GENETIKA TUMBUHAN
ACARA II
TEORI KEMUNGKINAN
Semester :
Ganjil 2014
Oleh :
Destomi Nurlian
A1L013153 / F
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Terbentuknya individu hasil perkawinan yang dapat dilihat dalam wujud
fenotip, pada dasarnya merupakan suatu kemungkinan-kemungkinan pertemuan
antara gamet tetua jantan dan tetua betina. Keturunan hasil perkawinan tidak dapat
dipastikan begitu saja, melainkan hanya dapat diduga berdasarkan peluang yang
ada. Oleh karena itu, teori peluang sangat berhubungan erat peranannya dalam
ilmu genetika.
Evaluasi hipotesis genetik memerlukan suatu uji yang dapat mengubah
deviasi-deviasi dari suatu nilai yang diharapkan menjadi probabilitas dari
ketidaksamaan yang terjadi oleh peluang. Dalam uji peluang, juga harus
memperhatikan besarnya sample dan jumlah peubah. Uji ini yang biasa disebut
dengan uji chi-square test.
Uji chi-square bertujuan untuk mengetahui apakah data yang di peroleh dari
hasil pengamatan sesuai dengan nilai atau nilai ekspektasinya yang dapat diartikan
bahwa hasil observasinya sesuai dengan hasil teori atau tidak. Ukuran seberapa
besar nilai deviasi tersebut dapat dihitung dengan formula sebagai berikut :
X2
(o e )2
e
Dimana:
o
: pengamatan
Kriteria pengujian :
X2 hitung > X2 tabel maka hipotesis diterima
20
II.TINJAUAN PUSTAKA
21
22
23
menghasilkan bukti mutlak untuk suatu hipotesis, tetapi hanya memberikan limit
ketidak pastian kepada kita (Crowder, 1982).
24
Bahan yang digunakan dalam praktikun ini adalah mata uang logam dan
lembar pengamatan. Sedangkan alat yang digunakan adalah uang logam,
kalkulator dan alat tulis.
B. Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Satu keping mata uang logam dilempar ke atas, lalu di catat hasilnya
(gambar atau angka). Pelemparan dilakukan 50X dan 100X. Hasil
dianalisis dengan uji X2.
2. Lakukan hal yang sama untuk kasus 2 keping uang logam yang dilempar
sekaligus serta kasus 3 keping uang logam yang dilempar sekaligus.
3. Semua data dicatat pada lembar pengamatan yang telah disediakan,
sedangkan hasil analisis ditulis pada diktat.
A. Hasil
Tabel I : Satu koin pelemparan 50 kali
KARAKTERISTIK YANG DIAMATI
25
29
21
50
25
25
50
(O-E-1/2)2
12,25
12,25
24,5
(|OE|)
E
0,49
0,49
0,98
X2
1,02
1,02
2,04
(|OE|)
E
(|2925|)
25
= 0,49
(|OE|)
E
(|2125|)
25
= 0,49
51
49
100
26
50
50
100
(O-E-1/2)2
0,25
0,25
0,5
(|OE|)
E
0,005
0,005
0,01
X2
1,02
1,02
2,04
(|OE|)
E
(|5150|)
50
= 0,005
(|OE| ) 2
E
(|4950|)
50
= 0,005
27
AG
GG
JUMLAH
OBSERVASI
11
28
11
50
HARAPAN
12,5
25
12,5
50
(O-E)2
2,25
2,25
13,5
(|OE|)
E
0,18
0,36
0,18
0,72
X2
0,18
0,36
0,18
0,72
Lemparan muncul AA =
2
(|OE|)
E
(|1112,5|)
12,5
= 0,18
Lemparan muncul AG =
2
(|OE|)
E
(|2825|)
25
= 0,36
Lemparan muncul GG =
2
(|OE|)
E
(|1112,5|)
12,5
= 0,18
28
AG
GG
JUMLAH
OBSERVASI
20
52
28
100
HARAPAN
25
50
25
100
(O-E)2
25
38
(|OE|)
E
0,08
0,36
1,44
X2
0,08
0,36
1,44
Lemparan muncul AA =
2
(|OE|)
E
(|2025|)
25
=1
Lwmparan muncul AG =
2
(|OE|)
E
(|5250|)
50
= 0,08
Lemparan muncul GG =
2
(|OE|)
E
(|2825|)
25
= 0,36
29
AAA
Observasi (O)
Ekspektasi (E)
6,25
18,75
18,75
6,25
50
0,0625
5,062
5
3,0625
0,0625
8,25
(|OE|)
E
0,01
0,27
0,163
0,01
0,453
X2
0,01
0,27
0,163
0,01
0,453
(|OE|)
(|OE|)
E
(|66,25|)
6,25
= 0,01
(|OE|)
E
(|2118,75|)
18,75
= 0,27
(|OE|)
E
(|1718,75|)
18,75
= 0,163
(|OE|)
E
(|66,25|)
6,25
= 0,01
30
X2tabel = 7,82
Kesimpulan X2hitung < X2tabel => SIGNIFIKAN
Observasi (O)
19
Ekspektasi (E)
12,5
37,5
37,5
12,5
100
42,25
12,25
30,25
6,25
91
(|OE|)
E
3,38
0,327
0,807
0,5
5,014
X2
3,38
0,327
0,807
0,5
5,014
(|OE|)
(|OE|)
E
(|1912,5|)
12,5
= 3,38
(|OE|)
E
(|3437,5|)
37,5
= 0,327
(|OE|)
E
(|3237,5|)
37,5
= 0,807
31
(|OE|)
E
(|1512,5|)
12,5
= 0,5
B. Pembahasan
Probabilitas atau peluang merupakan kemungkinan peristiwa yang
