Anda di halaman 1dari 23

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Infeksi merupakan proses invasif oleh organisme dan berproliferasi di
dalam tubuh sehingga menimbulkan penyakit (Potter & Perry, 2005).
Sedangkan infeksi kulit merupakan suatu penyakit yang ditimbulkan karena
suatu bakteri/kuman, virus, jamur. Penularannya dapat disebabkan dengan
kontak langsung (bersentuhan dengan kulit yang terinfeksi) maupun tidak
langsung (alat mandi, baju dsb.).
Penyakit infeksi kulit dapat dipengaruhi oleh status ekonomi dan
pendidikan masyarakat. Semakin rendah status ekonomi dan tingkat
pendidikannya maka angka kejadian penyakit infeksi kulit itu juga akan
semakin tinggi. Infeksi kulit sangat erat sekali hubungannya dengan higienitas
, karena kulit adalah organ tubuh terluar sebagai benteng tubuh, sehingga
paling mudah terkena penyakit (Arisanti, 2011).
Salah satu infeksi kulit yang sering kita jumpai adalah cacar air yang
disebabkan infeksi virus varicella. Menurut data Dinas Kesehatan
Kab.Banyumas menyebutkan, selama periode Januari hingga November 2007,
sedikitnya 671 warga terkena penyakit cacar air. Jumlah penderita terbanyak
pada Kec. Kepala Bidang pemberantasan penyakit menular dan penyehatan
Lingkungan Dinkes mengatakan terdapat lebih dari lima ratus penderita, akan
tetapi jumlah tersebut menurun dibandingkan tahun 2006. Data Dinkes 2006
mencatat jumlah penderita cacar air sebanyak 1.771 orang.
Berdasarkan salah satu kasus infeksi kulit diatas dapat diprediksi jika
infeksi kulit merupakan suatu penyakit yang tidak dapat dianggap
remeh,sehingga diperlukan penanganan yang tepat dan sesuai untuk mengatasi
masalah ini.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah pembelajaran ini, mahasiswa diharapkan mampu memberikan
asuhan keperawatan pada klien dengan infeksi jamur, infeksi bakteri, dan
infeksi virus.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Menjelaskan definisi dari infeksi jamur, infeksi bakteri, dan infeksi virus.
b. Menjelaskan klasifikasi dari infeksi jamur, infeksi bakteri, dan infeksi
virus.
c. Menjelaskan etiologi dan manisfestasi klinis dari infeksi jamur, infeksi
bakteri, dan infeksi virus.
d. Menjelaskan patofisiologi infeksi jamur, infeksi bakteri, dan infeksi virus
dan menyusun Web of Caution (WOC) dari urolithiasis.
e. Menjelaskan pemeriksaan diagnostik pada klien dengan infeksi jamur,
infeksi bakteri, dan infeksi virus.
f. Menjelaskan tata laksana dan nursing consideration pada klien infeksi
jamur, infeksi bakteri, dan infeksi virus.
1

g. Menyusun asuhan keperawatan pada klien dengan infeksi jamur, infeksi


bakteri, dan infeksi virus.
1.3 Manfaat
Mahasiswa mengetahui tentang infeksi jamur, infeksi bakteri, dan infeksi virus
dan mampu mengaplikasikan asuhan keperawatannya secara komprehensif.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Infeksi merupakan proses invasif oleh organisme dan berproliferasi
di dalam tubuh sehingga menimbulkan penyakit (Potter & Perry, 2005).
Sedangkan infeksi kulit merupakan suatu penyakit yang ditimbulkan
karena suatu bakteri/kuman, virus, jamur.
2.1.1 Infeksi Bakteri (Pioderma)
Infeksi bakteri pada kulit bisa primer atau sekunder. Infeksi kulit
primer berawal dari kulit yang sebelumnya tampak normal dan biasanya
infeksi ini disebabkan oleh satu macam mikroorganisme. Infeksi kulit
sekunder terjadi akibat kelainan kulit yang sudah ada sebelumnya atau
akibat disrupsi keutuhan kulit karena cedera atau pembedahan. Pada
kedua keadan ini, beberapa jenis mikroorganisme dapat terlibat, misalnya
Staphylococcus aureus atau streptokus grup A. Infeksi bakteri primer
yang paling sering terjadi, antara lain:
a. Impetigo bulosa. Merupakan infeksi superfisial kulit yang
disebabkan oleh Staphylococcus aureus, ditandai oleh pembentukan
bula dari vesikel asalnya. Bula tersebut mengalami ruptur dan
meninggalkan lesi yang merah serta basah.
b. Folikulitis. Merupakan infeksi stafilokokus yang timbul dalam
folikel rambut. Lesi bisa bersifat superfisial atau dalam. Sering
terlihat pada daerah dagu laki0laki yang mencukur janggutnya dan
pada tungkai wanita.
c. Pseudofolikulitis barbae (shaving bumps). Merupakan reaksi
inflamasi wajah pada laki-laki berambut keriting yang terjadi akrena
pertumbuhan rambut ke dalam yang menusuk kulit dan memicu
reaksi iritatif.
d. Furunkel (bisul). Merupakan inflamasi kulit akut yang timbul dalam
satu atau lebih folikel rambut dan menyebar ke lapisan dermis
sekitarnya. Lebih sering terjadi pada daerah yang mengalami iritasi,
seperti: posterior leher, aksila atau pantat (gluteus).
e. Karbunkel. Merupakan abses pada kulit dan jaringan subkutan yang
menggambarkan perluasaan sebuah furunkel yang telah menginvasi
beberapa buah folikel rambut. Karbunkel paling sering ditemukan
pada daerah yang kulitnya tebal dan tidak elastis.
2.1.2 Infeksi Virus
Infeksi yang paling sering terjadi adalah Herpes zoster. Herpes
zoster merupakan kelainan inflamatorik viral di mana virus penyebabnya
menimbulkan erupsi vesikuler yang nyeri di sepanjang distribusi saraf
sensorik dari satu atau lebih ganglion posterior.
2.1.3 Infeksi Mikotik (Fungus)
Fungus (jamur) yang merupakan anggota dunia tanaman yang
berukuran kecil dan makan dari bahan organik, merupakan penyebab berbagai
jenis infeksi kulit yang sering ditemukan, antara lain
a. Tinea pedis (jamur kaki/athletes foot). Merupakan infeksi jamur
yang paling sering ditemukan. Infeksi ini sering menjangkiti para
3

b.
c.
d.

