. A. Pengertian Flavonoid
Flavonoid merupakan senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada
tanaman hijau, kecuali alga. Flavonoid yang lazim ditemukan pada tumbuhan tingkat
tinggi (Angiospermae) adalah flavon dan flavonol dengan C- dan O-glikosida,
isoflavon C- dan O-glikosida, flavanon C- dan O-glikosida, khalkon dengan C- dan
O-glikosida, dan dihidrokhalkon, proantosianidin dan antosianin, auron O-glikosida,
dan dihidroflavonol O-glikosida. Golongan flavon, flavonol, flavanon, isoflavon, dan
khalkon juga sering ditemukan dalam bentuk aglikonnya Menurut Markham (1988),
flovonoid tersusun dari dua cincin aromatis yang dapat atau tidak dapat membentuk
cincin ketiga dengan susunan C6-C3-C6 .Flavonoid merupakan sejenis senyawa fenol
terbesar yang ada, senyawa ini terdiri dari lebih dari 15 atom karbon yang sebagian
besar bisa ditemukan dalam kandungan tumbuhan.Flavonoid juga dikenal sebagai
vitamin P dan citrin, dan merupakan pigmen yang diproduksi oleh sejumlah tanaman
sebagai warna pada bunga yang dihasilkan.Bagian tanaman yang bertugas untuk
memproduksi flavonoid adalah bagian akar yang dibantu oleh rhizobia, bakteri tanah
yang bertugas untuk menjaga dan memperbaiki kandungan nitrogen dalam tanah.
B. Jenis Flavonoid
Susunan ini dapat menghasilkan tiga jenis struktur senyawa flavonoid yaitu:
1. Flavonoida atau 1,3-diarilpropana
menurut pola yang berlainan. Flavonoid sering terdapat sebagai glikosida. Golongan
terbesar flavonoid berciri mempunyai piran yang menghubungkan rantai tiga-karbon
dengan salah satu dari cincin benzene. Sistem penomoran untuk turunan flavonoid
diberikandibawah:
dibedakan
tahanan
oksidasi
dan
keragaman
pada
rantai
C3.
Flavonoid mencakup banyak pigmen yang umum dan terdapat pada seluruh dunia
tumbuhan mulai dari fungsi sampai angiospermae.
a. Katekin dan proantosianidin
Katekin dan proantosianidin adalah dua golongan senyawa yang mempunyai
banyak kesamaan. Semuanya senyawa terwarna, terdapat pada seluruh dunia
tumbuhan berkayu.kita hanya mengenal tiga jenis katekin, perbedaannya hanya pada
jumlah gugus hidroksil pada cincin B. Senyawa ini mempunyai dua atom karbon kiral
dan karena itu mungkin terdapat 4 isomer.
b. Flavanon dan Flavanonol
Senyawa ini terdapat hanya sedikit sekali jika dibandingkan dengan flavonoid
lain. Mereka terwarna atau hanya kuning sedikit. Karena konsentrasinya rendah dan
d.Auron
Auron atau system cincin benzalkumaranon dinomori sebagai berikut :
Auron berupa pigmen kuning emas terdapat dalam bunga tertentu dan
bryofita. Dikenal hanya lima aglikon, tetapi pola hidroksilasi senyawa ini umumnya
serupa dengan pola pada flavonoid lain begitu pula bentuk yang dijumpai ialah
bentuk glikosida dan eter metil. Dalam larutan basa senyawa ini menjadi merah ros.
Beberapa auron, struktur dan tumbuhan sumber terdapat dalam contoh dibawah ini.
Pertama dengan metanol:air (9:1) dilanjutkan dengan metanol:air (1:1) lalu dibiarkan
6-12 jam. Penyaringan dengan corong buchner, lalu kedua ekstrak disatukan dan
diuapkan hingga 1/3 volume mula-muIa, atau sampai semua metanol menguap
dengan ekstraksi menggunakan pelarut heksan atau kloroform (daIam corong pisah)
dapat dibebaskan dari senyawa yang kepolarannya rendah, seperti lemak, terpen,
klorofil, santifil dan lain-lain .
2.
yang diperoleh dipekatkan dibawah tekanan rendah. Ekstrak etano lpekat dilarutkan
dalam air lalu diekstraksi gojog dengan dietil eter dan n-butanol, sehingga dengan
demikian didapat tiga fraksi yaitu fraksi kloroform, butanol dan dietil eter.
4.
ldentifikasi Dengan Reaksi warna
Uji WILSTATER
Uji ini untuk mengetahui senyawa yang mempunyai inti benzopiron. Warna-warna
yang
dihasilkan
dengan
reaksi
Wilstater
adalah
sebagai
berikut:
menuniukkan
adanya
senyawa
warna
ini
digunakan
untuk
leukoantosianin,reaksi positif jika terjadi warna merah yang intensif atau warna ungu.
D.Sifat Fisika Dan Kimia Senyawa Flavonoid
E. Biosintesis Flavonoid
Biosintesis flavonoid sudah mulai diteliti sejak tahun 1936. Pada awalnya
para peniliti mengkaitkan C6-C3-C6 dari flavonoid merupakan hasil dari fenil
propanoid. Tetapi selama bertahun-tahun diperoleh teori sintesis flavonoid dan telah
dibuktikan di laboratorim.Secara umum sintesis flavonoid terdiri dari dua jalur yaitu
jalur poliketida, dan jalur fenil propanoid. Jalur poliketida ini merupakan serangkaian
reaksi kondensasi dari tiga unit asetat atau malonat. Sedangkan jalur fenilpropanoid
atau biasa disebut jalur shikimat
1. Jalur poliketida
Reaksi yang terjadi pada jalur ini diawali dengan adanya reaksi antara asetilCoA
dengan
2. Jalur Fenilpropanoid.
Jalur ini merupakan
piruvat melainkan memperoleh asam shikimat. Reaksi ini melibatkan eritrosa dan
fosfo enol piruvat. Asam shikimat yang terbentuk akan ditransformasikan menjadi
suatu asam amino yaitu fenilalanin dan tirosin. Fenilalanin akan melepas NH3 dan
membentuk asam sinamat sedangkan tirosin akan membentuk senyawa turunan asam
sinamat karena adanya subtitusi pada gugus benzennya
F. Bioaktivitas Flavonoid
a.
