Asia.
KESIMPULAN
Autospirometer merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk mengetahui
volume paru mupun inspirasi.
Dengan menggunakan alat autospirometer ini, kita dapat menentukan kesehatan paruparu atau mendiagnosis paru-paru kita apakah normal ( sehat ) atau tidak dengan mengetahui
kapasitas vital fungsional paru, kapasitas vital, kapasitas residu fungsional, kapasitas
pernapasan maksimal, dan Pemeriksaan kurve Flow Volume.
Pada pemeriksaan ini, dapat disimpulkan bahwa O.p mengalami gangguan pernapasan.
Yang dilihat dari hasil pemeriksaan kapasitas vital nya sebesar 3,08 yang seharusnya dapat
mencapai 5,13 sesuai dengan yang di prediksikan oleh alat. Namun standarisasi alat tidak
dapat dipakai secara pasti untuk mengukur volume pernapasan orang Asia.
Klasifikasi gangguan ventilasi(% nilai prediksi) :

Gangguan restriksi : Vital Capacity (VC) < 80% nilai prediksi; FVC < 80% nilai prediksi

Gangguan obstruksi : FEV1 < 80% nilai prediksi; FEV1/FVC < 75% nilai prediksi

Gangguan restriksi dan obstruksi : FVC < 80% nilai prediksi; FEV1/FVC < 75% nilai
prediksi.
Bentuk spirogram adalah hasil dari spirometri. Beberapa hal yang menyebabkan
12

spirogram tidak memenuhi syarat :


1 Terburu-buru atau penarikan nafas yang salah
2 Batuk
3 Terminasi lebih awal
4 Tertutupnya glottis
5 Ekspirasi yang bervariasi
6 Kebocoran

KESIMPULAN
Dari hasil yang didapat, terlihat bahwa pernapasan saudara tersebut di atas adalah tidak sesuai
dengan kreteria. Dimana, hasil hasil pemeriksaan parunya tidak dmecapai batas normal.

13

DAFTAR PUSTAKA
Astrand.1970. Text book of work physiology. New york: McGraw-Hill
Guyton, Arthur C. (2006). Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta, EGC.
Tim penyusun praktikum (2015). Penuntun Praktikum Blok Respiratory. Universitas Yarsi.
Jakarta.
Patton, H. 1989. Textbook of physiology. Philadelphia: WB Saunders Company

14

Anda mungkin juga menyukai