Anda di halaman 1dari 11

BAB II

PEMBAHASAN
A.

Biografi B.F. Skinner

B.F. Skinner lahir pada tanggal 20 Maret 1904 di sebuah kota kecil bernama
Susquehanna, Pennsylvania. Ayahnya adalah seorang pengacara dan ibunya
adalah seorang ibu rumah tangga yang baik. Ia merefleksikan tahun-tahun awal
kehidupannya sebagai suatu masa dalam lingkungan yang stabil, di mana belajar
sangat dihargai dan disiplin sangat kuat. Skinner mendapat gelar BA-nya dalam
sastra bahasa inggris pada tahun 1926 dari Presbyterian-founded Humilton
College. Setelah wisuda, ia menekuni dunia tulis menulis sebagai profesinya
selama dua tahun.
Pada tahun 1928, ia melamar masuk program pasca sarjana psikologi Universitas
Harvard. Ia memperoleh MA pada tahun 1930 dan Ph.D pada tahun 1931. Pada
tahun 1945, dia menjadi kepala departemen psikologi Universitas Indiana.
Kemudian 3 tahun kemudian, tahun 1948, dia diundang untuk datang lagi ke
Universitas Harvard. Di Universitas tersebut dia menghabiskan sisa karirnya.
Skinner adalah seseorang yang aktif dalam berbagai kegiatan, seperti
melakukan berbagai penelitian, membimbing ratusan calon doktor, dan menulis
berbagai buku. Meski tidak sukses sebagai penulis buku fiksi dan puisi, ia
menjadi salah satu penulis psikologi terbaik. Salah satu karyanya yang terkenal
adalah Walden II.Pada tanggal 18 Agustus 1980, Skinner meninggal dunia karena
penyakit Leukemia.

B.

Sejarah Munculnya Teori Kondisioning Operan B.F Skinner

Asas pengkondisian operan B.F Skinner dimulai awal tahun 1930-an, pada waktu
keluarnya teori S-R. Waktu itu model kondisian klasik dari Pavlov telah
memberikan pengaruh yang kuatpada pelaksanaan penelitian. Istilah-istilah
seperti cues (pengisyratan), purposive behavior (tingkah laku purposive) dan
drive stimuli (stimulus dorongan) dikemukakan untuk menunjukkan daya suatu
stimulus untuk memunculkan atau memicu suatu respon tertentu.
Skinner tidak sependapat dengan pandangan S-R dan penjelasan reflex
bersyarat dimana stimulus terus memiliki sifat-sifat kekuatan yang tidak
mengendur. Menurut Skinner penjelasan S-R tentang terjadinya perubahan
tingkah laku tidak lengkap untuk menjelaskan bagaimana organisme berinteraksi
dengan lingkungannya. Bukan begitu, banyak tingkah laku menghasilkan
perubahan atau konsekuensi pada lingkungan yang mempunyai pengaruh
terhadap organisme dan dengan begitu mengubah kemungkinan organisme itu
merespon nanti.
Asas-asas kondisioning operan adalah kelanjutan dari tradisi yang didirikan oleh
John Watson. Artinya, agar psikologi bisa menjadi suatu ilmu, maka studi tingkah
laku harus dijadikan fokus penelitian psikologi. Tidak seperti halnya teoritikus-

teoritikus S-R lainnya, Skinner menghindari kontradiksi yang ditampilkan oleh


model kondisioning klasik dari Pavlov dan kondisioning instrumental dari
Thorndike. Ia mengajukan suatu paradigma yang mencakup kedua jenis respon
itu dan berlanjut dengan mengupas kondisi-kondisi yang bertanggung jawab atas
munculnya respons atau tingkah laku operan.

C.

