Anda di halaman 1dari 17

PENGALAMAN PEMBELAJARAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SEKITAR

TAMBANG MELALUI PENGEMBANGAN PERIKANAN (BUDIDAYA) DI PULAU


GEBE, MALUKU UTARA
Sulistiono1,2) , Mufti Murhum3), dan Hardono4), Radi I Albani1), Tomi Saeful Hakim1),
Ikhsan3)
1)

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor


2)
Pusat Reklamasi Tambang, Institut Pertanian Bogor
3)
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Khairun
4)
Dinas Kelautan dan Perikanan, Pemda Halmahera Tengah

ABSTRAK
Pemberdayaan masyarakat di sekitar tambang Pulau Gebe melalui pengembangan
perikanan dilakukan sejak tahun 2011 sampai 2014. Kegiatan ini dilakukan bersama 4 institusi
yang terdiri atas perguruan tinggi (Institut Pertanian Bogor, Universitas Khairun), pemerintah
daerah (Halmahera Tengah) dan perusahaan (PT ANTAM Tbk). Metoda pelaksanaan dilakukan
melalui kegiatan pelatihan, pendampingan dan monitoring serta evaluasi.
Dari hasil
pelaksanaan diketahui bahwa masyarakat telah memiliki pengetahuan dan keterampilan yang
lebih baik pada bidang perikanan budidaya. Namun demikian, terdapat beberapa hal yang
perlu menjadi perhatian program terutama berkaitan dengan pemasaran dan pengawetan ikan
(ketika tidak terjual di lokasi, atau akan dibawa ke lokasi di luar Pulau Gebe). Keadaan tersebut
juga berkaitan dengan kondisi listrik dan sistem transportasi.
Kata-kata kunci: Pemberdayaan masyarakat, perikanan budidaya, Pulau Gebe, Maluku Utara

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia memiliki potensi sumberdaya yang cukup besar, baik sumberdaya tidak dapat
pulih (yang terdiri atas minyak, gas, tambang batubara, nikel dan lain-lain) maupun semberdaya
dapat pulih (yang terdiri atas perikanan, kelautan, pertanian, kehutanan, peternakan dan lainlain). Sumberdaya tersebut jika dapat dikelola dengan baik dapat dijadikan sumber utama
perekonomian dan kesejahteraan masyarakat Indonesia
Pembangunan perikanan merupakan salah satu program unggulan di wilayah Indonesia,
khususnya di wilayah bagian timur. Kondisi tersebut memungkinkan karena potensi di wilayah
tersebut masih cukup besar untuk dapat dikelola dan dimanfaatkan. Salah satu wiayah yang
memiliki sumberdaya perikanan cukup besar adalah Pulau Gebe. Pulau ini merupakan salah
satu gugusan kepulauan yang terletak di wilayah timur Kabupaten Halmahera Tengah, Propinsi
Maluku Utara dengan luas 150 km2. Berbagai potensi perikanan dan kelautan yang dimaksud
dapat berupa berbagai komoditas (biota) laut ataupun objek-objek konservasi dan wisata.
1

Namun demikian, upaya pengelolaan sumberdaya alam tersebut masih belum optimal,
subsisten dan belum dijadikan sebagai sumber pendapatan utama masyarakat. Pulau ini juga
merupakan lokasi penambangan nikel.Sejak 1978, PT Antam (Persero) Tbk menambang nikel
di pulau itu hingga izin kontrak karya berakhir tahun 2004dan saat ini memasuki tahap pasca
tambang.
Program pemberdayaan ekonomi masyarakat kecamatan Pulau Gebe merupakan salah
satu bentuk tanggung jawab sosial suatu perusahaan (PT Antam

Tbk)

untuk dapat

memberikan kontribusi pengembangan manusia, ekonomi, dan lingkungan di Kecamatan Pulau


Gebe. Program ini dilaksanakan melalui kerjasama antara PT Antam (Persero) Tbk, Pemkab
Halmahera Tengah, LPPM IPB dan LPPM Unkhair.
1.2 Tujuan
Secara umum tujuan program ini adalah untuk memberdayakan ekonomi masyarakat
melalui kegiatan perikanan. Sedangkan secara khusus program ini bertujuan:
a. Meningkatkan pengetahuan tentang perikanan budidaya
b. Memperkenalkan teknologi budidaya
Diharpakan dari program ini adalah meningkatnya pendapatan masyarakat Pulau Gebe
terutama para pembudidaya perairan.

2. METODE
2.1. Lokasi dan Waktu
Secara umum kegiatan dilakukan di Kecamatan Pulau Gebe, dan beberapa kegiatan
seperti pelatihan dan sosialisasi dilakukan di luar Kecamatan Pulau Gebe. Program ini
dilaksanakan selama 27 bulan sejak bulan Oktober 2011 Desember 2014.

