Anda di halaman 1dari 15

ACARA II

PREDOMINASI MIKROBA DALAM BAHAN PANGAN


A. Tujuan
Tujuan dari Aacara II Predominansi Mikrobia dalam Bahan Pangan yaitu
Mempelajari pengaruh jenis bahan pangan terhdap jenis mikroba yang tumbuh
spontan padanya.
B. Tinjauan Pustaka
Susu merupakan bahan pangan yang mempunyai komposisi yang baik
sehinga mudah ditumbuhi oleh mikroorganisme. Susu berasal dari sapi yang
tidak sehat juga sering terkontaminasi oleh bakteri patogen. Pasteurisasi yang
dilakukan terhadap susu terutama ditunjukan untukk membunuh bakteri
patogen yang membentuk spora, disamping membunuh sebagain mikroba
pembusuk (Fardiaz, 1993).
Kualitas susu sangat dipengaruhi oleh beban mikroba susu.Susu
merupakan media bergizi yang bisa mendukung pertumbuhan pilihan
kontaminan bakteri. bakteri mampu memanfaatkan protein, lemak, karbohidrat
dan vitamin dalam susu untuk mereka pertumbuhan dan metabolisme. Total
bakteri count (TBC) mengukur jumlah kontaminasi bakteri dalam susu.Seperti
B. cereus dalam susu dapat menghasilkan racun, Uni Eropa telah menetapkan
ambang batas untuk spora B. cereus dalam susu formula kering ditujukan untuk
bayi di bawah usia 6 bulan.Pembersihan dan pemeliharaan yang tidak memadai
peralatan pemerahan dapat mempromosikan biofilm formasi pada permukaan
stainless steel. B. cereus biofilm dapat berkembang pada penyimpanan dan
sistem perpipaan yang sebagian diisi atau di mana sisa-sisa cairan sisa setelah
siklus produ. Suhu optimum untuk pertumbuhan B. cereus adalah kelompok
30-37 C meskipun mereka memiliki kemampuan untuk tumbuh pada suhu
dalam kisaran 4,5-50 C (Gleeson, 2013).
Kerusakan

bahan

makanan

merupakan

media

yang

baik

bagi

pertumbuhan banyak macam mikroorganisme. Pada keadaan fisik yang


menguntungkan, terutama pada kisaran 7C sampai 60C, organisme akan
tumbuh. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan dalam hal penampilan,
rasa, bu serta sifat lain pada bahan makanan (Hadioetomo, 1988).

Khamir merupakan bagian dari kelompok kapang dan dibedakan dari


hampir semua jamur yang lain yang sifatnya yaitu bersel tunggal dan
membelah diri secara bertunas. Khamir terutama merupakan yang bersifat
saprofitik terdapat pada daun-daun, bunga-buga dan eksudat dari tanaman
(Buckle, 1985)
Bakteri adalah kelompok mikroorganisme yang sangat penting karena
pengaruhnya yang membahanyakan maupun menguntungka. Mereka tersebar
luas di lingkungan sekitar mereka. Mereka dijumpai di udara, air , dan tanah,
dalam usus binatang, pada lapisan yang lembab pada mulut, hidung atau
tenggorokan, pada permukaan tubuh atau tumbuhan. Bakteri adalah organisme
ber sel tunggal terkecil, beberapa di antaranya hanya memiliki diameter 0,4 m
(mikromete)r. Sel berisi massa sitoplasma dan beberapa bahan inti( dia tidak
memiliki inti sel yang jelas). Sel dibungkus oleh dingding sel pada beberapa
jenis bakteri, dinding sel ini dikelilingi oleh kapsula atau lapisan lendir.
Kapsula terdiri atas campuran (Gaman, 1992).
Kandungan senyawa metabolit sekunder pada tanaman jahe-jahean
terutama dari golongan flavonoid, fenol, terpenoid dan minyak atsiri. Senyawa
metabolit sekunder yang dihasilkan tumbuhan Zingiberaceae ini umumnya
dapat menghambat pertumbuhan patogen yang merugikan kehidupan manusia,
diantaranya bakteri Escherichia coli, Bacillus subtilis, Staphylococcus aureus,
jamur Neurospora sp, Rhizopus sp. dan Penicillium sp .Tujuan dari penelitian
adalah membandingkan pengaruh ketujuh ekstrak segar rimpang jahe-jahean
dalam menghambat pertumbuhan mikroba uji dimana kemampuan hambat
ditentukan berdasarkan konsentrasi hambat minimum (KHM) dan konsentrasi
bunuh minimum (KBM) (Kartika, 2013).
Beberapa peneliti menyarankan penyakit

yang

disebabkan

oleh

Clostridiumperfringens dan Bacillus cereus dikategorikan sebagai intoksikasi


karena kedua jenisbakteri dapat memproduksi toksin. Akan tetapi untuk
menimbulkan efek keracunan,sejumlah besar sel hidup harus terkonsumsi.
Demikian juga Salmonella dapat menghasilkan enterotoksin dan sitotoksin
didalam saluran pencernaan. Sebaliknya Saereus yang tergolong ke dalam
intoksikasi, dapat mengkolonikasi mukosa dalamsaluran pencernaan dan