Anti-inflamasi
Mekanisme anti-inflamasi terjadi melalui efek penghambatan jalur metabolisme asam
arachidonat, pembentukan prostaglandin, pelepasan histamin, atau aktivitas radical
scavenging suatu molekul. Melalui mekanisme tersebut, sel lebih terlindung dari
pengaruh negatif, sehingga dapat meningkatkan viabilitas sel. Senyawa flavonoid
yang dapat berfungsi sebagai anti-inflamasi adalah toksifolin, biazilin, haematoksilin,
gosipin, prosianidin, nepritin, dan lain-lain.
b. Anti-tumor/Anti-kanker
Senyawa isoflavon yang berpotensi sebagai antitumor/antikanker adalah genistein
yang merupakan isoflavon aglikon (bebas). Genistein merupakan salah satu
komponen yang banyak terdapat pada kedelai dan tempe. Penghambatan sel kanker
oleh
genistein,
melalui
mekanisme
sebagai
berikut
(1)
penghambatan
pembelahan/proliferasi sel (baik sel normal, sel yang terinduksi oleh faktor
pertumbuhan sitokinin, maupun sel kanker payudara yang terinduksi dengan nonilfenol atau bi-fenol A) yang diakibatkan oleh penghambatan pembentukan membran
sel, khususnya penghambatan pembentukan protein yang mengandung tirosin; (2)
penghambatan aktivitas enzim DNA isomerase II; (3) penghambatan regulasi siklus
sel; (4) sifat antioksidan dan anti-angiogenik yang disebabkan oleh sifat reaktif
terhadap senyawa radikal bebas; (5) sifat mutagenik pada gen endoglin (gen
transforman faktor pertumbuhan betha atau TGF). Mekanisme tersebut dapat
berlangsung apabila konsentrasi genestein lebih besar dari 5M.
c.
Anti-virus
Mekanisme penghambatan senyawa flavonoida pada virus diduga terjadi melalui
penghambatan sintesa asam nukleat (DNA atau RNA) dan pada translasi virion atau
pembelahan dari poliprotein. Percobaan secara klinis menunjukkan bahwa senyawa
flavonoida tersebut berpotensi untuk penyembuhan pada penyakit demam yang
disebabkan oleh rhinovirus, yaitu dengan cara pemberian intravena dan juga terhadap
penyakit hepatitis B. Berbagai percobaan lain untuk pengobatan penyakit liver masih
terus berlangsung.
d. Anti-allergi
Aktivitas anti-allergi bekerja melalui mekanisme sebagai berikut : (1) penghambatan
pembebasan histamin dari sel-sel mast, yaitu sel yang mengandung granula,
histamin, serotonin, dan heparin; (2) penghambatan pada enzim oxidative nukleosid3,5 siklik monofast fosfodiesterase, fosfatase, alkalin, dan penyerapan Ca; (3)
berinteraksi dengan pembentukan fosfoprotein. Senyawa-senyawa flavonoid lainnya
yang digunakan sebagai anti-allergi antara lain terbukronil, proksikromil, dan
senyawa kromon.
e.
Penyakit kardiovaskuler
Berbagai pengaruh positif isoflavon terhadap sistem peredaran darah dan penyakit
jantung banyak ditunjukkan oleh para peneliti pada aspek berlainan. Khususnya
isoflavon pada tempe yang aktif sebagai antioksidan, yaitu 6,7,4- trihidroksi isoflavon
(Faktor-II), terbukti berpotensi sebagai anti kotriksi pembuluh darah (konsentrasi
5g/ml) dan juga berpotensi menghambat, pembentukan LDL (low density
lipoprotein). Dengan demikian isoflavon dapat mengurangi terjadinya arterosclerosis
pada pembuluh darah. Pengaruh isoflavon terhadap penurunan tekanan darah dan
resiko CVD (cardio vascular deseases) banyak dihubungkan dengan sifat
hipolipidemik dan hipokholesteremik senyawa isoflavon.
f.
Estrogen dan Osteoporosis
Pada wanita menjelang menopause, produksi estrogen menurun sehingga
menimbulkan berbagai gangguan. Estrogen tidak saja berfungsi dalam sistem
reproduksi, tetapi juga berfungsi untuk tulang, jantung, dan mungkin juga otak.
Dalam melakukan kerjanya, estrogen membutuhkan reseptor estrogen (ERs) yang
dapat on/off di bawah kendali gen pada kromosom yang disebut _-ER. Beberapa
target organ seperti pertumbuhan dada, tulang, dan empedu responsif terhadap _-ER
tersebut. Isoflavon, khususnya genistein, dapat terikat dengan _-ER. Walaupun
ikatannya lemah, tetapi dengan -ER mempunyai ikatan sama dengan estrogen.
Senyawa isoflavon terbukti mempunyai efek hormonal, khususnya efek estrogenik.
