Anda di halaman 1dari 20

KATA PENGANTAR

Puji Syukur atas Kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya sehingga
laporan pemetaan yang berjudul GEOLOGI DAERAH KARANGWULUH DAN
SEKITARNYA, KECAMATAN

KOKAP, KABUPATEN

KULON

PROGO,

PROVINSI JAWA TENGAH ini dapat diselesaikan.


Laporan ini berisi pembahasan mengenai kondisi geologi daerah pemetaan antara
lain: geomorfologi yang meliputi kenampakan bentang alam, stratigrafi satuan
batuan dari yang tertua ke yang termuda berdasarkan data lapangan dan analisis
laboratorium, struktur geologi yang terjadi dan mempengaruhi daerah pemetaan,
serta sejarah geologi dan evaluasi geologi yang mencakup potensi sumber daya alam
dan kendala bencana alampada daerah pemetaan.

Jakarta, 05 Desember 2015

Akmal Lutfi Altuway

ABSTRACT
Location mapping area is geographically located at coordinates 110 01 '33.2 "E 110 04' 17" E and 7 46 '23.9 "LS - 7 49' 38.9" LS. While administratively
located on Karangwuluh and the surrounding area, Kokap, Kulon Progo Regency,
Central Java Province. Regional mapping has an area of 30 km2. Based
morphometry aspect, morfografi, and morphogenetic, the study area was divided
into three geomorphological units, ie unit hills undulating hills structural
geomorphology, geomorphological unit sharply cut the volcanic hills, undulating
denudasional geomorphology unit. Lithologies mapping area is divided into three
lithologies and the sediment based litho division and grouping descriptively. The
rock units from old to young is andesitic breccia unit which is the oldest rocks and
intruded by dacitic Andesite later, and the last alluvial deposits. The structure of the
mapping area formed structural - geological structures, namely: Fault Fault
Horizontal Horizontal Semagung and Kebonkuning. Potential in the area of mapping
form of minerals such as andesite and land use, as well as the constraints that
include natural disasters such as landslides.

Daftar Isi
1. Bab 1 Pendahuluan
1.1Latar belakang
1.2Maksud dan Tujuan
1.3Letak daerah penelitian
2. Geomorfologi
2.1 Fisiografi regional
2.2 Satuan gemorfologi daerah penelitian
2.3 Pola Aliran Sungai
2.4 Stadia sungai daerah Penelitian
2.5 Stadia daerah Penelitian
3. Kesimpulan
4. Daftar Pustaka
5. Lampiran

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengetahuan ilmu geologi dalam keberlangsungan hidup umat manusia telah
diaplikasikan secara luas dalam berbagai aspek, antara lain ekonomi sumber daya air
dan bahan tambang, serta kebencanaan. Dengan penerapan ilmu geologi, aspek
aspek tersebut dapat ditelaah lebih lanjut dan intensif. Contohnya, dalam aspek
ekonomi dapat dilakukan perhitungan cadangan bahan tambang dan debit mata air
menggunakan metode - metode geologi. Begitu pula dalam aspek kebencanaan dapat
dianalisis, diprediksi, dan dipetakan dengan metode - metode geologi.Daerah
karangwuluh dan sekitarnya merupakan suatu daerah yang memiliki kondisi geologi
dan ekonomi yang cukup menarik untuk diteliti, mulai dari struktur geologi, sejarah
tektonik, stratigrafi, bencana geologi, dan sumber daya alam terutama tambang batu
serta mata air. Faktor - faktor Geologi dan Ekonomi tersebut belum diteliti secara
lebih detail, sehingga penulis merasa perlu melakukan pemetaan geologi di daerah
Desa karangwuluh dan sekitarnya untuk mengetahui hubungan stratigrafi antara
Formasi kebobutak, juga evolusi tektonik daerah pemetaan, dan mengkaji lebih
lanjut dan terperinci lagi mengenai aspek - aspek ekonomi bahan tambang, wisata
geologi, serta bencana geologi yang dikaitkan dengan kondisi geologi daerah
pemetaan.
1.2 Maksud dan Tujuan
1. 2. 1 Maksud
Maksud dari pemetaan ini adalah untuk mengumpulkan data geologi seperti
geomorfologi, stratigrafi, struktur geologi, pola aliran sungai, sehingga hasil kita

