Aorta abdominalis
propria
truncus coeliacus
A.hepatica communis
A.hepatica
A.cystica
Ramus dextra
ramus sinistra
V.porta hepatis
Ramus dextra
Ramus sinistra
hepatis). Daerah arteria dan vena berjalan diantara sel-sel hepar melalui sinusoid dan dialirkan ke
vena centralis
Ligamenti Hepatis
Pada hepar terdapat beberapa ligamentum yaitu :
1.
2.
3.
4.
Ligamentum Coronaria Anterior (dextra & sinistra) dan ligamentum coronaria posterior
(dextra & sinistra). Merupakan refleksi peritoneum terbentang dari diafragma ke hepar.
5.
Ligamentum triangularis (dextra & sinistra). Merupakan fusi dari ligamentum coronaria
anterior dan posterior dan tepi lateral kiri kanan dari hepar.
Hepar dibungkus oleh simpai yg tebal, terdiri dari serabut kolagen dan jaringan elastis
yg disebut Kapsul Glisson. Simpai ini akan masuk ke dalam parenchym hepar mengikuti pembuluh
darah getah bening dan duktus biliaris. Massa dari hepar seperti spons yg terdiri dari sel-sel yg
disusun di dalam lempengan-lempengan/ plate dimana akan masuk ke dalamnya sistem
pembuluh kapiler yang disebut sinusoid. Sinusoid-sinusoid tersebut berbeda dengan kapilerkapiler di bagian tubuh yang lain, oleh karena lapisan endotel yang meliputinya terediri dari selsel fagosit yg disebut sel kupfer. Sel kupfer lebih permeabel yang artinya mudah dilalui oleh selsel makro dibandingkan kapiler-kapiler yang lain. Lempengan sel-sel hepar tersebut tebalnya 1 sel
dan punya hubungan erat dengan sinusoid. Pada pemantauan selanjutnya nampak parenkim
tersusun dalam lobuli-lobuli Di tengah-tengah lobuli tdp 1 vena sentralis yg merupakan cabang
dari vena-vena hepatika (vena yang menyalurkan darah keluar dari hepar).Di bagian tepi di
antara lobuli-lobuli terhadap tumpukan jaringan ikat yang disebut traktus portalis/ TRIAD yaitu
traktus portalis yang mengandung cabang-cabang v.porta, A.hepatika, ductus biliaris. Cabang dari
vena porta dan A.hepatika akan mengeluarkan isinya langsung ke dalam sinusoid setelah banyak
percabangan Sistem bilier dimulai dari canaliculi biliaris yang halus yg terletak di antara sel-sel
hepar dan bahkan turut membentuk dinding sel. Canaliculi akan mengeluarkan isinya ke dalam
intralobularis, dibawa ke dalam empedu yg lebih besar, air keluar dari saluran empedu menuju
kandung empedu.
2. Sel Kuppfer
3. Vena Sentral
1. Fase Prahepatik
a. Pembentukan Bilirubin. Sekitar 250 sampai 350 mg bilirubin atau sekitar 4 mg per kg berat
badan terbentuk setiap harinya; 70-80% berasal dari pemecahan sel darah merah yang
matang, sedangkan sisanya 20-30% datang dari protein heme lainnya yang berada
terutama dalam sumsum tulang dan hati. Peningkatan hemolisis sel darah merah
merupakan penyebab utama peningkatan pembentukan bilirubin.
b. Transport plasma. Bilirubin tidak larut dalam air, karenanya bilirubin tak terkojugasi ini
transportnya dalam plasma terikat dengan albumin dan tidak dapat melalui membran
gromerolus, karenanya tidak muncul dalam air seni.
2. Fase Intrahepatik
a. Liver uptake. Proses pengambilan bilirubin tak terkojugasi oleh hati secara rinci dan
pentingnya protein meningkat seperti ligandin atau protein Y, belum jelas. Pengambilan
bilirubin melalui transport yang aktif dan berjalan cepat, namun tidak termasuk
pengambilan albumin.
b. Konjugasi. Bilirubin bebas yang terkonsentrasi dalam sel hati mengalami konjugasi dengan
asam glukoronik membentuk bilirubin diglukuronida / bilirubin konjugasi / bilirubin direk.