Efek estrogenik ini terkait dengan struktur isoflavon yang dapat ditransformasikan
menjadi equol. Dimana equol mempunyai struktur fenolik yang mirip dengan hormon
estrogen. Mengingat hormon estrogen berpengaruh pula terhadap metabolisme
tulang, terutama proses kalsifikasi, maka adanya isoflavon yang bersifat estrogenik
dapat berpengaruh terhadap berlangsungnya proses kalsifikasi. Dengan kata lain,
isoflavon dapat melindungi proses osteoporosis pada tulang sehingga tulang tetap
padat dan masif.
g. Anti kolesterol
Efek isoflavon terhadap penurunan kolesterol terbukti tidak saja pada hewan
percobaan seperti tikus dan kelinci, tetapi juga manusia. Pada penelitian dengan
menggunakan tepung kedelai sebagai perlakuan, menunjukkan bahwa tidak saja
kolesterol yang menurun, tetapi juga trigliserida VLDL (very low density lipoprotein)
dan LDL (low density lipoprotein). Di sisi lain, tepung kedelai dapat meningkatkan
HDL (high density lipoprotein) (Amirthaveni dan Vijayalakshmi, 2000). Mekanisme
lain penurunan kolesterol oleh isoflavon dijelaskan melalui pengaruh peningkatan
katabolisme sel lemak untuk pembentukan energi yang berakibat pada penurunan
kandungan kolesterol.
G. Senyawa Flavonoid Pada Simplisia Tanaman
Flavonoid sebenarnya terdapat pada semua bagian tumbuhan termasuk daun,
akar, kayu, kulit, tepungsari, nektar, bunga, buah dan biji. Hanya sedikit catatan yang
melaporkan flavonoid pada hewan, misalnya dalam kelenjar bau berang-berang,
propilis (sekresi lebah), sayap kupu-kupu, yang mana dianggap bukan hasil
biosintesis melainkan dari tumbuhan yang menjadi makanan hewan tersebut,
Senyawa antosianin sering dihubungkan dengan warna bunga tumbuhan. Sianidin
umumnya terdapat pada suku Gramineae. Senyawa biflavonoid banyak terdapat pada
subdivisi Gymnospernae sedang isoflavonoid pada suku leguminosae. Pada
tumbuhan yang mempunyai morfologi sederhana seperti lumut, paku, dan paku ekor
kuda mengandung senyawa flavonoid O-GIikosida, flavonol, flavonon, Khalkon,
dihidrokhalkon, C-Gl ikosida . Angiospermae mengandung senyawa flavonoid
kompleks yang lebih banyak.
Berikut beberapa contoh tanaman yang mengandung flavonoid
1.
Kembang Sepatu
Nama simplisia
: Malvaceae
Zat berkhasiat
Penggunaan
Mahoni
Nama simplisia
: Swieteniae Radix
: Meliaceae
Zat berkhasiat
Penggunaan
3.
Nangka
Nama simplisia
: Artocarpi Lignum
: Moraceae
Zat berkhasiat
Penggunaan
4.
Remak Daging
Nama simplisia
: Euphorbiaceae
Zat berkhasiat
Penggunaan
Disentri,
wasir,
perdarahan
sesudah
melahirkan
: Zedoariae Rhizoma
: Zingiberaceae
Zat berkhasiat
Penggunaan
hamil
rahim
membesar, sakit
maag,
Antineoplastik.
6.
Kulit kina
Nama simplisia
: Cinchonae Cortex
: Rubiaceae
Zat berkhasiat
Penggunaan
: anti malaria
7.
Gandarusa
Nama simplisia
: Acanthaceae
Zat berkhasiat
Penggunaan
memar
(obat luar) .
: Sidae Folium
: Malvaceae
Zat berkhasiat
Penggunaan
Batuk
darah,
batu
ginjal,cacing
keremi,
demam,
(obat
luar),
ketombe
TANIN
A. Pengertian Tanin
(obat
luar)
Tanin berikatan kuat dengan protein & dapat mengendapkan protein dari
larutan.Tanin terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh, dalam angiospermae
terdapat khusus dalam jaringan kayu. Menurut batasannya, tannin dapat bereaksi
dengan protein membentuk kopolimer mantap yang tak larut dalam air. Dalam
industry, tannin adalah senyawa yang berasal dari tumbuhan, yang mampu mengubah
kulit hewan yang mentah menjadi kulit siap pakai karena kemampuannya
menyambung silang protein.
B. Penggolongan Tanin
Secara kimia terdapat dua jenis tanin yang tersebar tidak merata dalam dunia
tumbuhan. Tanin terkondensasi hampir terdapat semesta di dalam paku-pakuan dan
gimnospermae, serta tersebar luas dalam angiospermae, terutama pada jenis
tumbuhan berkayu. Sebaliknya, tannin yang terhidrolisiskan penyebarannya terbatas
pada tumbuhan berkeping dua, di Inggris hanya terdapat pada suku yang sedikit.
Tetapi kedua jenis tanin itu dijumpai bersamaan dalam tumbuhan yang sama seperti
yang terjadi pada kulit dan daun ek, Quercus.
Mula-mula 2.5 g bahan yang telah ditumbuk ditambah 200 mL akuades dan
dididihkan selama 30 menit. Setelah dingin, hasil tadi dimasukkan ke dalam labu
takar 250 mL dan ditare dengan akuades. Setelah itu hasil hasil tadi disaring dan
filtratnya (filtrat 1) diambil. Kemudian 5 mL dari filtrat ini diambil dan ditambah 10
mL larutan indigokarmin serta 375 mL akuades. Setelah itu, larutan dititrasi dengan
KMnO4 0.1 N hingga warnanya menjadi kuning emas. Titrasi ini dilakukan duplo.
