Definisi Integumen
Definisi Integumen
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Infeksi merupakan proses invasif oleh organisme dan berproliferasi di
dalam tubuh sehingga menimbulkan penyakit (Potter & Perry, 2005).
Sedangkan infeksi kulit merupakan suatu penyakit yang ditimbulkan karena
suatu bakteri/kuman, virus, jamur. Penularannya dapat disebabkan dengan
kontak langsung (bersentuhan dengan kulit yang terinfeksi) maupun tidak
langsung (alat mandi, baju dsb.).
Penyakit infeksi kulit dapat dipengaruhi oleh status ekonomi dan
pendidikan masyarakat. Semakin rendah status ekonomi dan tingkat
pendidikannya maka angka kejadian penyakit infeksi kulit itu juga akan
semakin tinggi. Infeksi kulit sangat erat sekali hubungannya dengan higienitas
, karena kulit adalah organ tubuh terluar sebagai benteng tubuh, sehingga
paling mudah terkena penyakit (Arisanti, 2011).
Salah satu infeksi kulit yang sering kita jumpai adalah cacar air yang
disebabkan infeksi virus varicella. Menurut data Dinas Kesehatan
Kab.Banyumas menyebutkan, selama periode Januari hingga November 2007,
sedikitnya 671 warga terkena penyakit cacar air. Jumlah penderita terbanyak
pada Kec. Kepala Bidang pemberantasan penyakit menular dan penyehatan
Lingkungan Dinkes mengatakan terdapat lebih dari lima ratus penderita, akan
tetapi jumlah tersebut menurun dibandingkan tahun 2006. Data Dinkes 2006
mencatat jumlah penderita cacar air sebanyak 1.771 orang.
Berdasarkan salah satu kasus infeksi kulit diatas dapat diprediksi jika
infeksi kulit merupakan suatu penyakit yang tidak dapat dianggap
remeh,sehingga diperlukan penanganan yang tepat dan sesuai untuk mengatasi
masalah ini.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah pembelajaran ini, mahasiswa diharapkan mampu memberikan
asuhan keperawatan pada klien dengan infeksi jamur, infeksi bakteri, dan
infeksi virus.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Menjelaskan definisi dari infeksi jamur, infeksi bakteri, dan infeksi virus.
b. Menjelaskan klasifikasi dari infeksi jamur, infeksi bakteri, dan infeksi
virus.
c. Menjelaskan etiologi dan manisfestasi klinis dari infeksi jamur, infeksi
bakteri, dan infeksi virus.
d. Menjelaskan patofisiologi infeksi jamur, infeksi bakteri, dan infeksi virus
dan menyusun Web of Caution (WOC) dari urolithiasis.
e. Menjelaskan pemeriksaan diagnostik pada klien dengan infeksi jamur,
infeksi bakteri, dan infeksi virus.
f. Menjelaskan tata laksana dan nursing consideration pada klien infeksi
jamur, infeksi bakteri, dan infeksi virus.
1
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Infeksi merupakan proses invasif oleh organisme dan berproliferasi
di dalam tubuh sehingga menimbulkan penyakit (Potter & Perry, 2005).
Sedangkan infeksi kulit merupakan suatu penyakit yang ditimbulkan
karena suatu bakteri/kuman, virus, jamur.
2.1.1 Infeksi Bakteri (Pioderma)
Infeksi bakteri pada kulit bisa primer atau sekunder. Infeksi kulit
primer berawal dari kulit yang sebelumnya tampak normal dan biasanya
infeksi ini disebabkan oleh satu macam mikroorganisme. Infeksi kulit
sekunder terjadi akibat kelainan kulit yang sudah ada sebelumnya atau
akibat disrupsi keutuhan kulit karena cedera atau pembedahan. Pada
kedua keadan ini, beberapa jenis mikroorganisme dapat terlibat, misalnya
Staphylococcus aureus atau streptokus grup A. Infeksi bakteri primer
yang paling sering terjadi, antara lain:
a. Impetigo bulosa. Merupakan infeksi superfisial kulit yang
disebabkan oleh Staphylococcus aureus, ditandai oleh pembentukan
bula dari vesikel asalnya. Bula tersebut mengalami ruptur dan
meninggalkan lesi yang merah serta basah.
b. Folikulitis. Merupakan infeksi stafilokokus yang timbul dalam
folikel rambut. Lesi bisa bersifat superfisial atau dalam. Sering
terlihat pada daerah dagu laki0laki yang mencukur janggutnya dan
pada tungkai wanita.
