Anda di halaman 1dari 4

Schlumberger Log

LDT = Litho density Tool


CNL = Compensated Neutron
NGS/NG = Natural Gamma Ray Spectrometry
Pengaruh Properti Butiran (Grain Properties) pada Karakteristik Reservoar
Porositas dan permeabilitas adalah karakteristik petrofisik utama pada reservoar.
Beard&Weyl (1973) menunjukkan bahwa porositas dan permeabilitas utama dari sedimen
detritus, yang sudah terendapkan, tergantung pada lima variabel : ukuran, sorting, bentuk
(shape), roundness, orientation, dan susunan butiran.
1. Pengaruh ukuran butir
Porositas secara teoritis tidak tergantung pada ukuran butir. Susunan dari sphere
dengan ukuran yang sama, yang menunjukkan ukuran yang sama, akan mendapatkan
porositas yang sama, tanpa memperhatikan ukuran. Situasi yang ideal, yang cocok
dengan sorting maksimum jarang didapatkan di alam. Suatu waktu kadang dapat di amati
dalam pasir yang sudah dicuci dan diayak. Lebih banyak pada pasir oolitic. Gambar 3.3
dari Dodge (1971) terlihat meyakinkan bahwam diatas tingkat porositas yang
merefleksikan sorting yang baik dan ketidakhadiran semen, porositas tidak bergantung
pada ukuran butir.
Faktanya, Lee(1919), Von Engelhardt (1960) gbr 3.4 mendiskusikan batuan sedimen tua,
dan Rogers & ead (1961) gbr 3.5 dan Pryor (1973), dalam batupasir yang umurnya sama,
menunjukkan porositas menuurn taja, ketika ukuran butir meningkat. Perubahan ini
mungkin disebabkan oleh beberapa faktor yang memiliki hubungan yang tidak langsung
dengan ukuran butir. Batupasir halus memiliki kecenderungan untuk lebih menyudut dan
lebih terorganisir didikarenakan memiliki tingkat kepadatan yang rendah. Maka, mereka
menunjukkan porositas yang lebih tinggi dibandingkan batupasir dengan butiran yang
kasar.
Secara kontras, sebagaimana didemonstrasikan oleh Dodge (1971) gbr 3.6, pada sumur
yang telah dikalibrasi, permeabilitas batupasir meningkat ketika ukuran butir meningkat.
Hal ini dengan mudah dapat dimengeti karena ukuran dari pori dan saluran yang
menghubungkan antara pori yang satu dengan yang lain dibentuk oleh ukuran butir.
makin kecil butiran, makin kecil pori dan begitu juga dengan bagian salurannya.
Ditambah, gaya kapiler akan lebih kuat dan permeabilitas akan berkurang.
2. Pengaruh Sortasi
Sebagaimana yang telang diinvestigasi oleh Rogers & Head (1961) porositas dna
permeabilitas akan meningkat ketika sortasi meningkat (gbr 3.7). sebenarnya, dalam
batupasir dengan sortasi buruk, butiran kecil (matrix) menempati dalam sela-sela yang
kosong pada butiran yang lebih besar. Ditambah lagi, matriks tersebut meninvasi poripori yang besar dan mengisi saluran-saluran besarnya (big canal).

Kombinasi pengaruh ukuran butir dan sortasi pada porositas dan permeabilitas
sudah pernah dipelajari oleh Beard & Weyl (1973). Diilustrasikan pada gbr 3-8.
3. Pengaruh Bentuk (shape) dan Kebundaran (Roundness) Butir
Terlihat bahwa bentuk dan kebundaran mempengaruhi porositas intergranular
(antar butir). Fraseer (1935) datang untuk menyimpulkan bahwa sedimen yang tersusun
oleh butiran yang spherical memiliki porositas yang rendah dibandingkan yang dibentuk
oleh butiran dengan tingkat kebundaran (sphericity) yang rendah. Dia menambahkan
kenyataan bahwa jenis pertama butiran cenderung untuk mengendap (settle) dikarenakan
susunannya yang lebih padat (denser arraggement) daripada jenis yang kedua. Butiran
dengan bentuk spherical yang sediklit dapat bergabung bersama dalam membentuk
volume yang lebih lebar diantara butiran tersebut.
Pengaruh dari bentuk dan kebundaran pada permeabilitas masih belum dapat
diketuahui dengan baik, tapi kita melihat bahwa permeabilitas mengikuti fluktuasi dati
porositas dam hubungannya dengan variasi bentuk dan kebundaran.
4. Pengaruh Orientasi Butiran
Orientasi partikel ditentukan oleh bidang horizontal dan oleh arah arus.
Orientasi kerikil secara umum dapat ditentukan dengan baik, karena ukuran
mereka membuat observasi relatif lebih mudah (gbr 3-9). Perhitungan dan kuantifikasi
orientasi dari butiran yang berukuran kecil (sand,silt) lebih sulit. Bagaimanapun, untuk
butiran non-spherical setelah diobservasi umumnya bahwa orientasi butiran butiran sama
halnya dengan orientasi sumbu maksimum elongate dan sejajar dengan arah arus. Pada
keseluruhannya, orientasi butiran non-phylittic (non-shaly) tidak memberikan pengaruh
pada porositas. Tapi secara kontrast, hal tersebut memiliki pengaruh yang sangat kuat
pada permeabilitas atau lebih tepatnya pada anisotrop atau arah permeabilitas tertinggi.
Ditambah, dalam batupasir channel, arah permeabilitas maksimum adalah sejajar
dengan sumbu pemanjangan tubuh batupasir.
Dalam batupasir pada Litoral Bar, permeabilitas maksimum adalah tegaklurus
dengan sumbu panjang dari tubuh batuan, tapi sejajar dengan arah dominan arus (gbr 310). Orientasi partikel Phyllitic (shale) akan sama halnya dnegan orientasi pada sisi luas
yaitu sejajar dengan bidang perlapisan.
5. Pengaruh Susunan (packing)
Berdasarkan Graton & Fraser (1935), geometri packing yang simpel dari ukuran
sphere yang sama dibuat dalam bentuk yang berbeda-beda (posisi yang beda) (gbr 3-12).
Mereka membuktikan bahwa porositas bervariasi terhadap packing mulai dari 47.64 %
untuk yang terbuka dan 25.95 % untuk yang paling kompak.
Allen (1984) membuat gambaran yang lengkap dari beberapa tipe packing
( ordered, acak arau sembarang).dari partikel yang berbeda bentuk ( sphere, prolate dan
oblate). Dia menyimpulkan bahwa = partikel regular = hanya akan membentuk packing
yang merupakan partikel di alam, yaitu irregular, hanya membentuk packing random atau
sembarang. Kenyataannya, partikel regular dapat berada di alam. Mereka terlihat pada
oolit.