10

dapat membuat peta lintasan, peta geologi, peta geomorfologi dimana peta-peta
tersebut dapat dipertanggung jawabkan secara akademik.
1. 2. 2 Tujuan
Tujuan dari pemetaan ini adalah untuk menyusun sejarah geologi dan evaluasi
geologi di daerah karangwuluh dan Sekitarnya, Kecamatan kokap, Kabupaten
kulonprogo, Jawa tengah.
1.3 Letak Daerah Pemetaan
Daerah pemetaan terletak di daerah yang meliputi Desa/Kelurahan
Karangwuluh,Hargomulyo, Karangsari. Kecamatan Kokap, Temon, Kabupaten
Kulonprogo, Propinsi Jawa Tengah.Secara geografis daerah pemetaan terletak pada
110 01 33.2 BT - 110 04 17 BT dan 7 46 23.9 LS - 7 49 38.9 LS, dengan
luas daerah + 5 km x 6 km (30 km2).

11

Gambar 1.1 Lokasi Daerah Pemetaan


BAB 2
GEOMORFOLOGI
Pulau Jawa memiliki sifat fisiografi yang khas, dan hal ini disebabkan karena
beberapa perbedaan. Salah satu diantaranya adalah iklim tropis, disamping itu ciriciri geografisnya disebabkan karena merupakan geosinklinal muda dan jalur
orogenesa dengan banyak vulkanisme yang kuat. Hal ini yang menyebabkan Pulau
Jawa berbentuk memanjang.
2.1Fisiografi Regional
Secara fisiografis, daerah Jawa Tengah oleh van Bemmelen, (1949) dibagi
menjadi 6 zona fisiografi, yaitu: Dataran Aluvial Jawa Utara, Gunungapi Kuarter,
Antiklinorium Bogor Serayu Utara Kendeng, Depresi Jawa Tengah, Pegunungan
Serayu Selatan, dan Pegunungan Selatan Jawa (Gambar 2).

Gambar
2.1
Fisiografi Jawa Tengah (van Bemmelen, 1949)
Dataran Aluvial Jawa Utara, terletak di bagian Selatan Brebes, dimana Lembah
Pemali memisahkan Zona Bogor di Jawa Barat dengan Rangkaian Pegunungan Utara
12

Jawa Tengah. Lebih jauh ke Timur luasnya 20km yaitu dari bagian Selatan Tegal
hingga Pekalongan, bagian Timur Pekalongan yang merupakan daratan pegunungan
perlahan akan menghilang sampai akhirnya menjadi dataran pantai.
Gunungapi Kuarter di Jawa Tengah antara lain G. Slamet, G. Dieng, G. Sundoro,
G. Sumbing, G.Ungaran, G. Merapi, G. Merbabu, dan G. Muria.
Zona Serayu Utara merupakan daratan pegunungan Jawa Tengah dibentuk oleh
dua puncak (kulminasi) geantiklin yaitu Rangkaian Pegunungan Serayu Utara dan
Serayu Selatan. Dimana Rangkaian Pegunungan Serayu Utara berhubungan dengan
Zona Bogor di Jawa Barat dan Zona Kendeng di Jawa Timur. Bagian Barat ditutupi
oleh Gunung Slamet (3428 m) dan bagian Timur ditutupi produk vulkanik muda dari
Gunung Rogojembangan (2177m), kompleks Gunung Dieng (Prahu 2565m) dan
Gunung Ungaran (2050m). Perbatasan dengan Zona Bogor di Jawa Barat ada di
daerah Prupuk-Bumiayu-Ajibarang.
Zona Depresi Jawa Tengah bagian dari Dataran Pantai Selatan ini membentuk
kontak yang tajam dengan pantai Selatan Jawa Barat dan Jawa Timur, berada sekitar
10m di atas permukaan air laut. Dataran pantai ini meluas hingga ke Zona Bandung
di Jawa Barat dan pada bagian Tengahnya terdapat Gunung Karangbolong (475m),
yang memiliki fisiografi dan struktur serupa dengan Pegunungan Selatan di Jawa
Barat dan Jawa Timur.
Pegunungan Selatan Jawa memanjang di sepanjang pantai selatan Jawa
membentuk morfologi pantai yang terjal. Namun di Jawa Tengah, zona ini terputus
oleh Depresi Jawa Tengah.