c. Pseudofolikulitis barbae (shaving bumps). Merupakan reaksi
inflamasi wajah pada laki-laki berambut keriting yang terjadi akrena
pertumbuhan rambut ke dalam yang menusuk kulit dan memicu
reaksi iritatif.
d. Furunkel (bisul). Merupakan inflamasi kulit akut yang timbul dalam
satu atau lebih folikel rambut dan menyebar ke lapisan dermis
sekitarnya. Lebih sering terjadi pada daerah yang mengalami iritasi,
seperti: posterior leher, aksila atau pantat (gluteus).
e. Karbunkel. Merupakan abses pada kulit dan jaringan subkutan yang
menggambarkan perluasaan sebuah furunkel yang telah menginvasi
beberapa buah folikel rambut. Karbunkel paling sering ditemukan
pada daerah yang kulitnya tebal dan tidak elastis.
2.1.2 Infeksi Virus
Infeksi yang paling sering terjadi adalah Herpes zoster. Herpes
zoster merupakan kelainan inflamatorik viral di mana virus penyebabnya
menimbulkan erupsi vesikuler yang nyeri di sepanjang distribusi saraf
sensorik dari satu atau lebih ganglion posterior.
2.1.3 Infeksi Mikotik (Fungus)
Fungus (jamur) yang merupakan anggota dunia tanaman yang
berukuran kecil dan makan dari bahan organik, merupakan penyebab berbagai
jenis infeksi kulit yang sering ditemukan, antara lain
a. Tinea pedis (jamur kaki/athletes foot). Merupakan infeksi jamur
yang paling sering ditemukan. Infeksi ini sering menjangkiti para
3
b.
c.
d.
e.
remaja dan dewasa muda kendati dapat terjadi pada setiap kelompok
usia serta kedua jenis kelamin.
Tinea korporis (penyakit jamur badan). Menjangkiti bagian muka,
leher, batang tubuh dan ekstremitas. Pada bagian yg terinfeksi akan
tampak lesi berbentuk cincin atau lingkaran yang khas.
Tinea kapitis (penyakit jamur kulit kepala). Merupakan infeksi jamur
menular yang menyerang batang rambut dan penyebab kerontokan
rambut yangs ering ditemukan di antara anak-anak.
Tinea kruris (penyakit jamur lipat paha). Merupakan infeksi jamur
pada lipat paha yang meluas ke paha bagian dalam dan pantat.paling
sering terjadi pada pelari yang berusia muda, orang-orang yang
gemuk dan yang mengenakan pakaian dalam terlalu ketat.
Tinea unguiun (onikomikosis). Merupakan infeksi jamur yang kronis
pada kuku jari kaki atau kuku jari tangan. Biasanya disertai dengan
infeksi jamur yang lama pada kaki.
Gambar 1. Selulitis
Sumber : Dermatologi Ed. 8
4
Gambar 2. Impetigo
Sumber : Dermatologi Ed. 8
2.2.2
Infeksi Virus
Virus memiliki asam nukleat, karena hal ini virus harus hidup dalam
inangnya. Virus dapat menyebabkan penyakit apabila mengadakan kontak
Kutil datar
5) Kutil kelamin (kandilomata akuminata)
Orf
Penyakit pada domba yang dapat ditularkan pada manusia.
Penyakit ini disebabkan oleh parapoxvirus.
Manifestasinya berupa papula yang meradang dan soliter dan
dengan cepat berkembang menjadi nodul dari jaringan yang
bergranulasi yang biasanya timbul pada jari walaupun kadang juga
di wajah.
2.2.3
Infeksi Jamur
Jamur yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia antara lain:
a. Dermatophyte
Jamur ini menyebabkan kelainan yang disebut dengan infeksi
ringworm
1) Tinea pedis (atheles foot)
Manfestasinya berupa rasa gatal pada sela sela jari kaki yang
berskuama terutama pada diantara jari ketiga dengan keempat dan
keempat dengan kelima atau telapak kaki.
Pustule atau pupula kecil pada bagian tepi lesi. Rambut menjadi
rapuh dan mudah patah pada permukaan kulit kepala.
b. Candida albicans
Candida albicans hanya akan menjadi patogenik bila terdapat situasi
yang memungkinkan untuk terjadinya multiplikasi. Termasuk
diantaranya adalah pemakaian steroid sistemik maupun topikal.,
terjadinya penurunan imunitas karena sebab apapun. Adapun penyakit
yang disebabkan oleh jamur candida albicans antara lain :
1) Kandidiasis mukosa pipi
Berupa plak tebal seperti kepala susu,berwarna putih, dan melekat
pada mukosa pipi.
