bersangkutan sudah relatif maju baik sosial maupun ekonominya tetapi masih
bersifat pasif. Budaya politik suatu masyarakat dapat dikatakan subyek jika terdapat
frekuensi orientasi yang tinggi terhadap pengetahuan sistem politik secara umum
dan objek output atau terdapat pemahaman mengenai penguatan kebijakan yang di
buat oleh pemerintah. Namun frekuensi orientasi mengenai struktur dan peranan
dalam pembuatan kebijakan yang dilakukan pemerintah tidak terlalu diperhatikan.
Para subyek menyadari akan otoritas pemerintah dan secara efektif mereka di
arahkan pada otoritas tersebut. Sikap masyarakat terhadap sistem politik yang ada
ditunjukkan melalui rasa bangga atau malah rasa tidak suka. Intinya, dalam
kebudayaan politik subyek, sudah ada pengetahuan yang memadai tentang sistem
politik secara umum serta proses penguatan kebijakan yang di buat oleh
pemerintah.
bermusuhan terhadap system politik. Posisinya sebagai kaula, anggota masyarakat dapat
dikatakan sebagai posisi yang pasif. Mereka menganggap dirinya tidak berdaya
mempengaruhi atau mengubah system politik, dan oleh karena itu, menyerah saja kepada
segala kebijaksanaan dan keputusan para pemegang jabatan politik dianggap oleh masyarakat
sebagai sesuatu yang tidak dapat diubah, dikoreksi, apalagi ditantang. Tiada jalan bagi
anggota masyarakat kecuali menrima system politik sebagaimana adanya, patuh, ssetia, dan
mengikuti segala instruksi dan anjuran pimpinan politiknya.
adalah mematuhi perintahnya, menerima, loyal, dan setia terhadap anjuran, perintah, serta
kebijaksanaan pimpinannya.
Orientasi budaya politik kaula/subjek yang murni sering terwujud dalam masyarakat yang
tidak dapat struktur masukan yang deferensiasi. Demikian pula orientasi dalam sistem politik
lebih bersifat normatif dan afektif daripada kognitif. Oleh karena itu, dapat dipahami bila
mereka memiliki sikap yang demikian.
Masyarakat yang memiliki budaya politik seperti itu, bila tidak menyukai terhadap sistem
politik yang berlaku hanyalah diam dan menyimpannya saja di dalam hati. Sikap itu tidak
direalisasi kedalam bentuk perilaku konkret karena diyakini tidak ada sarana untuk
memanifstasikannya. Lebih-lebih dalam masyarakat yang berbudaya subjek terdapat
pandangan bahwa masyarakat terbentuk dari struktur hierarkis (vertikal). Sebagai akibatnya
individu atau kelompok digariskan untuk sesuai dengan garis hidupnya sehingga harus puas
dan pasrah pada keadaannya.Biasanya siap-sikap seperti itu timbul karena diakibatkan oleh
faktor-faktor tertentu seperti proses kolonisasi dan kidiktatoran