2.2. Metode Pelaksanaan


Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan dengan beberapa metode yang meliputi sosilisasi,
perekrutan pendamping, pelatihan dan pendampingan. Secara khusus kegiatan dibagi dalam
beberapa tahap kegiatan, sebagai berikut:
1. Melakukan persiapan pendampingan melalui perekrutan dan pelatihan tenaga
pendamping
2. Melakukan implementasi program pemberdayaan ekonomi masyarakat di bidang
perikanan budidaya
3. Melakukan pendampingan di bidang di bidang perikanan budidaya
2

4. Melakukan inisiasi pemasaran


2.2.1. Sosialisasi
Dalam rangka pelaksanaan program kegiatan di masyarakat, perlu dilakukan sosialisasi
agar masyarakat mengetahui ruang lingkup program dan dapat mempersiapkan dirinya untuk
terlibat aktif dalam Program. Kegiatan sosialisasi merupakan kegiatan awal di masyarakat
sebelum kegiatan teknis dilakukan.

2.2.2. Perekrutan Pendamping


Pendamping terdiri dari pendamping teknis dan pendamping lokal. Pendamping teknis
merupakan pendamping yang memiliki keahlian di bidang perikanan. Pendamping lokal
merupakan penduduk asli yang direkrut mewakili masing-masing desa untuk dapat membantu
menyukseskan program dan kegiatan yang diselenggarakan oleh pelaksana kegiatan.
Perekrutan pendamping local dilakukan oleh Camat Pulau Gebe yang disahkan melalui SK
Camat.
2.2.3. Pelatihan
Kegiatan pelatihan di masyarakat dilakukan dengan metode pemaparan, diskusi dan
praktek. Media yang digunakan adalah projector dan kertas plano. Sebelum dilakukan
pelatihan, pendamping teknis bersama dengan pendamping lokal melakukan sosialisasi
pelatihan terlebih dahulu kepada kelompok yang akan dilatih di setiap desa sehingga setiap
anggota kelompok dapat mempersiapkan diri dan meluangkan waktunya untuk kegiatan
pelatihan. .
2.2.4. Pendampingan
Kegiatan pendampingan dilakukan dengan cara membina setiap kelompok di masingmasing desa. Pendampingan ini juga berfungsi untuk memastikan bahwa kegiatan yang
dilaksanakan di masyarakat dapat berjalan sesuai yang diharapkan. Pendampingan tersebut
mencakup fasilitasi (pemberian motivasi dan kesempatan), penguatan (pendidikan dan
pelatihan), perlindungan (konsultasi dan membangun jaringan kerja), dan pendukungan
(pemberian keterampilan praktis).

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1. Hasil
3.1.1. Budidaya Rumput Laut
Kegiatan budidaya rumput laut dilaksanakan di Desa Umera (1 kelompok) dan Desa
Umiyal (1 kelompok) sesuai dengan pemetaan minat kelompok yang sudah terbentuk. Kegiatan
budidaya rumput laut meliputi kegiatan penyediaan bibit, penyediaan prasarana budidaya dan
pelatihan budidaya.
a. Pelatihan Budidaya Rumput Laut
Pelatihan budidaya perikanan dilaksanakan di Desa Yoi dan Desa Umera Kecamatan
Pulau Gebe, Maluku Utara pada tanggal 12 - 16 april 2012. Materi pelatihan terdiri dari 1) cara
penanaman rumput laut, 2) cara membersihkan rumput laut dari lumpur dan sampah yang
menempel, 3) cara penyulaman rumput laut yang rusak atau hilang karena arus atau hama, dan
4) cara pengendalian penyakit dan ikan pengganggu (ikan karnivora). Anggota pelatihan terdiri
atas beberapa masyarakat (Tabel 1).

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Tabel.1. Daftar Peserta Pelatihan Perikanan Budidaya


Nama
Kelompok
Idris
Rumput Laut
Umiyal
Isra
Rumput Laut
Umiyal
Ahmad
Rumput Laut
Umiyal
Abdul Hakim
Rumput Laut
Umiyal
Hulida
Rumput Laut
Umera
Harfan
Rumput Laut
Umera
Haris
Rumput Laut
Umera
Kifli
Rumput Laut
Umera
Ali
Rumput Laut
Umera
Jaenuddin
Rumput Laut
Umera
Hamid
Rumput Laut
Umera

Desa

Pelatihan Kelompok Rumput Laut Desa Umiyal


Pelatihan budidaya rumput laut di desa Umiyal dihadiri 4 orang anggota dari total 10
anggota kelompok, karena sebagian anggota sedang melakukan aktivitas berkebun ke Pulau
Sain. Peserta yang mengikuti pelatihan cukup antusias untuk mengikuti kegiatan (Gambar 1).