diharapkan, artinya antara yang diharapkan itu dengan peristiwa yang mungkin
terjadi terhadap suatu objek. Sebagai contoh koita dapat melakukan pelemparan
terhadap mata uang. Dari pelemparan tersebut maka dapat diperoleh kemungkinan
50% akan muncul gambar dan 50% akan muncul angka. Selain digunakan pada
ilustrasi sederhana diatas, teori probabilitas juga dapat digunakan dalam
pewarisan sifat dengan tanda beda. Ilustrasi sederhananya adalah bila AB
menghasilkan sel kelamin, maka 50% akan membentuk gamet yang mengandung
A dan B saja. Konsep dasar dari suatunteori probabilitas adalah memiliki nilai
diantara 0 dan 1 yang menggambarkan besarnya kesempatan yang akan muncul
( fenotipik ). Apabila nilai dari suatu peluang 0 berarti suatu kemungkinan
mustahil akan terjadi, apabila nilai peluang 1 maka suatu kejadian pasti akan
terjadi.
Ilmu genetika merupakan ilmu yang mengkaji keturunan. Dalam pewarisan
keturunan kita hanya bisa mengira hasil keturunan tersebut merupakan replikasi
32
dari kedua tetuanya. Dengan hanya melihat dari tetuanya saja kita tidak dapat
memastikan apakah sifat dari tetua itu diturunkan. Banyak kemungkinan yang
terjadi disini. Kemungkinan yang ada adalah apabila tetua membawa sifat resesif
maka keturunannya akan berbeda (letal). Dari sinilah timbul keterkaitan antara
teori peluang dengan pewarisan sifat. Dalam ilmu genetika, memisahkan gen
( segregasi ) dari tetua kepada anakan tidak luput dari suatu kemungkinan,
demikian pula bersatunya gamet yang membawa gen juga tidak luput dari teori
kemungkinan. Pemisahan gamet tersebut perlu diperhitungkan. Perhitungan
tersebut sudah diketahui perbandingannya dalam hukum Mendel. Dengan uji chi
square kita dapat mengetahui dan kita dapat memiliki acuan dalam melakukan
suatu persilangan. Tanpa chi square (kemungkinan) kita tidak dapat menghitung
peluang anakan dan juga kita tidak dapat melakukan hipotesis terhadap suatu
persilangan.
Berdasarkan ulasan diatas kita dapat menarik kesimpulan bahwa teori
kemungkinan dengan ilmu genetika sangat berhubungan erat. Tanpa probabilitas
kita tidak dapat menghitung suatu kemungkinan hasil anakan dari suatu
persilangan antar tetua yang memiliki sifat beda. Tanpa probabilitas (uji chi
square) kita tidak dapat mengetes apakah rasio fenotip prakis dapat
dipertanggungjawabkan sesuai dengan rasio fenotip teoritis.
Chi square merupakan suatu uji yang telah di ketahui banyak orang. Uji ini
biasanya digunakan pada tabel kontingensi untuk mengetahui apakah terdapat
hubungan antara dua variabel yang berasal dari sample yang berbeda. Akan tetapi
teori chi square juga memiliki keterbatasan. Keterbatasan dari chi square ini di
33
antaranya adalah uji ini sensitif terhadap banyaknya sampel yang digunakan. Uji
ini akan menjaadi kurang akurat jika terdapat nilai frekuensi harapan kurang dari
5 pada tabel kontingensi.
Menurut Agresti 2002, Uji chi square baik digunakan pada jumlah sample
yang cukup besar dan tidak efektif digunakan pada sample yang jumlahnya kecil.
Dari teori ini kita dapat mengambil kesimpulan bahwa jumlah sample yang
digunakan pada praktikum ini terlalu sedikit, sehingga memicu penyebab
terjadinya percobaan tidak signifikan. Jumlah sample merupakan salah satu faktor
penyebab dari percobaan ini tidak signifikan. Sejatinya, nila X 2 dikatakan
signifikan ini maksudnya sudut deviasi atau penyimpangan ini sangat kencil dan
ada faktor lain diluar faktor kemungkinan yang mengambil peranan disitu. Jika
kita kaji lebih dalam, sebenarnya dalam setiap percobaan terjadi penyimpangan,
hanya penyimpangan tersebut nilai kisarannya tinggi atau tidak. Jika nilai
penyimpangan tidak terlalu tinggi maka percobaan tersebut dikatakan menjadi
signifikan.