Volume titran yang diperlukan sebanyak A mL. Setelah itu, 25 mL filtrat 1 diambil
dan ditambah 12.5 larutan glatin, 25 mL larutan garam asam, dan 2.5 g kaolin bubuk.
Kemudian dikocok beberapa menit, disaring dan diambil filtratnya (filtrat 2).
Kemudian 25 mL dari filtrat 2 ini diambil dan ditambah 10 mL larutan indigokarmin,
dan 375 mL akuades. Setelah itu, larutan ini dititrasi dengan KMnO 4 0.1 N sebanyak
duplo. Volume titran yang diperlukan adalah sebanyak B mL. Setelah itu, kadar tanin
diperhitungkan
Tanin terkondensasi
Tanin ini bisa ditemukan di resam gimnosperm, dan beberapa anglosporm,
khususnya pada pohon, tanaman ini berasal dari katelin (Flavo-3-01) yang
terkondensasi, kemudian berpolimerisasi atau berdimernsasi antar katein. Tanin jenis
ini bisa disebut proantosiannidin karena dengan penambahan pelarut asam kuat dan
suhu tinggi, beberapa karbon yang berikatan menjadi patah lalu terbentuk
antosianidin (monomer ).
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio: Angiospermae
Classis : Dicotyledoneae
Ordo : Myrtales
Familia : Myrtaceae
Genus : Psidium
termasuk Indonesia, Asia Selatan, India dan Srilanka. Jambu biji termasuk tanaman
perdu yang memiliki banyak cabang dan ranting serta batang pohonnya keras.
Permukaan kulit luarnya berwarna coklat dan licin. Bila kulit kayu jambu biji
dikelupas akan terlihat permukaan batang kayunya basah. Bentuk daunnya bercorak
bulat telur dengan ukuran agak besar dan bunganya kecil-kecil berwarna putih dan
muncul dari ketiak daun. Tanaman ini dapat tumbuh subur di daerah dataran rendah
sampai ketinggian 1200 meter di atas permukaan laut. Pada umur 2-3 tahun jambu
biji sudah mulai berbuah dan bijinya banyak terdapat pada daging buahnya. Daun
jambu biji (Psidium guajava L) merupakan daun tunggal bertangkai pendek dengan
letak berhadapan dan panjang tangkai daun 0,5-1 cm. Helaian daun bulat memanjang
agak jorong, ujung tumpul, pangkal membulat, tepi rata agak menekuk ke atas,
pertulangan menyirip dengan panjang 6-14 cm dan lebar 3- 6 cm berwarna hijau. Ibu
tulang daun dan tulang cabang menonjol pada permukaan bawah, bertulang menyirip.
KUMARIN
A Pengertian Kumarin
Nama kumarin berasal dari bahasa Karibia Coumarou yang berarti pohon
tonka (Coumarouna adorata Abl), yaitu tumbuhan pertama yang diketahui
mengandung kumarin. Barulah pada tahun 1868, kumarin dikenal dengan rumus
C9H6O2.
Senyawa yang mengandung kumarin (2H-1-benzopyran-2-one) merupakan
sebuah kelompok yang penting dari heterosiklis dan banyak contoh yang
ditemukan di alam. Kumarin sendiri pertama kali diisolasi tahun 1822 dari kacang
tonka. Kumarin dan turunannya juga telah diisolasi dari semanggi, rumput
banteng dan woodruff.
Gambar.Struktur Kumarin
Kumarin yang terkandung dalam suatu tumbuhan dapat dikenal dari baunya.
Bila tumbuhan tersebut dikeringkan, maka akan memberikan bau yang khas.
Untuk pembuktian secara kualitatif dilakukan uji berdasarkan pada sifat
fluoresensinya dengan sinar ultraviolet.
Larutan kumarin dalam alkali yang baru dibuat atau disimpan pada tempat
yang gelap tidak menunjukkan adanya fluoresensi. Namun bila larutan tersebut
diradiasi
dengan sinar ultraviolet, maka akan memberikan fluoresensi berwarna kuninghijau dalam beberapa menit. Hal yang sama dapat juga dilakukan dengan
membiarkannya dalam cahaya matahari dalam jangka waktu yang lama. Dalam
Furano kumarin jenis linear dan anguler, dimana terdapat subtitusi pada posisi
benzoid. Contohnya : angelicin.
C Isolasi
Isolasi menggunakan kulit buah jeruk
Sebanyak 1 kg kulit buah jeruk purut kering yang telah dibersihkan
dandikeringkan di udara diblender halus kemudian dimaserasi denganpetroleum
eter selama 3 x 24 jam untuk menghilangkan minyak yang terkandung di dalam
sampel.Residu dikeringkan di udara terbuka sampai bau petroleum eter hilang.
Dengan carayang sama residu dimaserasi kembali dengan etanol selama 4 x 24
jam. Ekstrak etanol dikisatkan pada tekanan rendah pada suhu 30 400C dengan
E Biosintesis Kumarin
Biosintesis tergantung pada ortho-hidroksilasi yang tidak umum dari
Cinnamic acid, serta enzim yang cocok telah dapat dideteksi. Hidroksikoumarin
umbelliferon, muncul melalui ortho-hidroksilasi p-coumaric acid. Dafnin dan
cichorin
direduksi
bahwa
pembentukannya
melalui
umbelliferon.
dengan
gugus
aryloxymethyl,
arylaminomethyl,
dan
herba seledri
mengandung
glikosida
apiin
(glikosida
flavon),
ALKALOID
Alkaloid adalah senyawa organik yang terdapat di alam bersifat basa atau alkali
dan sifat basa ini disebabkan karena adanya atom N (Nitrogen) dalam molekul
senyawa tersebut dalam struktur lingkar heterosiklik atau aromatis, dan dalam dosis
kecil dapat memberikan efek farmakologis pada manusia dan hewan. Selain itu ada
beberapa pengecualian, dimana termasuk golongan alkaloid tapi atom N
(Nitrogen)nya terdapat di dalam rantai lurus atau alifatis.
