ABSTRAK
Pemberdayaan masyarakat di sekitar tambang Pulau Gebe melalui pengembangan
perikanan dilakukan sejak tahun 2011 sampai 2014. Kegiatan ini dilakukan bersama 4 institusi
yang terdiri atas perguruan tinggi (Institut Pertanian Bogor, Universitas Khairun), pemerintah
daerah (Halmahera Tengah) dan perusahaan (PT ANTAM Tbk). Metoda pelaksanaan dilakukan
melalui kegiatan pelatihan, pendampingan dan monitoring serta evaluasi.
Dari hasil
pelaksanaan diketahui bahwa masyarakat telah memiliki pengetahuan dan keterampilan yang
lebih baik pada bidang perikanan budidaya. Namun demikian, terdapat beberapa hal yang
perlu menjadi perhatian program terutama berkaitan dengan pemasaran dan pengawetan ikan
(ketika tidak terjual di lokasi, atau akan dibawa ke lokasi di luar Pulau Gebe). Keadaan tersebut
juga berkaitan dengan kondisi listrik dan sistem transportasi.
Kata-kata kunci: Pemberdayaan masyarakat, perikanan budidaya, Pulau Gebe, Maluku Utara
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia memiliki potensi sumberdaya yang cukup besar, baik sumberdaya tidak dapat
pulih (yang terdiri atas minyak, gas, tambang batubara, nikel dan lain-lain) maupun semberdaya
dapat pulih (yang terdiri atas perikanan, kelautan, pertanian, kehutanan, peternakan dan lainlain). Sumberdaya tersebut jika dapat dikelola dengan baik dapat dijadikan sumber utama
perekonomian dan kesejahteraan masyarakat Indonesia
Pembangunan perikanan merupakan salah satu program unggulan di wilayah Indonesia,
khususnya di wilayah bagian timur. Kondisi tersebut memungkinkan karena potensi di wilayah
tersebut masih cukup besar untuk dapat dikelola dan dimanfaatkan. Salah satu wiayah yang
memiliki sumberdaya perikanan cukup besar adalah Pulau Gebe. Pulau ini merupakan salah
satu gugusan kepulauan yang terletak di wilayah timur Kabupaten Halmahera Tengah, Propinsi
Maluku Utara dengan luas 150 km2. Berbagai potensi perikanan dan kelautan yang dimaksud
dapat berupa berbagai komoditas (biota) laut ataupun objek-objek konservasi dan wisata.
1
Namun demikian, upaya pengelolaan sumberdaya alam tersebut masih belum optimal,
subsisten dan belum dijadikan sebagai sumber pendapatan utama masyarakat. Pulau ini juga
merupakan lokasi penambangan nikel.Sejak 1978, PT Antam (Persero) Tbk menambang nikel
di pulau itu hingga izin kontrak karya berakhir tahun 2004dan saat ini memasuki tahap pasca
tambang.
Program pemberdayaan ekonomi masyarakat kecamatan Pulau Gebe merupakan salah
satu bentuk tanggung jawab sosial suatu perusahaan (PT Antam
Tbk)
untuk dapat
2. METODE
2.1. Lokasi dan Waktu
Secara umum kegiatan dilakukan di Kecamatan Pulau Gebe, dan beberapa kegiatan
seperti pelatihan dan sosialisasi dilakukan di luar Kecamatan Pulau Gebe. Program ini
dilaksanakan selama 27 bulan sejak bulan Oktober 2011 Desember 2014.
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Desa
Gambar.1. Pemberian Materi Budidaya Rumput Laut dan Kerapu di Desa Umiyal
Kegiatan budidaya rumput laut dimulai dengan penyediaan beberapa sarana dan
prasarana baik berupa bibit rumput laut, tali ris (Gambar 2) dan rumah jaga. Penyediaan bibit
rumput laut dilakukan oleh Pihak Unkhair dengan membeli dari pembudidaya di kecamatan
Patani.
Pembuatan rumah jaga sangat penting untuk mengawasi rumput laut yang sudah diikat
di tali ris dari kemungkinan pencurian atau serangan penyu. Pembuatan rumah jaga telah
dilakukan dengan memanfaatkan sumberdaya yang ada di sekitar.