e.

remaja dan dewasa muda kendati dapat terjadi pada setiap kelompok
usia serta kedua jenis kelamin.
Tinea korporis (penyakit jamur badan). Menjangkiti bagian muka,
leher, batang tubuh dan ekstremitas. Pada bagian yg terinfeksi akan
tampak lesi berbentuk cincin atau lingkaran yang khas.
Tinea kapitis (penyakit jamur kulit kepala). Merupakan infeksi jamur
menular yang menyerang batang rambut dan penyebab kerontokan
rambut yangs ering ditemukan di antara anak-anak.
Tinea kruris (penyakit jamur lipat paha). Merupakan infeksi jamur
pada lipat paha yang meluas ke paha bagian dalam dan pantat.paling
sering terjadi pada pelari yang berusia muda, orang-orang yang
gemuk dan yang mengenakan pakaian dalam terlalu ketat.
Tinea unguiun (onikomikosis). Merupakan infeksi jamur yang kronis
pada kuku jari kaki atau kuku jari tangan. Biasanya disertai dengan
infeksi jamur yang lama pada kaki.

2.2 Etiologi dan manifestasi


2.2.1 Infeksi Bakteri
Terdapat berbagai macam bakteri yang dapat menyebabkan penyakit pada
tubuh manusia.Infeksi bakteri dapat ditularkan melalui udara, air, tanah,
makanan, cairan dan jaringan tubuh serta benda mati. Bakteri pathogen
memiliki kemampuan untuk menularkan, melekat dan menginvasi ke sel
inang, toksikasi, serta mampu mengelabuhi sistem imun, beberapa
memiliki gejala dan beberpa lagi asimptomatik. Beberapa bakteri yang
dapat menyebabkan infeksi antara lain.
a. Infeksi bakteri Streptokokus
Bakteri ini dapat menyebabkan beberapa infeksi antara lain
1) Selulitis
Infeksi bakteri pada jaringan subkutan yang pada orang orang
normal biasanya disebabkan oleh Streptococcus pyrogenes. Erisepelas
adalah istilah yang digunakan untuk selulitis superfisial dimana
tepinya berbatas tegas. vPada orang dengan penurunan imunitas
berbagai bakteri mungkin dapat menyebabkan selulitis. Pintu masuk
penyebab selulitis dapat berupa luka lecet ringan, ulkus pada tungkai,
atau bahkan retakan pada tinea pedis.
Manifestasi yang ditimbulkan berupa kemerahan, terasa panas,
dan bengkak, serta terjadi pelepuhan pelepuhan dan daerah nekrosis.
Klien menjadi demam, merasa tidak enak badan, terjadi kekakuan, bila
menyerang orang tua dapat terjadi penurunan kesadaran.

Gambar 1. Selulitis
Sumber : Dermatologi Ed. 8
4

b. Infeksi Haemophilus Influenzae


Bakteri ini merupakan penyebab penting selulitis superfisial sekunder
pada anak yang sering berhubungan dengan otitis media ipsilateral.
c. Infeksi bakteri Stafilokokus
1) Folikulitis
Infeksi pada bagian superfisial dari folikel rambut oleh
Staphylococcus aureus menimbulkan pustula kecil dengan dasar
yang kemerahanpada tengah tengah folikel.
2) Furunkulosis (bisul)
Infeksi dalam folikel rambut yang disebabkan oleh S. Aureus.
Manifestasinya berupa timbul abses yang nyeri pada tempat infeksi
dan sesudah beberapa hari terjadi fluktuasi dan titik-titik yang
merupakan pusat pustula. Begitu inti di bagian tengah nekrosis
hancur, lesi akan menghilang secara bertahap.
3) Karbunkel
Infeksi yang dalam oleh S. Aureus pada sekelompok folikel rambut
yang berdekatan.
Manifestasi awal yang muncul adalah lesi berbentuk kubah yang
lunak serta kemerahan, setelah beberapa hari terjadi supurasi dan
nanah keluar dari muara- muara folikel.
4) Impetigo
Infeksi superfisial yang menular yang mempunyai dua bentuk
klinis,yaitu nonbulosa dan bolusa. Impetigo disebabkan oleh
Streptokokus dan S. Aureus.
Manifestasinya berupa lesi yang dapat timbul dimana saja. Pada
impetigo nonbulosa lesi awal berupa pustula kecil, kemudian pecah
dengan memperluas daerah eksudasi dan terbentuk krusta yang
akan lepas dan meninggalkan daerah kemerahan. Sedangkan pada
impetigo bulosa timbul lepuhan lepuhan besar dan superfisial.
Ketika lepuhan besar tersebut pecah akan terjadi eksudasi dan
terbentuk krusta, dan stratum korneum pada bagian tepi lesi akan
mengelupas kembali.

Gambar 2. Impetigo
Sumber : Dermatologi Ed. 8
2.2.2

Infeksi Virus
Virus memiliki asam nukleat, karena hal ini virus harus hidup dalam
inangnya. Virus dapat menyebabkan penyakit apabila mengadakan kontak

dengan sel yang rentan, bereplikasi, dan menyebabkan kerusakan sel.


