Anda di halaman 1dari 47

FLAVONOID

. A. Pengertian Flavonoid
Flavonoid merupakan senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada
tanaman hijau, kecuali alga. Flavonoid yang lazim ditemukan pada tumbuhan tingkat
tinggi (Angiospermae) adalah flavon dan flavonol dengan C- dan O-glikosida,
isoflavon C- dan O-glikosida, flavanon C- dan O-glikosida, khalkon dengan C- dan
O-glikosida, dan dihidrokhalkon, proantosianidin dan antosianin, auron O-glikosida,
dan dihidroflavonol O-glikosida. Golongan flavon, flavonol, flavanon, isoflavon, dan
khalkon juga sering ditemukan dalam bentuk aglikonnya Menurut Markham (1988),
flovonoid tersusun dari dua cincin aromatis yang dapat atau tidak dapat membentuk
cincin ketiga dengan susunan C6-C3-C6 .Flavonoid merupakan sejenis senyawa fenol
terbesar yang ada, senyawa ini terdiri dari lebih dari 15 atom karbon yang sebagian
besar bisa ditemukan dalam kandungan tumbuhan.Flavonoid juga dikenal sebagai
vitamin P dan citrin, dan merupakan pigmen yang diproduksi oleh sejumlah tanaman
sebagai warna pada bunga yang dihasilkan.Bagian tanaman yang bertugas untuk
memproduksi flavonoid adalah bagian akar yang dibantu oleh rhizobia, bakteri tanah
yang bertugas untuk menjaga dan memperbaiki kandungan nitrogen dalam tanah.

Gambar 1 Struktur Flavonoid

B. Jenis Flavonoid
Susunan ini dapat menghasilkan tiga jenis struktur senyawa flavonoid yaitu:
1. Flavonoida atau 1,3-diarilpropana

2. Isoflavonoida atau 1,2-diarilpropana

3. Neoflavonoida atau 1,1-diarilpropana

Istilah flavonoida diberikan untuk senyawa-senyawa fenol yang berasal dari


kata flavon, yaitu nama salah satu jenis flavonoida yang terbesar jumlahnya dalam
tumbuhan. Senyawa-senyawa flavon ini mempunyai kerangka 2-fenilkroman, dimana
posisi orto dari cincin A dan atom karbon yang terikat pada B dari cincin 1,3diarilpropanan dihubungkan oleh jembatan oksigen sehingga membentuk cincin
heterosiklik yang baru .Kelas-kelas yang berlainan dalam golongan ini dibedakan
berdasarkan cincin heterosiklik-oksigen tambahan dan gugus hidroksil yang tersebar

menurut pola yang berlainan. Flavonoid sering terdapat sebagai glikosida. Golongan
terbesar flavonoid berciri mempunyai piran yang menghubungkan rantai tiga-karbon
dengan salah satu dari cincin benzene. Sistem penomoran untuk turunan flavonoid
diberikandibawah:

Di antara flavonoid khas yang mempunyai kerangka seperti diatas berbagai


jenis

dibedakan

tahanan

oksidasi

dan

keragaman

pada

rantai

C3.

Flavonoid mencakup banyak pigmen yang umum dan terdapat pada seluruh dunia
tumbuhan mulai dari fungsi sampai angiospermae.
a. Katekin dan proantosianidin
Katekin dan proantosianidin adalah dua golongan senyawa yang mempunyai
banyak kesamaan. Semuanya senyawa terwarna, terdapat pada seluruh dunia
tumbuhan berkayu.kita hanya mengenal tiga jenis katekin, perbedaannya hanya pada
jumlah gugus hidroksil pada cincin B. Senyawa ini mempunyai dua atom karbon kiral
dan karena itu mungkin terdapat 4 isomer.
b. Flavanon dan Flavanonol
Senyawa ini terdapat hanya sedikit sekali jika dibandingkan dengan flavonoid
lain. Mereka terwarna atau hanya kuning sedikit. Karena konsentrasinya rendah dan

tidak berwarna maka sebagian besar diabaikan. Flavanon (atau dihidroflavanon)


sering terjadi sebagai aglikon (60) tetapi beberapa glikosidanya dikenal sebagai,
misalnya, hesperidin dan naringin dari kulit buah jeruk. Flavanonol merupakan
flavonoid yang kurang dikenal, dan kita tidak mengetahui apakah senyawa ini
terdapat sebagai glikosida.
c.Flavon, flavanol, isoflavon
Flavon atau flavonol merupakan senyawa yang paling tersebar luas dari
semua semua pigmen tumbuhan kuning, meskipun warna kuning tumbuhan jagung
disebabkan oleh karatenoid. Isoflavon tidak begitu menonjol, tetapi senyawa ini
penting sebagai fitoaleksin. Senyawa yang lebih langka lagi ialah homoisoflavon.
Senyawa ini biasanya mudah larut dalam air panas dan alkohol meskipun beberapa
flvonoid yang sangat termitalasi tidak larut dalam air.

d.Auron
Auron atau system cincin benzalkumaranon dinomori sebagai berikut :

Auron berupa pigmen kuning emas terdapat dalam bunga tertentu dan
bryofita. Dikenal hanya lima aglikon, tetapi pola hidroksilasi senyawa ini umumnya
serupa dengan pola pada flavonoid lain begitu pula bentuk yang dijumpai ialah
bentuk glikosida dan eter metil. Dalam larutan basa senyawa ini menjadi merah ros.
Beberapa auron, struktur dan tumbuhan sumber terdapat dalam contoh dibawah ini.

C. Isolasi dan Identifikasi Flavonoid


1.

Isolasi Dengan metanol


Terhadap bahan yang telah dihaluskan, ekstraksi dilakukan dalam dua tahap.

Pertama dengan metanol:air (9:1) dilanjutkan dengan metanol:air (1:1) lalu dibiarkan
6-12 jam. Penyaringan dengan corong buchner, lalu kedua ekstrak disatukan dan
diuapkan hingga 1/3 volume mula-muIa, atau sampai semua metanol menguap
dengan ekstraksi menggunakan pelarut heksan atau kloroform (daIam corong pisah)
dapat dibebaskan dari senyawa yang kepolarannya rendah, seperti lemak, terpen,
klorofil, santifil dan lain-lain .
2.

Isolasi Dengan Charaux Paris

Serbuk tanaman diekstraksi dengan metanol,lalu diuapkan sampai kental dan


ekstrak kental ditambah air panas dalam volume yang sama, Ekstrak air encer lalu
ditambah eter, lakukan ekstraksi kocok, pisahkan fase eter lalu uapkan sampai kering
yang kemungkinan didapat bentuk bebas. Fase air dari hasil pemisahan ditambah lagi
pelarut etil. asetat diuapkan sampai kering yang kemungkinan didapat Flavonoid O
Glikosida. Fase air ditambah lagi pelarut n - butanol, setelah dilakukan ekstraksi,
lakukan pemisahan dari kedua fase tersebut. Fase n-butanol diuapkan maka akan
didapatkan ekstrak n - butanol yang kering, mengandung flavonoid dalam bentuk Cglikosida dan leukoantosianin. Dari ketiga fase yang didapat itu langsung dilakukan
pemisahan dari komponen yang ada dalam setiap fasenya dengan mempergunakan
kromatografi koLom. Metode ini sangat baik dipakai dalam mengisolasi flavonoid
dalam tanaman karena dapat dilakukan pemisahan flavonoid berdasarkan sifat
kepolarannya.
3.

Isolasi dengan beberapa pelarut.


Serbuk kering diekstraksi dengan kloroform dan etanol, kemudian ekstrak

yang diperoleh dipekatkan dibawah tekanan rendah. Ekstrak etano lpekat dilarutkan
dalam air lalu diekstraksi gojog dengan dietil eter dan n-butanol, sehingga dengan
demikian didapat tiga fraksi yaitu fraksi kloroform, butanol dan dietil eter.
4.
ldentifikasi Dengan Reaksi warna

Uji WILSTATER
Uji ini untuk mengetahui senyawa yang mempunyai inti benzopiron. Warna-warna
yang

dihasilkan

dengan

reaksi

Wilstater

adalah

sebagai

berikut:

menuniukkan

adanya

senyawa

- Jingga Daerah untuk golongan flavon.


- Merah krimson untuk golongan flavonol.
- Merah tua untuk golongan flavonon.

Uji BATE SMITH MATECALVE


Reaksi

warna

ini

digunakan

untuk

leukoantosianin,reaksi positif jika terjadi warna merah yang intensif atau warna ungu.
D.Sifat Fisika Dan Kimia Senyawa Flavonoid

Flavonoid merupakan senyawa polifenol sehingga bersifat kimia senyawa


fenol yaitu agak asam dan dapat larut dalam basa, dan karena merupakan senyawa
polihidroksi(gugus hidroksil) maka juga bersifat polar sehingga dapat larut dalan
pelarut polar seperti metanol, etanol, aseton, air, butanol, dimetil sulfoksida, dimetil
formamida. Disamping itu dengan adanya gugus glikosida yang terikat pada gugus
flavonoid sehingga cenderung menyebabkan flavonoid mudah larut dalam air.
Pemisahan senyawa golongan flavonoid berdasarkan sifat kelarutan dalam
berbagai macam pelarut dengan polaritas yang meningkat adalah sebagai berikut :
1. Flavonoid bebas dan aglikon,dalam eter .
2. O-Glikosida,dalam etil asetat.
3. C-Glikosida dan leukoantosianin dalambutanol dan amil alkohoI.
Oleh karena itu banyak keuntungan ekstraksi dengan polaritas yang meningkat.