Tabel X2 merupakan tabel deretan angka, dimana deretan angka tersebut
merupakan angka kemungkinan. Posisi deret angka dalam tabel memiliki aturan
dan makna tersendiri. Makin ke kanan maka nilai kemungkinan itu akan menjauhi
angka 1 yang berarti hasil percobaan itu bernilai tidak baik. Makin ke kiri nilai
kemungkinan tersebut semakin mendekati nilai satu atau 100% yang berarti nilai
kesalahan dalam percobaan tersebut sedikit.
Hasil riset dari ahli statistik bahwa apabila nilai chi square yang didapat dari
perhitungan terletak dibawah kolom nilai kemungkinan 5% (0,005) atau kurang
34
dari 1% (0,01) itu berarti terdapat faktor kebetulan yang hanya berpengaruh 5%.
Dalam praktikum kali ini kita menggunakan X tabel 5% karena nilai 5% ini
menunjukan tingkat kebenaran sebesar 95%. Tingkat kebenaran dari 95% ini
sudah mendekati nilai sempurna ( mendekati 100% ), walaupun pada dasarnya
dalam pengujian teori yang ada, tidak akan mendapatkan hasil yang sama (100%)
dengan teori yang pernah dilakukan, tetapi secara matematis hanya akan
mendekati 100%. Apabila nilai yang di dapat semakin dekat dengan angka 100%
maka hipotesis tersebut dapat dikatakan mendekati sempurna ( signifikan ). Selain
itu, nilai kemungkinan 5% dianggap sebagai garis batas antara menolak dan
menerima hipotesis. Apabila nilai kemungkinan lebih besar dari 5%,
penyimpangan dari nisbah harapan tidak nyata dan apabila nilai kemungkinan
dibawah 5%, penyimpangan dari nisbah nyata dan tidak tercadi secara kebetulan
tetapi ada faktor lain yang menyebabkan penyimpangan tersebut.
Telah disebutkan diatas bahwa uji chi-square ini memiliki suatu
keterbatasan yaitu sangat sensitif terhadap banyaknya sample yang digunakan dan
metode chi-square juga di gunakan untuk menghitung data yang berskala ordinal.
Karena keterbatasan ini maka chi-square tidak bisa digunakan dalam segala
keadaan. Ada sebuah metode yang dapat melengkapi dari keterbatasan chi-square
yaitu metode korelasi Spearman.
Korelasi Spearman merupakan alat uji statistik yang digunakan untuk
menguji hipotesis asosiatif dua variabel bila datanya bersifat ordinal. Karena
digunakan pada data berkala ordinal, maka data yang akan diolah harus dibuat
dalam bentuk rank terlebih dahulu. Uji signifikan pada Spearman menggunakan
35
/ ( 1 / (n-1 ))
Kesimpulan:
Bila Z hitung < Z tabel, maka hubungan x dan y adalah tidak signifikan.
Hasil dari praktikum pada percobaan pertama yaitu pada pelemparan satu
keping mata uang logam mendapatkan nilai Xhitung 2,04 untuk 50X pelemparan dan
2,04 juga untuk 100x pelemparan. X tabel yang digunakan adalah 0.05 pada drajat
36
bebas 1 yaitu 3,84. Hipotesis yang dapat diambil dari percobaan ini yaitu hasilnya
signifikan karena X2hitung < X2tabel.
Hasil dari percobaan kedua yaitu dengan pelemparan dua uang logam
mendapatkan Xhitung 0,72 untuk 50X pelemparan dan 1,44 untuk 100X pelemparan.
Xtsbel yang digunakan adalah 0,05 pada drajat bebas 2 yaitu 5,99. Hipotesis yang
dapat diambil dari percobaan pelemparan dua uang logam adalah signifikan
karena X2hitung < X2tabel.
Hasil dari percobaan ketiga yaitu dengan pelemparan tiga uang logam
dengan variabel pengamatan AAA, AAG, AGG, GGG mendapatkan X hitung 0,453
untuk 50X pelemparan dan 5,014 untuk 100X pelemparan. X tabel yang digunakan
addalah 0.05 pada drajat bebas tiga yaitu 7,82. Hipotesis yang dapat diambil dari
percobaan pelemparan tiga koin uang adalah signifikan karena X2hitung < X2tabel.
Berdasarkan keseluruhan pengamatan dari 50X pelemparan satu, dua dan
tiga koin serta pelemparan 100X di dapatkan data yang signifikan karena X 2hitung <
X2tabel . Hal ini berarti sesuai dengan teori yang dikemukaan oleh Rohmana 2011,
bahwa apabila uji chi-square mendapatkan nilai X2tabel > X2hitung maka hipotesisnya
dinyatakan signifikan dan uji X2 ini memiliki peranan apakah rasio fenotip praktis
dapat dipertanggungjawabkan dengan rasio fenotip pada teoritis.
37
A. Kesimpulan
1. Teori kemungkinan adalah dasar untuk menentukan nisbah yang
diharapkan
38
DAFTAR PUSTAKA
39
DAFTAR LAMPIRAN
40