Umumnya mempunyai 1 atom N meskipun ada beberapa yang memiliki lebih dari
1 atom N seperti pada Ergotamin yang memiliki 5 atom N. Atom N ini dapat berupa
amin primer, sekunder maupun tertier yang semuanya bersifat basa (tingkat
kebasaannya tergantung dari struktur molekul dan gugus fungsionalnya).
Kebanyakan alkaloid yang telah diisolasi berupa padatan kristal tidak larut dengan
titik lebur yang tertentu atau mempunyai kisaran dekomposisi. Sedikit alkaloid yang
berbentuk amorf dan beberapa seperti; nikotin dan koniin berupa cairan.
Kebanyakan alkaloid tidak berwarna, tetapi beberapa senyawa yang kompleks,
species aromatik berwarna (contoh berberin berwarna kuning dan betanin berwarna
merah). Pada umumnya, basa bebas alkaloid hanya larut dalam pelarut organik,
meskipun beberapa pseudoalkalod dan protoalkaloid larut dalam air. Garam alkaloid
dan alkaloid quartener sangat larut dalam air.
-
Sifat Kimia
basa daripada dietilamin dan senyawa dietilamin lebih basa daripada etilamin.
Sebaliknya, bila gugus fungsional yang berdekatan bersifat menarik elektron (contoh;
gugus karbonil), maka ketersediaan pasangan elektron berkurang dan pengaruh yang
ditimbulkan alkaloid dapat bersifat netral atau bahkan sedikit asam. Contoh ; senyawa
yang mengandung gugus amida.
Kebasaan alkaloid menyebabkan senyawa tersebut sangat mudah mengalami
dekomposisi, terutama oleh panas dan sinar dengan adanya oksigen. Hasil dari reaksi
ini sering berupa N-oksida. Dekomposisi alkaloid selama atau setelah isolasi dapat
menimbulkan berbagai persoalan jika penyimpanan berlangsung dalam waktu yang
lama. Pembentukan garam dengan senyawa organik (tartarat, sitrat) atau anorganik
(asam hidroklorida atau sulfat) sering mencegah dekomposisi. Itulah sebabnya dalam
perdagangan alkaloid lazim berada dalam bentuk garamnya.
Biosintesis Senyawa Alkaloid
Asam amino merupakan senyawa organik yang sangat penting, senyawa ini
terdiri dari amino (NH2) dan karboksil (COOH). Ada 20 jenis asam amino esensial
yang merulakan standar atau yang dikenal sebagai alfa asam amino alanin, arginin,
asparagin, asam aspartat, sistein, asam glutamat , glutamin, glisin, histidine, isoleusin,
leusin, lysin, metionin, fenilalanine, prolin, serine, treonine, triptopan, tirosine, and
valin. Dari 20 jenis asam amino yang disebutkan diatas, selain tirosin yang juga
merupakan pencetus terbentuknya alkaloid adalah histidin, lisin dan triptopan.
Berikut adalah rumus struktur masing-masing asam amino yang dimaksud :
Dua metode yang paling banyak digunakan untuk menyeleksi tanaman yang
mengandung alkaloid. Prosedur Wall, meliputi ekstraksi sekitar 20 gram bahan tanaman
kering yang direfluks dengan 80% etanol. Setelah dingin dan disaring, residu dicuci
dengan 80% etanol dan kumpulan filtrat diuapkan. Residu yang tertinggal dilarutkan
dalam air, disaring, diasamkan dengan asam klorida 1% dan alkaloid diendapkan baik
dengan pereaksi Mayer atau dengan Siklotungstat. Bila hasil tes positif, maka konfirmasi
tes dilakukan dengan cara larutan yang bersifat asam dibasakan, alkaloid diekstrak
kembali ke dalam larutan asam. Jika larutan asam ini menghasilkan endapan dengan
pereaksi tersebut di atas, ini berarti tanaman mengandung alkaloid. Fasa basa berair juga
harus diteliti untuk menentukan adanya alkaloid quartener.
lain tetapi kurang digunakan adalah asam fosfomolibdat, jodoplatinat, uap jood, dan
antimon (III) klorida.
IDENTIFIKASI ALKALOID
Identifikasi alkaloid dapat dilakukan dengan reaksi-reaksi berikut :
a. Reaksi Pengendapan
1. Reaksi Dragendorf
Pereaksi dragendorf mengandung bismut nitrat dan merkuri klorida dalam
nitrit berair. Ketika suatu alkaloid ditambahkan pereaksi dragendorf maka akan
menghasilkan endapan jingga.
2.
Reaksi Meyer
Pereaksi meyer mengandung kalium iodida dan merkuri klorida. Ketika
sampel ditambah pereaksi meyer maka akan timbul endapan kuning atau larutan
kuning bening lalu ditambah alkohol endapannya larut. Tidak semua alkaloid
mengendap dengan reaksi mayer. Pengendapan yang terjadi akibat reaksi mayer
bergantung pada rumus bangun alkoloidnya.
3.
Reaksi Bauchardat
Pereaksi bauchardat mengandung kalium iodida dan iood. Sampel ditambah
b.