Gambar.3. Pemberian Materi Budidaya Rumput Laut dan Kerapu di Desa Umera
Anggota kelompok yang sempat hadir menjelaskan kegiatan rumput laut yang telah
mereka jalankan. Bahwa kegiatan rumput laut di desa Umera sebenarnya berhasil
karena telah terlihat ada pertumbuhan dan sampai pernah panen beberapa puluh
kilo gram.
Kendala selama kegiatan budidaya antara lain fluktuasi musim/cuaca yang membuat
kegiatan budidaya menjadi tidak stabil, keaktifan anggota kelompok yang rendah
serta resiko kegagalan usaha budidaya yang cukup tinggi.
Tanggal
10 Mei
7 Juni
29 Juni
10 Agustus
Total
Bubu lipat
Bubu lipat merupakan alat tangkap bibit ikan kerapu yang diperuntukkan untuk
menambah jumlah bibit kerapu yang didapat dari alam. Kelompok kerapu dapat menggunakan
bubu lipat untuk menangkap kerapu yang terdapat di wilayah sekitarnya untuk dapat dibesarkan
di keramba. Jumlah bubu lipat yang diadakan adalah sebanyak 180 unit. Pengadaan bubu lipat
dilaksanakan pada bulan September 2012.
b. Pelatihan Budidaya Kerapu
Pelatihan budidaya ikan kerapu dilakukan pada bulan April 2012 dengan Peserta
pelatihan terdiri atas kelompok budidaya kerapu Vomoibet Faliyallone (Umera), dan Sapno Tao
(Umiyal) (Gambar 6). Daftar peserta dapat dilihat pada Tabel 3. Instruktur pelatihan terdiri atas
Dr.Ridwan Affandi (IPB), Mufti Abd. Murhum S.Pi. MP (Unkhair), Hardono Manan S.Pi (Pemda),
dan Radi Ihlas A. S.Pi (IPB). Pelaksanaan kegiatan pelatihan difasilitasi oleh Ikhsan Kadir S.Pi.
(pendamping Unkhair), dan Wahid (pendamping lokal desa Umiyal).
Tabel.3. Daftar Peserta Pelatihan Perikanan Budidaya Kerapu
No
1
2
3
4
5
6
7
Nama
Ilham Ishak
Ishak Kibun
Saiful
Nasrun J
Majid
Muddin
Rahman
Desa
Umiyal
Umiyal
Umiyal
Umiyal
Umera
Umera
Umera
Cara penyediaan benih termasuk kriteria benih yang baik untuk digunakan pada kegiatan
budidaya
Cara pembuatan keramba jaring apung untuk budidaya kerapu dan cara
penanaman/metode penanaman untuk rumput laut (pembuatan rakit, longline dan tebar
dasar)
Cara penebaran
Penjarangan populasi
memanfaatkan sarana yang ada untuk melakukan penangkapan ikan kerapu di alam. Hal ini
karena beberapa kendala antara lain: 1) Jumlah kelompok hanya berjumlah 3 orang anggota; 2)
Anggota kelompok belum terbiasa menggunakan sarana yang ada.
Kelompok Kerapu Sapnotao Desa Umiyal
Kondisi kelompok budidaya kerapu Sapnotao di Desa Umiyal cukup mengkhawatirkan.
Jumlah anggota awal 10 orang, saat ini tersisa 3 orang dengan Ketua Pak Ilham. Pak Ilham
(ketua) sekarang sudah bekerja pada Perusahaan di Gebe sebagai Petugas Security.
Berdasarkan kematian benih, maka kelompok melakukan penangkapan kerapu dari alam
dengan menggunakan alat bantu kompresor udara dan perahu kayu. Dari hasil penangkapan
sudah dilakukan 1 kali penjualan dengan banyak ikan sekitar 200 Kg, dan nilai jual Rp 14jt. Saat
ini kelompok kerapu tidak melakukan penangkapan dikarenakan sedang musim angin selatan
(mengakibatkan ombak dan arus laut yang kuat/ berbahaya), berdasarkan hal ini kelompok
rencananya akan melakukan penangkapan lobster yang dilakukan di daerah pesisir terhindar
dari arus laut
3.1.3. Budidaya Lobster
Salah satu sumberdaya laut yang potensial untuk di manfaatkan sebagai sumber
penghasilan masyarakat setempat adalah udang barong (lobster). Habitat biota ini di perairan
berkarang di sekeliling pulau Gebe dan pulau sekitarnya.