Teori Belajar Skinner

Teori Skinner sering juga disebut dengan operant conditioning. Dinamakan teori
Skinner karena penelitian pada teori ini dilakukan oleh seorang ilmuan bernama
lengkap Burhuss Frederic Skinner. Dia lahir pada tanggal 20 Maret 1904 di
sebuah kota kecil bernama Susquehanna, Pennsylvania. Ayahnya adalah seorang
pengacara dan ibunya adalah seorang ibu rumah tangga yang baik. Ia
merefleksikan tahun-tahun awal kehidupannya sebagai suatu masa dalam
lingkungan yang stabil, dimana belajar sangat dihargai dan disiplin sangat kuat.
Sebelum membahas lebih mendalam mengenai Teori Skinner ini, terlebih dahulu
akan dibahas mengenai Teori Conditioning.
Mula-mula teori Conditioning ini dipelopori oleh Ivan Pavlov (1927), kemudian
dikembangkan oleh Watson (1970). Percobaan yang dilakukan Pavlov terhadap
anjingnya menggambarkan bahwa belajar dilakukan dengan mengasosiasikan
suatu ganjaran (reward) dengan rangsangan (stimulus) yang mendahului
ganjaran itu. Perangsang bersyarat dan perangsang tidak bersyarat merupakan
pengkondisian (conditioning) di dalam proses pembentukan perilaku. Watson
mengembangkan teori ini melalui percobaan tentang gejala takut pada anak,
dengan menggunakan tikus putih. Menurut teori ini, belajar adalah suatu proses
yang disebabkan oleh adanya syarat tertentu yaitu berupa rangsangan.
Pengkodisian (conditioning) dalam bentuk rangsangan dan pembiasaan mereaksi
terhadap perangsang tertentu menimbulkan proses belajar.
Seperti Pavlov dan Watson, Skinner juga memikirkan tingkah laku sebagai
hubungan antara perangsang dan respons, tetapi berbeda dengan kedua ilmuan
yaitu Pavlov dan Watson. Skinner kurang setuju dengan teori dari Pavlov. Skinner
menyatakan bahwa teori Pavlov hanya berlaku bagi interaksi antara stimulus dan
respons yang sederhana saja. Padahal manusia dalam menjalankan fungsinya
memerlukan prilaku yang kompleks yang mempersyaratkan terjadinya interaksi
stimulus dan respons yang kompleks pula. Dengan demikian, interaksi stimulusrespons dalam diri seorang individu tidaklah sesederhana itu.
Menurut Skinner, kunci untuk memahami perilaku individu terletak pada
pemahaman terhadap hubungan antara stimulus satu dengan stimulus lainnya,
respons yang dimunculkan, dan juga berbagai konsekuensi yang diakibatkan
oleh respons tersebut. Skinner setuju dengan pendapat Watson yang
mengatakan bahwa belajar merupakan proses perubahan perilaku.
Ada enam asumsi dasar dari teori Operant Conditioning ini, yaitu :
1)

Hasil belajar merupakan perilaku yang dapat diamati

2)
Perubahan perilaku sebagai hasil belajar secara fungsional berhubungan
dengan perubahan situasi dalam lingkungan atau suatu kondisi
3)
Hubungan antara perilaku dan lingkungan dapat ditentukan hanya jika
elemen-elemen perilaku dan kondisi percobaan diukur secara fisik dan diamati
perubahannya dalam situasi yang terkontrol ketat
4)
Data yang dihasilkan oleh percobaan-percobaan trhadap perilaku
merupakan satu-satunya data yang dapat dipergunakan untuk mengkaji alasan
munculnya suatu perilaku.
5)
Sumber data yang paling tepat adalah perilaku dari masing-masing
individu.
6)
Dinamika interaksi antara individu dengan lingkungannya bersifat relatif
sama untuk semua jenis makhluk hidup.
Skinner mengembangkan teori operant conditioning ini melalui percobaan
terhadap burung dan kotak yang dilengkapi pengungkit. Apabila pengungkit itu
kena tekanan maka ia dapat mengeluarkan makanan. Skinner membedakan
adanya dua macam respons, yaitu :
1)
Respondent response (reflexive response), yaitu respons yang ditimbulkan
oleh prangsang-perangsang tertentu. Perangsang-perangsang yang demikian itu,
yang disebut eliciting stimuli, menimbulkan respons-respons yang secara relatif
tetap, misalnya makanan yang menimbulkan keluarnya air liur. Pada umumnya
perangsang-perangsang yang demikian itu mendahului respons yang
ditimbulkannya.
2)
Operant Response (instrumental response), yaitu respons yang timbul dan
berkembangnya diikuti oleh perangsang-perangsang tertentu. Perangsang yang
demikian itu disebut reinforcing stimuli atau reinforceri, karena perangsangperangsang tersebut memperkuat respons yang telah dilakukan oleh organisme.
Jadi, perangsang yang demikian itu mengikuti (dan karenanya memperkuat)
sesuatu tingkah laku tertentu yang telah dilakukan. Jika seorang anak belajar
(telah melakukan perbuatan), lalu mendapat hadiah, maka dia akan menjadi
lebih giat belajar (responsnya menjadi lebih intensif/kuat).