Bilirubin tidak terkonjugasi merupakan bilirubin yang tidak laurut dalam air kecuali bila
jenis bilirubin terikat sebagai kompleks dengan molekul amfipatik seperti albumin. Karena
albumin tidak terdapat dalam empedu, bilirubin harus dikonversikan menjadi derivat yang
larut dalam air sebelum diekskresikan oleh sistem bilier. Proses ini terutama dilaksanakan
oleh konjugasi bilirubin pada asam glukuronat hingga terbentuk bilirubin glukuronid. Reaksi
konjugasi terjadi dalam retikulum endoplasmik hepatosit dan dikatalisis oleh enzim
bilirubin glukuronosil transferase dalam reaksi dua-tahap.
3. Fase Pascahepatik
Ekskresi bilirubin. Bilirubin konjugasi dikeluarkan ke dalam kanalikulus bersama bahan lainnya.
Anion organik lainnya atau obat dapat mempengaruhi proses yang kompleks ini. Di dalam usus
flora bakteri mendekonjugasi dan mereduksi bilirubin menjadi sterkobilinogen dan
mengeluarkannya sebagian besar ke dalam tinja yang memberi warna coklat. Bilirubin tak
terkonjugasi bersifat tidak larut dalam air namun larut dalam lemak. Karenanya bilirubin tak
terkojugasi dapat melewati barier darah-otak atau masuk ke dalam plasenta. Dalam sel hati,
bilirubin tak terkonjugasi mengalami proses konjugasi dengan gula melalui enzim
glukuroniltransferase dan larut dalam empedu cair.
Guyton, AC. & Hall, JE. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 11. Jakarta: EGC
Hati tidak melakukan aktivitas fagosit yang dilakukan oleh hepatosit tetapi dilakukan
oleh sel kupffer.
1
2
3
Pembentukan, perubahan dan pemecahan KH, lemak dan protein saling berkaitan 1
sama lain sehingga mereka dimasukkan ke dalam 1 nama = METABOLIC POOL
Hati mengubah pentosa dan heksosa yang diserap dari usus halus menjadi glikogen,
mekanisme ini disebut GLIKOGENESIS
Glikogen lalu ditimbun di dalam hati kemudian hati akan memecahkan glikogen
menjadi glukosa. Proses pemecahan glikogen mjd glukosa disebut
GLIKOGENOLISIS
Karena proses-proses ini, hati merupakan sumber utama glukosa dalam tubuh
Selanjutnya hati mengubah glukosa melalui HEKSOSA MONOPHOSPHAT
SHUNT dan terbentuklah PENTOSA
Pembentukan pentosa mempunyai beberapa tujuan:
Menghasilkan energi
Biosintesis dari nukleotida, nucleic acid dan ATP
Membentuk/ biosintesis senyawa 3 karbon (3C)yaitu piruvic acid (asam piruvat
diperlukan dalam siklus krebs).
Metabolisme Lemak
Unsur lemak dalam makanan (dietary lipids) yang memiliki peranan penting dalam proses
fisiologis adalah:
Trigliserida terusun atas asam lemak (free fatty acids, FFA) dan gliserol.
Kolesterol kebanyakan berasal dari kolesterol.
Asam lemak setelah diserap oleh sel mukosa usus halus dengan cara difusi, kemudian di dalam
sel mukosa asam lemak dan gliserol mengalami resintesis (bergabung lagi) menjadi trigliserida.
Kolesterol juga mengalami reesterifikasi menjadi ester kolesterol. Trigliserida dan ester
kolesterol bersatu diselubungi oleh protein menjadi kilomikron (chylomicron). Protein penyusun
selubung kilomikron disebut apoprotein. Selubung protein berfungsi mencegah antarmolekul
lemak bersatu dan membentuk bulatan besar yang dapat mengganggu sirkulasi darah.
Kilomikron keluar dari sel mukosa usus secara eksositosis (kebalikan dari pinositosis)
kemudian diangkut lewat sistem limfatik (ductus thoracicus cysterna chili) dan selanjutnya
masuk ke dalam sirkulasi darah (vena subclavia). Kilomikron di dalam pembuluh darah
dihidrolisis oleh enzim lipase endotel menjadi menjadi asam lemak (FFA) dan gliserol. FFA
dibebaskan dari kilomikron dan selanjutnya disimpan dalam jaringan lemak (adipose tissue) atau
jaringan perifer.
Kilomikron yang telah kehilangan asam lemak dengan demikian banyak mengandung
kolesterol dan tetap berada di dalam sirkulasi disebut chylomicron remnant (sisa kilomikron) dan
akhirnya menuju ke hati yang selanjutnya didegradasi di dalam lisosom. Sedangkan gliserol
langsung diabsorpsi ke pembuluh darah porta hepatica.