Dia juga menyimpulkan bahwa porositas menurun oleh pelebaran jarak ukuran partikel
yang hadir dalam campuran. Tapi ia meningkat oleh peningkatan partikel yang angular
dan permukaan yang bulat, dan oleh inklusi dari partikel anisometri yang kuat.
Terlihat bahwa permeabilitas harusnya mengikuti perubahan yang sebanding, karena
bagian pori dan kapiler dalam susunan yang kompak lebih kecil daripada yang lainnya.
Gbr 3-13 menunjukkan variasi teoritis dalam permeabilitas unutk geometri ideal packing
dari sphere yang berdiameter 500m.
Secara alamiah, susunan yang paling terbuka tidak pernah dalam kenyataannya muncul
pada formasi yang tua; makin cepat pengaruh kompaksi butiran akan terorganisir
terhadap susunan yang lebih tertutup.
6. Pengaruh Komposisi Mineralogi Butiran
Botiran yang terdiri dari mineral yang berat dan padat akan diendapkan dengan
minerala yang meiliki sama beratanya, sebagai contoh, dengan densitas yang kurang, tapi
ukurannya besar.
Situasi ini akan menghasilkan penurunan sortasi, dan juga porositas serta permeabilitas.
Butiran yang tersusun oleh mineral yang belum matang dan tidak stabil (piroksen,
amfibol, mica, feldspar,) adakan mempengaruhi porositas sedimen dimana ia berada.
Perubahan yang tersembunya akan menyebabkan formasi dari mineral lempung autigenik
( kaolinit, montmorilonit, ilit, chlorit,..) akan menutupi butiran dan menginvasi pori,
ditambah lagi, menyebabkan penurunan utama porositas dan permeabilitas (gbr 3-14).
Tapi jenis dan distribusi mineral autigenik juga harus disadari karena mereka
mempengaruhi permeabilitas dengan cara yang berbeda (gbr 3-15). Pengaruh mereka
telah dipelajari oleh Neasam (1977).
Discrete-partikel atau pore filling dari mineral lempung sebagai contoh kaolinit
dikarakteristikan oleh distribusi yang tidak rata pada pori. Kristal dapat mencapai ukuran
yang besar (lebih dari 10m). sebagaimana kristal tumbuh, ruang pori dan permeabilitas
menurun, walaupun akan ada selalu jumlah yang kecil dari porositas mikro diantara tiap
individu lapisan.
Pore-lining dari mineral lempung, terutama ilit, klorit, dan monmorilonit,
menutupi dinding pori demham lapisan tipis serpih yang sejajar atau tegaklurus dengan
dinding pori (gbr 3-14b), tapi pertumbuhannya tidak mencapai jauh terhadap ruang pori.
Jumlah yang banyak dari porositasmikro dapat muncul diantara serpih, walupun pori
tersebut berdiameter kurang dari m. Jenis dari lempung autigenik ini secara hebat
menurunkan permeabilitas dan juga mempengaruhi kandingan listrik batuan karena kita
mengetahui peningkatan di bagian atas permukaan.
Pore Bridging lempung, secara fundamental serabut ilit (gbr 3-14c), saling
tersambung sepanjang ruang pori. Jenis ini menyebabkan penurunan utama pada
permeabilitas, kala bridging lebih mudah mencapai leher, dan juga mengurangi ukuran
pori. Porositas sedikit terpengaruh karena mikroporositas terjaga diantara diantara serat
yang sangat halus.
7. Pengaruh Komponen Tekstur Lain pada Karakteristik Reservoar
Komponen tekstural lain, matriks dan semen juga memberikan pengaruh penting
pada karakteristik petrofisik dari reservoar detritus.

Ketika persentasi matriks dan atau semen meningkat, porositas dan permeabilitas
akan hilang, sejak partikel halus, yang mengisi matriks, dan semen cenderung untuk
mengisi ruang pori deaintara unsur yang lebih kasar.
Matriks adalah komponen yang santa penting hanya dalam konglomerat, dimana
dalam pasir hanya ada dalam sortasi yang sangat buruk tubuh batupasir.
Semen berkembang seterlah pengendapan baik dalam interaksi kimia diantara
butiran yang tidak stabil dan air formasi, atau oleh sirkulasi larutan dalam ruang pori
dengan gaya hidrodinamik.

Anda mungkin juga menyukai