Beberapa virus yang dapat menyebabkan penyakit antara lain:
a. Virus Varicella Zoster menyebabkan Varicella Zoster (Cacar Air).
Manifestasi yang muncul antara lain.
1) Gejala Prodromal
Keluhan biasanya diawali dengan gejala prodromal yang dapat
berlangsung selama 1-4 hari berupa nyeri pada daerah dermatom yang
akan timbul lesi. Nyeri bersifat segmental dan dapat berlangsung terusmenerus atau sebagai serangan yang hilang timbul. Keluhan bervariasi
dari rasa gatal, kesemutan, panas, pedih, nyeri tekan, hiperestesi
sampai rasa ditusuk-tusuk.
2) Gejala konstitusi juga merupakan gejala prodromal berupa malaise,
sefalgia, rangsang meningeal dan nausea, yang biasanya akan
menghilang setelah erupsi kulit timbul. Kadang-kadang terjadi
limfadenopati regional.
3) Erupsi kulit
Erupsi kulit hampir selalu unilateral dan biasanya terbatas pada daerah
yang dipersarafi oleh satu ganglion sensorik. Erupsi dapat terjadi di
seluruh bagian tubuh, yang tersering di daerah ganglion torakalis. Lesi
dimulai dengan makula eritroskuamosa, kemudian terbentuk papulpapul dan dalam waktu 12-24 jam lesi berkembang menjadi vesikel.
Pada hari ketiga berubah menjadi pustul yang akan mengering menjadi
krusta dalam 7- 10 hari. Krusta dapat bertahan sampai 2-3 minggu
kemudian mengelupas. Pada saat ini biasanya nyeri segmental juga
menghilang.
Lesi baru dapat terus muncul sampai hari keempat dan kadang-kadang
sampai hari ketujuh. Erupsi kulit yang berat dapat meninggalkan
makula hiperpigmentasi dan jaringan parut (pitted scar)

Gambar 3. Erupsi Kulit


Sumber : Dermatologi Ed. 8
b. Human Papylomavirus (HPV)
1) Kutil (Wart)
Merupakan neoplasma jinak epidermis.
2) Kutil biasa (common wart)
Penampakannya seperti tonjolan kembang kol tertama paada
telapak tangan. Kutil ini dapat berkemlompok di sekitar kuku.
Kutil ini banyak menyerang anak-anak dan dapat sembuh secara
spontan.
3) Kutil telapak kaki (plantar wart)
4) Kutil datar (plane wart)
6

Kutil datar
5) Kutil kelamin (kandilomata akuminata)

Gambar 4. Kutil Kelamin


Sumber : Dermatologi Ed. 8
c. Poxvirus
1)
Moluskum Kontagiosum
Manifestasi yang ditunjukkan seperti mutiara, papula merah mudah
dengan umbilikasi sentral yang berisi sumbat keratin. Lesi dapat
timbul di seluruh bagian tubuh, namun paling sering ditemukan di
kepala,leher, dan badan. Lesi dapa juga disertai dengan reaksi
eksema ringan di sekelilingnya. Moluskum kontagiosum dapat
sembuh secara spontan pada bayi dan anak-anak.

Gambar 5. Moluskum Kontagiosum


Sumber : Dermatologi Ed. 8
2)

Orf
Penyakit pada domba yang dapat ditularkan pada manusia.
Penyakit ini disebabkan oleh parapoxvirus.
Manifestasinya berupa papula yang meradang dan soliter dan
dengan cepat berkembang menjadi nodul dari jaringan yang
bergranulasi yang biasanya timbul pada jari walaupun kadang juga
di wajah.

d. Herpes Virus Hominis (HSH)


HSV tipe 1 menyebabkan herpes simpleks primer
Manifestasinya lesi timbul ringan biasanya tidak diperhatikan. Kadang
dapat timbul gingivostomatitis dengan erosi yang terasa nyeri pada
mukosa pipi dan bibir.
7

2.2.3

Infeksi Jamur
Jamur yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia antara lain:
a. Dermatophyte
Jamur ini menyebabkan kelainan yang disebut dengan infeksi
ringworm
1) Tinea pedis (atheles foot)
Manfestasinya berupa rasa gatal pada sela sela jari kaki yang
berskuama terutama pada diantara jari ketiga dengan keempat dan
keempat dengan kelima atau telapak kaki.

Gambar 6. Tinea pedis


Sumber : Dermatologi Ed. 8
2) Tinea Kruris
Lebih sering menyerang laki-laki. Manifestasinya tepi eritematosa
yang berskuama yang meluas menjadi plak sirkuler dengan tepi
vesikuler atau bersisik yang menonjol.

Gambar 7. Tinea Kruris


Sumber : Dermatologi Ed. 8
3) Tinea korporis (jamur badan)
Manifestainya secara khas memiliki tepi yang meradang dan
bagian tengahnya bersih. Paling sering ditemukan adalah bentuk
eritema anulare.
4) Tinea unguium
Lebih sering dijumpai pada kuku jari kaki. Berkaitan dengan
infeksi jamurynag lama. Kuku jari menebal mudah menggumpal.
Seluruh kuku dapat dihancurkan.
5) Tinea kapitis
Menular pada tangkai rambut sering dijumpai pada anak-anak.
Bercak-bercak bundar kemerahan dengan pembentukan skuama.
8

Pustule atau pupula kecil pada bagian tepi lesi. Rambut menjadi
rapuh dan mudah patah pada permukaan kulit kepala.
b. Candida albicans
Candida albicans hanya akan menjadi patogenik bila terdapat situasi
yang memungkinkan untuk terjadinya multiplikasi. Termasuk
diantaranya adalah pemakaian steroid sistemik maupun topikal.,
terjadinya penurunan imunitas karena sebab apapun. Adapun penyakit
yang disebabkan oleh jamur candida albicans antara lain :
1) Kandidiasis mukosa pipi
Berupa plak tebal seperti kepala susu,berwarna putih, dan melekat
pada mukosa pipi.
2) Keilitis angular
Peradangan yang terdapat pada sudut mulut.
3) Paranikia kronis
Penebalan dan peradangan kronis pada lipatan kuku proximal
disertai dengan hilangnya kutikula