E. Biosintesis Flavonoid
Biosintesis flavonoid sudah mulai diteliti sejak tahun 1936. Pada awalnya
para peniliti mengkaitkan C6-C3-C6 dari flavonoid merupakan hasil dari fenil
propanoid. Tetapi selama bertahun-tahun diperoleh teori sintesis flavonoid dan telah
dibuktikan di laboratorim.Secara umum sintesis flavonoid terdiri dari dua jalur yaitu
jalur poliketida, dan jalur fenil propanoid. Jalur poliketida ini merupakan serangkaian
reaksi kondensasi dari tiga unit asetat atau malonat. Sedangkan jalur fenilpropanoid
atau biasa disebut jalur shikimat
1. Jalur poliketida
Reaksi yang terjadi pada jalur ini diawali dengan adanya reaksi antara asetilCoA
dengan

CO yang akan menghasilan malonatCoA. Setelah itu malonatCoA

akanbereaksi dengan asetilCoA menjadi asetoasetilCoA. AsetoaseilCoA yang


terbentuk akan bereaksi dengan malonatCoA dan reaksi ini akan berlanjut sehingga
membentuk poliasetil. Poliasetil yang terbentuk akan berkondensasi dan berekasi
dengan hasil dari jalur fenilpropanoid akan membentuk suatu flavonoid. Jenis
flavonoid yang terbentuk dipengaruhi dari bahan fenilpropanoid

2. Jalur Fenilpropanoid.
Jalur ini merupakan

bagian dari glikolisis tetapi tidak memperoleh suatu asam

piruvat melainkan memperoleh asam shikimat. Reaksi ini melibatkan eritrosa dan
fosfo enol piruvat. Asam shikimat yang terbentuk akan ditransformasikan menjadi
suatu asam amino yaitu fenilalanin dan tirosin. Fenilalanin akan melepas NH3 dan
membentuk asam sinamat sedangkan tirosin akan membentuk senyawa turunan asam
sinamat karena adanya subtitusi pada gugus benzennya
F. Bioaktivitas Flavonoid
a.
Anti-inflamasi
Mekanisme anti-inflamasi terjadi melalui efek penghambatan jalur metabolisme asam
arachidonat, pembentukan prostaglandin, pelepasan histamin, atau aktivitas radical
scavenging suatu molekul. Melalui mekanisme tersebut, sel lebih terlindung dari
pengaruh negatif, sehingga dapat meningkatkan viabilitas sel. Senyawa flavonoid
yang dapat berfungsi sebagai anti-inflamasi adalah toksifolin, biazilin, haematoksilin,
gosipin, prosianidin, nepritin, dan lain-lain.
b. Anti-tumor/Anti-kanker
Senyawa isoflavon yang berpotensi sebagai antitumor/antikanker adalah genistein
yang merupakan isoflavon aglikon (bebas). Genistein merupakan salah satu
komponen yang banyak terdapat pada kedelai dan tempe. Penghambatan sel kanker
oleh

genistein,

melalui

mekanisme

sebagai

berikut

(1)

penghambatan

pembelahan/proliferasi sel (baik sel normal, sel yang terinduksi oleh faktor
pertumbuhan sitokinin, maupun sel kanker payudara yang terinduksi dengan nonilfenol atau bi-fenol A) yang diakibatkan oleh penghambatan pembentukan membran
sel, khususnya penghambatan pembentukan protein yang mengandung tirosin; (2)
penghambatan aktivitas enzim DNA isomerase II; (3) penghambatan regulasi siklus
sel; (4) sifat antioksidan dan anti-angiogenik yang disebabkan oleh sifat reaktif
terhadap senyawa radikal bebas; (5) sifat mutagenik pada gen endoglin (gen
transforman faktor pertumbuhan betha atau TGF). Mekanisme tersebut dapat
berlangsung apabila konsentrasi genestein lebih besar dari 5M.

c.
Anti-virus
Mekanisme penghambatan senyawa flavonoida pada virus diduga terjadi melalui
penghambatan sintesa asam nukleat (DNA atau RNA) dan pada translasi virion atau
pembelahan dari poliprotein. Percobaan secara klinis menunjukkan bahwa senyawa
flavonoida tersebut berpotensi untuk penyembuhan pada penyakit demam yang
disebabkan oleh rhinovirus, yaitu dengan cara pemberian intravena dan juga terhadap
penyakit hepatitis B. Berbagai percobaan lain untuk pengobatan penyakit liver masih
terus berlangsung.
d. Anti-allergi
Aktivitas anti-allergi bekerja melalui mekanisme sebagai berikut : (1) penghambatan
pembebasan histamin dari sel-sel mast, yaitu sel yang mengandung granula,
histamin, serotonin, dan heparin; (2) penghambatan pada enzim oxidative nukleosid3,5 siklik monofast fosfodiesterase, fosfatase, alkalin, dan penyerapan Ca; (3)
berinteraksi dengan pembentukan fosfoprotein. Senyawa-senyawa flavonoid lainnya
yang digunakan sebagai anti-allergi antara lain terbukronil, proksikromil, dan
senyawa kromon.
e.
Penyakit kardiovaskuler
Berbagai pengaruh positif isoflavon terhadap sistem peredaran darah dan penyakit
jantung banyak ditunjukkan oleh para peneliti pada aspek berlainan. Khususnya
isoflavon pada tempe yang aktif sebagai antioksidan, yaitu 6,7,4- trihidroksi isoflavon
(Faktor-II), terbukti berpotensi sebagai anti kotriksi pembuluh darah (konsentrasi
5g/ml) dan juga berpotensi menghambat, pembentukan LDL (low density
lipoprotein). Dengan demikian isoflavon dapat mengurangi terjadinya arterosclerosis
pada pembuluh darah. Pengaruh isoflavon terhadap penurunan tekanan darah dan
resiko CVD (cardio vascular deseases) banyak dihubungkan dengan sifat
hipolipidemik dan hipokholesteremik senyawa isoflavon.
f.
Estrogen dan Osteoporosis
Pada wanita menjelang menopause, produksi estrogen menurun sehingga
menimbulkan berbagai gangguan. Estrogen tidak saja berfungsi dalam sistem
reproduksi, tetapi juga berfungsi untuk tulang, jantung, dan mungkin juga otak.
Dalam melakukan kerjanya, estrogen membutuhkan reseptor estrogen (ERs) yang
dapat on/off di bawah kendali gen pada kromosom yang disebut _-ER. Beberapa

target organ seperti pertumbuhan dada, tulang, dan empedu responsif terhadap _-ER
tersebut. Isoflavon, khususnya genistein, dapat terikat dengan _-ER. Walaupun
ikatannya lemah, tetapi dengan -ER mempunyai ikatan sama dengan estrogen.
Senyawa isoflavon terbukti mempunyai efek hormonal, khususnya efek estrogenik.
Efek estrogenik ini terkait dengan struktur isoflavon yang dapat ditransformasikan
menjadi equol. Dimana equol mempunyai struktur fenolik yang mirip dengan hormon
estrogen. Mengingat hormon estrogen berpengaruh pula terhadap metabolisme
tulang, terutama proses kalsifikasi, maka adanya isoflavon yang bersifat estrogenik
dapat berpengaruh terhadap berlangsungnya proses kalsifikasi. Dengan kata lain,
isoflavon dapat melindungi proses osteoporosis pada tulang sehingga tulang tetap
padat dan masif.
g. Anti kolesterol
Efek isoflavon terhadap penurunan kolesterol terbukti tidak saja pada hewan
percobaan seperti tikus dan kelinci, tetapi juga manusia. Pada penelitian dengan
menggunakan tepung kedelai sebagai perlakuan, menunjukkan bahwa tidak saja
kolesterol yang menurun, tetapi juga trigliserida VLDL (very low density lipoprotein)
dan LDL (low density lipoprotein). Di sisi lain, tepung kedelai dapat meningkatkan
HDL (high density lipoprotein) (Amirthaveni dan Vijayalakshmi, 2000). Mekanisme
lain penurunan kolesterol oleh isoflavon dijelaskan melalui pengaruh peningkatan
katabolisme sel lemak untuk pembentukan energi yang berakibat pada penurunan
kandungan kolesterol.
G. Senyawa Flavonoid Pada Simplisia Tanaman
Flavonoid sebenarnya terdapat pada semua bagian tumbuhan termasuk daun,
akar, kayu, kulit, tepungsari, nektar, bunga, buah dan biji. Hanya sedikit catatan yang
melaporkan flavonoid pada hewan, misalnya dalam kelenjar bau berang-berang,
propilis (sekresi lebah), sayap kupu-kupu, yang mana dianggap bukan hasil
biosintesis melainkan dari tumbuhan yang menjadi makanan hewan tersebut,
Senyawa antosianin sering dihubungkan dengan warna bunga tumbuhan. Sianidin
umumnya terdapat pada suku Gramineae. Senyawa biflavonoid banyak terdapat pada
subdivisi Gymnospernae sedang isoflavonoid pada suku leguminosae. Pada

tumbuhan yang mempunyai morfologi sederhana seperti lumut, paku, dan paku ekor
kuda mengandung senyawa flavonoid O-GIikosida, flavonol, flavonon, Khalkon,
dihidrokhalkon, C-Gl ikosida . Angiospermae mengandung senyawa flavonoid
kompleks yang lebih banyak.
Berikut beberapa contoh tanaman yang mengandung flavonoid
1.
Kembang Sepatu
Nama simplisia

: Hibiscus rosa-sinensidis Folium, Hibiscus rosasinensidis Radix

Nama Tanaman Asal : Hibiscus rosa-sinensis L.


Keluarga

: Malvaceae

Zat berkhasiat

: Lendir, flavonoid, dan zat samak

Penggunaan

: Akar : Batuk, bronkitis, demam, haid tidak teratur,


infeksi saluran

kemih,keputihan, pelembut kulit,

radang kemih dan sariawanbisul (obat luar), radang


kulit bernanah (obat luar), radang payudara(obat luar)
Anti inflamasi, diuretik, analgesik, sedatif, dan
ekspectoran.
2.

Mahoni

Nama simplisia

: Swieteniae Radix

Nama Tanaman Asal : Swietenia mahaboni Jacq.


Keluarga

: Meliaceae

Zat berkhasiat

: Saponin dan flavonoida

Penggunaan

: Tekanan darah tinggi (hipertensi),kencing manis


(diabetes militus),kurang nafsu makan,masuk angin,
demam, rematik, ,

3.

Nangka

Nama simplisia

: Artocarpi Lignum

Nama Tanaman Asal : Artocarpus integra Merr. Thumb.


Keluarga

: Moraceae

Zat berkhasiat

: Morin, flavon, sianomaklurin (zat samak), dan tanin

Penggunaan

: Anti spasmodik dan sedatif

4.

Remak Daging

Nama simplisia

: Hemigraphis coloratae Folium

Nama Tanaman Asal : Hemigraphis colorata Hall.


Keluarga

: Euphorbiaceae

Zat berkhasiat

: Flavonoid, natrium, senyawa kalium

Penggunaan

Disentri,

wasir,

perdarahan

sesudah

melahirkan

Diuretik dan hemostatik


5.
Temu Putih
Nama simplisia

: Zedoariae Rhizoma

Nama Tanaman Asal : Curcuma zedoaria Berg. Roscoe.