Gambar.1. Pemberian Materi Budidaya Rumput Laut dan Kerapu di Desa Umiyal

Kegiatan budidaya rumput laut dimulai dengan penyediaan beberapa sarana dan
prasarana baik berupa bibit rumput laut, tali ris (Gambar 2) dan rumah jaga. Penyediaan bibit
rumput laut dilakukan oleh Pihak Unkhair dengan membeli dari pembudidaya di kecamatan
Patani.
Pembuatan rumah jaga sangat penting untuk mengawasi rumput laut yang sudah diikat
di tali ris dari kemungkinan pencurian atau serangan penyu. Pembuatan rumah jaga telah
dilakukan dengan memanfaatkan sumberdaya yang ada di sekitar.

Gambar.2. Pemasangan bibit rumput laut di Telaga Yoi


Pelatihan Kelompok Rumput Laut Umera
Pelatihan budidaya rumput laut di Umera dihadiri 7 orang anggota kelompok (total
anggota 8 orang). Kelompok ini merupakan kelompok yang dibentuk secara mandiri oleh
anggota kelompoknya atas dasar kemauan yang tinggi untuk berusaha di bidang budidaya
rumput laut (Gambar 3, 4).
Sebagai bagian dari program kegiatan budidaya, kelompok telah membuat rumah jaga
atau yang mereka sebut gudang, yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan sarana budidaya
rumput laut dan tempat pengawasan rumput laut.

Gambar.3. Pemberian Materi Budidaya Rumput Laut dan Kerapu di Desa Umera

Gambar.4. Gudang untuk Kegiatan Budidaya Rumput Laut di Desa Umera

Evaluasi perkembangan dan keberlanjutan kelompok budidaya rumput laut


a. Kelompok budidaya rumput laut Magpapo (Umiyal)
Untuk memastikan keberlanjutan kegiatan kelompok budidaya rumput laut dan setelah
diskusi dengan pendamping teknis dan lokal, maka disepakati persetujuan
keberlanjutan usaha budidaya rumput laut disesuaikan dengan hasil rapat anggota
kelompok tertanggal 2 Agustus 2012 dengan agenda membicarakan keberjanjutan
kegiatan kelompok. Dimana dari hasil pertemuan itu menyepakati kelompok tidak
berkeinginan lagi untuk berusaha budidaya rumput laut dan meminta untuk kegiatan
dapat dialikan menjadi kegiatan budidaya pembesaran kerapu.
b. Kelompok budidaya rumput laut desa Umera
Pertemuan untuk melakukan evaluasi dan memastikan keberlanjutan usaha budidaya
rumput laut di Desa Umera dilakukan di rumah pendamping lokal/kades umera. Hasil
pertemuan antara lain ;

Anggota kelompok yang sempat hadir menjelaskan kegiatan rumput laut yang telah
mereka jalankan. Bahwa kegiatan rumput laut di desa Umera sebenarnya berhasil
karena telah terlihat ada pertumbuhan dan sampai pernah panen beberapa puluh
kilo gram.

Kendala selama kegiatan budidaya antara lain fluktuasi musim/cuaca yang membuat
kegiatan budidaya menjadi tidak stabil, keaktifan anggota kelompok yang rendah
serta resiko kegagalan usaha budidaya yang cukup tinggi.

3.1.2. Budidaya Ikan Kerapu


Kegiatan budidaya ikan kerapu dilaksanakan di Desa Umera dan Desa Umiyal sesuai
dengan pemetaan minat kelompok yang sudah terbentuk. Kegiatan budidaya ikan kerapu
meliputi kegiatan penyediaan sarana dan prasana, pelatihan budidaya, dan pendampingan.
a. Pengadaan Sarana dan Prasarana Budidaya Kerapu
Bibit kerapu
Pembelian bibit kerapu dilaksanakan beberapa tahap pada tahun 2012 dengan total
3500 bibit (Tabel 2). Bibit kerapu didatangkan dari penyedia bibit dari Bali yang sudah
berpengalaman dalam pengiriman bibit. Pengiriman bibit kerapu dilakukan menggunakan cargo
dari Bali sampai ke Ternate, kemudian bibit akan ditangani dan dibawa ke Pulau Gebe oleh
pendamping perikanan. Bibit yang dibeli berukuran 5 cm, yang dibesarkan oleh kelompok
kerapu di keramba jaring apung yang telah dibuat.
Tabel.2. Jadwal pengadaan bibit ikan kerapu pada tahun 2012

Tanggal
10 Mei
7 Juni
29 Juni
10 Agustus
Total

Jumlah pengadaan bibit (unit)


600
700
700
1500
3500

Keramba jaring apung


Keramba jaring apung merupakan sarana yang berfungsi untuk menampung ikan
kerapu sampai mencapai ukuran tertentu hingga layak untuk dapat dijual/dikonsumsi.
Pembuatan keramba jaring apung dilakukan sejak kwartal 4 dan saat ini sudah dimanfaatkan
oleh kelompok (Gambar 5). Jumlah keramba saat ini adalah 3 unit (2 unit di Umera; 1 unit di
Umiyal).