Metabolisme FFA
FFA dibawa ke hati dan jaringan lemak dalam bentuk kilomikron atau dari hati ke jaringan dalam
bentuk VLDL. FFA juga disintesis di depot lemak tempat dimana akan disimpan. FFA di plasma
berikatan dengan albumin. Suplai FFA ke jaringan diatur oleh 2 lipase yaitu lipase endotel yang
terdapat pada permukaan endotel kapiler yang berperan menghidrolisis TG di KM atau VLDL
menjadi FFA dan gliserol.
Biosintesis Kolesterol di Hati
Kolesterol dapat disintesis di hati dari asetat yang diregualsi oleh enzim HMG CoA reduktase.
Enzim HMG CoA reduktase berperan mengubah -OH--methylglutaril Co-A menjadi asam
mevalonat. Kolesterol bersifat menghambat HMG Co-A reduktase sehingga jika kolesterol
dalam makanan meningkat, maka sintesis kolesterol di hati menurun dan sebaliknya. Kolesterol
plasma menurun oleh hormon tiroid yang menigkatkan reseptor LDL dan oleh estrogen yang
menurunkan LDL dan menigkatkan HDL. Plasma kolesterol meningkat karena absorpsi empedu
dan DM yang tidak terkontrol.
Fungsi hati sebagai metabolisme lemak
Hati tidak hanya membentuk/ mensintesis lemak tapi sekaligus mengadakan katabolisis
asam lemak
Asam lemak dipecah menjadi beberapa komponen :
a Senyawa 4 karbon KETON BODIES
b Senyawa 2 karbon ACTIVE ACETATE (dipecah menjadi asam lemak dan gliserol)
c Pembentukan cholesterol
d Pembentukan dan pemecahan fosfolipid
Hati merupakan pembentukan utama, sintesis, esterifikasi dan ekskresi kholesterol
Serum Cholesterol standar pemeriksaan metabolisme lipid
Metabolisme protein
Beberapa asam amino diubah menjadi glukosa. Asam amino yang tidak dibutuhkan diubah
menjadi urea dan asam urat, yang dikeluarkan dari dalam sel hati ke dalam darah untuk
diekskresi oleh ginjal.
Mekanisme transminasi
Transaminasi adalah proses perubahan asam amino menjadi jenis asam amino lain. Proses
transaminasi didahului oleh perubahan asam amino menjadi bentuk asam keto, secara skematik
digambarkan sebagai berikut:
Alanin + -ketoglutarat piruvat + glutamat
Transaminasi terjadi pada berbagai jaringan. Selain itu, transaminasi juga terjadi di dalam
sirkulasi darah akibat adanya kerusakan pada jaringan karena proses patologik, sebagai contoh
SGOT (serum glutamic-oxaloacetic transaminase) yang meningkat akibat infark miokard
(kerusakan otot jantung karena adanya sumbatan pembuluh darah yang mensuplai kebutuhan
otot jantung).
Fungsi hati sbg metabolisme protein
Hati mensintesis banyak macam protein dari asam amino
Dengan proses deaminasi, hati juga mensintesis gula dari asam lemak dan asam amino
Dengan proses transaminasi, hati memproduksi asam amino dari bahan-bahan non
nitrogen
Hati merupakan satu-satunyaorgan yg membentuk plasma albumin dan - globulin dan
organ utama bagi produksi urea.
Urea merupakan end product metabolisme protein
- globulin selain dibentuk di dalam hati, juga dibentuk di limpa dan sumsum tulang
globulin HANYA dibentuk di dalam hati
albumin mengandung 584 asam amino dengan BM 66.000
Fungsi hati sehubungan sintesis protein plasma,mencakup :
a Faktor pembekuan darah
Hati merupakan organ penting bagi sintesis protein-protein yang berkaitan dengan
koagulasi darah
Misalnya: membentuk fibrinogen, protrombin, faktor V, VII, IX, X
Protein plasma untuk mengangkut hormon tiroid,steroid,dan kolesterol dalam darah
Sekresi di hepar
Fungsi hati untuk sekresi
Sel-sel hepatosit sekresi empedu kanalikulus biiaris duktus biliaris duktus
biliaris communis duodenum.