Dalam kenyataannya, respons jenis pertama itu (respondent response atau


respondent behavior) sangat terbatas adanya pada manusia dan karena adanya
hubungan yang pasti antara stimulus dan respons kemungkinan untuk
memodifikasikannya adalah kecil. Sebaliknya, operant response atau
instrumental behavior merupakan bagian terbesar daripada tingkah laku
manusia, dan kemungkinannya untuk memodifikasi \boleh dikatakan tak
terbatas. Fokus teori Skinner adalah pada respons atau jenis tingkah laku yang
kedua ini; soalnya ialah bagaimana menimbulkan, mengembangkan dan
memodifikasikan tingkah laku tersebut. Jika disederhanakan prosedur

pembentukan tingkah laku dalam operant conditioning itu adalah sebagai berikut
:
1)
Dilakukan identifikasi mengenai hal apa yang merupakan reinforcer
(hadiah) bagi tingkah laku yang akan dibentuk itu.
2)
Dilakukan analisis untuk mengidentifikasi komponen-komponen kecil yang
membentuk tingkah laku yang dimaksud. Komponen-komponen itu lalu disusun
dalam urutan yang tepat untuk menuju kepada terbentuknya tingkah laku yang
dimaksud.
3)
Dengan mempergunakan secara urut komponen-komponen itu sebagai
tujuan-tujuan sementara, mengidentifikasi reinforcer (hadiah) untuk masing
-masing komponen itu.
4)
Melakukan pembentukan tingkah laku dengan menggunakan urutan
komponen-komponen yang telah tersusun itu. Kalau komponen pertama telah
dilakukan maka hadiahnya diberikan; hal ini akan mengakibatkan komponen itu
makin cenderung untuk sering dilakukan. Kalau ini sudah terbentuk,
dilakukannya komponen kedua yang diberi hadiah (komponen pertama tidak lagi
memerlukan hadiah); demikian berulang-ulang, sampai komponen kedua
terbentuk. Setelah itu dilanjutkan dengan komponen ketiga, keempat, dan
selanjutnya, sampai seluruh tingkah laku yang diharapkan terbentuk.

Dalam kenyataan, prosedur penyederhanaan operant conditioning banyak variasi


dan lebih kompleks.Komponen proses belajar menurut Skinner terdiri dari
stimulus yang diskriminatif (discriminative stimulus) dan penguatan (positif,
negatif, dan hukuman) untuk menghasilkan respons (perubahan tingkah laku).
Stimulus yang diskriminatif menurut Skinner merupakan stimulus yang selalu
hadir untuk pemunculan suatu respons. Kunci berwarna merah merupakan
stimulus yang diskriminatif dalam percobaan Skinner terhadap burung merpati.
Jika merpati mematuk kunci merah maka merpati akan memperoleh makanan.
Setelah beberapa kali pengulangan, jika kunci diganti warna maka merpati tidak
akan mematuk. Makanan dalam hal ini berfungsi sebagai faktor penguatan.
Kemungkinan pemunculan respons dapat dimaksimalkan dengan kehadiran
stimulus yang diskriminatif. Jika ada stimulus lain yang memiliki persamaaan
dengan stimulus diskriminatif maka respons dapat dimunculkan kembali
Skinner juga membuat eksperimen dalam laboratoriumnya dengan memasukkan
tikus kedalam kotak yang disebut Skinner Box. Kotak ini sudah dilengkapi
dengan berbagi perlengkapan yaitu tombol, alat pemberi makan, penampung
makanan, lampu yang diatur nyalanya dan lantai yang dialiri oleh listrik. Karena
dorongan lapar sang tikus (hunger drive), si tikus berusaha keluar untuk mencari
makanan.
Selama tikus itu bergerak kesana-kemari untuk keluar dari box, tidak sengaja
tikus itu menekan tombol sehingga makanan keluar. Secara terjadwal, diberikan
makanan secara bertahap sesuai peningkatan perilaku yang di tunjukkan oleh