Kegiatan budidaya lobster sesuai dengan perencanaan anggaran, dilaksanakan pada
kwartal 2 ini. Kegiatan pengembangan budidaya lobster dilakukan dengan penyediaan sarana
dan prasarana serta pelatihan budidaya lobster.
a. Penyediaan Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana lobster tidak jauh berbeda dengan yang dibutuhkan oleh
kelompok budidaya kerapu, antara lain keramba jaring apung, bubu lipat, gilnet dasar, dan
kompresor serta regulator. Keramba sebagai wadah penyimpanan dan pembesaran lobster dan
bubu lipat sebagai alat penangkapan lobster. Di samping sarana tersebut terdapat sarana
pendukung lain yaitu gilnet dasar yang berfungsi untuk menangkap ikan sebagai tambahan
penghasilan dan kebutuhan pangan kelompok budidaya lobster. Keramba jaring apung untuk
lobster yang sudah terbangun saat ini adalah dua unit dan dari target tiga. Untuk kompressor
dan regulator selam dari target tiga unit, semuanya sudah diadakan dan diserahkan ke
kelompok (Tabel 4).
11
Target
Realisasi
(unit)
(unit)
150
Terdistribusi
unit
keterangan
150
terdistribusi
Terdistribusi
Gilnet dasar
36
36
36
Terdistribusi
Bubu Lipat
Tempat
Peserta
Materi
2.
Tempat
Peserta
Materi
: 25 September 2012
Tempat
: Desa Elfanun
Materi
Dalam pelatihan, muncul beberapa informasi yang dari hasil diskusi, antara lain: 1)
Potensi habitat lobster masih tinggi dapat dilihat dari hasil tangkapan tahun 2011 mencapai
1600 kg dan pada tahun 2012 hingga bulan Agustus hasil tangkapan mencapai 1200 kg (bagian
Utara Pulau Gebe).; 2) Daerah penangkapan lobster masih di perairan yang tidak terlalu dalam.
Kedalaman penangkapan berkaitan dengan kemampuan dan pengalaman dari nelayan yang
bersangkutan; 3) Jenis lobster yang tertangkap di bagian utara pulau Gebe umumnya jenis batu
sedangkan di bagian selatan pulau Gebe umumnya jenis bambu dan batik; 4) Penampungan
lobster yang sudah dilakukan nelayan adalah menggunakan bak-bak beton yang dilengkapi
dengan aerasi dan sirkulasi air sederhana; 5) Pengangkutan lobster hidup menggunakan sistem
loring.
Adapun kendala yang masih dirasakan nelayan lobster adalah: 1) Penangkapan lobster
masih tergantung musim; 2) Ketersediaan peralatan penyelaman terbatas sehingga operasi
penangkapan lobster masih terkendala 3) Pengangkutan hasil tangkapan masih tergantung
jadwal penerbangan; 4) Kematian selama di penampungan masih tinggi terutama jika hasil
tangkapan cukup banyak; 5) Keterbatasan dalam mengoperasikan sisten resirkulasi air karena
terbatasnya masa operasi listrik (hanya malam hari).
13
Padat penebaran
Manajemen kelompok
Perawatan KJA
Pada perawatan KJA mereka menyampaikan kegiatan-kegiatan yang dilakukan
untuk memastikan bangunan KJA tetap aman dari kerusakan.
Manajemen Kelompok
Ketua kelompok mempertanyakan beberapa anggota yang tidak aktif lagi.
Kelompok lobster melakukan operasi penangkapan selama 2 bulan kedepan (AprilMei) untuk memenuhi target produksi 4 petak KJA yang dimiliki dapat terisi oleh
lobster.
14
Pertemuan lanjutan dilakukan di rumah pendamping lokal (sekdes) dengan tujuan untuk
menyampaikan materi tentang manajemen dan teknis budidaya pembesaran/penampungan
lobster.
Secara umum materi yang disampaikan sama dengan materi yang diberikan pada kelompok
lobster di umera.
Secara umum unit usaha kelompok lobster kaka jeelbei telah terfasilitasi. Pada saat yang
sama beberapa anggota masyarakat juga mempertannyakan keberadaan kelompok lobster
yang belum juga melakukan operasi penangkapan.