Gambar 8. Paranikia Kronis


Sumber : Dermatologi Ed. 8
4) Balanitis / vulvovaginitis
Terdapat bercak-bercak kecil berwarna putih atau daerah yang
mengalami erosi pada kulit ujung penis atau glans penis pada orang
yang tidak disunat.
5) Intertrigo
Terdapat pustula pustula satelit berbentuk seperti krim pada
bagian tepi daerah yang terkena. Pustula ini mudah pecah
meninggalkan suatu kolaret skuama. Penampakan khasnya yakni
bagian tepi intertrigo seperti kerang.
2.3 Patofisiologi
2.3.1 Patofisiologi Infeksi Bakteri
Infeksi bakteri terjadi ketika terdapat inokulum bakteri yang jumlahnya mencapai
100.000 organisme per ml eksudat, atau per gram jaringan, atau per mm2 daerah
permukaan. Itu kemudian ditunjang dengan lingkungan yang rentan terhadap
bakteri seperti air, elektrolit, karbohidrat, hasil pencernaan protein, dan darah.
Hilangnya resistensi pejamu terhadap infeksi (sawar fisik yang terganggu, respon
biokimiawi/humoral yang menurun, respon selular yang menurun).
Bakteri menimbulkan beberapa efek sakitnya dengan melepaskan senyawa
berikut:
1. Enzim
: Hemolisin, Streptokinase, Hialuronidase
2. Eksotoksin
: Tetanus, Difteri yang dilepaskan bakteri intak gram positif
9

3. Endotoksin : Lipopolisakaridase (LPS) dilepaskan dari dinding sel saat


kematian bakteri
Setelah kulit terpapar bakteri, timbul respon inflamasi seperti rubor (kemerahan),
tumor (pembengkakan), dolor (nyeri), dan kalor (panas). Setelah itu rekasi
inflamasinya menetap, sedangkan infeksinya menghilang. Infeksi kemudian
menyebar melalui beberapa cara: (1) langsung ke jaringan sekitar; (2) sepanjang
daerah jaringan; (3) melalui sistem limfatik; dan (4) melalui aliran darah. Setelah
infeksi menyebar, muncul abses. Abses ini merupakan respon kekebalan tubuh
terhadap infeksi yang muncul. Jika dirawat dengan baik, akan muncul jaringan
granulasi, fibrosis, dan jaringan parut. Namun jika tidak ditangani secara baik,
akan menyebabkan infeksi kronis, yakni menetapnya organisme pada jaringan
yang menyebabkan respon inflamasi kronis (Pierce & Borley, 2007)
2.3.2 Patofisiologi Infeksi Virus
Ada banyak virus yang dapat menyebabkan infeksi, salah satunya adalah Human
Papiloma Virus (HPV). HPV dapat bereplikasi pada sel-sel epidermis dan menular
kepada orang yang tidak memiliki imunitas spesifik terhadap dirinya. Keberadaan
virus ini menyebabkan munculnya Veruka vulgaris atau kutil yang kasar pada
badan, tungkai, tangan, lengan, genitalia, bahkan membran mukosa mulut (Price
dkk., 2005). Kemunculan kutil disebabkan oleh replikasi di dalam sel-sel
epidermis dengan menimbulkan penebalan yang tidak teratur pada stratum
korneum di daerah yang terinfeksi. Individu yang kehilangan imunitas yang
spesifik terhadap virus sangat mudah mengalami infeksi oleh virus tersebut
(Kowalak dkk, 2011)
2.3.3 Patofisiologi Infeksi Jamur
Infeksi jamur dapat dialami orang yang terpajan pada keadaan apa pun dalam
hidupnya. Faktor predisposisi infeksi ini dapat terjadi tanpa alasan yang jelas.
Tetapi seringkali orang terpajan akibat lingkungan atau perilakunya. Sebagai
contoh, seorang atlet dapat terinfeksi jamur yang tumbuh di loker dari keringat
dan mandi yang sering. Selain itu juga terjadi pada orang yang mengalami
penurunan fungsi imun, misalnya pasien diabetes, wanita hamil, dan bayi. Mereka
yang menderita imunodefisiensi berat, termasuk pengidap AIDS, berisiko
mengalami infeksi jamur yang kronik dan berat. Pada kenyataannya, infeksi ragzi
pada vagina atau mulut seringkali merupakan infeksi oportunistik yang ditemukan
pada para pengidap HIV. Pasien dengan infeksi jamur kronik harus dievaluasi
untuk mencari diabetes melitus dan AIDS.
Pengobatan dengan antibiotik untuk infeksi bakteri dapat membunuh bakteri
vagina normal yang biasanya berada dalam keseimbangan dengan ragi vagina. Hal
ini dapat menimbulkan infeksi ragi pada vagina wanita atau perempuan muda.
2.4 WOC (terlampir)
2.5 Pemeriksaan Diagnostik
Hal-hal pokok dalam pemeriksaan integument yang baik adalah:
a. Lokasi dan/atau dari kelainan yang ada
b. Karekteristik dari setiap lesi
10