Keluarga

: Zingiberaceae

Zat berkhasiat

: Minyak atsiri zingiberin, sineol, prokurkumenol,


kurkumenol, kurkumol
isofuranolgermakrena,kukumadeol, hars, zat pati
lendir,minyak lemak, saponin, polivenol danflavonoid.

Penggunaan

: Kanker rahim, kanker kulit, pencernaan tidak baik,


nyeri

hamil

rahim

membesar, sakit

maag,

Antineoplastik.
6.
Kulit kina
Nama simplisia

: Cinchonae Cortex

Nama Tanaman Asal : Cinchona succirubra


Keluarga

: Rubiaceae

Zat berkhasiat

: alkaloida kinina, saponin, flavonoida dan politenol

Penggunaan

: anti malaria

7.
Gandarusa
Nama simplisia

: Gendarusa Folium ; Gendarusa Radix

Nama Tanaman Asal : Justicia gendarussa Burm. F.


Keluarga

: Acanthaceae

Zat berkhasiat

: Alkaloid,saponin, flavonoid, polifenol


Alkaloid yustisina dan minyak atsiri

Penggunaan

: Haid tidak teratur, bisul (obat luar), memar (obat luar),

memar

patah tulang (obat luar), radang kulit bernanah (obat


luar), rematik
8.
Sidaguri
Nama simplisia

(obat luar) .

: Sidae Folium

Nama Tanaman Asal : Sida rhombifolia L.


Keluarga

: Malvaceae

Zat berkhasiat

: flavonoid, sterol Alkaloid hipaforina,gula, triterpenoid.

Penggunaan

Batuk

darah,

batu

ginjal,cacing

keremi,

demam,

disentri, malaria, sakit perut, rematik, radang amandel,


selesma,
luar),

usus buntu, Bisul (obat luar), Eksem (obat


gatal

(obat

luar),

ketombe

Anti inflamasi, diuretik, dan analgesik.

TANIN
A. Pengertian Tanin

(obat

luar)

Tanin secara umum didefinisikan sebagai senyawa polifenol yang memiliki


berat molekul cukup tinggi (lebih dari 1000) dan dapat membentuk kompleks dengan
protein.
Senyawa-senyawa kompleks yang tersebar luas dalam dunia tumbuhtumbuhan terdapat dalam jumlah besar pada daun, buah dan batang. Campuran
senyawa polifenol, semakin banyak jumlah gugus fenolik maka semakin besar ukuran
molekul tanin .

Gambar . Struktur Tanin

Tanin berikatan kuat dengan protein & dapat mengendapkan protein dari
larutan.Tanin terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh, dalam angiospermae
terdapat khusus dalam jaringan kayu. Menurut batasannya, tannin dapat bereaksi
dengan protein membentuk kopolimer mantap yang tak larut dalam air. Dalam
industry, tannin adalah senyawa yang berasal dari tumbuhan, yang mampu mengubah
kulit hewan yang mentah menjadi kulit siap pakai karena kemampuannya
menyambung silang protein.
B. Penggolongan Tanin
Secara kimia terdapat dua jenis tanin yang tersebar tidak merata dalam dunia
tumbuhan. Tanin terkondensasi hampir terdapat semesta di dalam paku-pakuan dan
gimnospermae, serta tersebar luas dalam angiospermae, terutama pada jenis
tumbuhan berkayu. Sebaliknya, tannin yang terhidrolisiskan penyebarannya terbatas
pada tumbuhan berkeping dua, di Inggris hanya terdapat pada suku yang sedikit.
Tetapi kedua jenis tanin itu dijumpai bersamaan dalam tumbuhan yang sama seperti
yang terjadi pada kulit dan daun ek, Quercus.

1. Tanin Terkondensasi (Condensed Tannins)


Tanin jenis ini biasanya tidak dapat dihidrolisis, tetapi dapat terkondensasi
meghasilkan asam klorida. Tanin jenis ini kebanyakan terdiri dari polimer flafonoid
yang merupakan senyawa fenol dan telah dibahas pada bab yang lain.Nama lain dari
tanin ini adalah Proanthocyanidin. Proanthocyanidin merupakan polimer dari
flavonoid yang dihubungan dengan melalui C 8 dengan C4. Salah satu contohnya
adalah Sorghum procyanidin, senyawa ini merupakan trimer yang tersusun dari
epiccatechin dan catechin. Jika terkondensasi maka akan menghasilkan flavanoid
jenis flavan dengan bantuan nuklofil berupa floroglusinol.
terdiri dari molekul-molekul katekin dan epikatekin yang dihubungkan dengan
ikatan C-C
katekin, epikatekin monomer
2 4 monomer prosianidin oligomerik (OPC)
Bobot molekul 1000-3000
Lebih tahan terhadap penguraian
Lebih mudah teroksidasi warna merah muda keunguan
Penyimpanan flobafen (=flobatanin)
2. Tanin Terhidrolisiskan (hydrolysable tannins)
Hydrolysable Tannin = Pirogalol tanin
a. Terdiri dari molekul gula pusat yang terikat pada molekul-molekul asam galat
(galitanin) atau asam heksahidroksidifenat (elagitanin)
b. Merupakan glikosida sehingga mudah terhidrolisis asam fenolat (asam/enzim) +
gula
c. Berat molekul galitanin1000-1500,sedangkan Berat molekul Ellaggitanin 10003000
d. Tanin ini biasanya berikatan dengan karbohidrat dengan membentuk jembatan
oksigen, maka dari itu tanin ini dapat dihidrolisis dengan menggunakan asam sulfat
atau asam klorida. Salah satu contoh jenis tanin ini adalah gallotanin yang merupakan
senyawa gabungan dari krbohidrat dengan asam galat.
C. Isolasi
Isolasi dan Penentuan Kadar Tanin (dalam kulit bakau dan daun teh)

Mula-mula 2.5 g bahan yang telah ditumbuk ditambah 200 mL akuades dan
dididihkan selama 30 menit. Setelah dingin, hasil tadi dimasukkan ke dalam labu
takar 250 mL dan ditare dengan akuades. Setelah itu hasil hasil tadi disaring dan
filtratnya (filtrat 1) diambil. Kemudian 5 mL dari filtrat ini diambil dan ditambah 10
mL larutan indigokarmin serta 375 mL akuades. Setelah itu, larutan dititrasi dengan
KMnO4 0.1 N hingga warnanya menjadi kuning emas. Titrasi ini dilakukan duplo.
Volume titran yang diperlukan sebanyak A mL. Setelah itu, 25 mL filtrat 1 diambil
dan ditambah 12.5 larutan glatin, 25 mL larutan garam asam, dan 2.5 g kaolin bubuk.
Kemudian dikocok beberapa menit, disaring dan diambil filtratnya (filtrat 2).
Kemudian 25 mL dari filtrat 2 ini diambil dan ditambah 10 mL larutan indigokarmin,
dan 375 mL akuades. Setelah itu, larutan ini dititrasi dengan KMnO 4 0.1 N sebanyak
duplo. Volume titran yang diperlukan adalah sebanyak B mL. Setelah itu, kadar tanin
diperhitungkan

D. Sifat - Sifat Tanin


1. Sifat Khusus
- Tidak dapat dikristalisasi
- Bila ditambah air larutan koloidal, reaksi asam, rasa astringen.
- Mengendapkan larutan gelatin, protein dan alkaloid dalam larutan
- garam Fe (III) senyawa biru tua / hitam kehijauan (larut)
- K-ferisianida + NH4OH warna merah tua
- Mengendap dengan garam-garam Cu, Pb, Sn, lar. K-bikromat kuat / asam
kromat 1 %
dalam larutan basa mudah mengabsorbsi oksigen
2. Sifat Umum
- Dalam air membentuk larutan koloidal yang bereaksi asam dan sepat .
- Mengendapkan larutan gelatin dan larutan alkaloid.
- Tidak dapat mengkristal.
- Larutan alkali mampu mengoksidasi oksigen.
Mengendapkan protein dari larutannya dan bersenyawa dengan protein
tersebut sehingga tidak dipengaruhi oleh enzim protio
E . Biosentesis Tanin

Tannin-terkondensasi atau flavolan secara biosintesis dapat dianggap


terbentuk dengan cara kondensasi katekin tunggal (atau galotanin) yang membentuk
senyawa dimer dan kemudian oligomer yang lebih tinggi. Ikatan karbon-karbon
menghubungkan satu satuan flavon dengan satuan berikutnya melalui ikatan 4-8 atau
6-8. Kebanyakan flavolan memiliki 2 sampai 20 satuan flavon. Nama lain untuktaninterkondensasi adalah proantosianidin karena bila direaksikan dengan asam panas,
beberapa ikatan karbon-karbon penghubung satuan terputus dan dibebaskanlah
monomer antosianidin. Kebanyakan proantosianidin adalah prosianidin, ini berarti
bila direaksikan dengan asam akan menghasilkan sianidin.
Tanin-terhidrolisiskan terutama terdiri atas dua kelas, yang paling sederhana
adalah depsida galoilglukosa. Pada senyawa ini, inti yang berupa glukosa dikelilingi
oleh lima gugus ester galoil atau lebih. Pada jenis kedua, inti molekul berupa senyawa
dimer asam galat, yaitu asam heksahidroksidifenat, di sini pun berikatan dengan
glukosa. Bila dihidrolisis elagitanin ini menghasilkan asam elagat. Tanin
terhidolisiskan ini pada pemanasan dengan asam klorida atau asam sulfat
menghasilkan gallic atau ellagic. Hydrolyzable tanin yang terhidrolisis oleh asam
lemah atau basa lemah untuk menghasilkan karbohidrat dan asam fenolat. Contoh
gallotannins adalah ester asam gallic glukosa dalam asam tannic (C 76H52O46),
ditemukan dalam daun dan kulit berbagai jenis tumbuhan.
F.Bioaktivitas Tanin

Tanin terkondensasi
Tanin ini bisa ditemukan di resam gimnosperm, dan beberapa anglosporm,
khususnya pada pohon, tanaman ini berasal dari katelin (Flavo-3-01) yang
terkondensasi, kemudian berpolimerisasi atau berdimernsasi antar katein. Tanin jenis
ini bisa disebut proantosiannidin karena dengan penambahan pelarut asam kuat dan
suhu tinggi, beberapa karbon yang berikatan menjadi patah lalu terbentuk
antosianidin (monomer ).