tikus tersebut, sehingga proses ini disebut shapping. Tujuan dari eksperimen ini
sendiri adalah bahwa unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan.
Maksudnya adalah pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan stimulus respon
akan semakin kuat bila diberi penguatan. Selain itu menghasilkan hukum-hukum
dari teori belajar yaitu:
1)
Law of operant conditioning, yaitu jika timbulnya perilaku yang diiringi
dengan stimulus penguat, maka perilaku itu menguat.
2)
Law of operant of extinction, yaitu jika timbulnya operant telah diperkuat
melalui proses conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat , maka perilaku itu
akan menurun.(John W. satrock, 2007).

Jika dalam teori Thorndike dikenal konsep reward, maka dalam teori Skinner
menganggap reinforcement merupakan faktor penting dalam belajar.
Reinforcement (penguatan) adalah konsekuensi yang meningkatkan probabilitas
bahwa suatu perilaku akan terjadi. Dan Punishment (hukuman) adalah
konsekuensi yang menurunkan probabilitas terjadinya suatu perilaku. Penguatan
boleh jadi kompleks. Penguatan berarti memperkuat. Secara umum
reinforcement (penguatan) dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu:
a.

Dari Segi Jenisnya, reinforcement dibagi menjadi dua kategori, yaitu:

Reinforcemen primer yaitu reinforcemen yang berupa kebutuhan dasar


manusia seperti; makanan, air, keamanan, dan kehangatan.

Reinforcemen sekunder yaitu reinforcemen yang diasosiasikan dengan


reinforcemen primer, seperti; uang mungkin tidak mempunyai nilai bagi anak
kecil sampai ia belajar bahwa uang itu dapat digunakan untuk membeli kue
kesukaannya.
b.

Dari Segi Bentuknya, reinforcement dibagi menjadi dua, yaitu:

Penguatan Positifadalah penguatan berdasarkan prinsip bahwa frekuensi


respons meningkat karena diikuti dengan stimulus yang mendukung (rewarding).
Bentuk-bentuk penguatan positif adalah berupa hadiah (permen, kado, makanan,
dll) dan berupa perilaku (senyum, menganggukkan kepala untuk menyetujui,
bertepuk tangan, mengacungkan jempol, atau penghargaan).

Penguatan Negatifadalah penguatan berdasarkan prinsip bahwa frekuensi


respons meningkat karena diikuti dengan penghilangan stimulus yang merugikan
(tidak menyenangkan). Bentuk-bentuk penguatan negatif antara lain:
menunda/tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau
menunjukkan perilaku tidak senang (menggeleng, kening berkerut, muka
kecewa, dll).

c.
Waktu pemberian reinforcemen, ada empat macam pemberian jadwal
reinforcemen, yaitu:

Fixed Rtio (FR) adalah salah satu skedul pemberian reinforcemen ketika
reinforcemen diberikan setelah sejumlah tingkah laku. Misalnya, seorang guru
mengatakan kalau kalian dapat menyelesaikan sepuluh soal matematika
dengan cepat dan benar, maka kalian boleh pulang dahulu.

Variabel-Ratio (VR) adalah sejumlah prilaku yang dibutuhkan untuk berbgai


macam reinforcemen, dari reinforcemen satu ke reinforcemen yang lain.