Gambar.5. Pembuatan dan penggunaan keramba jaring apung

Bubu lipat
Bubu lipat merupakan alat tangkap bibit ikan kerapu yang diperuntukkan untuk
menambah jumlah bibit kerapu yang didapat dari alam. Kelompok kerapu dapat menggunakan
bubu lipat untuk menangkap kerapu yang terdapat di wilayah sekitarnya untuk dapat dibesarkan
di keramba. Jumlah bubu lipat yang diadakan adalah sebanyak 180 unit. Pengadaan bubu lipat
dilaksanakan pada bulan September 2012.
b. Pelatihan Budidaya Kerapu
Pelatihan budidaya ikan kerapu dilakukan pada bulan April 2012 dengan Peserta
pelatihan terdiri atas kelompok budidaya kerapu Vomoibet Faliyallone (Umera), dan Sapno Tao
(Umiyal) (Gambar 6). Daftar peserta dapat dilihat pada Tabel 3. Instruktur pelatihan terdiri atas
Dr.Ridwan Affandi (IPB), Mufti Abd. Murhum S.Pi. MP (Unkhair), Hardono Manan S.Pi (Pemda),
dan Radi Ihlas A. S.Pi (IPB). Pelaksanaan kegiatan pelatihan difasilitasi oleh Ikhsan Kadir S.Pi.
(pendamping Unkhair), dan Wahid (pendamping lokal desa Umiyal).
Tabel.3. Daftar Peserta Pelatihan Perikanan Budidaya Kerapu
No
1
2
3
4
5
6
7

Nama
Ilham Ishak
Ishak Kibun
Saiful
Nasrun J
Majid
Muddin
Rahman

Desa
Umiyal
Umiyal
Umiyal
Umiyal
Umera
Umera
Umera

Gambar.6. Pemberian Materi Budidaya Kerapu di Desa Umera


Pelatihan Program Perikanan Budidaya meliputi pemberian materi secara teori dan
praktek budidaya rumput laut dan ikan kerapu.Pada pelatihan ini diberikan materi berupa:

Cara penyediaan benih termasuk kriteria benih yang baik untuk digunakan pada kegiatan
budidaya

Cara pembuatan keramba jaring apung untuk budidaya kerapu dan cara
penanaman/metode penanaman untuk rumput laut (pembuatan rakit, longline dan tebar
dasar)

Cara pemeliharaan ikan kerapu yang meliputi :


-

padat tebar dan ukuran benih pada saat tebar

Cara penebaran

Penjarangan populasi

Cara pemberian pakan (jumlah dan waktu pemberian pakan)

Pengontrolan dan pengendalian kesehatan ikan, dll

a. Kelompok kerapu UTA SAPNOTAO Desa Umiyal


Kegiatan kunjungan dan pertemuan dengan kelompok kerapu dilakukan pada tanggal
21-22 Maret 2013. Kegiatan Usaha telah kembangkan dan dihasilkan antara lain :
1. Pembesaran ikan kerapu tikus yang benihnya didatangkan dari luar (Balai Budidaya Ikan):
Kegiatan pembesaran ikan kerapu yang diberikan telah menunjukan perkembangan yang
baik.
2. Penangkapan ikan kerapu (semua jenis) dan ikan napolion (mamin) di perairan alam :
Kegiatan penangkapan ikan kerapu dan ikan mamin di alam baru dilakukan pada kuartal 3
tahun 2013. Hasil tangkapan dari satu kali operasi (bulan februari 2013/waktu evektif 2,5
minggu) sebanyak 34 ekor dengan rincian ikan kerapu (semua jenis) 18 ekor dengan
ukuran rata-rata 5-10 kg dan ikan mamin sebanyak 16 ekor dengan ukuran rata-rata 5-10
kg. Hasil tangkapan tersebut masih dipelihara dalam KJA.
9

Kendala dan solusi :


Hasil tangkapan yang ada belum dapat dipelihara dengan baik karena ;
1. Kelompok belum memiliki alat tangkap yang memadai untuk menangkap ikan segara
bahan baku pakan rucah
2. Ikan budidaya dan hasil tangkapan dari alam belum diberikan makanan yang cukup dengan
porsih yang layak.

b. Kelompok budidaya kerapu Vomoibet Faliyallone (Umera)