Tanin terkondensasi digu nakan dalam bidang pengobatan untuk mengobati


luka bakar, yakni dengan menghasilkan selaput tipis pada kulit yang terluka. Selain
itu, juga dapat dipakai untuk melawan toksin dalam tubuh dengan mengurangi
pendarahan. Misalnya, prosianidin B4 bisa digunakan untuk luka dan ulker pada perut
anak-anak, kandelin A1 atau shinchonin-1a-(43-8) katelin biasa dipakai untuk
penyaman kulit.
Tanin terhidrolisis :
Tanin ini memiliki aktivitas biologis farmakologi yang sangat dibutuhkan di
era sekarang ini, yakni fungsinya sebagai anti virus dan anti tumor, misalnya
kelompok golongan tanin yang telah terbukti menghambat virusimunologi manusia
yang menstrankrip dan berfungsi sebagai anti virus.

G. Contoh Tanaman yang Mengandung Tanin

Divisio : Spermatophyta

Subdivisio: Angiospermae

Classis : Dicotyledoneae

Ordo : Myrtales

Familia : Myrtaceae

Genus : Psidium

Species : Psidium guajava L


Jambu biji (Psidium guajava L) tersebar meluas hingga Asia Tenggara

termasuk Indonesia, Asia Selatan, India dan Srilanka. Jambu biji termasuk tanaman
perdu yang memiliki banyak cabang dan ranting serta batang pohonnya keras.
Permukaan kulit luarnya berwarna coklat dan licin. Bila kulit kayu jambu biji
dikelupas akan terlihat permukaan batang kayunya basah. Bentuk daunnya bercorak
bulat telur dengan ukuran agak besar dan bunganya kecil-kecil berwarna putih dan

muncul dari ketiak daun. Tanaman ini dapat tumbuh subur di daerah dataran rendah
sampai ketinggian 1200 meter di atas permukaan laut. Pada umur 2-3 tahun jambu
biji sudah mulai berbuah dan bijinya banyak terdapat pada daging buahnya. Daun
jambu biji (Psidium guajava L) merupakan daun tunggal bertangkai pendek dengan
letak berhadapan dan panjang tangkai daun 0,5-1 cm. Helaian daun bulat memanjang
agak jorong, ujung tumpul, pangkal membulat, tepi rata agak menekuk ke atas,
pertulangan menyirip dengan panjang 6-14 cm dan lebar 3- 6 cm berwarna hijau. Ibu
tulang daun dan tulang cabang menonjol pada permukaan bawah, bertulang menyirip.

KUMARIN
A Pengertian Kumarin
Nama kumarin berasal dari bahasa Karibia Coumarou yang berarti pohon
tonka (Coumarouna adorata Abl), yaitu tumbuhan pertama yang diketahui
mengandung kumarin. Barulah pada tahun 1868, kumarin dikenal dengan rumus
C9H6O2.
Senyawa yang mengandung kumarin (2H-1-benzopyran-2-one) merupakan
sebuah kelompok yang penting dari heterosiklis dan banyak contoh yang
ditemukan di alam. Kumarin sendiri pertama kali diisolasi tahun 1822 dari kacang
tonka. Kumarin dan turunannya juga telah diisolasi dari semanggi, rumput
banteng dan woodruff.

Gambar.Struktur Kumarin

Kumarin yang terkandung dalam suatu tumbuhan dapat dikenal dari baunya.
Bila tumbuhan tersebut dikeringkan, maka akan memberikan bau yang khas.
Untuk pembuktian secara kualitatif dilakukan uji berdasarkan pada sifat
fluoresensinya dengan sinar ultraviolet.
Larutan kumarin dalam alkali yang baru dibuat atau disimpan pada tempat
yang gelap tidak menunjukkan adanya fluoresensi. Namun bila larutan tersebut
diradiasi
dengan sinar ultraviolet, maka akan memberikan fluoresensi berwarna kuninghijau dalam beberapa menit. Hal yang sama dapat juga dilakukan dengan
membiarkannya dalam cahaya matahari dalam jangka waktu yang lama. Dalam

proses tersebut terjadi fototransformasi dari bentuk asam cis-hidroksinamat (III)


yang tidak berfluoresensi ke bentuk asam trans-hidroksinamat (IV) yang
berfluoresensi .
B Penggolongan Kumarin
Kumarin merupakan kelompok senyawa fenol yang umumnya berasal dari
tumbuhan tinggi dan jarang ditemukan pada mikroorganisme, kumarin ini
mempunyai kerangka C6-C3.
Senyawa kumarin dibagi empat kelompok :

Kumarin sederhana dan turunannya yang berupa hasil hidroksidasi alkoksida,


glikosida. Contohnya : suberosin.

Furano kumarin jenis linear dan anguler, dimana terdapat subtitusi pada posisi
benzoid. Contohnya : angelicin.

Pyranokumarin analog dengan furano kumarin tapi memiliki cincin enzim


pada subtituennya. Contohnya : xantyletin.

Kumarin yang tersubtitusi pada cincin purin. Seperti 4-hidroksi kumarin.

C Isolasi
Isolasi menggunakan kulit buah jeruk
Sebanyak 1 kg kulit buah jeruk purut kering yang telah dibersihkan
dandikeringkan di udara diblender halus kemudian dimaserasi denganpetroleum
eter selama 3 x 24 jam untuk menghilangkan minyak yang terkandung di dalam
sampel.Residu dikeringkan di udara terbuka sampai bau petroleum eter hilang.
Dengan carayang sama residu dimaserasi kembali dengan etanol selama 4 x 24
jam. Ekstrak etanol dikisatkan pada tekanan rendah pada suhu 30 400C dengan

rotaryevaporator.Fraksi etanol kemudiandifraksinasi menggunakan corong pisah


berturut-turutdengan heksana dan etil asetat.Kemudian semua fraksi dipekatkan
dan dilakukanujifitokimia.Fraksi etil asetat sebanyak 2,5 gram dipisahkandengan
kromatografikolom sistem kepolaran bertingkat (Step Gradien Polarity) dengan
eluen heksana100%, heksana : etil asetat 9 : 1, heksana : etil asetat 7 : 3, heksana :
etil asetat 5 : 5,heksana :etil asetat 4 : 6, heksana : etil asetat 3 : 7, heksana : etil
asetat 2 : 8, heksana: etil asetat 1 : 9, etil asetat 100% ditampung 70 fraksi @ 10
ml. Dari pemisahan tadidianalisis KLT dan diperoleh lima fraksi utama yaitu
fraksi I (1-8) tiga noda, fraksi II(9-26) tiga noda, fraksi III (27-39) empat noda,
fraksi IV (40-51) empat noda danfraksi V (52-70) tiga noda. Fraksi II selanjutnya
dipisahkan kembali dengankromatotron, eluen heksana : etil asetat (4 : 6)
ditampung 4 frkasi utama dandianalisis KLT. Dari pengamatan KLT terlihat fraksi
II2menunjukkan satu noda(dengan sedikit pengotor), berupa cairan kental.
D Sifat Fisika dan Kimia
Sifat fisis dari senyawa kumarin sebagai berikut:
a) Kristal berbentuk jarum dan tidak berwarna
b) Titik leleh 670 690 C
c) Titik didih 2970 2990 C
d) Mulai menyublim pada suhu 1000 C
e) Larut 0,25 g/100 ml pada suhu 250 C
f)

Larut 47,00 g/100 ml etanol 70% pada suhu 400 C

g) Kristal berbentuk orthorombik atau rectangular


Sifat kimia dari senyawa kumarin diantaranya:
a) Sifat kelarutan kumarin sangat bervariasi, ada yang larut dalam pelarut polar,
ada yang sedikit larut dalam pelarut polar dan ada pula yang larut dalam pelarut
non polar
b) Peleburan kumarin dengan NaOH menghasilkan asam asetat dan salisilat
c) Nitrasi membentuk 6-nitrokumarin dan 8-nitrokumarin

d) Sulfonasi di bawah penangas air memberikan kumarin 6-asam sulfonat dan


pada suhu 1500 C memberikan 3,6-asam disulfonat
e) Halogenasi dalam kloroform pada suhu ruang dengan bromida menghasilkan
kumarin 3,4-dibromida atau 3,6-dibromokumarin
f)

Reduksi dengan almalgam natrium menghasilkan asam metilotat

g) Kumarin sulit dioksidasi dan stabil dalam asam kumarin


h)

Cahaya radiasi atau radiasi ultraviolet mengubah kumarin menjadi suatu

dimer (titk lelehnya 2630 C)

E Biosintesis Kumarin
Biosintesis tergantung pada ortho-hidroksilasi yang tidak umum dari
Cinnamic acid, serta enzim yang cocok telah dapat dideteksi. Hidroksikoumarin
umbelliferon, muncul melalui ortho-hidroksilasi p-coumaric acid. Dafnin dan
cichorin

direduksi

bahwa

pembentukannya

melalui

umbelliferon.

Furanokoumarin, misalnya berasal dari isoprenilkoumarin . Biosintesis meliputi


7-dimetilsuberosin.
F Bioaktifitas Kumarin
Perubahan terhadap struktur dasar kumarin diketahui dapat memberikan
pengaruh terhadap aktivitas biologinya. Sebagai contoh, kumarin dengan gugus
hidroksi dapat digunakan sebagai antiimflamantory. Sintesis kumarin dengan
menambahkan berbagai gugus pharmacophoric pada posisi C-3, C-4 dan C-7
secara intensif aktif sebagai anti-mikroba, anti-HIV, anti-kanker, anti-oksidan, dan
anti-koagulan. Kumarin-3-sulfonamides dan carboxamides telah dilaporkan
memiliki efek toksisitas terhadap sel kanker pada mamalia. Substitusi pada posisi
C-4

dengan

gugus

aryloxymethyl,

arylaminomethyl,

dan

dichloroacetamidomethyl, menunjukkan potensi sebagai anti-mikroba dan antiinflammantory.

G Contoh Tanaman yang Mengandung Kumarin


Di Sunda terkenal terkenal dengan nama saladri dan di Jawa terkenal dengan
nama seledri.
Klasifikasi
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Apiales
Famili : Apiaceae
Genus : Apium
Spesies : Apium graveolens L.
Kandungan kimia
Seluruh

herba seledri

mengandung

glikosida

apiin

(glikosida

flavon),

isoquersetin, dan umbelliferon. Juga mengandung mannite, inosite, asparagine,


glutamine, choline, linamarose, pro vitamin A, vitamin C, dan B. Kandungan
asam-asam dalam minyak atsiri pada biji antara lain : asam-asam resin, asamasam lemak terutama palmitat, oleat, linoleat, dan petroselinat. Senyawa kumarin
lain ditemukan dalam biji, yaitu bergapten, seselin, isomperatorin, osthenol, dan
isopimpinelin.