c. Pemeriksaan lokasi-lokasi sekunder


d. Teknik-teknik pemeriksaan khusus
a. Lampu Wood
Merupakan sumber sinar ultraviolet yang difilter dengan nikel oksida,
digunakan untuk memperjelas tiga gambaran penyakit kulit:
1. Organisme tertentu penyebab bercak-bercak jamur (ringworm) pada kulit
kepala memberikan fluoresensi hijau (berguna untuk menentukan
diagnosis awal dan membantu dalam memantau terapi).
2. Organisme yang berperan dalam terjadinya eritrasma memberikan
fluoresensi merah terang.
3. Beberapa kelainan pigmen lebih jelas terlihat, terutama bercak-bercak
pucat pada sklerosis tuberose, dan tanda caf-au-lait pada
neurofibromatosa.
b. Kerokan/Guntingan
Bahan-bahan dari kulit, rambut, atau kuku dapat langsung diperiksa
dibawah mikroskop dan/atau dikirim untuk kultur. Hal ini bermanfaat
khususnya bila dicurigai adanya infeksi jamur, atau mencari tungau scabies.
Sedikit kerokan pada epidermis akan mengangkat skuama dari permukaan
kulit yang dicurigai.
Skuama tadi ditempatkan pada kaca mikroskop, ditetesi dengan kalium
hidroksida (KOH) 10% dan ditutup dengan kaca penutup. Sesudah didiamkan
beberapa menit guna melarutkan membrane sel epidermis, sediaan siap
diperiksa. Terhadap guntingan kuku bisa juga dilakukan dengan hal yang
sama, tetapi diperlukan larutan KOH yang lebih pekat dan waktu yang lebih
lama.
Pemeriksaan mikroskopis pada rambut bisa juga memberikan informasi
tentang adanya infeksi jamur, abnormalitas struktur batang rambut pada
kelainan genetic tertentu, dan juga bisa bermanfaat untuk menentukan
berbagai penyebab terjadinya kerontokan rambut yang berlebihan.
Preparat dari kerokan/apusan juga digunakan sebagai alat bantu diagnostic
untuk sitodiagnostik pada lepuhan-lepuhan yang dicurigai disebabkan oleh
virus dan pemfigus dengan menggunakan preparat Tzank yang bisa diperiksa
langsung di klinik.
c. Biopsi Kulit
Biopsy kulit merupakan teknik pemeriksaan yang sangat penting untuk
menetukan diagnosis pada banyak kelainan kulit. Kadang-kadang hali ini
sangat diperlukan untuk mendapat kepastian diagnosis klinis sebelum
memulai pengobatan. Contoh yang baik untuk hal ini adalah kanker, kelainan
bulosa dan infeksi-infeksi seperti tuberculosis dan lepra.
Ada dua cara yang biasa digunakan untuk memperoleh sampel kulit untuk
pemeriksaan laboratorium:
1. Biopsy insisi/eksisi
Tindakan ini membutuhkan sample pemeriksaan yang cukup besar
ukurannya dan dapat juga dipakai untuk mengangkat lesi yang sangat
besar.
2. Punch biopsy
Cara ini jauh lebih cepat, namun hanya memperoleh sampel yang kecil dan
hanya cocok untuk biopsy diagnostic atau mengangkat lesi yang kecil.
11

d. Tes temple
Bila dicurigai terjadi dermatitis kontak alergi, lakukan tes tempel. Pada
pemeriksaan ini alergen yang kemungkinan menjadi penyebab dilarutkan
dalam media yang sesuai.
2.6 Penatalaksanaan
2.6.1 Infeksi Bakteri
Jenis Infeksi
Penatalaksanaan
Impetigo
Topikal : membersihkan lesi dengan antiseptic. Bila lesi basah,
lesi dikompres dengan larutan permanganas kalikus 1/10.000.
Bila lesi kering, olesi dengan salep yang mengandung mupirosin
2%. Antibiotik topikal lain yang dapat dipakai adalah asam
fusidat dan gentamisin
Sistemik : obat pilihan ialah penisilin V per oral. Dapat juga
diberikan irtromisin, amoksisilin, atau sefalosporin.
Impetigo
Topikal : sama dengan penatalaksanaan pada impetigo.
bulosa
Sistemik : oral
Kloksasilin 50-100 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2-4 dosis.
Dikloksasilin 25-50 mg/kgBB/hari
Floksasilin.
Ektima
Topikal : jika lesi kering, digunakan salep antibiotik. Jika basah,
kompres dengan larutan permanganas kalikus 1/10.000.
Sistemik : eritromisin atau sefalosporin atau klindamisin.
Folikulitis

Topikal : membersihkan lesi dengan air dan desinfektan.


Memberikan salep atau krim antiniotika.
Sistemik : antibiotik per oral misal ertromisin, klindamisin atau
sefaloseforin.
Furunkel dan Lesi permulaan yang belum berfluktuasi dan belum bermata
Karbunkel
dikompres panas dan diberi antibiotik oral (penisilin).
Jika lesi telah matang dan bermata dilakukan insisi dan drainase.
Antibiotik topikal yang dapat digunakan adalah basitrasin,
neomisin, asam fusidat atau muipirosin.
Selulitis
Topikal : jika lesi basah, kompres dengan permanganas kalikus.
Jika kering, olesi krim antibiotik.
Sistemik : berikan antibiotik per oral
2.6.2 Infeksi Virus
Nama infeksi
Penatalaksanaan
Herpes
Analgesic dalam dosis yang kuat dalam masa serangan primer.
simpleks
Kotrimoksazol oral dalam dosis 2x2 tab./hari. Zat pengering
antiseptic seperti Povidoniodine, larutan garam faali, sebagai
obat kompres.
Herpes Zoster Antibiotik diberikan bila ada infeksi sekunder.
IDU 5-40% dalam 100% DMSO (dimetilsulfoksid) dipakai
secara topikal.
Lokal : diberi bedak (lasio kalamin)
Varisela
Untuk panasnya dapat diberikan asetosal atau antipiretik lain.
12

Veruka

Kandiloma
Akuminata

Antihistamin oral diberikan bila ada gatal. Secara topikal


diberikan bedak (losio kalamin). Istirahat dan tirah baring.
Bedah listrik dengan anestesi local, memakai bahan kaustik
seperti larutan perak nitrat 25%, TCA (trichlor acetic acid) jenuh
dan fenol likuefaktum. Bedak scalpel (ekstirpasi) atau bedah
beku (CO2, N2, N2O)
Penutupan lesi dengan tingtura podofilin 25%, daerah sekitarnya
sebelumnya dilindungi dulu dengan Vaseline untuk menghindari
iritasi. Pilihan lain adalah memakai krem 5-fluorourasil, bedah
listrik, bedah eksisi, atau bedah beku.