Kegiatan Usaha yang telah kembangkan dan dihasilkan antara lain :
1. Pembesaran ikan kerapu tikus yang benihnya didatangkan dari luar (Balai Budidaya Ikan):
Kegiatan pembesaran ikan kerapu yang diberikan telah menunjukan perkembangan yang
cukup baik, dimana sampai saat ini jumlah ikan yang dapat hidup dengan kondisi
pertumbuhan yang baik sebanyak 1200 ekor dengan ukuran rata-rata 20-25 cm dengan
lama waktu budidaya 10 bulan.
2. Tidak seperti pada kelompok kerapu Uta Sapnotao Desa Umiyal yang telah memanfaatkan
sarana kompresor dan regulator yang telah diberikan, kelompok Kerapu Vomoibet
Faliyallone Desa Umera belum memanfaatkan sarana yang ada untuk melakukan
penangkapan ikan kerapu di alam. Hal ini karena beberapa kendala antara lain :
1. Jumlah kelompok yang sampai saat ini tinggal 3 orang anggota
2. Tiga orang anggota tersebut belum terbiasa menggunakan sarana yang ada.
3. Perahu dan mesin belum diadakan.
Untuk memanfaatkan sarana yang ada maka kelompok telah bersepakat pada saat
pertemuan untuk mengajak pihak lain (orang lain) yang sudah terbiasa menggunakan sarana
yang ada dengan sistem sewa/bagi hasil. Tentang hal ini akan difasilitasi pendamping
perikanan budidaya desa umera untuk mengadakannya.
c. Perkembangan kelompok
Kelompok Kerapu Vomoibet Faliyallone Desa Umera
Kegiatan pembesaran ikan kerapu yang diberikan telah menunjukan perkembangan
yang cukup baik, dimana sampai saat ini jumlah ikan yang dapat hidup dengan kondisi
pertumbuhan yang baik sebanyak 1200 ekor dengan ukuran rata-rata 20-25 cm dengan lama
waktu budidaya 10 bulan.
Kelompok Vomoibet Faliyallone telah diberikan sarana kompresor, regulator dan perahu
katinting untuk digunakan dalam penangkapan kerapu di alam, namun kelompok belum
10

memanfaatkan sarana yang ada untuk melakukan penangkapan ikan kerapu di alam. Hal ini
karena beberapa kendala antara lain: 1) Jumlah kelompok hanya berjumlah 3 orang anggota; 2)
Anggota kelompok belum terbiasa menggunakan sarana yang ada.
Kelompok Kerapu Sapnotao Desa Umiyal
Kondisi kelompok budidaya kerapu Sapnotao di Desa Umiyal cukup mengkhawatirkan.
Jumlah anggota awal 10 orang, saat ini tersisa 3 orang dengan Ketua Pak Ilham. Pak Ilham
(ketua) sekarang sudah bekerja pada Perusahaan di Gebe sebagai Petugas Security.
Berdasarkan kematian benih, maka kelompok melakukan penangkapan kerapu dari alam
dengan menggunakan alat bantu kompresor udara dan perahu kayu. Dari hasil penangkapan
sudah dilakukan 1 kali penjualan dengan banyak ikan sekitar 200 Kg, dan nilai jual Rp 14jt. Saat
ini kelompok kerapu tidak melakukan penangkapan dikarenakan sedang musim angin selatan
(mengakibatkan ombak dan arus laut yang kuat/ berbahaya), berdasarkan hal ini kelompok
rencananya akan melakukan penangkapan lobster yang dilakukan di daerah pesisir terhindar
dari arus laut
3.1.3. Budidaya Lobster
Salah satu sumberdaya laut yang potensial untuk di manfaatkan sebagai sumber
penghasilan masyarakat setempat adalah udang barong (lobster). Habitat biota ini di perairan
berkarang di sekeliling pulau Gebe dan pulau sekitarnya.
Kegiatan budidaya lobster sesuai dengan perencanaan anggaran, dilaksanakan pada
kwartal 2 ini. Kegiatan pengembangan budidaya lobster dilakukan dengan penyediaan sarana
dan prasarana serta pelatihan budidaya lobster.
a. Penyediaan Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana lobster tidak jauh berbeda dengan yang dibutuhkan oleh
kelompok budidaya kerapu, antara lain keramba jaring apung, bubu lipat, gilnet dasar, dan
kompresor serta regulator. Keramba sebagai wadah penyimpanan dan pembesaran lobster dan
bubu lipat sebagai alat penangkapan lobster. Di samping sarana tersebut terdapat sarana
pendukung lain yaitu gilnet dasar yang berfungsi untuk menangkap ikan sebagai tambahan
penghasilan dan kebutuhan pangan kelompok budidaya lobster. Keramba jaring apung untuk
lobster yang sudah terbangun saat ini adalah dua unit dan dari target tiga. Untuk kompressor
dan regulator selam dari target tiga unit, semuanya sudah diadakan dan diserahkan ke
kelompok (Tabel 4).
11

Tabel.4. Status pengadaan sarana prasarana budidaya lobster


Jenis sarana

Target

Realisasi

(unit)