ALKALOID
Alkaloid adalah senyawa organik yang terdapat di alam bersifat basa atau alkali
dan sifat basa ini disebabkan karena adanya atom N (Nitrogen) dalam molekul
senyawa tersebut dalam struktur lingkar heterosiklik atau aromatis, dan dalam dosis
kecil dapat memberikan efek farmakologis pada manusia dan hewan. Selain itu ada
beberapa pengecualian, dimana termasuk golongan alkaloid tapi atom N
(Nitrogen)nya terdapat di dalam rantai lurus atau alifatis.

Klasifikasi dan Struktur Senyawa Alkaloid

Klasifikasi alkaloida dapat dilakukan berdasarkan beberapa cara, yaitu :


1

Berdasarkan jenis cincin heterosiklik nitrogen yang merupakan bagian dari


struktur molekul. Berdasarkan hal tersebut, maka alkaloida dapat dibedakan atas
beberapa jenis sperti alkaloida pirolidin, alkaloida piperidin, alkaloida isokuinolin,
alkaloida kuinolin, dan alkaloida indol.

Berdasarkan jenis tumbuhan darimana alkaloida ditemukan. Cara ini digunakan


untuk menyatakan jenis alkaloida yang pertama-tama ditemukan pada suatu jenis
tumbuhan. Berdasarkan cara ini, alkaloida dapat dibedakan atas beberapa jenis
yaitu aklakoida tembakau, alkaloida amaryllidaceae, alkaloida erythrine dan

sebagainya. Cara ini mempunyai kelemahan, yaitu : beberapa alkaloida yang


berasal dari tumbuhan tertentu dapat mempunyai struktur yang berbeda-beda.
3. Berdasarkan asal-usul biogenetik. Cara ini sangat berguna untuk menjelaskan
hubungan antara berbagai alkaloida yang diklasifikasikan berdasarkan berbagai
jenis cincin heterosiklik. Dari biosintesa alkaloida, menunjukkan bahwa alkaloida
berasal hanya dari beberapa asam amino tertentu saja. Berdasarkan hal tersebut,
maka alkaloida dapat dibedakan atas tiga jenis utama, yaitu :
a. Alkaloida alisiklik yang berasal dari asam-asam amino ornitin dan lisin.
b. Alkaloida aromatik jenis fenilalanin yang berasal dari fenilalanin,
tirosin dan 3,4-dihidrofenilalanin.
c. Alkaloida aromatik jenis indol yang berasal dari triptofan.

Sifat Fisika-Kimia Alkaloid


Sifat Fisika

Umumnya mempunyai 1 atom N meskipun ada beberapa yang memiliki lebih dari
1 atom N seperti pada Ergotamin yang memiliki 5 atom N. Atom N ini dapat berupa
amin primer, sekunder maupun tertier yang semuanya bersifat basa (tingkat
kebasaannya tergantung dari struktur molekul dan gugus fungsionalnya).
Kebanyakan alkaloid yang telah diisolasi berupa padatan kristal tidak larut dengan
titik lebur yang tertentu atau mempunyai kisaran dekomposisi. Sedikit alkaloid yang
berbentuk amorf dan beberapa seperti; nikotin dan koniin berupa cairan.
Kebanyakan alkaloid tidak berwarna, tetapi beberapa senyawa yang kompleks,
species aromatik berwarna (contoh berberin berwarna kuning dan betanin berwarna
merah). Pada umumnya, basa bebas alkaloid hanya larut dalam pelarut organik,
meskipun beberapa pseudoalkalod dan protoalkaloid larut dalam air. Garam alkaloid
dan alkaloid quartener sangat larut dalam air.
-

Sifat Kimia

Kebanyakan alkaloid bersifat basa. Sifat tersebut tergantung pada adanya


pasangan elektron pada nitrogen.Jika gugus fungsional yang berdekatan dengan
nitrogen bersifat melepaskan elektron, sebagai contoh; gugus alkil, maka ketersediaan
elektron pada nitrogen naik dan senyawa lebih bersifat basa. Hingga trietilamin lebih

basa daripada dietilamin dan senyawa dietilamin lebih basa daripada etilamin.
Sebaliknya, bila gugus fungsional yang berdekatan bersifat menarik elektron (contoh;
gugus karbonil), maka ketersediaan pasangan elektron berkurang dan pengaruh yang
ditimbulkan alkaloid dapat bersifat netral atau bahkan sedikit asam. Contoh ; senyawa
yang mengandung gugus amida.
Kebasaan alkaloid menyebabkan senyawa tersebut sangat mudah mengalami
dekomposisi, terutama oleh panas dan sinar dengan adanya oksigen. Hasil dari reaksi
ini sering berupa N-oksida. Dekomposisi alkaloid selama atau setelah isolasi dapat
menimbulkan berbagai persoalan jika penyimpanan berlangsung dalam waktu yang
lama. Pembentukan garam dengan senyawa organik (tartarat, sitrat) atau anorganik
(asam hidroklorida atau sulfat) sering mencegah dekomposisi. Itulah sebabnya dalam
perdagangan alkaloid lazim berada dalam bentuk garamnya.
Biosintesis Senyawa Alkaloid
Asam amino merupakan senyawa organik yang sangat penting, senyawa ini
terdiri dari amino (NH2) dan karboksil (COOH). Ada 20 jenis asam amino esensial
yang merulakan standar atau yang dikenal sebagai alfa asam amino alanin, arginin,
asparagin, asam aspartat, sistein, asam glutamat , glutamin, glisin, histidine, isoleusin,
leusin, lysin, metionin, fenilalanine, prolin, serine, treonine, triptopan, tirosine, and
valin. Dari 20 jenis asam amino yang disebutkan diatas, selain tirosin yang juga
merupakan pencetus terbentuknya alkaloid adalah histidin, lisin dan triptopan.
Berikut adalah rumus struktur masing-masing asam amino yang dimaksud :

Pada reaksi selanjutnya ke empat asam-asam amino di atas akan membentuk


golongan alkaloid yang berbeda, akan tetapi melalui prinsip dasar reaksi yang sama.
Biosintesis alkaloid mula-mula didasarkan pada hasil analisa terhadap ciri struktur
tertentu yeng sama-sama terdapat dalam berbagai molekul alkaloid. Alkaloid
aromatik mempunyai satu unit struktur yaitu -ariletilamina. Alkaloid-alkaloid
tertentu dari jenis 1- benzilisokuinolin seperti laudonosin mengandung dua unit ariletilamina yang saling berkondensasi Kondensasi antara dua unit -ariletilamina
tidak lain adalah reaksi kondensasi Mannich. Dengan reaksi sebagai berikut :
(CH3)2NH + HCHO + CH3COCH3 (CH3)2NCH2CH2COCH3 + H2O
Menurut reaksi ini, suatu aldehid berkondensasi dengan suatu amina
menghasilkan suatu ikatan karbon-nitrogan dalam bentuk imina atau garam iminium,
diikuti oleh serangan suatu atom karbon nukleofilik ini dapat berupa suatu enol atau
fenol.
Dari percobaan menunjukkan bahwa -ariletilamina berasal dari asam-asam
amino fenil alanin dan tirosin yang dapat mengalami dekarboksilasi menghasilkan
amina. Asam-asam aminom ini, dapat menyingkirkan gugus-gugus amini (deaminasi
oksidatif) diikuti oleh dekarboksilasi menghasilkan aldehid. Kedua hasil transformasi
ini yaitu amina dan aldehid melakukan kondensasi Mannich.
Disamping reaksi-reaksi dasar ini, biosintesa alkaloida melibatkan reaksi-reaksi
sekunder yang menyebabkab terbentuknya berbagai jenis struktur alkaloida. Salah
satu dari reaksi sekunder ini yang terpenting adalah reaksi rangkap oksidatif fenol
pada posisi orto atau para dari gugus fenol. Reaksi ini berlangsung dengan
mekanisme radikal bebas.
Reaksi-reaksi sekunder lain seperti metilasi dari atom oksigen menghasilkan gugus
metoksil dan metilasi nitrogen menghasilkan gugus N-metil ataupun oksidasi dari
gugus amina. Keragaman struktur alkaloid disebabkan oleh keterlibatan fragmenfragmen kecil yang berasal dari jalur mevalonat, fenilpropanoid dan poliasetat.
Dalam biosintesa higrin, pertama terjadi oksidasi pada gugus amina yang diikuti
oleh reaksi Mannich yang menghasilkan tropinon, selanjutnya terjadi reaksi reduksi
dan esterifikasi menghasilkan hiosiamin.

Isolasi dan Identifikasi Alkaloid

Dua metode yang paling banyak digunakan untuk menyeleksi tanaman yang
mengandung alkaloid. Prosedur Wall, meliputi ekstraksi sekitar 20 gram bahan tanaman
kering yang direfluks dengan 80% etanol. Setelah dingin dan disaring, residu dicuci
dengan 80% etanol dan kumpulan filtrat diuapkan. Residu yang tertinggal dilarutkan
dalam air, disaring, diasamkan dengan asam klorida 1% dan alkaloid diendapkan baik
dengan pereaksi Mayer atau dengan Siklotungstat. Bila hasil tes positif, maka konfirmasi
tes dilakukan dengan cara larutan yang bersifat asam dibasakan, alkaloid diekstrak
kembali ke dalam larutan asam. Jika larutan asam ini menghasilkan endapan dengan
pereaksi tersebut di atas, ini berarti tanaman mengandung alkaloid. Fasa basa berair juga
harus diteliti untuk menentukan adanya alkaloid quartener.

Beberapa pereaksi pengendapan digunakan untuk memisahlkan jenis alkaloid.