13

Pegunungan Serayu Selatan terletak diantara Zona Depresi JawaTengah yang


membentuk kubah dan punggungan. Dibagian barat dari Pegunungan Serayu Selatan
yang berarah barat-timur dicirikan oleh bentuk antiklinorium yang berakhir di timur
pada suatu singkapan batuan tertua terbesar di Pulau Jawa, yaitu daerah Luk Ulo,
Kebumen.
2. 2 Satua Geomorfologi Daerah Pemetaan
Pembagian satuan geomorfologi bertujuan untuk mengelompokkan bentang
alam secara sistimatis yang didasarkan pada kenampakan bentuk - bentuk relief di
lapangan, proses yang mengontrol baik proses endogen maupun proses eksogen, dan
jenis litologi maupun endapan yang menyusun daerah tersebut. Dalam pembahasan
teori dasar geomorfologi dijelaskan bahwa, bentang alam suatu daerah merupakan
hasil atau produk dari proses - proses endogen dan eksogen yang terjadi baik pada
masa lampau maupun masa kini.
Dalam pemetaan ini,

pembagian

satuan

geomorfologi

daerah

pemetaandidasari pada aspek deskriptif dan genetik. Di mana dalam aspek


deskriptifditekankan untuk mengklasifikasikan satuan batuan yang memperlihatkan
bentuk relief tertentu, klasifikasi ini mengacu pada parameter - parameter relief yang
disusun oleh Van Zuidam, 1983 (Tabel 2.1), serta aspek genetik yang mengontrol
bentuk bentang alam tersebut mengacu pada proses dan produk yang mempengaruhi
daerah pemetaan, di mana mengacu pada klasifikasi yang disusun oleh Hidartan dan
Handaya, 1994 (Tabel 2.2)
Tabel 2.2 Klasifikasi Relief (Van Zuidam, 1983)

SATUAN RELIEF

SUDUT

BEDA TINGGI
O

LERENG ( )

14

(M)

Datar atau hampir datar

02

<5

Bergelombang/miring landai

37

5 50

Bergelombang/miring

8 13

50 57

Berbukit bergelombang/miring

14 -20

75 200

Berbukit tersayat tajam/terjal

21 25

200 500

Pegunungan tersayat tajam/sangat tajam

56 140

500 - 1000

Pegunungan/sangat curam

> 140

>1000

Berdasarkan pada pengamatan secara menyeluruh terhadap aspekaspek


deskriptif dan genetik yang menyebabkan pembentukan bentang alam di daerah
pemetaan,maka daerah pemetaan dapat diklasifikasikan menjadi empat satuan
geomorfologi (Tabel 2.3), yaitu
Tabel 2.2 Klasifikasi Bentukan Asal Secara Genetik (Hidartan dan Handaya, 1994)
Bentukan Asal
Bentukan Asal Struktural
Bentukan Asal Vulkanik
Bentukan Asal Fluvial
Bentuk Asal Marine
Bentukan Asal Karst
Bentukan Asal Aeolian
Bentukan Asal Denudasional

Gaya Yang Bekerja


Endogen
Endogen
Eksogen
Eksogen
Eksogen
Eksogen
Eksogen

15

Tabel 2.2 Geomorlogi Daerah Pemetaan

16

Relief
Nama Satuan
Geomorfologi

Perbukitan
tersayat tajam
vulkanik
Perbukitan
bergelombang
struktural

Genetik

Luas
Penyebaran
(%)

h(m)

66%

Litologi
penyusun

Pola Aliran S

h
(m)

Slope
(%)

Bentuk
Relief

Pola
penyeb
araran

50-560

510

21-25

merunci
ng

Zigzag

struktural

andesit

V-U

radial

24%

50-285

235

14-20

merunci
ng

Zigzag

struktural

Andesit,bre
ksi andesit

V-U

Sub
rectangu
lar

10%

25-53

28

3-7

sejajar

datar

denudasio
nal

Breksi
andesit,end
apan
aluvial

Sub
rectangu
lar

Bergelombang

Bentuk
Penampan
g

denudasional

2.3 Genetik dan Pola Aliran Sungai Daerah Penelitian


Menurut Thornburry (1969) pola aliran sungai pada suatu daerah dipengaruhi
oleh beberapa faktor, antara lain kontrol struktur, jenis dan variasi kekerasan batuan,
landai lereng asal, sejarah geologi, dan sejarah geomorfologi daerah tersebut.
Dari pengamatan lapangan serta analisa peta topografi skala 1: 25.000,
berdasarkan

klasifikasi Howard (1967) maka pola aliran sungai pada daerah

pemetaan termasuk dalam pola aliran sungai sub-paralel (barat daerah pemetaan) dan
sub-dendritik (tenggara daerah pemetaan).