(unit)

150

Kompresor & Regulator

Terdistribusi
unit

keterangan

150

Tidak sesuai kebutuhan

terdistribusi

Keramba Jaring Apung

Terdistribusi

Gilnet dasar

36

36

36

Terdistribusi

Bubu Lipat

b. Pelatihan Budidaya Lobster


Saat ini lobster di perairan pulau Gebe telah di eksploitasi oleh masyarakat setempat
pada tingkat yang masih rendah akibat kondisi alam yang kurang mendukung aktivitas
penangkapan, terbatasnya fasilitas penangkapan, dan fasilitas & pengetahuan penanganan
pasca penangkapan serta permodalan usaha.
Hasil tangkapan lobster tidak seluruhnya masuk ke dalam ukuran pasar (ukuran
konsumsi), dan tidak selalu mencapai jumlah (bobot) yang layak untuk dijual, serta tidak sinkron
dengan jadwal pemberangkatan pesawat atau kapal laut yang menuju tempat penampung
besar (Ternate, Sorong). Sehubungan dengan hal tersebut diperlukan teknik penanganan dan
pemeliharaan sementara lobster hasil penangkapan pada wadah penampungan yang layak
hingga siap di transportasikan.
Pelatihan bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang cara penanganan dan
pemeliharaan lobster hasil tangkapan hingga siap di transportasikan dan membesarkan lobster
ukuran kecil hingga mencapai ukuran pasar (ukuran konsumsi) (Gambar 7)..
Pelaksanaan Kegiatan:
1. Pelaksanaan kegiatan pelatihan di Desa Umera
Waktu

: Jumat dan Sabtu, 21-22 September 2012

Tempat

: Rumah Sekdes Umera

Peserta

: Kelompok penangkap lobster berjumlah 8 orang

Materi

: Teknik penanganan dan pemeliharaan lobster hasil tangkapan dari


alam dan teknik pengangkutan lobster hidup

2.

Pelaksanaan kegiatan pelatihan penanganan dan pemeliharaan lobster di Desa Umiyal


(Pulau Yoi)
Waktu

: Minggu, 23 September 2012

Tempat

: Balai Desa Umiyal


12

Peserta

: Kelompok penangkap lobster berjumlah 8 orang

Materi

: Teknik penanganan dan pemeliharaan lobster hasil tangkapan dan


teknik pengangkutan lobster hidup

3. Diskusi dengan pengusaha pengumpul lobster dan kunjungan ke tempat penampungan


lobster
Waktu

: 25 September 2012

Tempat

: Desa Elfanun

Materi

: Diskusi tentang permasalahan lobster, hambatan dan peluang


pengembangannya

Nara Sumber : Pak Bambang

Gambar.7. Pelatihan Lobster di Desa Umera dan Desa Umiyal

Dalam pelatihan, muncul beberapa informasi yang dari hasil diskusi, antara lain: 1)
Potensi habitat lobster masih tinggi dapat dilihat dari hasil tangkapan tahun 2011 mencapai
1600 kg dan pada tahun 2012 hingga bulan Agustus hasil tangkapan mencapai 1200 kg (bagian
Utara Pulau Gebe).; 2) Daerah penangkapan lobster masih di perairan yang tidak terlalu dalam.
Kedalaman penangkapan berkaitan dengan kemampuan dan pengalaman dari nelayan yang
bersangkutan; 3) Jenis lobster yang tertangkap di bagian utara pulau Gebe umumnya jenis batu
sedangkan di bagian selatan pulau Gebe umumnya jenis bambu dan batik; 4) Penampungan
lobster yang sudah dilakukan nelayan adalah menggunakan bak-bak beton yang dilengkapi
dengan aerasi dan sirkulasi air sederhana; 5) Pengangkutan lobster hidup menggunakan sistem
loring.
Adapun kendala yang masih dirasakan nelayan lobster adalah: 1) Penangkapan lobster
masih tergantung musim; 2) Ketersediaan peralatan penyelaman terbatas sehingga operasi
penangkapan lobster masih terkendala 3) Pengangkutan hasil tangkapan masih tergantung
jadwal penerbangan; 4) Kematian selama di penampungan masih tinggi terutama jika hasil
tangkapan cukup banyak; 5) Keterbatasan dalam mengoperasikan sisten resirkulasi air karena
terbatasnya masa operasi listrik (hanya malam hari).
13

Kelompok budidaya lobster Uta Sapo (Umiyal)


Kegiatan pertemuan dalam bentuk Focus Grop Discusion (FGD) dilakukan TA (tenaga
ahli) bersama pendamping teknis serta pendamping lokal dilakukan pada dua lokasi yakni di
rumah sudara pendamping teknis dan dilokasi kegiatan usaha (perairan talaga).
Materi yang disampaikan dengan judul pemantapan manajemen dan teknis budidaya
lobster. Adapun sub materi yang disampaikan antara lain ;