1.
Reaksi Warna
Reaksi dengan asam kuat
Asam kuat seperti H2SO4 pekat dan HNO3 pekat menghasilkan warna kuning
atau merah.
2.
Reaksi Marquis
Pereaksi marquis mengandung formaldehid (1 bagian) dan H 2SO4 pekat (9
Reaksi Frohde
Pereaksi frohde mengandung larutan 1% NH4 molibdat dalam H2SO4 pekat.
Reaksi Mandelin
Pereaksi mandelin mengandung amonium vanadat dalam air ditambah H 2SO4
Piperin
Piperin ditemukan pada CYP3A4 dan P-glycoprotein, enzyme yang penting pada
metabolisme dan transport dari xenobiotik dan metabolit. Pada penelitian pada hewan
piperin juga inhibitor enzym yang lain pada proses metabolisme tubuh. Dengan
menjadi inhibitor maka piperin meningkatkan bioavailabilitas dari beberapa
komponen misalnya pada kurkumin.Piperin juga ditemukan dapat menstimulasi
proses pigmentasi pada kulit. Berdasarkan pada efeknya pada metabolisme obat,
piperin harus diberikan secara hati-hati pada proses medikasi.
Trigonelin
Trigonelin biasanya terdapat pada kopi yang dapat mencegah mutasi bakteri
Streptococcos melekat pada gigi.
Pilokarpin
Sistin
Sistin adalah reseptor agonis nikotinik asetilkolin dan sebagai pengobatan terhadap
preparasi farmasetik dalam upaya pengobatan untuk pecandu nikotin. Derifatif dari
sistin yaitu vareniklin telah dikembangkan sebagai obat penghenti merokok.Tanaman
yang mengandung sistin memiliki efek positif diantaranya adalah rendah toksik tetapi
juga memilki efek samping yaitu mual, muntah, sakit hati, sakit kepala dan pada dosis
tingg menyebabkan kematian akibat dari kegagalan pernapasan.
Nikotin
Nikotin bisa digunakan sebagai salah satu terapi pengobatan bagi pecandu rokok.
Untuk mengkontrol penggunaan nikorin sebagai pengobatan pada pasien biasanya
nikotin diberikan dalam bentuk permen, patch, tablet hisap atau semprot hidung.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa nikotin juga bisa digunakan sebagai salah
satu pengobatan terhadap epilepsi.Nikotin dan metabolitnya sedang diteliti
kemampuannya sebagai terapi untuk penyakit kejiwaan misalnya ADHD,
Schizophrenia dan penyakit Parkinson. Penderita Schizophrenia bisa merokok dua
sampai tiga kali lebih sering dari perokok tanpa gangguan mental, hal ini merupakan
bentuk swa-medikasi untuk meningkatkan perhatian dan meningkatkan daya
ingatnya.
2. Bioaktifitas Golongan Tropan
Atropin
Secara umum atropin memanjangkan dan memendekan seluruh aktifitas dari otot dan
kelenjar yang diregulasi oleh sistem saraf parasimpatik. Ini terjadi karena atropin
merupakan antagonis kompetitif dari reseptor muskarinik asetilkolin.Atropin secara
topikal digunakan sebagai sikloplegik dan sebagai midriatik untuk dilatasi pada pupil.
Atropin menyebabkan midriasis dengan jalan membloking kontraksi dari otot
spingter pupil. Atropin kontraindikasi dengan pasien glaukoma sempit.Atropin bisa
digunakan pada pasien yang memilki trauma yang besar.
Injeksi Atropin biasa digunakan pada terapi bradikardi, asistol dan PEA pada
penderita penyakit jantung. Hal ini terjadi karena adanya reaksi dari syaraf vagus dari
sistem parasimpatik pada jantung yang akhirnya menurunkan tekanan.Atropin
merangsang keluarnya air liur, keringat dan mukosa kelenjar. Hal ini sangat berguna
pada terapi hipertiroid dan dapat mencegah kematian pada pasien. Atropin juga
digunakan sebagai antidotum pada SLUDGE ( Salivation, Lacrimation, Urination,
Diaphoresis, Gastrointestinal motility, Emesis) penyakit yang disebakan karena
keracunan organophospat. Atropin juga bisa dimanfaatkan untuk mengurangi efek
dari asetilkolin.
Kokain
Kokain merupakan stimulan dari sistem syaraf pusat dan penurun nafsu makan.
Secara spesifik merupakan dopamin reuptake inhibitor, noradrenalin reuptake
inhibitor dan sekaligus serotonin reuptake inhibitor. Karena proses kerjanya yang
mempengaruhi mesolimbic reward pathway maka kokain bersifat adktif. Meskipun
demikian kokain juga sering digunakan sebgai anestesi secara topikal, meskipun pada
anak-anak, biasanya terutama pada operasi mata, hidung dan tenggorokan.
Scopolamin
Scopolamin memiliki tiga kegunaan primer: terapi pada mual dan penyakit motion,
terapi pada kejang di saluran pencernaan dan untuk penyakit pada mata.
Kegunaannya secara umum adalah untuk depresan dan mengobati penyakit mata.
Scopolamin jarang digunakan sebagai praanestesi dan tidak pernah digunakan dalam
terapi penyakit Parkinson. Scopolamin juga digunakan sebagai bahan tambahan pada
analgesik narkotik seperti pada obat tidur yang mengandung morfin dan scopolamin.
3. Bioaktifitas Golongan Quinolin
Quinin
Quinin sangat efektif untuk pengobatan pada malaria yang disebabkan oleh
Plasmodium falciparum.
