Oleh:
Petronella Mira Melati
131.06.1007
JURUSAN STATISTIK
FAKULTAS SAINS TERAPAN
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI AKPRIND
YOGYAKARTA
2016
program
yang
mengintegrasikan
prinsip
pembangunan
berkelanjutan.
KLHS memuat kajian antara lain:
-
pembangunan;
perkiraan mengenai dampak dan risiko lingkungan hidup;
kinerja layanan/jasa ekosistem;
efisiensi pemanfaatan sumber daya alam;
tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim; dan
tingkat ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati.
2) Tata Ruang
Setiap perencanaan tata ruang wilayah wajib didasarkan pada KLHS.
Perencanaan tata ruang wilayah ditetapkan dengan memperhatikan daya dukung
dan daya tampung lingkungan hidup.
3) Baku Mutu Lingkungan Hidup
Penentuan terjadinya pencemaran lingkungan hidup diukur melalui baku
mutu lingkungan hidup. Baku mutu lingkungan hidup meliputi:
- baku mutu air;
- baku mutu air limbah;
- baku mutu air laut;
- baku mutu udara ambien;
- baku mutu emisi; baku mutu gangguan; dan
- baku mutu lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Setiap orang diperbolehkan untuk membuang limbah ke media lingkungan
hidup dengan persyaratan:
- memenuhi baku mutu lingkungan hidup; dan
- mendapat izin dari Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya.
4) Kriteria baku Kerusaka Lingkungan
kenaikan temperatur;
kenaikan muka air laut;
badai; dan/atau
kekeringan.
5) Amdal
Setiap usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting terhadap lingkungan
hidup wajib memiliki amdal. Dampak penting ditentukan berdasarkan kriteria:
- besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha
-
dan/atau kegiatan;
luas wilayah penyebaran dampak;
intensitas dan lamanya dampak berlangsung;
banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak;
sifat kumulatif dampak;
berbalik atau tidak berbaliknya dampak; dan/atau
kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
dalam ruang dimana manusia berada dan mempengaruhi kelangsungan hidup yang
lain. dengan demikian, lingkungan hidup mencakup dua lingkungan, yaitu
lingkungan fisik dan lingkungan budaya.
6. Limbah padat atau sampah merupakan benda yang tidak terpakai, dan dibuang
yang berasal dari suatu aktivitas dan bersifat padat. Terdapat beberapa klasifikasi
limbah padat atau sampah yaitu:
a. Garbage (sampah basah)
Garbage adalah jenis sampah yang terdiri dari sisa-sisa potongan hewan atau sayursayuran hasil dari pengolahan, pembuatan dan penyediaan makanan yang sebagian
besar terdiri dari zat-zat yang mudah membusuk.
b. Rubbish (sampah kering)
Rubbish adalah sampah yang dapat terbakar dan tidak dapat terbakar yang berasal
dari rumah-rumah, pusat-pusat perdagangan, kantor-kantor. Sampah yang mudah
terbakar umumnya terdiri dari zat-zat organik seperti kertas, kardus, plastik dan lainlain. Sedangkan sampah yang tidak dapat/ sukar terbakar sebagian besar
mengandung zat-zat inorganik seperti logam-logam, kaleng-kaleng dan sisa
pembakaran.
c. Abu (Ashes)
Sampah jenis ini adalah sampah yang berasal dari sisa pembakaran dari jenis zat
yang mudah terbakar seperti di rumah, kantor maupun di pabrik-pabrik industri.
d. Street cleaning (sampah dari jalan)
Sampah jenis ini berasal dari pembersihan jalan dan trotoar baik dengan tenaga
manusia maupun dengan tenaga mesin yang terdiri dari kertas-kertas, daun-daunan
dan lain-lain.
e. Industrial wastes (sampah industri)
Merupakan sampah yang berasal dari industri-industri pengolahan hasil bumi/
tumbuhan dan industri lain.