2) Keilitis angular
Peradangan yang terdapat pada sudut mulut.
3) Paranikia kronis
Penebalan dan peradangan kronis pada lipatan kuku proximal
disertai dengan hilangnya kutikula
d. Tes temple
Bila dicurigai terjadi dermatitis kontak alergi, lakukan tes tempel. Pada
pemeriksaan ini alergen yang kemungkinan menjadi penyebab dilarutkan
dalam media yang sesuai.
2.6 Penatalaksanaan
2.6.1 Infeksi Bakteri
Jenis Infeksi
Penatalaksanaan
Impetigo
Topikal : membersihkan lesi dengan antiseptic. Bila lesi basah,
lesi dikompres dengan larutan permanganas kalikus 1/10.000.
Bila lesi kering, olesi dengan salep yang mengandung mupirosin
2%. Antibiotik topikal lain yang dapat dipakai adalah asam
fusidat dan gentamisin
Sistemik : obat pilihan ialah penisilin V per oral. Dapat juga
diberikan irtromisin, amoksisilin, atau sefalosporin.
Impetigo
Topikal : sama dengan penatalaksanaan pada impetigo.
bulosa
Sistemik : oral
Kloksasilin 50-100 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2-4 dosis.
Dikloksasilin 25-50 mg/kgBB/hari
Floksasilin.
Ektima
Topikal : jika lesi kering, digunakan salep antibiotik. Jika basah,
kompres dengan larutan permanganas kalikus 1/10.000.
Sistemik : eritromisin atau sefalosporin atau klindamisin.
Folikulitis
Veruka
Kandiloma
Akuminata
Penatalaksanaan
Fase akut (vesikuler) dilakukan perendaman bagian yang
sakit dengan larutan salin Burowi atau kalium permanganate.
Preparat antifungus topikal (mikonazol, klotrimazol)
dioleskan pada daerah yang terinfeksi.
Preparat griseofulvin oral diberikan pada kasus infeksi jamur
yang luas. Ketokonazol dapat diberikan pada kondisi kronis,
termasuk pasien yag resisten terhadap griseofulvin.
Diberikan griseofulvin dan keramas 2-3 kali/minggu (sampo
Excel, selsun)
Infeksi ringan : preparat topikal seperti klotrimazol,
mikonazol atau haloprogin selama 3-4 minggu.
Infeksi berat : preparat griseofulvin oral.
Griseofulvin oral selama 6 bulan-1 tahun kalau kuku jari ikut
terkena. Losion amfoterisin B, mikonizol, klotrimazol,
nistatin (jika disebabkan oleh Candida albicans)
2.7 Komplikasi
2.7.1 Infeksi Bakteri
Pada kasus folikulitis, furunkel dan karbunkel dapat menyebabkan
terjadinya pembentukan jaringan parut, bakteremia atau selulitis, dan penyebaran
kuman yang meluas dapat menyebabkan cacat pada katup jantung atau arthritis
pada persendian. Selulitis sendiri juga bisa mengarah pada terjadinya sepsis
(selulitis yang tidak diobati) dan juga penyebaran meluas ke lebih banyak jaringan
tubuh. Selulitis pada ekstremitas bawah lebih besar kemungkinan menjadi
tromboflebitis pada pasien lansia.
2.7.2 Infeksi Virus
Herpes zoster tidak menimbulkan komplikasi pada kebanyakan orang. Bila
timbul komplikasi, hal-hal berikut dapat terjadi adalah sebagai berikut :
a. Neuralgia Pasca Herpes
Merupakan komplikasi yang paling umum. Merupakan nyeri di daerah
kulit yang dipersarafi oleh saraf yang terkena herpes zoster. Nyeri ini bisa
menetap selama beberapa bulan atau beberapa tahun setelah terjadinya
herpes zoster. Nyeri bisa dirasakan terus menerus atau hilang-timbul dan
13
bisa semakin memburuk pada malam hari atau jika terkena panas maupun
dingin.
b. Herpes zoster pada mata dapat menyebabkan peradangan sebagian atau
seluruh bagian mata yang mengancam penglihatan.