Quinidine
Strychnin
Strichnin memiliki efek sebagai bloker atau antagonis pada inhibitor atau strichninsensitif yakni reseptor glysin. Meskipun Strichnin terkenal sangat beracun tetapi pada
dosis yang kecil bisa digunakan sebagai stimulan, laxantif dan sebagai terapi pada
beberapa sakit perut. Strichnin juga bisa berfungsi sebagai pestisida pada hewan
pengerat.
Brucin
Pada kegiatan medis brucin digunakan sebagai pengatur tekanan darah dan untuk
mengatasi beberapa penyakit jantung.
Veratrin
Veratrin digunakan sebgai salep pada terapi neuralgia dan sakit rematik.
4. Bioaktifitas Golongan Isoquinolin
Codein
Codein bisa dimanfaatkan sebagai obat batuk dengan dosis rendah, juga bisa untuk
diarrhea da untuk beberapa sakit kepala. Terkadang dipasaran codein dipasarkan
dengan campuran kombinasi menggunakan acetaminophen seperti codamol, paracod,
panadeine ataupun juga dikombinasikan dengan analgesik misalnya aspirin seperti
co-codaprin ataupun dengan NSAID ibuprofen seperti Nuferon plus dan lain
sebagainya. Kombinasi tersebut menghasilkan efek synergis obat yang baik.
Morphine
Morfin merupakan narkotika yang dapat berfungsi sebagai agonis reseptor opioid
fenantren. Pada klinis, morfine memiliki efek farmakologi pada sistem syaraf pusat.
Morfin merupakan narkotik rapi-action dan sangat kuat sebagai reseptor -opioid
sehingga menyebabkan efek sedasi, euphoria, penurunan fisik dan depresi
pernapasan. Morfin juga merupakan-opioid bekerja pada spinal analgesia yang
menyebabkan efek miosis dan psycomimetic.Seperti pada obat loperamide, morphine
bekerja pada pleksus myenterikus pada saluran pencernaan, mengurangi motilitas
usus yang dapat menyebabkan konstipasi.
Papaverin
Papaverin digunakan untuk pengobatan pada paisen yang mengalami kejang pada
saluran pencernaan, saluran kemih dan ureter dan juga digunakan sebgai vasodilator
otak dan pada serangan jantung dalam perdarahan dan operasi coronary artery bypass.
Papaverin juga bisa digunakan sebagai relaksan otot polos pada operasi kecil dimana
dilakukan pada pembuluh darah kapiler.
Emetin
Meskipun memiliki sifat poten menjadi anti-protozoa, emetin juga bersifat mudah
menggangu kontraksi otot bahkan menyebabkan kegagalan jantung pada beberapa
kasus medis.
5 Bioaktifitas Golongan Phenetylamin
Pada
otak
manusia
2-phenethylamine
dipercaya
memiliki
fungsi
sebagai
Mescalin
Mescalin sangat efektif bila digunakan sebagai obat diare. Tapi pada penggunaan
dengan dosis yang tidak tepat maka mescalin bisa menyebabkan halusinasi.
Ephedrin
Secara luas ephedrin digunakan sebgai topikal decongestan dan sebagai bronkodilator
pada terapi asma.
Dopamine
Amphetamin
Amphetamin bisa digunakan dalam proses terapi pada ADD, ADHD, narcolepsy,
treatment-resistant depression. Tetapi juga memiliki beberapa kontraindikasi yaitu
pada CNS stimulant, Glaucoma, MAOI.
Amphetamin telah terbukti dapat masuk ke dalam saluran ASI ibu. Karena hal ini
selam ibu menyusui dilarang mengkonsumsi amphetamin.
6 Bioaktifitas Golongan Indol
Tryptamin
Ergolin
Ergolin merupakan salah satu drug of choice yang bisa digunakan dalam pengobatan
penyakit parkinson.
Xanthin
Derivatif dari xantin biasanya berfungsi sebagai stimulant dan sebagai bronchodilator
pada terapi asma. Derivatif xantin yang termetilasi meliputi kafein, paraxantin,
theophyllin dan theobromin memiliki efek sebagai inhibitor phosphodiesterase dan
antagonis adenosine. Xantin juga ditemukan secara luas sebagai bagian dari asam
nukleat.
Caffein
Pada manusia kafein merupakan stimulant dari system syaraf pusat. Sedangkan pada
hewan kafein merupakan pestisida alam yang dapat memparalisis dan membunuh
serangga tertentu dalam maksud mempertahankan diri.
Kafein merupakan stimulant sistem saraf psat sekaligus sebagai stimulant metabolit
dan digunakan secara berkala untuk mengurangi keletihan fisik dan memperbaiki
kesiagapan ketika kelelahan dan rasa mengantuk keluar.
Theobromin
Theophyllin
alkaloid
adalah
tanaman
berbunga,
angiosperma
(famili
: Nyctaginaceae
Zat berkhasiat
: Mirabilidis Radix
Penggunaan
: Lythraceae
Zat berkhasiat
Penggunaan
3.
Gandarusa
Nama simplisia
: Acanthaceae
Zat berkhasiat
Penggunaan
: Haid tidak teratur, bisul (obat luar), memar (obat luar), patah
tulang (obat luar), radang kulit bernanah (obat luar), rematik
(obat luar) dan sakit kepala (obat luar)
Analgesik, antipiretik, diaforetik, diuretik dan sedatif
4.
Handeuleum (Daun wungu)
Nama simplisia
: Graptophylli Folium
Nama Tanaman Asal : Graptophyllum pictum L. Griff
Keluarga
: Acanthaceae
Zat berkhasiat
Penggunaan
5.