Pereaksi sering didasarkan pada kesanggupan alkaloid untuk bergabung dengan
logam yang memiliki berat atom tinggi seperti merkuri, bismuth, tungsen, atau jood.
Pereaksi mayer mengandung kalium jodida dan merkuri klorida dan pereaksi
Dragendorff mengandung bismut nitrat dan merkuri klorida dalam nitrit berair.
Pereaksi Bouchardat mirip dengan pereaksi Wagner dan mengandung kalium jodida
dan jood. Pereaksi asam silikotungstat menandung kompleks silikon dioksida dan
tungsten trioksida. Berbagai pereaksi tersebut menunjukkan perbedaan yang besar
dalam halsensitivitas terhadap gugus alkaloid yang berbeda. Ditilik dari
popularitasnya, formulasi mayer kurang sensitif dibandingkan pereaksi wagner atau
dragendorff.
Kromatografi dengan penyerap yang cocok merupakan metode yang lazim untuk
memisahkan alkaloid murni dan campuran yang kotor. Seperti halnya pemisahan
dengan kolom terhadap bahan alam selalu dipantau dengan kromatografi lapis tipis.
Untuk mendeteksi alkaloid secara kromatografi digunakan sejumlah pereaksi.
Pereaksi yang sangat umum adalah pereaksi Dragendorff, yang akan memberikan
noda berwarna jingga untuk senyawa alkaloid. Namun demikian perlu diperhatikan
bahwa beberapa sistem tak jenuh, terutama koumarin dan -piron, dapat juga
memberikan noda yang berwarna jingga dengan pereaksi tersebut. Pereaksi umum

lain tetapi kurang digunakan adalah asam fosfomolibdat, jodoplatinat, uap jood, dan
antimon (III) klorida.
IDENTIFIKASI ALKALOID
Identifikasi alkaloid dapat dilakukan dengan reaksi-reaksi berikut :
a. Reaksi Pengendapan
1. Reaksi Dragendorf
Pereaksi dragendorf mengandung bismut nitrat dan merkuri klorida dalam
nitrit berair. Ketika suatu alkaloid ditambahkan pereaksi dragendorf maka akan
menghasilkan endapan jingga.
2.

Reaksi Meyer
Pereaksi meyer mengandung kalium iodida dan merkuri klorida. Ketika

sampel ditambah pereaksi meyer maka akan timbul endapan kuning atau larutan
kuning bening lalu ditambah alkohol endapannya larut. Tidak semua alkaloid
mengendap dengan reaksi mayer. Pengendapan yang terjadi akibat reaksi mayer
bergantung pada rumus bangun alkoloidnya.
3.

Reaksi Bauchardat
Pereaksi bauchardat mengandung kalium iodida dan iood. Sampel ditambah

pereaksi bauchardat menghasilkan endapan coklat merah lalu ditambah alkohol


endapannya larut.

b.
1.

Reaksi Warna
Reaksi dengan asam kuat
Asam kuat seperti H2SO4 pekat dan HNO3 pekat menghasilkan warna kuning

atau merah.
2.

Reaksi Marquis
Pereaksi marquis mengandung formaldehid (1 bagian) dan H 2SO4 pekat (9

bagian). Sampel ditambah pereaksi marquis akan menghasilkan warna jingga.


3.

Reaksi Warna AZO

Sampel ditambah diazo A (4 bagian) dan diazo B (1 bagian), ditambah NaOH,


dipanaskan lalu ditambah amyl alkohol menghasilkan warna merah.
Alkaloid terdiri dari beberapa jenis. Adapun untuk identifikasi jenis alkaloid
lainnya bisa menggunakan reaksi berikut diantaranya :
Reaksi untuk alkaloid benzil isokuinolon contohnya morfin.
1.

Reaksi Frohde
Pereaksi frohde mengandung larutan 1% NH4 molibdat dalam H2SO4 pekat.

Sampel ditambah pereaksi frohde menghasilkan warna kuning kehijauan.


2.

Reaksi Mandelin
Pereaksi mandelin mengandung amonium vanadat dalam air ditambah H 2SO4

pekat. Sampel ditambah pereaksi mandelin berwarna kuning kehijauan.


Selain itu, identifikasi alkaloid bisa juga dengan menggunakan pereaksi erlich
(p-dimetilaminobenzaldehide yang diasamkan) memberikan warna biru atau abu-abu
hijau untuk alkaloid ergot.
BIOAKTIVITAS ALKALOID
Setiap dari masing masing golongan alkaloid memiliki bioaktifitas sendiri-sendiri.
Untuk mengenal lebih jauh maka di bawah ini akan dipaparkan secara singkat dan
jelas bioaktifitas dari masing-masing alkaloid secara lebih jauh.
1.Bioaktifitas Golongan Piridin

Piperin

Piperin ditemukan pada CYP3A4 dan P-glycoprotein, enzyme yang penting pada
metabolisme dan transport dari xenobiotik dan metabolit. Pada penelitian pada hewan
piperin juga inhibitor enzym yang lain pada proses metabolisme tubuh. Dengan
menjadi inhibitor maka piperin meningkatkan bioavailabilitas dari beberapa
komponen misalnya pada kurkumin.Piperin juga ditemukan dapat menstimulasi
proses pigmentasi pada kulit. Berdasarkan pada efeknya pada metabolisme obat,
piperin harus diberikan secara hati-hati pada proses medikasi.

Trigonelin

Trigonelin biasanya terdapat pada kopi yang dapat mencegah mutasi bakteri
Streptococcos melekat pada gigi.

Pilokarpin

Pilokarpin digunakan dalam terapi open-angle glaucoma dan angle-closure glaukoma


akut yang lebih dari 100 tahun. Efek kerja dari pilokarpin terjadi pada Muskarinik
Reseptor M3 yang ditemukan pada otot iris mata yang bisa menyebabkan mata
berkontraksi dan terjadilah miosis. Hal ini menyebabkan terbukanya lbang mata dan
meningkatkan ketegangan pada otot mata. Proses inilah yang menyebabkan aqueous
humor keluar dari mata untuk menurunkan tegangan intraokular.Pilokarpin juga
digunakan untuk mengobati mulut kering ( xerostomia) misalnya akibat dari terapi
radiasi pada kanker kepala dan leher. Pilocarpin dapat menstimulasi sekresi air liur.
Pilokarpin juga dapat digunakan untuk menstimulasi kelenjar keringat pada uji
keringat saat mengukur konsentrasi dari kloride dan natrium yang terekskresi melalui
keringat yang digunakan untuk mendiagnosa cystic fibrosis (CF).

Sistin

Sistin adalah reseptor agonis nikotinik asetilkolin dan sebagai pengobatan terhadap
preparasi farmasetik dalam upaya pengobatan untuk pecandu nikotin. Derifatif dari
sistin yaitu vareniklin telah dikembangkan sebagai obat penghenti merokok.Tanaman
yang mengandung sistin memiliki efek positif diantaranya adalah rendah toksik tetapi
juga memilki efek samping yaitu mual, muntah, sakit hati, sakit kepala dan pada dosis
tingg menyebabkan kematian akibat dari kegagalan pernapasan.

Nikotin

Nikotin bisa digunakan sebagai salah satu terapi pengobatan bagi pecandu rokok.
Untuk mengkontrol penggunaan nikorin sebagai pengobatan pada pasien biasanya
nikotin diberikan dalam bentuk permen, patch, tablet hisap atau semprot hidung.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa nikotin juga bisa digunakan sebagai salah
satu pengobatan terhadap epilepsi.Nikotin dan metabolitnya sedang diteliti
kemampuannya sebagai terapi untuk penyakit kejiwaan misalnya ADHD,
Schizophrenia dan penyakit Parkinson. Penderita Schizophrenia bisa merokok dua

sampai tiga kali lebih sering dari perokok tanpa gangguan mental, hal ini merupakan
bentuk swa-medikasi untuk meningkatkan perhatian dan meningkatkan daya
ingatnya.
2. Bioaktifitas Golongan Tropan

Atropin

Secara umum atropin memanjangkan dan memendekan seluruh aktifitas dari otot dan
kelenjar yang diregulasi oleh sistem saraf parasimpatik. Ini terjadi karena atropin
merupakan antagonis kompetitif dari reseptor muskarinik asetilkolin.Atropin secara
topikal digunakan sebagai sikloplegik dan sebagai midriatik untuk dilatasi pada pupil.
Atropin menyebabkan midriasis dengan jalan membloking kontraksi dari otot
spingter pupil. Atropin kontraindikasi dengan pasien glaukoma sempit.Atropin bisa
digunakan pada pasien yang memilki trauma yang besar.
Injeksi Atropin biasa digunakan pada terapi bradikardi, asistol dan PEA pada
penderita penyakit jantung. Hal ini terjadi karena adanya reaksi dari syaraf vagus dari
sistem parasimpatik pada jantung yang akhirnya menurunkan tekanan.Atropin
merangsang keluarnya air liur, keringat dan mukosa kelenjar. Hal ini sangat berguna
pada terapi hipertiroid dan dapat mencegah kematian pada pasien. Atropin juga
digunakan sebagai antidotum pada SLUDGE ( Salivation, Lacrimation, Urination,
Diaphoresis, Gastrointestinal motility, Emesis) penyakit yang disebakan karena
keracunan organophospat. Atropin juga bisa dimanfaatkan untuk mengurangi efek
dari asetilkolin.

Kokain

Kokain merupakan stimulan dari sistem syaraf pusat dan penurun nafsu makan.
Secara spesifik merupakan dopamin reuptake inhibitor, noradrenalin reuptake
inhibitor dan sekaligus serotonin reuptake inhibitor. Karena proses kerjanya yang
mempengaruhi mesolimbic reward pathway maka kokain bersifat adktif. Meskipun
demikian kokain juga sering digunakan sebgai anestesi secara topikal, meskipun pada
anak-anak, biasanya terutama pada operasi mata, hidung dan tenggorokan.

Scopolamin

Scopolamin memiliki tiga kegunaan primer: terapi pada mual dan penyakit motion,
terapi pada kejang di saluran pencernaan dan untuk penyakit pada mata.
Kegunaannya secara umum adalah untuk depresan dan mengobati penyakit mata.
Scopolamin jarang digunakan sebagai praanestesi dan tidak pernah digunakan dalam
terapi penyakit Parkinson. Scopolamin juga digunakan sebagai bahan tambahan pada
analgesik narkotik seperti pada obat tidur yang mengandung morfin dan scopolamin.
3. Bioaktifitas Golongan Quinolin

Quinin

Quinin sangat efektif untuk pengobatan pada malaria yang disebabkan oleh
Plasmodium falciparum.

Quinidine

Quinidin memilki efek utama sebagai antiaritmik, dengan cara memblokade


masuknya natrium pada sel. Hal ini menyatakan jika detak jantung meningkat maka
blokade dari ion natrium menurun. Quinidin juga memilki efek pada chanel ion pada
aktifitas cardiac, dengan cara memperpanjang interval QT pada permukaan ECG.