Manajemen perawatan KJA

Pengadaan benih lobster di alam

Padat penebaran

Manajemen pemberian pakan

Manajemen kelompok

Penyampaian materi dilakukan oleh TA dan selanjutnya dilakukan diskusi. Dalam


diskusi anggota lelompok sangat aktif memberikan tanggapan terhadap materi yang
disampaikan, termasuk juga memberikan masukan terhadap program budidaya yang ada.
Beberapa hal yang ditanyakan antara lain ;

Perawatan KJA
Pada perawatan KJA mereka menyampaikan kegiatan-kegiatan yang dilakukan
untuk memastikan bangunan KJA tetap aman dari kerusakan.

Manajemen Kelompok
Ketua kelompok mempertanyakan beberapa anggota yang tidak aktif lagi.

Tambahan sarana dan modal kerja/operasional


Beberapa sarana yang belum dimiliki oleh kelompok lobster juga ditanyakan pada
saat diskusi seperti ;

Jaring untuk peralatan tangkap ikan

Modal kerja untuk operasional usaha

Diharapkan pendamping teknis dan lokal untuk membantu mengawasi dan


memantau serta mendokumentasikan kegiatan usaha kelompok lobster.

Kelompok lobster melakukan operasi penangkapan selama 2 bulan kedepan (AprilMei) untuk memenuhi target produksi 4 petak KJA yang dimiliki dapat terisi oleh
lobster.

14

Hasil usaha kelompok lobster


Setelah mendapatkan sarana, kelompok lobster telah melakukan satu kali aktivitas
penangkapan lobster di alam. Jumlah hasil tangkapan sebanyak 200 kg lobster dengan jenis
dan ukuran yang beragam. Hasil ini selanjutnya dijual ke kota Sorong dengan total pendapatan
Rp.20 juta. Hasil usaha dibagi dua yakni 70% untuk anggota dan 30% untuk perawatan sarana
dan biaya operasional berikutnya.
-Kelompok budidaya lobster Kaka Jeelbei (Umera)
Kegiatan kunjungan dan pertemuan dengan kelompok lobster Kaka Jeelbei dilakukan di
rumah ketua dan anggota kelompok pada tanggal 23-24 Maret 2013. Kegiatan ini dilakukan
oleh TA dan pendamping teknis sebagai upaya mendekatkan diri dengan kelompok serta
bermaksud menjelaskan maksud kunjungan TA.

Pertemuan lanjutan dilakukan di rumah pendamping lokal (sekdes) dengan tujuan untuk
menyampaikan materi tentang manajemen dan teknis budidaya pembesaran/penampungan
lobster.

Secara umum materi yang disampaikan sama dengan materi yang diberikan pada kelompok
lobster di umera.

Secara umum unit usaha kelompok lobster kaka jeelbei telah terfasilitasi. Pada saat yang
sama beberapa anggota masyarakat juga mempertannyakan keberadaan kelompok lobster
yang belum juga melakukan operasi penangkapan.

Untuk itu dalam diskusi banyak yang didiskusikan adalah bagimana mencari jalan keluar
agar kelompok dapat mulai memanfaatkan sarana yang telah difasilitasi yakni beroperasi
menangkap lobster di alam.

Hasil diskusi menyepakati ;


a. Kelompok lobster diharapkan agar solid/utuh dan mau bekerja sama dalam
mengembangkan usaha yang ada
b. Kelompok lobster diberi waktu 1 bulan untuk mulai melakukan operasi penangkapan
c. Diharapkan pendamping teknis dan lokal untuk membantu mengawasi dan
memantau serta mendokumentasikan kegiatan usaha kelompok lobster.

3.2. Pembahasan
Kegiatan pemberdayaan masyarakat di Pulau Gebe, pelaksanaannya berbasis pada
teori kemitraan yang dilaksanakan melalui 3 pilar, antara lain perguruan tinggi, perusahaan dan
pemerintahan daerah. Dari sisi organisasi kegiatan ini memiliki peluang berhasil yang cukup
15

tinggi, namun dalam pelaksanaan terdapat beberapa hal yang mesti diperhatikan, antara lain:
komunikasi yang intensif antar lembara, keterbukaan, dan juga pembinaan (kemitraan).
Pada pelaksanaan kegiatan dapat dibagi sesuai tanggung jawab dan keahlian masingmasing tenaga ahli ataupun juga dapat dilakukan secara bersama. Namun demikian berkaitan
dengan system penganggaran, biasanya kegiatan tersebut akan menyesuaikan dengan institusi
sumber penganggaran.

Untuk peralatan budidaya dan bibit berasal dari Institut Pertanian

Bogor, namun untuk modal operasional berasal dari Universitas Khairun.