Empedu akan disekresikan saat ingesti makanan. Empedu akan disimpan dan dipekatkan
di kandung empedu. Setelah disekresikan ke duodenum,garam empedu di reabsorbsi dan
di daur ulang melalui v.porta hepatika ke hati melalui siklus enterohepatik
Sekresi empedu dapat di stimulasi oleh mekanisme kimiawi(garam empedu),sekretin dan
mekanisme saraf (N X)
Metabolisme bilirubin
FISIOLOGI PEMBENTUKAN BILIRUBIN
1 Produksi :
Sebagian besar bilirubin terbentuk sebagai akibat degradasi hemoglobin pada sistem
retikuloendotelial.Tingkat penghancuran hemoglobin ini pada neonatos lebih tinggi
daripada bayi yang lebih tua.Satu gr hemoglobin dapat menghasilkan 35mg bilirubin
indirek.Bilirubin indirek yaitu bilirubin yang bereaksi tidak langsung dengan zat warna
diazo, yang bersifat tidak larut dalam air tetapi larut dalam lemak.
2 Transportasi :
Bilirubin indirek kemudian dicta oleh albumin. Sel parenkim hepar mempunyai cara
selektif dan efektif mengambil bilirubin dari plasma. Bilirubin ditransfer melalui
membran sel ke dalam hepatosit sedangkan albumin tidak. Didalam sel bilirubin akan
terikat pada ligandin dan sebagian kecil pada glutation S-transferase lain dan protein Z.
Proses ini merupakan proses 2 arah, tergantung dari konsentrasi dan afinitas albumin
dalam plasma dan ligandin dalam hepatosit. Sebagian besar bilirubin yang masuk
hepatosit dikonjugasi dan diekskresi ke dalam empedu.Dengan adanya sitosol hepar,
ligandin mengikat bilirubin sedangkan albumin tidak.Pemberian fenobarbital
mempertinggi konsentrasi ligandin dan memberi tempat pengikatan yang lebih banyak
untuk bilirubin.
3 Konjugasi :
Dalam sel hepar bilirubin kemudian dikonjugasi menjadi bilirubin diglukoronide
walaupun ada sebagian kecil dalam bentuk monoglukoronide.Glukoronide transferase
merubah bentuk monoglukoronide menjadi diglukoronide.Ada 2 enzim yang terlibat
dalam sntesis bilirubin diglukoronide.Pertama-tama ahila uridin difosfat glukoronide
transferase
(UDPG)
yang
mengkatalisasi
pembentukan
bilirubin
monoglukoronide.Sntesis dan ekskresi diglukoronide terjadi di membran
kanlikulus.Isomer bilirubin yang dapat membentuk ikatan hidrogen seperti bilirubin
natural IX dapat diekskresi langsung ke dalam empedu tanpa konjugasi misalnya isomer
yang terjadi sesudah terapi sinar.
4 Ekskresi :
Sesudah konjugasi bilirubin ini menjadi direk yang larut dalam air dan diekskresi dengan
cepat ke sistem empedu kemudian ke usus.Dalam usu bilirubin direk ini tidak diabsorbsi,
menjadi
bilirubin
indirek
dan
Detoksifasi
Pada dasarnya sel-sel hati memiliki 2 cara utama untuk melakukan detoksifikasi yang dikenal
dengan jalur detoksifikasi Phase 1 dan 2
.Pada fase 1 Jalur detoksifikasi, disini zat kimia berbahaya dirubah menjadi tidak
berbahaya dengan bantuan enzim Cytochrome P-450. Selama proses ini, dihasilkan radikal
bebas, yang bila berlebih akan merusak sel-sel hati. Kecukupan antioksidan (vitamin C, E ,
betakarotin, dll) sangat diperlukan untuk mengurangi kerusakan akibat radikal bebas. Vitamin
seperti riboflavin, niacin, dan mineral seperti magnesium, besi dan seng dapat mendukung
aktifitas sistem enzim pada fase ini. Sistem enzim P-450 dapat rusak karena banyaknya racun
yang masuk ke dalam tubuh.
Selanjutnya, pada fase 2 Jalur detoksifikasi, di sini zat kimia beracun ditambahkan
substansi lain seperti (cysteine, glycine atau molekul sulfur) untuk dirubah menjadi molekul
yang tidak berbahaya sehingga larut air dan dengan mudah dikeluarkan dari dalam tubuh melalui
cairan seperti cairan empedu atau urin. Asam amino seperti taurine dan cysteine,glycine,
glutamine, dan vitamin seperti choline dan inositol dibutuhkan bagi efisiensi detoksifikasi.
Gluthation sebagi antioksidan dan pelindung hati juga dibutuhkan untukmendukung sistem
enzim yang diperlukan dalam fase ini. Jika jalur detoksifikasi fase 1 dan fase 2 menjadi
terbebani, maka racun akan menumpuk di dalam tubuh.