Strychnin

Strichnin memiliki efek sebagai bloker atau antagonis pada inhibitor atau strichninsensitif yakni reseptor glysin. Meskipun Strichnin terkenal sangat beracun tetapi pada
dosis yang kecil bisa digunakan sebagai stimulan, laxantif dan sebagai terapi pada
beberapa sakit perut. Strichnin juga bisa berfungsi sebagai pestisida pada hewan
pengerat.

Brucin

Pada kegiatan medis brucin digunakan sebagai pengatur tekanan darah dan untuk
mengatasi beberapa penyakit jantung.

Veratrin

Veratrin digunakan sebgai salep pada terapi neuralgia dan sakit rematik.
4. Bioaktifitas Golongan Isoquinolin

Isoquinolin bisa digunakan untuk berbagai macam fungsi diantaranya adalah


anastetik, antihipertensi seperti quinapril, quinaprilat dan debrisoquine, sebagai
antifungal, disinfektan, vasodilator seperti papaverin.

Codein

Codein bisa dimanfaatkan sebagai obat batuk dengan dosis rendah, juga bisa untuk
diarrhea da untuk beberapa sakit kepala. Terkadang dipasaran codein dipasarkan
dengan campuran kombinasi menggunakan acetaminophen seperti codamol, paracod,
panadeine ataupun juga dikombinasikan dengan analgesik misalnya aspirin seperti
co-codaprin ataupun dengan NSAID ibuprofen seperti Nuferon plus dan lain
sebagainya. Kombinasi tersebut menghasilkan efek synergis obat yang baik.

Morphine

Morfin merupakan narkotika yang dapat berfungsi sebagai agonis reseptor opioid
fenantren. Pada klinis, morfine memiliki efek farmakologi pada sistem syaraf pusat.
Morfin merupakan narkotik rapi-action dan sangat kuat sebagai reseptor -opioid
sehingga menyebabkan efek sedasi, euphoria, penurunan fisik dan depresi
pernapasan. Morfin juga merupakan-opioid bekerja pada spinal analgesia yang
menyebabkan efek miosis dan psycomimetic.Seperti pada obat loperamide, morphine
bekerja pada pleksus myenterikus pada saluran pencernaan, mengurangi motilitas
usus yang dapat menyebabkan konstipasi.

Papaverin

Papaverin digunakan untuk pengobatan pada paisen yang mengalami kejang pada
saluran pencernaan, saluran kemih dan ureter dan juga digunakan sebgai vasodilator
otak dan pada serangan jantung dalam perdarahan dan operasi coronary artery bypass.
Papaverin juga bisa digunakan sebagai relaksan otot polos pada operasi kecil dimana
dilakukan pada pembuluh darah kapiler.

Emetin

Emetin berfungsi sebagai anti amoebic. Meskipun penggunaan emetin menyebabkan


mual tapi efek anti amoebicnya lebih efektif dari pada akar ipekak. Emetin tidak
dapat diabsorbsi dalam tubuh secara per oral.

Meskipun memiliki sifat poten menjadi anti-protozoa, emetin juga bersifat mudah
menggangu kontraksi otot bahkan menyebabkan kegagalan jantung pada beberapa
kasus medis.
5 Bioaktifitas Golongan Phenetylamin
Pada

otak

manusia

2-phenethylamine

dipercaya

memiliki

fungsi

sebagai

neuromodulator atau neurotransmiter. Diperkirakan phenethylamine dari makanan


memiliki efek psychoactive pada jumlah tertentu.

Mescalin

Mescalin sangat efektif bila digunakan sebagai obat diare. Tapi pada penggunaan
dengan dosis yang tidak tepat maka mescalin bisa menyebabkan halusinasi.

Ephedrin

Secara luas ephedrin digunakan sebgai topikal decongestan dan sebagai bronkodilator
pada terapi asma.

Dopamine

Levedopa merupakan precursor dopamin yang digunakan pada terapi penyakit


Parkinson dan dopa-responsive yaitu distonia. Dopamin juga bisa berfungsi sebagai
oksidator sehingga mencegah cepat busuk atau rusaknya sayran dan buah.

Amphetamin

Amphetamin bisa digunakan dalam proses terapi pada ADD, ADHD, narcolepsy,
treatment-resistant depression. Tetapi juga memiliki beberapa kontraindikasi yaitu
pada CNS stimulant, Glaucoma, MAOI.
Amphetamin telah terbukti dapat masuk ke dalam saluran ASI ibu. Karena hal ini
selam ibu menyusui dilarang mengkonsumsi amphetamin.
6 Bioaktifitas Golongan Indol

Tryptamin

Triptamine memiliki fungsi sebagai pestisida pada tanaman.

Ergolin

Ergolin merupakan salah satu drug of choice yang bisa digunakan dalam pengobatan
penyakit parkinson.

7. Bioaktifitas Golongan Purin


Selain sebagai bagian drai DNA dan RNA secar biokimia purin juga merupakan
komponen pembentuk biomolekul penting seperti ATP,ADP, siklik AMP, NADH dan
koenzyme A. Purin tidak tersedia dari alam tetapi dapat diproduksi oleh sistesis
organic.

Xanthin

Derivatif dari xantin biasanya berfungsi sebagai stimulant dan sebagai bronchodilator
pada terapi asma. Derivatif xantin yang termetilasi meliputi kafein, paraxantin,
theophyllin dan theobromin memiliki efek sebagai inhibitor phosphodiesterase dan
antagonis adenosine. Xantin juga ditemukan secara luas sebagai bagian dari asam
nukleat.

Caffein

Pada manusia kafein merupakan stimulant dari system syaraf pusat. Sedangkan pada
hewan kafein merupakan pestisida alam yang dapat memparalisis dan membunuh
serangga tertentu dalam maksud mempertahankan diri.
Kafein merupakan stimulant sistem saraf psat sekaligus sebagai stimulant metabolit
dan digunakan secara berkala untuk mengurangi keletihan fisik dan memperbaiki
kesiagapan ketika kelelahan dan rasa mengantuk keluar.

Theobromin

Theobromin digunakan dalam pengobatan pada udema, serangan angine syphilitic


dan degenerative angina. Theobromin bisa digunakan sebagai terapi pada
arteriosclerosis, penyakit pada pembuluh darah, angina pectoris dan hipertension.
Theobromine digunakan sebagai vasodilator dan heart stimulant.

Theophyllin

Theophyllin biasa digunakan sebagai terapi penyakit obstructive kronik pada


pernapasan, kronik obstructive penyakit paru-paru, asma bronchial, infant apnea.
Secara keseluruhan theophyllin memiliki efek sebgai berikut, merelaksai otot
bronchial, meningkatkan kontraksi dan efisiensy dari jantung, meningkatkan tekanan
darah, merupakan efek anti-inflamasi, dan meningkatkan peredaran darah ke ginjal.

8 .Bioaktifitas Golongan Pyrrolidine


Kerja dari sekelompok alkaloid ini menghalangi aktivitas saraf parasimpatis (pada
bagian kecil dari spinal cord dan batang otak terjadi stimulasi sekresi pencernaan,
melawan efek fisiologi system saraf simpatis, pupil konstriksi, detak jantung menjadi
lambat, dan dilatasi pembuluh darah). Sepintas lalu, alkaloid pyrrolidine juga
termasuk truth medication scopolamine (juga diketahui sebagai hyoscine) dan
kokain.

Tanaman Yang Mengandung Alkaloid


Sumber

alkaloid

adalah

tanaman

berbunga,

angiosperma

(famili

Leguminoceae, Rubiaceae, Solanaceae) dan tumbuhan monokotil (famili Solanaceae


dan Liliaceae). Pada tahun-tahun berikutnya penemuan sejumlah besar alkaloid
terdapat pada hewan.
Kebanyakan famili tanaman yang mengandung alkaloid adalah Liliaceae,
Solanaceae dan Rubiaceae. Famili tanaman yang tidak lazim mengandung alkaloid
adalah Papaveraceae. Di dalam tanaman yang mengandung alkaloid, alkaloid
mungkin terdapat pada bagian tertentu dari tanaman. Namun ada bagian tertentu dari
tanaman tidak mengandung alkaloid.Dan berbagai tanaman yang mengandung
alkaloid,antara lain:

1. Bunga Pukul Empat


Nama simplisia
: Mirabilidis Radix
Nama Tanaman Asal : Mirabilis jalapa L.
Keluarga

: Nyctaginaceae

Zat berkhasiat

: Mirabilidis Radix

Penggunaan

: batuk, infeksi saluran kemih, keputihan, kencing manis,


radang amandel, radang payudara, radang persendian, radang

prostat, bisul (obat luar) dan eksem (obat luar),Anti inflamasi


dan diuretik
2.
Bungur
Nama simplisia

: Lagerstoemiae speciosa Cortex

Nama Tanaman Asal : Lagerstroemia speciosa Auct. Non (L.)


Keluarga

: Lythraceae

Zat berkhasiat

: Tanin, alkaloid, saponin, terpena dan glukosa

Penggunaan

: Disentri, kencing darah, mencret

3.
Gandarusa
Nama simplisia

: Gendarusa Folium ; Gendarusa Radix

Nama Tanaman Asal : Justicia gendarussa Burm. F.


Keluarga

: Acanthaceae

Zat berkhasiat

: Alkaloid,saponin, flavonoid, polifenol


Alkaloid yustisina dan minyak atsiri

Penggunaan

: Haid tidak teratur, bisul (obat luar), memar (obat luar), patah
tulang (obat luar), radang kulit bernanah (obat luar), rematik
(obat luar) dan sakit kepala (obat luar)
Analgesik, antipiretik, diaforetik, diuretik dan sedatif

4.
Handeuleum (Daun wungu)
Nama simplisia
: Graptophylli Folium
Nama Tanaman Asal : Graptophyllum pictum L. Griff
Keluarga

: Acanthaceae

Zat berkhasiat

: Lendir, alkaloid, steroida,dan tanin

Penggunaan

: Batu empedu, demam,dan wasir


Diuretik dan laksatif

5.

Mengkudu

Nama simplisia

: Morindae citrifoliae Fruktus ; buah mengkudu, Morindae


citrifoliae Folium; daun mengkudu

Nama Tanaman Asal : Morinda citrifolia L.


Keluarga

: Rubiaceae

Zat berkhasiat

: Minyak atsiri, alkaloid

Penggunaan

: Buah : Amandel, asma, batuk, disentri, hati & limfa

6.

Nilam

Nama simplisia

: Pachouli Folia(daun Nilam)

Nama Tanaman Asal : Pogostemon cablin (Blamco) Benth.