c. Kelemahan otot
2.7.3 Infeksi Jamur
a. Infeksi jamur yang dalam (internal) dapat menyebabkan morbiditas
dan mortalitas yang bermakna.
b. Muncul jaringan parut kulit atau alopesia (rambut rontok) akibat tinea
kapitis.
c. Kadang-kadang, saraf yang terkena dampak adalah saraf motorik dan
saraf sensorik yang sensitif. Hal ini dapat menimbulkan kelemahan
(palsy) pada otot-otot yang dikontrol oleh saraf yang terkena.
d. Komplikasi lain seperti infeksi otak oleh virus varisela-zoster atau
penyebaran virus ke seluruh tubuh. Ini adalah komplikasi yang sangat
serius tapi jarang terjadi.
2.8 Prognosis
Apabila ditangani dengan cara yang tepat, prognosis infeksi ini biasanya
cukup baik. Pasien dengan faktor kesehatan lain yang turut mempengaruhi, seperti
diabetes, imunodefisiensi, kerusakan sirkulasi, dan neuropati, mempunyai risiko
yang lebih besar untuk terkena infeksi yang berkembang dan meluas.
Kesembuhan dari infeksi juga sangat dipengaruhi oleh hygiene dari pasien.
Prognosis untuk infeksi jamur biasanya baik, infeksi jamur bereaksi baik
dengan terapi obat yang tepat dan segera menghilang.
14
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
3.1.1 Anamnesa
a. Identitas/ data demografi
Identitas yang dikaji meliputi nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan
yang sering terpapar sinar matahari secara langsung, tempat tinggal
sebagai gambaran kondisi lingkungan dan keluarga, dan keterangan
lain mengenai identitas pasien. Keluhan Utama
Nyeri pada kulit dan perubahan bentuk pada kulit
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya penyakit kulit yang diderita, apakah
ada keluhan yang paling dominan seperti sering gatal/ menggaruk pada
area mana, ada lesi pada kulit penyebab terjadinya penyakit, apa yang
dirasakan klien dan apa yang sudah dilakukan untuk mengatasi
sakitnya sampai pasien bertemu perawat yang mengkaji.
c. Riwayat penyakit keluarga
Adanya riwayat penyakit kulit akibat infeksi jamur, virus, atau bakteri
d. Riwayat psikososial
perasaan dan emosi yang dialami penderita sehubungan dengan
penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap penyakit penderita.
3.1.2 Pemeriksaan Fisik Integumen
1. Warna
Pemeriksaan fisik pada infeksi virus biasanya bersifat lokal, lesi
menyebar di seluruh tubuh dimulai suatu vesikula dan akan
berkembang lebih banyak di seluruh tubuh. Setelah 5 hari kebanyakan
lesi mengalami krustasi dan lepas. Ciri khas infeksi virus pada
vesikula adalah terdapat bentukan umbilikasi yaitu vesikula di mana
bagian tengahnya cekung didalam.
Pemeriksaan fisik pada infeksi bakteri, ditemukan karakteristik lesi
adalah vesikel yang berkembang menjadi sebuah bula kurang dari 1
cm pada kulit normal, dengan sedikit atau tidak ada kemerahan
disekitarnya. Awalnya vesikel berisi cairan bening yang menjadi
keruh. bula akan pecah, pabila bula pecah akan meninggalkan jaringan
parut di pinggiran.
Infeksi jamur : lesi pada bagian muka, leher, ekstremitas, lesi
berbentuk cincin atau lingkaran yang khas dan berbatas tegas terdiri
atas eritema, skuama.
2. Kelembapan
Kelembapan kulit yang dikaji adalah tingkat hidrasi kulit terhadap
basah dan minyak. Kelembapan biasa dipengaruhi oleh usia. Semakin
tua usia seseorang, kelembapan akan semakin menurun. Apabila ada
infeksi bakteri, virus, dan jamur maka kelembapan akan cenderung
mengering atau basah disekitar lesi.
3. Suhu
15
4.
5.
6.
7.
8.
9.
16
Rasional
Membantu mengevaluasi
tempat obstruksi dan
kemajuan
gerakan
kalkulus. Nyeri panggul
sering
menyebar
ke
punggung, lipatan paha,
genitalia
sehubungan
dengan proksimitas saraf
pleksus dan pembuluh
darah yang menyuplai
area lain. Nyeri tiba-tiba
dan
hebat
dapat
mencetuskan ketakutan,
gelisah, ansietas berat.