Sistem kegiatan kemitraan ini lebih menguntungkan, karena ada tanggung jawab yang
diberikan pada pemerintah daerah yang suatu saat akan menerima estafet dalam meneruskan
pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat ini.
Dalam pelaksanaannya Dinas Kelautan dan Perikanan Pemerintah Daerah Halmahera
Tengah berperan cukup aktif terutama dalam pengadaan bibit (rumput laut) yang juga telah
dikembangkan di wilayah ini. Kondisi ini juga merupakan hal yang positif dalam pembinaan
masyarakat, karena kegiatan yang dilakukan pemerintah daerah sebelumnya dalam budidaya
rumput laut, dapat dilanjutkan ke wilayah yang lebih luas yaitu di Pulau Gebe.
Peran Universitas Khairun juga cukup penting dalam pelaksanaan kegiatan ini, antara
lain memiliki akses penting dalam upaya pemasaran dan kedekatan psikologis universitas
daerah dengan warga masyarakat, sehingga sosialisasi (dengan beberapa bahasa local)
menjadi salah satu kunci keberhasilan kegiatan.
Dari hasil pelaksanaan ini keberhasilan terlihat dari sisi teknis, misalnya bagaimana
membudidayakan rumput laut, bagaimana membesarkan (stocking) lobster dan budidaya ikan
kerapu tikus sampai ukuran 8 ons sampai 1 kg per ekor.

Namun demikian faktor sosial

(cemburu yang mengakibatkan hilangnya target budidaya, rumput laut, ikan), dan keamanan
menjadi hal yang sangat diperhatikan.
Dalam pelaksanaan kegiatan ini, pemasaran juga merupakan faktor penting dalam
keberhasilan budidaya. Sejak diberlakukan aturan pemerintah berkaitan dengan dilarangnya
beroperasional kapal tangkap atau pendataan berkaitan dengan izin layar kapal ikan, imbasnya
juga terdapat pada budidaya ikan di daerah ini. Terlebih-lebih ada pembatasan atau larangan
konsumsi ikan berharga mahal seperti kerapu tikus, juga menjadi salah satu faktor penting
untuk mengembangkan kegiatan budidaya di wilayah ini dan semua wilayah di Indonesia.
Transportasi ke wilayah ini juga cukup sulit, meskipun ada penerbangan regular (2-3 kali
per minggu) dan kapal laut ( sekali per 2-3 minggu). Sering kali hasil perikanan tidak maksimal
karena berkaitan dengan system transportasi ini.

Berkaitan dengan system transportasi

tersebut, upaya pemangkasan lack transportation antara Pulau Gebe dan Pattani mesti segera
16

ditangani, misalnya dengan memberikan perahu penghubung yang layak layar antara ke dua
wilayah tersebut.
4. KESIMPULAN DAN SARAN
Pemberdayaan masyarakat di sekitar tambang Pulau Gebe melalui pengembangan
perikanan dilakukan sejak tahun 2011 sampai 2014.

Dalam pelaksanaannya, dilakukan

bersama 4 institusi yang mencakup perguruan tinggi (Institut Pertanian Bogor, Universitas
Khairun), pemerintah daerah (Halmahera Tengah) dan perusahaan (PT ANTAM Tbk). Metoda
pelaksanaan dilakukan melalui kegiatan pelatihan, pendampingan dan monitoring serta evaluasi
Dari hasil kegiatan tersebut diperoleh beberapa kesimpulan a.l.: Masyarakat yang dilatih telah
memiliki keterampilan dan pengetahuan yang lebih baik pada bidang perikanan (budidaya).
Beberapa kegiatan dapat dikatakan

berhasil (dalam bidang teknis), antara lain budidaya

lobster, ikan kerapu dan rumput laut. Namun demikian, terdapat beberapa hal yang perlu
menjadi perhatian terutama pemasaran dan pengawetan ikan (ketika tidak terjual di lokasi, atau
akan dibawa ke lokasi di luar Pulau Gebe). Kondisi tersebut berkaitan dengan ketersediaan
sumber energy listrik dan sistem transportasi. Selain itu, faktor keamanan dan kecemburuan
sosial juga mesti diperhatikan sebagai salah satu factor yang juga menentuakan keberhasilan.
UCAPAN TERIMA KASIH

Kami sampaikan ucapan terima kasih kepada Direktur, Senior Manajer, Wakil Senior
Manajer dan staf dari PT Antam TBk sebagi instansi pemberi dana pada kegiatan ini. Kegiatan
pemberdayaan masyarakat berbasis perikanan (budidaya) ini merupakan salah satu dari
beberapa kegiatan program CSR perusahaan tersebut.
Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada Bp Camat, Bp Kepala Desa para
pendamping local di Pulau Gebe dan masyarakat binaan (pembudidaya) di wilayah tersebut.

17

Anda mungkin juga menyukai