Fixed Interval (FI), yang diberikan ketika seorang menunjukkan prilaku


yang diinginkan pada waktu tertentu.

Variabel Interval (VI) yaitu reinforcemen yang diberikan tergantung pada


waktu dan sebuah respons. Tetapi antara waktu dan reinforcemen bermacammacam.

Satu cara untuk mengingat perbedaan antara penguatan positif dan penguatan
negatif adalah dalam penguatan positif ada sesuatu yang ditambahkan atau
diperoleh. Dan rangsangannya makin memperkuat atau mendorong suatu tindak
balas. Dalam penguatan negatif, ada sesuatu yang dikurangi atau di hilangkan
serta menghindari suatu tindak balas tertentu yang tidak memuaskan. Adalah
mudah mengacaukan penguatan negatif dengan hukuman. Agar istilah ini tidak
rancu, ingat bahwa penguatan negatif meningkatkan probabilitas terjadinya
suatu prilaku, sedangkan hukuman menurunkan probabilitas terjadinya perilaku.
Skiner menekankan bahwa hukuman dapat menghasilkan tiga dampak yang
tidak diharapkan, yaitu hukuman hanya bersifat sementara dalam
menghilangkan respons yang tak diinginkan, hukuman dapat mengakibatkan
timbulnya perasaanyang tidak mengenakkan, sepert malu, rasa bersalah, dll,
dan hukuman dapat meningkatkan pemunculan perilaku yang dianggap
mengurangi hadirnya stimulus yang tidak menyenangkan. Secara umum,
hukuman tidak menghasilkan perilaku yang positif. Oleh karena itu, Skinner lebih
menganjurkan penggunaan penguatan daripada hukuman jika ingin memperoleh
respons yang benar.
Berikut ini disajikan contoh dari konsep penguatan positif, negatif, dan hukuman.
Contoh dari konsep penguatan positif, negatif, dan hukuman( John W. Satrock,
2007).

Penguatan positif
Perilaku
Murid mengajukan pertanyaan yang bagus

Konsekuensi
Guru menguji murid
Prilaku kedepan
Murid mengajukan lebih banyak pertanyaan
Penguatan negatif
Perilaku
Murid menyerahkan PR tepat waktu
Konsekuensi
Guru berhenti menegur murid
Prilaku kedepan
Murid makin sering menyerahkan PR tepat waktu
Hukuman
Perilaku
Murid menyela guru
Konsekuensi
Guru mengajar murid langsung
Prilaku kedepan
Murid berhenti menyela guru

Penguatan bisa berbentuk postif dan negatif. Dalam kedua bentuk itu,
konsekuensi meningkatkan prilaku. Dalam hukuman, perilakunya berkurang.

Teori Skinner tidak hanya mencakup penjelasan terhadap proses belajar


sederhana, namun juga proses belajar yang kompleks, yang dikenal dengan
nama shaping (pembentukan). Proses shaping yang dilakukan secara bertahap
akan menghasilkan penguasaan terhadap perilaku yang kompleks melalui
perancangan (manipulasi) stimulus yang diskriminatif dan penguatan. Menurut
Skinner, proses shaping dapat menghasilkan perilaku yang kompleks yang tidak
memiliki kemungkinan untuk diperoleh secara alamiah atau dengan sendirinya.
Shaping yang berkelanjutan yang dilakukan untuk memperoleh perilaku
kompleks, disebut dengan program oleh Skinner. Dari serangkaian percobaan
yang dilakukan oleh Skinner dapat disimpulkan bahwa :

a)
Setiap langkah dalam proses belajar perlu dibuat pendek-pendek,
berdasarkan tingkah laku yang pernah dipelajari sebelumnya.
b)
Untuk setiap langkah yang pendek tersebut disediakan penguatan yang
dikontrol dengan hati-hati.
c)
Penguatan harus diberikan sesegera mungkin setelah respons yang benar
dimunculkan.
d)
Stimulus diskriminatif perlu dirancang sedemikian rupa agar dapat
diperoleh perampatan stimulus dan peningkatan keberhasilan belajar.