2.6.3 Infeksi Jamur


Nama infeksi
Tinea
Pedis
(penyakit jamur
kaki;
Athletes
foot;kutu air)
Tinea
Korporis
(penyakit jamur
badan)
Tinea
Kapitis
(penyakit jamur
kulit kepala)
Tinea
Kruris
(penyakit jamur
lipat paha)
Tinea Unguium
(Onikomikosis)

Penatalaksanaan
Fase akut (vesikuler) dilakukan perendaman bagian yang
sakit dengan larutan salin Burowi atau kalium permanganate.
Preparat antifungus topikal (mikonazol, klotrimazol)
dioleskan pada daerah yang terinfeksi.
Preparat griseofulvin oral diberikan pada kasus infeksi jamur
yang luas. Ketokonazol dapat diberikan pada kondisi kronis,
termasuk pasien yag resisten terhadap griseofulvin.
Diberikan griseofulvin dan keramas 2-3 kali/minggu (sampo
Excel, selsun)
Infeksi ringan : preparat topikal seperti klotrimazol,
mikonazol atau haloprogin selama 3-4 minggu.
Infeksi berat : preparat griseofulvin oral.
Griseofulvin oral selama 6 bulan-1 tahun kalau kuku jari ikut
terkena. Losion amfoterisin B, mikonizol, klotrimazol,
nistatin (jika disebabkan oleh Candida albicans)

2.7 Komplikasi
2.7.1 Infeksi Bakteri
Pada kasus folikulitis, furunkel dan karbunkel dapat menyebabkan
terjadinya pembentukan jaringan parut, bakteremia atau selulitis, dan penyebaran
kuman yang meluas dapat menyebabkan cacat pada katup jantung atau arthritis
pada persendian. Selulitis sendiri juga bisa mengarah pada terjadinya sepsis
(selulitis yang tidak diobati) dan juga penyebaran meluas ke lebih banyak jaringan
tubuh. Selulitis pada ekstremitas bawah lebih besar kemungkinan menjadi
tromboflebitis pada pasien lansia.
2.7.2 Infeksi Virus
Herpes zoster tidak menimbulkan komplikasi pada kebanyakan orang. Bila
timbul komplikasi, hal-hal berikut dapat terjadi adalah sebagai berikut :
a. Neuralgia Pasca Herpes
Merupakan komplikasi yang paling umum. Merupakan nyeri di daerah
kulit yang dipersarafi oleh saraf yang terkena herpes zoster. Nyeri ini bisa
menetap selama beberapa bulan atau beberapa tahun setelah terjadinya
herpes zoster. Nyeri bisa dirasakan terus menerus atau hilang-timbul dan
13

bisa semakin memburuk pada malam hari atau jika terkena panas maupun
dingin.
b. Herpes zoster pada mata dapat menyebabkan peradangan sebagian atau
seluruh bagian mata yang mengancam penglihatan.
c. Kelemahan otot
2.7.3 Infeksi Jamur
a. Infeksi jamur yang dalam (internal) dapat menyebabkan morbiditas
dan mortalitas yang bermakna.
b. Muncul jaringan parut kulit atau alopesia (rambut rontok) akibat tinea
kapitis.
c. Kadang-kadang, saraf yang terkena dampak adalah saraf motorik dan
saraf sensorik yang sensitif. Hal ini dapat menimbulkan kelemahan
(palsy) pada otot-otot yang dikontrol oleh saraf yang terkena.
d. Komplikasi lain seperti infeksi otak oleh virus varisela-zoster atau
penyebaran virus ke seluruh tubuh. Ini adalah komplikasi yang sangat
serius tapi jarang terjadi.
2.8 Prognosis
Apabila ditangani dengan cara yang tepat, prognosis infeksi ini biasanya
cukup baik. Pasien dengan faktor kesehatan lain yang turut mempengaruhi, seperti
diabetes, imunodefisiensi, kerusakan sirkulasi, dan neuropati, mempunyai risiko
yang lebih besar untuk terkena infeksi yang berkembang dan meluas.
Kesembuhan dari infeksi juga sangat dipengaruhi oleh hygiene dari pasien.
Prognosis untuk infeksi jamur biasanya baik, infeksi jamur bereaksi baik
dengan terapi obat yang tepat dan segera menghilang.

14

BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
3.1.1 Anamnesa
a. Identitas/ data demografi
Identitas yang dikaji meliputi nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan
yang sering terpapar sinar matahari secara langsung, tempat tinggal
sebagai gambaran kondisi lingkungan dan keluarga, dan keterangan
lain mengenai identitas pasien. Keluhan Utama
Nyeri pada kulit dan perubahan bentuk pada kulit
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya penyakit kulit yang diderita, apakah
ada keluhan yang paling dominan seperti sering gatal/ menggaruk pada
area mana, ada lesi pada kulit penyebab terjadinya penyakit, apa yang
dirasakan klien dan apa yang sudah dilakukan untuk mengatasi
sakitnya sampai pasien bertemu perawat yang mengkaji.
c. Riwayat penyakit keluarga
Adanya riwayat penyakit kulit akibat infeksi jamur, virus, atau bakteri
d. Riwayat psikososial
perasaan dan emosi yang dialami penderita sehubungan dengan
penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap penyakit penderita.
3.1.2 Pemeriksaan Fisik Integumen
1. Warna
Pemeriksaan fisik pada infeksi virus biasanya bersifat lokal, lesi
menyebar di seluruh tubuh dimulai suatu vesikula dan akan
berkembang lebih banyak di seluruh tubuh. Setelah 5 hari kebanyakan
lesi mengalami krustasi dan lepas. Ciri khas infeksi virus pada
vesikula adalah terdapat bentukan umbilikasi yaitu vesikula di mana
bagian tengahnya cekung didalam.
Pemeriksaan fisik pada infeksi bakteri, ditemukan karakteristik lesi
adalah vesikel yang berkembang menjadi sebuah bula kurang dari 1
cm pada kulit normal, dengan sedikit atau tidak ada kemerahan
disekitarnya. Awalnya vesikel berisi cairan bening yang menjadi
keruh. bula akan pecah, pabila bula pecah akan meninggalkan jaringan
parut di pinggiran.
Infeksi jamur : lesi pada bagian muka, leher, ekstremitas, lesi
berbentuk cincin atau lingkaran yang khas dan berbatas tegas terdiri
atas eritema, skuama.
2. Kelembapan
Kelembapan kulit yang dikaji adalah tingkat hidrasi kulit terhadap
basah dan minyak. Kelembapan biasa dipengaruhi oleh usia. Semakin
tua usia seseorang, kelembapan akan semakin menurun. Apabila ada
infeksi bakteri, virus, dan jamur maka kelembapan akan cenderung
mengering atau basah disekitar lesi.
3. Suhu

15

4.