17

Pola
Aliran

Gambar 2.2 klasifikasi Howard, 1967.

Pola aliran radial adalah pola aliran sungai yang arah alirannya menyebar
secara radial dari suatu titik ketinggian tertentu, seperti puncak gunungapi atau bukir
intrusi. Pola aliran radial juga dijumpai pada bentuk-bentuk bentangalam kubah
(domes) dan laccolith. Pola aliran ini mendominasi didaerah penelitian dengan
sungai Kali Besok sebagai induk sungai utama. Pola aliran ini berkembang pada
daerah perbukitan dengan lereng yang terjal (Howard, 1967 dalam vanZuidam,1983).
Pola sub rectangular umumnya berkembang pada batuan yang resistensi
terhadap erosinya mendekati seragam, namun dikontrol oleh kekar yang mempunyai
dua arah dengan sudut saling tegak lurus. Kekar pada umumnya kurang resisten
terhadap erosi sehingga memungkinkan air mengalir dan berkembang melalui kekarkekar membentuk suatu pola pengaliran dengan saluran salurannya lurus-lurus
mengikuti sistem kekar. Pola aliran rectangular dijumpai di daerah yang wilayahnya
terpatahkan.

Sungai-sungainya

mengikuti

jalur

yang

kurang

resisten

dan

terkonsentrasi di tempat tempat dimana singkapan batuannya lunak. Cabang-cabang


sungainya membentuk sudut tumpul dengan sungai utamanya. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa pola aliran rectangular adalah pola aliran sungai yang
dikendalikan oleh struktur geologi, seperti struktur kekar (rekahan) dan sesar

18

(patahan). Sungai rectangular dicirikan oleh saluran-saluran air yang mengikuti pola
dari struktur kekar dan patahan. Pola aliran ini mendominasi didaerah penelitian
dengan sungai Kali Semagung sebagai induk sungai.

Gambar 2.3.1 Peta pola aliran sungai regional daerah pemetaan.

19

Gambar 2.3.2 Peta pola aliran daerah pemetaan.


2.4 Stadia Sungai Daerah Penelitian
Sungai-sungai pada daerah ini, menunjukkan bahwa sungai tersebut masih
termasuk dalam stadia sungai yang muda, karena tidak adanya induk sungai,
melainkan hanyak anak sungai.
2.5 Stadia Daerah Penelitian
Penentuan stadia daerah menggunakan parameter beberapa parameter yang
dikemukakan (Hidartan dan Nugroho,2004) di bawah ini (Tabel 2.3).
Dari pengamatan yang dilakukan terhadap daerah penelitian secara langsung
diketahui bahwa daerah penelitian secara umum memiliki stadia sungai dewasatua, Untuk parameter relief dapat dilihat dari morfologi umum dan satuan
geomorfologi yang ada pada daerah pemetaan yang termasuk dalam berbukit.
Untuk bentuk penampang lembah, pada daerah penelitian memiliki bentuk
penampang U-Relatif Datar yang terlihat di lembah dan bentuk bentang alam

20

yang dominan terjal. Berdasarkan parameter klasifikasi diatas maka tingkat stadia
daerah penelitian diklasifikasikan ke dalam stadia daerah dewasa - tua.
Tabel 2.4 Pembagian Stadia Daerah (Hidartan dan Nugroho, 2004)
STADIA DAERAH
PARAMETER

MUDA

DEWASA

TUA

Stadia Sungai

Muda

Muda-Dewasa

Tua

Relief

Sedikit
bergelombang

Maksimum

Hampir datar

Bentuk
Penampang
Lembah

U-V

U-Hampir datar

Bentang alam
umumnya datar
sampai
bergelombang

Bentang alam
bergelombang sampai
mempunyai relief
maksimum

Bentang alam
datar, hasil dari
proses
pengendapan.