Dasar teori Skinner dan perkembangan teorinya selanjutnya menjadikan Skinner


seorang penganut aliran perilaku yang mempunyai nama dan pengaruh yang
sangat besar terhadap perkembangan teori belajar dalam aliran perilaku. Teori
Operant Conditioning dari Skinner percaya bahwa setiap individu harus
diidentifikasi karakteristik maupun perilaku awalnya untuk suatu proses shaping.
Skinner menyatakan, bahwa perilaku dapat dibentuk (dan juga dihilangkan)
sehingga (hampir) semua orang yang memperoleh latihan yang layak akan
dapat memiliki perilaku tertentu yang diinginkan. Juga pengkondisian suatu
respons sangat tergantung kepada penguatan yang dilakukan berulang-ulang
secara berkesinambungan. Skinner juga mengemukakan bahwa manusia dapat
diajar untuk berpikir atau menjadi kreatif melalui metode pemecahan masalah
yang melibatkan proses identifikasi masalah secara tepat (labeling), dan proses
mengaktifkan strategi (rule and or sequence) untuk memanipulasi variabel
dalam masalah tersebut sehingga diperoleh pemecahan masalahnya.

D.

Implementasi Teori Belajar B.F. Skinner dalam Pembelajaran

Penggunaan teori Skinner ini diimplementasikan dalam proses pembelajaran


dikelas sebagai berikut :
1)

Bahan yang dipelajari dianalisis sampai pada unit-unit secara organis.

2)
Hasil berlajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah
dibetulkan dan jika benar diperkuat.
3)

Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.

4)

Materi pelajaran digunakan sistem modul.

5)

Tes lebih ditekankan untuk kepentingan diagnostic.

6)

Dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri.

7)

Dalam proses pembelajaran tidak dikenakan hukuman.

8)
Dalam pendidikan mengutamakan mengubah lingkungan untuk mengindari
pelanggaran agar tidak menghukum.
9)

Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah.

10) Hadiah diberikan kadang-kadang (jika perlu)


11) Tingkah laku yang diinginkan, dianalisis kecil-kecil, semakin meningkat
mencapai tujuan.
12) Dalam pembelajaran sebaiknya digunakan shaping.
13) Mementingkan kebutuhan yang akan menimbulkan tingkah laku operan.
14) Dalam belajar mengajar menggunakan teaching machine.
15) Melaksanakan mastery learning yaitu mempelajari bahan secara tuntas
menurut waktunya masing-masing karena tiap anak berbeda-beda iramanya.
Sehingga naik atau tamat sekolah dalam waktu yang berbeda-beda. Tugas guru
berat, administrasi kompleks.

E.
a.

Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar B.F. Skinner


Kelebihan Teori Skinner

Kelebihan dari Teori Skinner ini adalah pada teori ini, seorang pendidik diarahkan
untuk menghargai setiap anak didiknya. Hal ini ditunjukkan dengan
dihilangkannya sistem hukuman. Hal itu didukung dengan adanya pembentukan
lingkungan yang baik sehingga dimungkinkan akan meminimalkan terjadinya
kesalahan.

b.

Kekurangan / Kelemahan Teori Skinner

Adapun beberapa kekurangan/kelemahan dari teori Skinner ini berdasarkan


analisa teknologi (Margaret E. B. G. 1994) adalah bahwa:
1)
Teknologi untuk situasi yang kompleks tidak bisa lengkap, analisa yang
berhasil bergantung pada keterampilan teknologis,
2)
Keseringan respon sukar diterapkan pada tingkah laku kompleks sebagai
ukuran peluang kejadian.
Tanpa adanya sistem hukuman akan dimungkinkan akan dapat membuat anak
didik menjadi kurang mengerti tentang sebuah kedisiplinan. Hal tersebuat akan
menyulitkan lancarnya kegiatan belajar-mengajar. Dengan melaksanakan
mastery learning, tugas guru akan menjadi semakin berat. Beberapa Kekeliruan
dalam penerapan teori Skinner adalah penggunaan hukuman sebagai salah satu
cara untuk mendisiplinkan siswa. Menurut Skinner hukuman yang baik adalah
anak merasakan sendiri konsekuensi dari perbuatannya. Misalnya anak perlu