5.

6.
7.

8.
9.

Suhu dikaji menggunakan dorsal tangan secara keseluruhan. Dalam


keadaan normal permukaan kulit akan terasa hangat secara
keseluruhan. Apabila ada infeksi biasanya akan memyebabkan
hipertermi.
Turgor
Turgor adalah elastisitas kulit. Pengkajian fisik bisa dilihat dengan
cara mencubit kulit, berapa lama kulit dan jaringan dibawahnya
kembali ke bentuk semula. Angka normal turgor < 3 detik.
Texture
Texture bisa dilihat dengan menekankan ibu jari secara lembut ke
daerah kulit. Normal terasa halus, lembut dan kenyal. Abnormal terasa
bengkak atau atrofi.
Lesi
Lesi dilihat dimana lokasinya, distribusi, ukuran, warna, adanya
drainase.
Edema
Edema adalah penumpukan cairan yang berlebih pada jaringan.
Pemeriksaan pitting edema dilakukan pada tibia dan kaki. Yang perlu
dikaji dari edema adalah konsistensi, temperature, bentuk, mobilisasi.
Odor
Odor atau bau ditemui apabila ada bakteri pada kulit, infeksi, hygine
tidak adekuat.
Kuku
Inpeksi : ketebalan, waran, bentuk, tekstur
Palpasi : CRT 3-5 detik.

3.2 Diagnosa keperawatan


1. Nyeri (akut) berhubungan dengan kerusakan saraf perifer
2. Hipertermia berhubungan dengan proses inflamasi.
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan struktur
lapisan dermis
4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan lesi dan perubahan
struktur kulit
5. Ansietas berhubungan dengan proses penyakit.
3.3 Intervensi dan Rasional
3.3.1 Nyeri (akut) berhubungan dengan gangguan kenyamanan
Ditandai dengan :
a. Keluhan nyeri pada pasien
b. Perilaku melindungi/distraksi, gelisah, merintih, focus pada diri
sendiri, nyeri wajah, tegangan otot.
c. Respon otonomik.
Tujuan : dalam waktu 1x24 jam nyeri dapat berkurang/hilang atau
teradaptasi
Kriteria Hasil :
a. Secara subjektif melaporkan nyeri berkurang atau dapat
diadaptasi. Skala nyeri skala 0-5

16

b. Dapat mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau


menurunkan nyeri
c. Pasien melaporkan nyeri hilang dengan spasme terkontrol, Pasien
tampak rileks, mampu tidur/istirahat dengan tepat.
Intervensi
Mandiri
Catat lokasi, lamanya
intensitas (skala 0-10)
dan
penyebaran.
Perhatikan tanda nonverbal,
contoh
peningkatan TD dan
nadi, gelisah, merintih,
menggelepar.

Ajarkan teknik relaksasi


nafas
dalam
dan
distraksi

Rasional
Membantu mengevaluasi
tempat obstruksi dan
kemajuan
gerakan
kalkulus. Nyeri panggul
sering
menyebar
ke
punggung, lipatan paha,
genitalia
sehubungan
dengan proksimitas saraf
pleksus dan pembuluh
darah yang menyuplai
area lain. Nyeri tiba-tiba
dan
hebat
dapat
mencetuskan ketakutan,
gelisah, ansietas berat.
Nafas
dalam
dapat
meningkatkan asupan O2
sehingga
menurunkan
sensasi nyeri, sedangkan
pengalihan
perhatian
dapat
menurunkan
stimulus nyeri

Lakukan perawatan kulit


dengan tepat dan baik

Perawatan kulit dengan


baik akan membuat px
nyaman
sehingga
mempercepat
penyembuhan
dan
mengurangi resiko infeksi

Jelaskan penyebab nyeri

Pengetahuan
pasien
terhadap nyeri dapat
membuat pasien lebih
patuh pada pengobatan.

Kolaborasi
Berikan obat analgesik

Membantu mengurangi
nyeri,
Analgesik
memblok stimulus rasa
nyeri

17

3.3.2 Hipertermia berhubungan dengan proses inflamasi.


Ditandai dengan:
a. Suhu lebih tinggi dari 37,80C per oral atau 38,80C per rectal.
b. Kulit hangat.
c. Takikardia.
Tujuan : dalam waktu 1x24 jam suhu tubuh dapat normal kembali
Kriteria Hasil :
Suhu tubuh normal (36-37 C)
Individu mempertahankan suhu tubuh.dalam rentan normal
Intervensi
Rasional
Monitor suhu tubuh
Peningkatan suhu tubuh
pasien
yang berkelanjutan pada
pasien akan memberikan
komplikasi pada kondisi
penyakit yang lebih
parah dimana efek dari
peningkatan
tingakat
metabolisme umum dan
dehidrasi
akibat
hipertermi.
Ajarkan klien pentingnya
Selain
sebagai
mempertahankan asupan
pemenuhan
hidrasi
cairan yang adekuat (>
tubuh,
juga
akan
2000 ml/hari kecuali
meningkatkan
terdapat kontraindikasi
pengeluaran panas tubuh
penyakit jantung atau
melalui
sistem
ginjal)
perkemihan, maka panas
tubuh
juga
dapat
dikeluarkan
melalui
urine.
Pantau
asupan
dan
Untuk menjaga asupan
haluaran pasien.
cairan tubuh supaya tidak
terjadi
dehidrasi.
Dehidrasi salah satu
pencetus hipertermi
Kolaborasi
pemberian
Analgesik
diperlukan
analgesik-antipiretik
untuk penurunan rasa
nyeri dan antipiretik
digunakan
untuk
menurunkan panas tubuh
dan
memberi
rasa
nyaman pada pasien.