Mulai terbentuk gawir

Gawir sudah
mulai rata

Kenampakan

Tidak ada gawir


Relief kecil/tidak
ada

Relief sedang sampai


maksimum

Tidak ada relief

BAB 3
KESIMPULAN

Satuan geomorfologi yang ada di daerah pemetaan ini dibagi secara deskriptif
dan genetik, yang dibagi menjadi tiga satuan geomorfologi, yaitu (1) Satuan
Geomorfologi Perbukitan Bergelombang Struktural; (2) Satuan Geomorfologi
Berbukit Tersayat Tajam Vulkanik G. Kukusan; (3) Satuan Geomorfologi
bergelombang/miring denudasional.Pola aliran sungai yang berkembang pada daerah
pemetaan berupa Radial dan Sub Rectangular, dengan stadia sungai dan stadia
daerah secara umum berada pada stadia dewasa menuju tua.

21

Berdasarkan litostratigrafi dan penamaan satuan secara deskriptif, maka


daerah penelitian dapat dibagi menjadi empat satuan batuan, yaitu satuan Breksi
Andesit dengan umur Miosen Awal, satuan Andesit yang memotong satuan Breksi
Andesit, satuan Dasit memotong satuan Breksi Andesit dan satuan Andesit, dan
satuan aluvial yang menindih secara tidak selaras diatasnya.
Pada daerah pemetaan terbentuk struktur struktur geologi, yaitu pada Utara
daerah pemetaan Sesar Mendatar Semangung dan pada barat daerah pemetaan Sesar
Mendatar Kebonkuning. Daerah penelitian mengalami pembentukan struktur geologi
pada kala Miosen Akhir Kuarter mengacu berdasarkan Harjanto (2011) dimana
secara lokal terdapat reorientasi gaya yang semula berarah Utara Selatan menjadi
Timur Laut Barat Daya.

Berdasarkan hasil evaluasi geologi, disimpulkan bahwa daerah


pemetaan mempunyai aspek geologi, berupa potensi yang meliputi
sumber daya alam berupa bahan galian andesit berada pada daerah
G.Agung dan sekitarnya, lahan pertanian yang luas berada pada daerah
Krojan dan sekitarnya, serta kendala yang meliputi bencana alam berupa
bencana longsor pada daerah Ngaglik.

DAFTAR PUSTAKA

22

Asikin, Sukendar. 1979. Dasar-Dasar Geologi Struktur. Departemen Teknik


Geologi. Institut Teknologi Bandung. Bandung.

Badan Standarisasi Nasional, 1996, SNI Penyusunan Peta Geologi, Jakarta.


Badan Standarisasi Nasional, 1999, SNI Penyusunan Peta Geomorfologi, Jakarta.
Budiadi E,2008. Peranan Tektonik Dalam Mengontrol Geomorfologi
Daerah Pegunungan Kulonprogo. Disertai Doktor Ilmu Geologi,
UNPAD, Bandung, Tidak dipublikasikan.

Budiyani, Sri., et al. 2003. The Collision of The East Java Microplate and Its
Implication for Hydrocarbon occurrences in the East Java Basin. Indonesian
Petroleum Association Proceeding Ann. Conv. 29 th.
Bronto,Sutikno, 2010, Publikasi Khusus Geologi Gunungapi Purba, Badan
Geologi,Bandung.
Bronto, S., 2007. Geologi dan pasir besi Kabupaten Purworejo, bahan
paparan teknis di hadapan Calon Investor, 27 Juni 2007 di Pendopo
Kabupaten Purworejo, 42, tidak terbit.
Komisi Sandi Stratigrafi Indonesia IAGI. 1996. Sandi Stratigrafi Indonesia.
Ikatan Ahli Geologi Indonesia. Jakarta.
Soeria Atmaja R dkk., The Tertiary Magmatic Belt in Java, Journal South
East Asian Earth Sciences,Vol 9, No 1/2 , p 13-27.
Sutanto, 200. Batuan Vulkanik Daerah Kulonprogo, geokronologi dan
geokimia, Buletin Tekmira Nomor 14.
.

GEOLOGI DAERAH KARANGWULUH DAN SEKITARNYA,

23

KECAMATAN KOKAP, KABUPATEN PURWEREJO,


JAWA TENGAH

LAPORAN PEMETAAN GEOLOGI

Disusun Oleh :
AKMAL LUTFI ALTUWAY
NIM 072. 14. 012

TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNOLOGI KEBUMIAN DAN ENERGI
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2015

24

25

26

Anda mungkin juga menyukai