Keluarga

: Lamiaceae

Zat berkhasiat

: Minyak atsiri, delwangin alkaloid (epiguipiridin),

Penggunaan

: Disentri, haid tidak teratur, mulas, nyeri haid, sakit


kepala dan wasir
Antiseptik, sudorifik, dan stomakik

GLIKOSIDA

Glikosida adalah senyawa yang menghasilkan satu atau Iebih gula (kon) diantara
produk hidrolisisnya dan sisanya berupa senyawa bukan gula (aglikon). Bila gula
yang terbentuk adalah glukosa maka golongan senyawa itu disebut glukosida,
sedangkan bila terbentuk gula Iainnya disebut cilikosida. Di alam ada 0- glikosida, Cglikosida, N-glikosida, dan S-glikosida. Secara kimia, senyawa ini merupakan asetal ,
yaitu hasil kondensasi gugus hidroksil gula dengan gugus hidroksil dan komponen
aglikon, serta ggs hiaroksil sekunder di dalam molekul gula itu sendiri juga mengalami kondensasi membentuk cincin oksida. Secara seder-hana glikosida merupakan
guta eter. Bentuk alfa dan beta mungkin saja ada, namun di alam atau di dalam
tanaman hanya bentuk beta (13) yang ada.
Bila bagian aglikon digunakan sebagai dasa didapatkan penggolongan sebagai
berikut:
1. golongan kardioaktif,
2. golongan antrakinon,
3. golongansaponin,
4. golongan sianopora,
5. golongan isotiosianat,
6. golongan flavonoid,
7. golongan alkohol,
8. golongan aldehida,
9. golongan lakton,
10. golongan fenolat, dan
11. golongan tanin.
Struktur Glikosida
Apabila glukosa direaksikan dengna metilakohol, menghasilkan dua senyawa.
Kedua senyawa ini dapat dipisahkan satu dari yang lain dan keduanya tidak
memiliki sifat aldenida. Keadaan ini membuktikan bahwa yang menjadi pusat reaksi
adalah gugus OH yang terikat pada atom karbon nomor 1. Senyawa yang
terbentuk adalah suatu asetal dan disebut secara umum glikosida. Ikatan yang terjadi

antara gugus metol dengan monosakarida disebut ikatan glikosida dan gugus OH
yang bereaksi disebu gugus OH glikosidik.
Metilglikosida yang dihasilkan dari reaksi glukosa dengan metilalkohol disebut
juga metilglikosarida. Ada dua senyawa yang terbentuk dari reaksi ini. Yaitu metil D-glukosida atau metil--D-glukopiranosida dan metil -D glukosida atau metil -D
glukopiranesida. Kedua senyawa ini berbeda dalam hal rotasi optik, kelarutan serta
sifat fisika lainnya. Dengan hidrolisis metilglikosida banyak terdapat dalam alam,
yaitu pada tumbuhan. Bagian yang buka karbohidrat dalam glikosida ini dalam
berupa metilalkohol, gliserol atau lebih kompleks lahi misalnya sterol di ping itu
antara sesalam menosakarida dapat terjadi ikatan glikosida, misalnya apada molekul
sukrosa terjadi ikatan - glukosida - fruktosida.

Gambar. Gula Membentuk Gikosida dengan Senyawa Lain dan Antara


Yang Satu dengan Lainnya
Glikosida merupakan senyawa yang terbentuk dari hasil kondensasi antara gugus
hidroksil pada karbon anomerik monosakarida atau residu monosakarida, dan
senyawa kedua yng dapat atau bukan (dalam hal aglikon) berupa monosakarida
lainnya. Jika gugus sekunder adalah hidroksil, maka ikatan O-glikosidat merupakan
ikatan asetal karena terbentuk dan reaksi antara gugus hemiasetal (yang terbentuk dari
aldehid serta gugus OH) dan gugus OH lainnya. Bila bagian hemoasetal tersebut
adalah glukosa, senyawa yang dihasilkan glikosida; jika galaktosa, galaktosida,
jaringan tubuh binatang. Senyawa aglikon dapat berpa metanol, gliserol, sterol, fenol
atau basa seperti adenin. Senyawa glikosida yang penting dalam bidang kedokteran
karena kerjanya pda jantung (glikosida jantung) semuanya mengandung steroid

seperti komponen aglikon. Senyawa glikosida ini mencakup derivat digitalis dan
strofantus seperti ouabain, yaitu preparat inhibitor enzim Na+ - K+.

Sifat Fisika-Kimia Glikosida

Sifat fisika, kebanyakan glikosida berupa hablur, tak berwarna, dan larutan dalam
air. Glikosida kedapatan di dalam akar, kulit, daun buah-buagan yang belum masak
dari beberapa spesies. Pada ummnya, glikosida itu pahit, dapat mengalami hodrolisis
karena asam atau karena suatu enzim (misal emulsin).
Secara spesifik untuk sifat fisika-kimia dari Glikosida salah satunya adalah
Glikosida Antrakinon. Golongan ini aglikonnya adalah sekerabat dengan antrasena
yang memiliki gugus karbonil pada kedua atom C yang berseberangan (atom C9 dan
C10) atau hanya C9 (antron) dan Cg ada gugus hidroksil (antranol). Adapun
strukturnya adaah sebagai berikut.
Sifat fisika & kimia.
Senyawa antrakinon dan turunannya seringkali bewarna kuning sampal merah
sindur (oranye), larut dalam air panas atau alkohol encer. Untuk identifikasi
digunakan reaksi Borntraeger (lihat MMI). Antrakinon yang mengandung gugus
karboksilat (rein) dapat diekstraksi dengan penambahan basa, misalnya dengan
natrium bikarbonat. Hasil reduksi antrakinon adalah antron dan antranol, terdapat
bebas di alam atau sebagai glikosida. Antron bewarna kuning pucat, tidak
menunjukkan fluoresensi dan tidak larut dalam alkali, sedangkan isomernya, yaitu
antranol bewarna kuning kecokiatan dan dengan alkali membentuk larutan berpendar
(berf1uoresensi) kuat. Oksantron merupakan zantara (intermediate) antara antrakinon
dan antranof. Reaksi Borntraeger modifikasi Fairbairn, yaitu dengan menambahkan
hidrogen peroksida akan menujuk-kan reaksi positif. Senyawa ml terdapat dalam
Frangulae cortex. Diantron adalah senyawa dimer tunggal atau campuran dan
molekul antron, hash oksidasi antron (misalnya larutan dalam aseton yang diaerasi
dengan udara). Diantron merupakan aglikon penting dalam Cassia, Rheum, dan
Rhamnus; dalam golongan ini misalnya senidin, aglikon senosida. Reidin A, B, dan C
yang terdapat dalam sena dan kelembak merupakan heterodiantron.

Biosintesis Glikosida

Terjadinya glikosida dalam tanaman ada dua macam, yaitu: (Midian


Sirait,2007:161)
1. Pembentukan glikosida melalui pemindahan gugusan uridil dai uridin trifosfat
kepada gula-L-fosfat. Enzim yang mengkatalisir reaksi ini adalah uridil
transferase. Reaksi selanjutnya pemindahan gua dari uridin difosfat pada aglikon
dan membentuk glikosida. Enzim yang mengkatalisir reaksi ini adalah glikosil
transferase.
2. Pada Penicillium islandicum diberi senyawa asetat radioaktif. Penicillium ini
dapat mengubah senyawa asetat menjadi antrakinon. Pertama akan dibentuk
asam poli--ketometilen.
Biosintesis dimulai dari asam sikamat. Misalnya pada family Rubiaceae.

3.

Biosintesis glikosida secara singkat dapat dirangkum dalam reaksi sebagal


berikut:

(1) enzim urIdil tranferase (2) enzim glIkosil transferase


Dengan reaksi sejalan akan terbentuk di-, tn-, bahkan tetra-sakarida.
Isolasi dan Identifikasi Glikosida
Identifikasi Glikosida
Hidrolisis glikosida dengan asam lemah atau enzim akan menghasilkan gula
mereduksi dan aglukon yang dapat diklasifikasikan sebagai aldehida, alcohol, fenol,
dll.
a. Hidrolisis dengan asam lemah
Dalam beaker glas kecil, masukkan 0,10g salisin, 15ml air, dan 3ml H 2SO4.
Didihkan selama lebih kurang 15 menit. Tambahkan basa dengan larutan NaOH,
tambahkan 5ml larutan fehling, didihkan terbentuk endapan merah bata.
b. Hidrolisis dengan enzim emulsion
Ambil 5 buah almond yang telah ditumbuk hingga menjadi serbuk kasar,
tambahkan 20ml air saring. Tampung lebihkurang 10ml, tambahkan 0,10g emulsion,
kocok. Panaskan pada suhu 40oC selama 30-45 menit. Saring, tambahkan beberapa
tetes besi (III) klorida. Terjadi warna violet.

Salisin yang mengalami hidrolisis menghasilkan glukosa dan saligenin. Glukosa


mereduksi larutan fehling, saligenin. Glukosa mereduksi larutan Fehling, salgenin
dengan besi (II) klorida akan berwarna violet.
Bioaktifitas Glikosida
Salah satu dari golongan glikosida yang dapat digunakan sebagai obat aalah
glikosida antrakinon. glikosida antrakinon adalah stimulan katartika dengan
meningkatkan tekanan otot polos pada dinding usus besar, aksinya akan terasa sekitar
6 jam kemudian atau Iebih lama. Adapun meka-nisme belum jelas, namun diduga
antrakinon dan antranol dan turunannya berpengaruh terhadap tranpor ion daam sel
colon dengan menghambat kanal ion C1. Untuk antron dan antranol mengeluarkan
kegiatan lebih drastik (itulah sebabnya ada beberapa simplisia yang boleh digunakan
setelah disimpan selama satu tahun, untuk mengubah senyawa tersebut menjadi
antrakinon), bHa jumlahnya Iebih besar dan pada antrakinon akan mengakibatkan
mulas dan rasa tidak enak.
Contoh Tanaman
Dari sekian banyaknya glikosida yang kedapatan pada tanaman tinggi, di bawah
ini hanya memberikan beberapa contoh saja.
1. Amigdalin (C20H27NO11. 3 H2O), kedapatan pada biji amandel.
2. Salisin (C13H18O7), kedapatan pada kulit batang Salix (suku Sa icacea).
3. Plerizin (C12H24O10. 2H2O), kedapatan pada kulit akar pohon apel ; zat ini dapat
menimbulkan diabetes pada ternak.

Anda mungkin juga menyukai