18

3.3.3 Ansietas berhubungan dengan proses penyakit.


Ditandai dengan:
a. Peningkatan frekuensi jantung
b. Insomnia
c. Gelisah
d. Ketakutan
Tujuan : dalam waktu 1x24 jam ansietas dapat berkurang/hilang atau
teradaptasi
Kriteria Hasil :
Pasien menyatakan peningkatan kenyamanan psikologis dan
fisiologis.
Intervensi
Rasional
Kaji
tingkat
ansietas:
Untuk
menentukan
ringan, sedang, berat.
tingkat
keparahan
ansietas supaya dapat
ditentukan penanganan
yang tepat
Beri kenyamanan dan
Supaya pasien lebih
ketentraman hati
tenang
karena
a. Dampingi pasien
pendampingan perawat
b. Jelaskan
tentang
dan ketika pasien
penyakitnya.
mengetahui
tentang
c. Berbicara
dengan
proses
penyakitnya,
perlahan dan tenang.
pasien akan bisa lebih
d. Jangan
membuat
tenang
tuntutan.
e. Beri kesempatan klien
untuk mengungkapkan
rasa cemasnya.
3.3.4

Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan struktur


lapisan dermis
Ditandai dengan:
a. Gangguan jaringan epidermis dan dermis.
b. Adanya lesi (primer, skunder)
c. Eritema
d. Pruritus.
Tujuan : dalam waktu 3x24 jam, kulit pasien dapat mengalami
penyembuhan
Kriteria Hasil :
1. Individu menunjukkan penyembuhan jaringan progresif
2. Berkurangnya gangguan jaringan epidermis, lesi, eritema, dan
pruritis
Intervensi
Kaji kondisi luka klien
(area,
warna,
bau,
kelembaban, turgor).

Rasional
Menjadi informasi dasar
untuk
memberikan
informasi
intervensi
19

Tingkatkan
asupan
protein dan karbohidrat
untuk mempertahankan
keseimbangan nitrogen
positif.
Masase dengan lembut
kulit sehat disekitar area
yang sakit.
Lakukan
perawatan
intensif terhadap kulit
dengan perawatan dan
obat yang sesuai dengan
lesi/luka yang dialami
klien.

perawatan
luka
selanjutnya.
Dengan asupan nutrisi
yang cukup membuat
proses
penyembuhan
semakin cepat
Untuk
sirkulasi

memperlancar

Penanganan
dan
pemberian obat yang
sesuai dengan kondisi
kulit
pasien
dapat
mempercepat
penyembuhan jaringan

3.3.5

Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan struktur


kulit
Ditandai dengan:
a. Respon negatif verbal atau nonverbal
b. Tidak melihat bagian tubuh tertentu.
c. Perubahan dalam keterlibatan sosial
Tujuan : dalam waktu 1x24 pasien dapat menerima keadaan
tubuhnya
Kriteria Hasil :
Pasien mengungkapkan dan mendemonstrasikan penerimaan
penampilan (kerapian, pakaian, postur, pola makan, kehadiran diri).
Pasien mengimplementasikan pola penanganan baru

Intervensi
Dorong individu untuk
mengekspresikan
perasaan,
khususnya
mengenai
pikiran,
perasaan,
pandangan
dirinya.
Dorong individu untuk
bertanya
mengenai
masalah, penanganan,
perkembangan,
prognosis kesehatan.
Beri informasi yang
dapat dipercaya dan
perkuat informasi yang
telah diberikan.
Anjurkan
orang

Rasional
Mengungkapkan
perasaannya
membuat
pasien
merasa
lebih
nyaman setelah.
Membuat
pasien
percaya diri

dan

Informasi dapat membuat


pasien lebih lebih tahu
tentang permasalahannya
Orang

terdekat
20

terdekat
untuk
memberikan
support
system
terhadap
perubahan fisik dan
emosional.
Dorong
kunjungan
teman
sebaya
dan
orang terdekat.

mempunyai
pengaruh
lebih
dominan
ntuk
membantu
pasien
menerima
keaadaannya
sekarang ketika sudah di
masyarakat.
Untuk membuat pasien
bisa
menerima
keaadaannya sekarang

21

BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Infeksi kulit tidak hanya dapat menimbulkan masalah kesehatan fisik
namun juga masalah psikis dan ekonomi sosial seseorang. Infeksi kulit
berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi infeksi bakteri, infesi virus, dan infeksi
jamur. Infeksi bakteri terdiri dariimpetigo, folikulitis, furunkel, dan karbunakel.
Infeksi virus contoh yang paling banyak adalah herpes zoster. Infeksi jamur terdiri
dari yinea kapitis, tinea korporis, tinea kruris, tinea pedis, dan tinea ungiumngum.
Penatalaksanaan infeksi kulit tergantung pada penyebabnya itu sendiri. Hal-hal
yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan integument adalah Lokasi dan/atau
dari kelainan yang ada, karekteristik dari setiap lesi, pemeriksaan lokasi-lokasi
sekunder dan teknik-teknik pemeriksaan khusus. Adapaun masalah
keperawatan yang dapat muncul dari infesi kulit adalah Nyeri, hipertermi,
ansietas, kerusakan integritas kulit, gangguan citra tubuh.
4.2 Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini kita menjadi lebih mngerti tanda
dan gejala dari infeksi kulit. Makalah ini jauh dari kata sempurna, maka kami
mengharapkan masukan agar akan lebih baik lagi kedepannya.

22

DAFTAR PUSTAKA
Brown, Robin Graham & Tony Burns. 2002. Lecture Notes on Dermatology Ed. 8.
English : Blackwell Science Ltd.
Harahap, Marwali. 2001. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Hipokrates.
Jennifer P. Kowalak, William Welsh, Brenna Mayer. 2003. Buku Ajar
Patofisiologi.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Lynda Juall Carpenito dan Moyet. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan.
Jakarta: EGC
Pierce, Grace, dan Neil Borley. 2007. Surgery at a Glance (Terj.). Jakarta:
Erlangga
Price, Sylvia A dan Lorraine M. Wilson. 2005. Patofisiologi: konsep klinis prosesproses penyakit. Jakarta: EGC
Smeltzer, S.C., & Bare, B. 2003. Brunner and Suddarth's Textbook of MedicalSurgical Nursing (10th ed.). Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

23

Anda mungkin juga menyukai