7. Sumber pencemaran B3
Sumber limbah B3 adalah, setiap orang atau Badan Usaha yang menghasilkan
limbah B3 dan menyimpannya untuk sementara waktu di dalam lokasi kegiatan sebelum
limbah B3 tersebut diserahkan kepada pihak yang bertanggungjawab untuk
dikumpulkan dan diolah.
Sumber penghasil limbah B3 cukup beragam, diantaranya berasal dari rumah sakit,
PLTN, Laboratorium Pengujian dan Laboratorium Penelitian. Limbah B3 ada yang
berasal dari sisa proses suatu industri atau kegiatan tertentu, namun ada pula limbah B3
yang berasal bukan dari proses utamanya, misalnya dari kegiatan pemeliharaan alat,
pencucian.
Berdasarkan studi yang telah dilakukan oleh Bina Lingkungan Hidup DKI, ada
Sembilan kelompok besar penghasil limbah B3, delapan kelompok industry skala
menengah dan besar, serta satu kelompok rumah sakit yang juga memiliki potensi
menghasilkan limbah B3. Berikut secara singkat sumber-sumber limbah B3:
a. Industri Farmasi
Umumnya berasal dari proses pencucian peralatan dan produk yang tidak terjual dan
kadaluarsa dan juga dari sisa-sisa obat-obatan
b. Industri Logam
Umumnya menghasilkan limbah padat dari pengecoran, percetakan dan bahan
pelapisan logam
c. Industri Kendaraan Bermotor
Umumnya berasal dari proses penyiapan logam (bandering) dan pengecatan yang
mengandung logam berat
d. Industri Kimia
Umumnya berupa limbah cair dan lumpur yang berkonsentrasi pekat
e. Industri Tekstil
Umumnya dari penggunaan zat pewarna yang mengandung Cr
f. Industri Kertas
Umumnya berasal dari proses pengambilan kembali (recovery) bahan kimia yang
memerlukan stabilisasi sebelum ditimbun
g. Rumah Sakit
Limbah padat atau cair rumah sakit mempunyai karakteristik yang bias
mengakibatkan infeksi atau penularan racun, sebagian juga beracun dan bersifat
korosif. Umumnya berasal dari pencucian alat-alat medis dan sisa obat-obatan atau
jarum suntik
h. Rumah Tangga
Umumnya berasal dari sisa-sisa makanan yang mengandung unsur B3
8. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan sebelum mengolah limbah padat
Berikut ini adalah factor-faktor yang perlu diperhatikan sebelum mengolah limbah
padat:
a. Jumlah limbah
1) sedikit: mudah ditangani sendiri
2) banyak: membutuhkan penanganan khusus (tempat dan sarana pembuangan)
b. Sifat fisik dan kimia limbah
1) Sifat fisik: mempengaruhi pilihan tempat pembuangan, sarana pengangkutan
dan pilihan pengolahan.
2) Sifat kimia dari limbah padat akan merusak dan mencemari lingkungan dengan
cara membentuk senyawa baru.
c. Kemungkinan pencemaran dan kerusakan lingkungan
Karena lingkungan ada yang peka/tidak peka terhadap pencemaran, maka perlu
diperhatikan:
1) Tempat pembuangan akhir (TPA)
2) Unsur yang akan terkena
3) Tingakat pencemaran yang akan timbul
d. Tujuan akhir dari pengolahan
1) Tujuan pengelolaan yang bersifat ekonomis: Meningkatkan efisiensi pabrik
secara menyeluruh dan mengambil kembali bahan yang masih berguna untuk
didaur ulang/dimanfaatkan lain.
2) Tujuan pengelolaan yang bersifat non-ekonomis: Untuk mencegah pencemaran
dan kerusakan lingkungan.