Untuk itu dalam diskusi banyak yang didiskusikan adalah bagimana mencari jalan keluar
agar kelompok dapat mulai memanfaatkan sarana yang telah difasilitasi yakni beroperasi
menangkap lobster di alam.
3.2. Pembahasan
Kegiatan pemberdayaan masyarakat di Pulau Gebe, pelaksanaannya berbasis pada
teori kemitraan yang dilaksanakan melalui 3 pilar, antara lain perguruan tinggi, perusahaan dan
pemerintahan daerah. Dari sisi organisasi kegiatan ini memiliki peluang berhasil yang cukup
15
tinggi, namun dalam pelaksanaan terdapat beberapa hal yang mesti diperhatikan, antara lain:
komunikasi yang intensif antar lembara, keterbukaan, dan juga pembinaan (kemitraan).
Pada pelaksanaan kegiatan dapat dibagi sesuai tanggung jawab dan keahlian masingmasing tenaga ahli ataupun juga dapat dilakukan secara bersama. Namun demikian berkaitan
dengan system penganggaran, biasanya kegiatan tersebut akan menyesuaikan dengan institusi
sumber penganggaran.
(cemburu yang mengakibatkan hilangnya target budidaya, rumput laut, ikan), dan keamanan
menjadi hal yang sangat diperhatikan.
Dalam pelaksanaan kegiatan ini, pemasaran juga merupakan faktor penting dalam
keberhasilan budidaya. Sejak diberlakukan aturan pemerintah berkaitan dengan dilarangnya
beroperasional kapal tangkap atau pendataan berkaitan dengan izin layar kapal ikan, imbasnya
juga terdapat pada budidaya ikan di daerah ini. Terlebih-lebih ada pembatasan atau larangan
konsumsi ikan berharga mahal seperti kerapu tikus, juga menjadi salah satu faktor penting
untuk mengembangkan kegiatan budidaya di wilayah ini dan semua wilayah di Indonesia.
Transportasi ke wilayah ini juga cukup sulit, meskipun ada penerbangan regular (2-3 kali
per minggu) dan kapal laut ( sekali per 2-3 minggu). Sering kali hasil perikanan tidak maksimal
karena berkaitan dengan system transportasi ini.
tersebut, upaya pemangkasan lack transportation antara Pulau Gebe dan Pattani mesti segera
16
ditangani, misalnya dengan memberikan perahu penghubung yang layak layar antara ke dua
wilayah tersebut.
4. KESIMPULAN DAN SARAN
Pemberdayaan masyarakat di sekitar tambang Pulau Gebe melalui pengembangan
perikanan dilakukan sejak tahun 2011 sampai 2014.
bersama 4 institusi yang mencakup perguruan tinggi (Institut Pertanian Bogor, Universitas
Khairun), pemerintah daerah (Halmahera Tengah) dan perusahaan (PT ANTAM Tbk). Metoda
pelaksanaan dilakukan melalui kegiatan pelatihan, pendampingan dan monitoring serta evaluasi
Dari hasil kegiatan tersebut diperoleh beberapa kesimpulan a.l.: Masyarakat yang dilatih telah
memiliki keterampilan dan pengetahuan yang lebih baik pada bidang perikanan (budidaya).
Beberapa kegiatan dapat dikatakan
lobster, ikan kerapu dan rumput laut. Namun demikian, terdapat beberapa hal yang perlu
menjadi perhatian terutama pemasaran dan pengawetan ikan (ketika tidak terjual di lokasi, atau
akan dibawa ke lokasi di luar Pulau Gebe). Kondisi tersebut berkaitan dengan ketersediaan
sumber energy listrik dan sistem transportasi. Selain itu, faktor keamanan dan kecemburuan
sosial juga mesti diperhatikan sebagai salah satu factor yang juga menentuakan keberhasilan.
UCAPAN TERIMA KASIH
Kami sampaikan ucapan terima kasih kepada Direktur, Senior Manajer, Wakil Senior
Manajer dan staf dari PT Antam TBk sebagi instansi pemberi dana pada kegiatan ini. Kegiatan
pemberdayaan masyarakat berbasis perikanan (budidaya) ini merupakan salah satu dari
beberapa kegiatan program CSR perusahaan tersebut.
Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada Bp Camat, Bp Kepala Desa para
pendamping local di Pulau Gebe dan masyarakat binaan (pembudidaya) di wilayah tersebut.
17