mengalami sendiri kesalahan dan merasakan akibat dari kesalahan. Penggunaan


hukuman verbal maupun fisik seperti: kata-kata kasar, ejekan, cubitan, jeweran
justru berakibat buruk pada siswa. Selain itu kesalahan dalam reinforcement
positif juga terjadi didalam situasi pendidikan seperti penggunaan rangking Juara
di kelas yang mengharuskan anak menguasai semua mata pelajaran. Sebaliknya
setiap anak diberi penguatan sesuai dengan kemampuan yang diperlihatkan
sehingga dalam satu kelas terdapat banyak penghargaan sesuai dengan prestasi
yang ditunjukkan para siswa: misalnya penghargaan di bidang bahasa,
matematika, fisika, menyanyi, menari atau olahraga.

BAB III
PENUTUP
A.

Kesimpulan

B.F. Skinner lahir pada tanggal 20 Maret 1904 di sebuah kota kecil
bernama Susquehanna, Pennsylvania. Pada tanggal 18 Agustus 1980, Skinner
meninggal dunia karena penyakit Leukemia.

Asas pengkondisian operan B.F Skinner dimulai awal tahun 1930-an, pada
waktu keluarnya teori S-R.

Dari serangkaian percobaan yang dilakukan oleh Skinner dapat


disimpulkan bahwa :
a.
Setiap langkah dalam proses belajar perlu dibuat pendek-pendek,
berdasarkan tingkah laku yang pernah dipelajari sebelumnya.
b.
Untuk setiap langkah yang pendek tersebut disediakan penguatan yang
dikontrol dengan hati-hati.
c.
Penguatan harus diberikan sesegera mungkin setelah respons yang benar
dimunculkan.
d.
Stimulus diskriminatif perlu dirancang sedemikian rupa agar dapat
diperoleh perampatan stimulus dan peningkatan keberhasilan belajar.

Implementasi teori belajar B.F. Skinner dalam pembelajaran antara lain


bahan yang dipelajari dianalisis sampai pada unit-unit secara organis, hasil
berlajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan dan jika
benar diperkuat, proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar, materi
pelajaran digunakan sistem modul, tes lebih ditekankan untuk kepentingan
diagnostic, dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri,
dalam proses pembelajaran tidak dikenakan hukuman, dalam pendidikan
mengutamakan mengubah lingkungan untuk mengindari pelanggaran agar tidak
menghukum, tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah, hadiah

diberikan kadang-kadang (jika perlu), tingkah laku yang diinginkan, dianalisis


kecil-kecil, semakin meningkat mencapai tujuan, dalam pembelajaran sebaiknya
digunakan shaping, mementingkan kebutuhan yang akan menimbulkan tingkah
laku operan, dalam belajar mengajar menggunakan teaching machine dan
melaksanakan mastery learning.

Kelebihan Teori Skinner

Kelebihan dari Teori Skinner ini adalah pada teori ini, seorang pendidik diarahkan
untuk menghargai setiap anak didiknya

Kekurangan / Kelemahan Teori Skinner

Adapun beberapa kekurangan/kelemahan dari teori Skinner ini berdasarkan


analisa teknologi (Margaret E. B. G. 1994) adalah bahwa teknologi untuk situasi
yang kompleks tidak bisa lengkap, analisa yang berhasil bergantung pada
keterampilan teknologis, keseringan respon sukar diterapkan pada tingkah laku
kompleks sebagai ukuran peluang kejadian dan tanpa adanya sistem hukuman
akan dimungkinkan akan dapat membuat anak didik menjadi kurang mengerti
tentang sebuah kedisiplinan.

Anda mungkin juga menyukai