9. Manfaat pengelolaan sampah dan bencana yang akan terjadi apabila sampah
tidak dikelolah dengan baik
a. Manfaat Pengelolaan Sampah
Berikut manfaat dari pengelolaan sampah:
1) Menghemat sumber daya alam
2) Menghemat energy
3) Mengurangi uang belanja
4) Volume sampah yang harus diangkut ke TPS berkurang, dan kemudian
menghemat lahan TPA
5) Lingkungan asri (bersih, sehat, nyaman)
6) Sampah yang diolah menjadi energy, pupuk hingga bahan baku industrim akan
memberikan nilai ekonomi
b. Bencana yang terjadi apabila sampah tidak dikelola dengan baik
1) Longsor tumpukan sampah
2) Sumber penyakit
3) Pencemaran lingkungan (udara, tanah, air)
4) Menyebabkan banjir
10. Penurunan kualitas air
Air dikatakan mengalami penurunan kualitas air, adalah ketika air tersebut tidak
dapat berfungsi sebagaimana mestinya yaitu tidak layak untuk digunakan mandi,
mencuci baju, memasak, minum, dan sebagainya. Penurunan kualitas air, disebabkan
oleh pencemaran air.
Berdasarkan definisi pencemaran air, penyebab terjadinya pencemaran dapat berupa
masuknya mahluk hidup, zat, energi atau komponen lain ke dalam air sehingga
menyebabkan kualitas air tercemar. Masukan tersebut sering disebut dengan istilah
unsur pencemar, yang pada prakteknya masukan tersebut berupa buangan yang bersifat
rutin, misalnya buangan limbah cair. Aspek pelaku/penyebab dapat yang disebabkan
oleh alam, atau oleh manusia.
Pencemaran yang disebabkan oleh alam tidak dapat berimplikasi hukum, tetapi
Pemerintah tetap harus menanggulangi pencemaran tersebut. Sedangkan aspek akibat
dapat dilihat berdasarkan penurunan kualitas air sampai ke tingkat tertentu. Pengertian
tingkat tertentu dalam definisi tersebut adalah tingkat kualitas air yang menjadi batas
antara tingkat tak-cemar (tingkat kualitas air belum sampai batas) dan tingkat cemar
(kualitas air yang telah sampai ke batas atau melewati batas). Ada standar baku mutu
tertentu untuk peruntukan air. Sebagai contoh adalah pada UU Kesehatan No. 23 tahun
1992 ayat 3 terkandung makna bahwa air minum yang dikonsumsi masyarakat, harus
memenuhi persyaratan kualitas maupun kuantitas, yang persyaratan kualitas tettuang
dalam Peraturan Mentri Kesehatan No. 146 tahun 1990 tentang syarat-syarat dan
pengawasan kualitas air. Sedangkan parameter kualitas air minum/air bersih yang terdiri
dari parameter kimiawi, fisik, radioaktif dan mikrobiologi, ditetapkan dalam
PERMENKES 416/1990 (Achmadi, 2001).
Air yang mengalami penurunan kualitas disebabkan karena pencemaran, berikut
indikator atau tanda bahwa air lingkungan telah tercemar adalah adanya perubahan atau
tanda yang dapat diamati yang dapat digolongkan menjadi :
Pengamatan secara fisis, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan tingkat
kejernihan air (kekeruhan), perubahan suhu, warna dan adanya perubahan warna,
mikroorganisme yang ada dalam air, terutama ada tidaknya bakteri pathogen.
Indikator yang umum diketahui pada pemeriksaan pencemaran air adalah pH
atau konsentrasi ion hydrogen, oksigen terlarut (Dissolved Oxygen, DO),
kebutuhan oksigen biokimia (Biochemiycal Oxygen Demand, BOD) serta
kebutuhan oksigen kimiawi (Chemical Oxygen Demand, COD).
11.
Sumber:
https://wyuliandari.wordpress.com/2008/09/25/strategi-pengendalian-pencemaranlingkungan /, diakses tanggal 14 April 2016 pada 20.47 WIB
http://www.lingkunganhidup.co/pembangunan-infrastruktur-harus-serasi-lingkungan-alam/,
diakses tanggal 14 April 2016 pada 21.03 WIB
http://anisambarwati1.blogspot.co.id/2013/04/pengertian-limbah-industri-dan-limbah_22.
html, diakses tanggal 14 April 2016 pada 22.01 WIB
http://www.sridianti.com/pengertian-lingkungan-hidup-menurut-para-ahli.html,
diakses
diakses
pada