Nafas
dalam
dapat
meningkatkan asupan O2
sehingga
menurunkan
sensasi nyeri, sedangkan
pengalihan
perhatian
dapat
menurunkan
stimulus nyeri
Pengetahuan
pasien
terhadap nyeri dapat
membuat pasien lebih
patuh pada pengobatan.
Kolaborasi
Berikan obat analgesik
Membantu mengurangi
nyeri,
Analgesik
memblok stimulus rasa
nyeri
17
18
Rasional
Menjadi informasi dasar
untuk
memberikan
informasi
intervensi
19
Tingkatkan
asupan
protein dan karbohidrat
untuk mempertahankan
keseimbangan nitrogen
positif.
Masase dengan lembut
kulit sehat disekitar area
yang sakit.
Lakukan
perawatan
intensif terhadap kulit
dengan perawatan dan
obat yang sesuai dengan
lesi/luka yang dialami
klien.
perawatan
luka
selanjutnya.
Dengan asupan nutrisi
yang cukup membuat
proses
penyembuhan
semakin cepat
Untuk
sirkulasi
memperlancar
Penanganan
dan
pemberian obat yang
sesuai dengan kondisi
kulit
pasien
dapat
mempercepat
penyembuhan jaringan
3.3.5
Intervensi
Dorong individu untuk
mengekspresikan
perasaan,
khususnya
mengenai
pikiran,
perasaan,
pandangan
dirinya.
Dorong individu untuk
bertanya
mengenai
masalah, penanganan,
perkembangan,
prognosis kesehatan.
Beri informasi yang
dapat dipercaya dan
perkuat informasi yang
telah diberikan.
Anjurkan
orang
Rasional
Mengungkapkan
perasaannya
membuat
pasien
merasa
lebih
nyaman setelah.
Membuat
pasien
percaya diri
dan
terdekat
20
terdekat
untuk
memberikan
support
system
terhadap
perubahan fisik dan
emosional.
Dorong
kunjungan
teman
sebaya
dan
orang terdekat.
mempunyai
pengaruh
lebih
dominan
ntuk
membantu
pasien
menerima
keaadaannya
sekarang ketika sudah di
masyarakat.
Untuk membuat pasien
bisa
menerima
keaadaannya sekarang
21
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Infeksi kulit tidak hanya dapat menimbulkan masalah kesehatan fisik
namun juga masalah psikis dan ekonomi sosial seseorang. Infeksi kulit
berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi infeksi bakteri, infesi virus, dan infeksi
jamur. Infeksi bakteri terdiri dariimpetigo, folikulitis, furunkel, dan karbunakel.
Infeksi virus contoh yang paling banyak adalah herpes zoster. Infeksi jamur terdiri
dari yinea kapitis, tinea korporis, tinea kruris, tinea pedis, dan tinea ungiumngum.
Penatalaksanaan infeksi kulit tergantung pada penyebabnya itu sendiri. Hal-hal
yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan integument adalah Lokasi dan/atau
dari kelainan yang ada, karekteristik dari setiap lesi, pemeriksaan lokasi-lokasi
sekunder dan teknik-teknik pemeriksaan khusus. Adapaun masalah
keperawatan yang dapat muncul dari infesi kulit adalah Nyeri, hipertermi,
ansietas, kerusakan integritas kulit, gangguan citra tubuh.
4.2 Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini kita menjadi lebih mngerti tanda
dan gejala dari infeksi kulit. Makalah ini jauh dari kata sempurna, maka kami
mengharapkan masukan agar akan lebih baik lagi kedepannya.
22
DAFTAR PUSTAKA
Brown, Robin Graham & Tony Burns. 2002. Lecture Notes on Dermatology Ed. 8.
English : Blackwell Science Ltd.
Harahap, Marwali. 2001. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Hipokrates.
Jennifer P. Kowalak, William Welsh, Brenna Mayer. 2003. Buku Ajar
Patofisiologi.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Lynda Juall Carpenito dan Moyet. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan.
Jakarta: EGC
Pierce, Grace, dan Neil Borley. 2007. Surgery at a Glance (Terj.). Jakarta:
Erlangga
Price, Sylvia A dan Lorraine M. Wilson. 2005. Patofisiologi: konsep klinis prosesproses penyakit. Jakarta: EGC
Smeltzer, S.C., & Bare, B. 2003. Brunner and Suddarth's Textbook of MedicalSurgical Nursing (10th ed.). Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
23