Mengkudu
Nama simplisia
: Rubiaceae
Zat berkhasiat
Penggunaan
6.
Nilam
Nama simplisia
: Lamiaceae
Zat berkhasiat
Penggunaan
GLIKOSIDA
Glikosida adalah senyawa yang menghasilkan satu atau Iebih gula (kon) diantara
produk hidrolisisnya dan sisanya berupa senyawa bukan gula (aglikon). Bila gula
yang terbentuk adalah glukosa maka golongan senyawa itu disebut glukosida,
sedangkan bila terbentuk gula Iainnya disebut cilikosida. Di alam ada 0- glikosida, Cglikosida, N-glikosida, dan S-glikosida. Secara kimia, senyawa ini merupakan asetal ,
yaitu hasil kondensasi gugus hidroksil gula dengan gugus hidroksil dan komponen
aglikon, serta ggs hiaroksil sekunder di dalam molekul gula itu sendiri juga mengalami kondensasi membentuk cincin oksida. Secara seder-hana glikosida merupakan
guta eter. Bentuk alfa dan beta mungkin saja ada, namun di alam atau di dalam
tanaman hanya bentuk beta (13) yang ada.
Bila bagian aglikon digunakan sebagai dasa didapatkan penggolongan sebagai
berikut:
1. golongan kardioaktif,
2. golongan antrakinon,
3. golongansaponin,
4. golongan sianopora,
5. golongan isotiosianat,
6. golongan flavonoid,
7. golongan alkohol,
8. golongan aldehida,
9. golongan lakton,
10. golongan fenolat, dan
11. golongan tanin.
Struktur Glikosida
Apabila glukosa direaksikan dengna metilakohol, menghasilkan dua senyawa.
Kedua senyawa ini dapat dipisahkan satu dari yang lain dan keduanya tidak
memiliki sifat aldenida. Keadaan ini membuktikan bahwa yang menjadi pusat reaksi
adalah gugus OH yang terikat pada atom karbon nomor 1. Senyawa yang
terbentuk adalah suatu asetal dan disebut secara umum glikosida. Ikatan yang terjadi
antara gugus metol dengan monosakarida disebut ikatan glikosida dan gugus OH
yang bereaksi disebu gugus OH glikosidik.
Metilglikosida yang dihasilkan dari reaksi glukosa dengan metilalkohol disebut
juga metilglikosarida. Ada dua senyawa yang terbentuk dari reaksi ini. Yaitu metil D-glukosida atau metil--D-glukopiranosida dan metil -D glukosida atau metil -D
glukopiranesida. Kedua senyawa ini berbeda dalam hal rotasi optik, kelarutan serta
sifat fisika lainnya. Dengan hidrolisis metilglikosida banyak terdapat dalam alam,
yaitu pada tumbuhan. Bagian yang buka karbohidrat dalam glikosida ini dalam
berupa metilalkohol, gliserol atau lebih kompleks lahi misalnya sterol di ping itu
antara sesalam menosakarida dapat terjadi ikatan glikosida, misalnya apada molekul
sukrosa terjadi ikatan - glukosida - fruktosida.
seperti komponen aglikon. Senyawa glikosida ini mencakup derivat digitalis dan
strofantus seperti ouabain, yaitu preparat inhibitor enzim Na+ - K+.
Sifat fisika, kebanyakan glikosida berupa hablur, tak berwarna, dan larutan dalam
air. Glikosida kedapatan di dalam akar, kulit, daun buah-buagan yang belum masak
dari beberapa spesies. Pada ummnya, glikosida itu pahit, dapat mengalami hodrolisis
karena asam atau karena suatu enzim (misal emulsin).
Secara spesifik untuk sifat fisika-kimia dari Glikosida salah satunya adalah
Glikosida Antrakinon. Golongan ini aglikonnya adalah sekerabat dengan antrasena
yang memiliki gugus karbonil pada kedua atom C yang berseberangan (atom C9 dan
C10) atau hanya C9 (antron) dan Cg ada gugus hidroksil (antranol). Adapun
strukturnya adaah sebagai berikut.
Sifat fisika & kimia.
Senyawa antrakinon dan turunannya seringkali bewarna kuning sampal merah
sindur (oranye), larut dalam air panas atau alkohol encer. Untuk identifikasi
digunakan reaksi Borntraeger (lihat MMI). Antrakinon yang mengandung gugus
karboksilat (rein) dapat diekstraksi dengan penambahan basa, misalnya dengan
natrium bikarbonat. Hasil reduksi antrakinon adalah antron dan antranol, terdapat
bebas di alam atau sebagai glikosida. Antron bewarna kuning pucat, tidak
menunjukkan fluoresensi dan tidak larut dalam alkali, sedangkan isomernya, yaitu
antranol bewarna kuning kecokiatan dan dengan alkali membentuk larutan berpendar
(berf1uoresensi) kuat. Oksantron merupakan zantara (intermediate) antara antrakinon
dan antranof. Reaksi Borntraeger modifikasi Fairbairn, yaitu dengan menambahkan
hidrogen peroksida akan menujuk-kan reaksi positif. Senyawa ml terdapat dalam
Frangulae cortex. Diantron adalah senyawa dimer tunggal atau campuran dan
molekul antron, hash oksidasi antron (misalnya larutan dalam aseton yang diaerasi
dengan udara). Diantron merupakan aglikon penting dalam Cassia, Rheum, dan
Rhamnus; dalam golongan ini misalnya senidin, aglikon senosida. Reidin A, B, dan C
yang terdapat dalam sena dan kelembak merupakan heterodiantron.
Biosintesis Glikosida
3.