menyebabkan diare kronis. Dengan demikian klasifikasi keracunan makanan


ini harus digunakan secara hati-hati (Siagian, 2002).
Kerusakan bahan pangan dapat disebabkan oleh faktor-faktor sebagai
berikut : pertumbuhan dan aktivitas mikroba terutama bakteri, kapang, khamir,
aktivitas enzim-enzim di dalam bahan pangan, serangga, parasit dan tikus, suhu
termasuk oksigen, sinar dan waktu. Mikroba terutama bakteri, kapang dan
khamir penyebab kerusakan pangan yang dapat ditemukan dimana saja baik di
tanah, air, udara, di atas bulu ternak dan di dalam usus (Fitria, 2010).
S.aureus merupakan bakteri penyebab food poisoning yang dapat
menimbulkan terjadinya gastroenteritis akibat mengkonsumsi makanan yang
mengandung satu atau lebih enterotoksin yang dihasilkannya. untuk
dikonsumsi. Di Indonesia, ayam merupakan sumber protein hewani yang
sangat populer dimasyarakat dan harganyapun lebih terjangkau dibandingkan
dengan daging sapi dan lainnya. Akan tetapi proses penanganan daging ayam
dari mulai pascapanen, pengolahan hasil, distribusi, pasar dan sampai di
konsumen masih sangat kurang dalam menjaga sanitasi higiene produk
tersebut. Bakteri Staphylococcus aureus yang selalu berada di lingkungan
bahkan pada tubuh manusia akan menjadi mudah untuk mencemarinya
(Siti, 2009).
Jahe dilaporkan memiliki antibakteri efek terutama terhadap spesies
Staphylococcus dan juga menunjukkan aktivitas antijamur terhadap berbagai
jamur termasuk Candida albicans, meskipun Penicillium brevicompactum
sebenarnya tumbuh pada jahe yang menyebabkan membusuk selama
penyimpanan pasca panen . Kegiatan antimikroba jahe telah dilaporkan oleh
Akoachere et al. terhadap manusia patogen seperti Staphylococcus aureus,
Staphylococcus pyogenes, Streptococcus pneumoniae dan Haemophilus
influenzae. Azu dan Onyeagba diamati aktivitas antibakteri ekstrak etanol jahe
terhadap Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa. Ekstrak jahe
pada konsentrasi 5% menghambat pertumbuhan Vibrio parahaemolyticus,
Bacillus cereus, Proteus mirabilis dan Pseudomonas aeruginosa menemukan
bahwa ekstrak jahe diberikan kepada tikus memiliki antimikroba tergantung

dosis aktivitas terhadap Pseudomonas aeruginosa, Salmonella typhimurium,


Salmonella typhi dan Escherichia coli (Mendi, 2009).
Tomat merupakan salah satu sayuran utama yang dikembangkan secara
luas. Dewasa ini beberapa tanaman termasuk tomat, mengalami stagnansi,
dimana rata-rata produktivitasnya per hetar sulit sekali dikembangkan dan
ditingkatkan. Penerapan system pertanian yang mengutamakan penggunaan
pestisida dan pupuk kima masih sangat melekat pada model pertanian kita,
padahal peningkatan produksi dari penggunaan bahan-bahan tersebut hanya
bersifat sementara, sedangkan dampak negatifnya sangat besar karena
menyebabkan kerusakan pada sifat fisik, kimia dan biologi tanah
(Prabowo, 2008).
Mikroorganisme yang mampu menyebabkan penyakit pada manusia dapat
ditemukan pada produk mentah. Bagian dari buah atau sayuran mikro-flora
kontaminan insidental dari tanah, debu dan lingkungan; atau mungkin
diperkenalkan melalui produksi dan penanganan praktek buruk seperti aplikasi
pupuk tidak diobati, penggunaan air irigasi atau praktik penanganan tidak seha
tmencuci dan membersihkan buah-buahan dan sayuran adalah praktek umum
untuk mengurangi kontaminasi permukaan. Usaha pertama pada buah tomat
cuci di Selatan-timur Nigeria terjadi pada tempat-tempat pasar, di mana jumlah
terbatas air digunakan untuk mencuci beberapa keranjang buah tomat. Isolat
bakteri seperti Bacillus cereus, Lactobacillus spp. dan Staphylococcus aureus;
dan jamur isolat seperti Penicillum spp., Aspergillus niger, dan A. oryzae telah
diidentifikasi dalam air cuci dikumpulkan dari beberapa pasar utama di daerah
ini (ofor, 2009)
Escherichia coli tergolong pada bakteri coliformini merupakan flora
normal didalam usus manusia dan akan menimbulkan penyakit bila masuk
kedalam organ atau jaringan lain, seperti pneumonia, endocarditis, infeksi pada
luka, abses pada berbagai organ, meningitis dan dapat menyebabkan penyakit
diare .Penyebaran bakteri ini pada makanan dapat melalui pencemaran air
ataupun dari lingkungan. Bakteri ini secara relatif mudah dibunuh dengan
pemanasan yaitu akan mati pada suhu 60C selama 30 menit (Falami, 2008).
C. Metodologi

1. Alat
a. Plastik steril
b. Pipet 1 ml steril
c. Petridish steril
d. Timbangan
e. Pembakar Busen
f. Tabung reaksi
g. Gelas Preparat
h. Gelas Penutup
i. Mikroskop
j. Mortir dan penumbuknya yang steril
k. Inkubator
l. Kertas Payung
2. Bahan
a. Daging ayam
b. Susu
c. Roti
d. Tomat
e. Gula
f. Jahe kering
g. Medium plate count agar (PCA)
h. Larutan fisiologis steril 9 ml

3. Cara kerja
a. Ikan
dioleskan batang pengoles ke permukaan sampel seluas 2 cm x
2 cm
dioles sebanyak 3 kali, ke kiri dan ke kanan
direndam batang pengoles ke 10 ml larutan fisiologis steril

diinokulasi secara aseptik 1ml suspensi kedalam petridish


dibuat ulanganya (2x/duplo)

diinkubasikan pada suhu kamar selama 2 hari


diamati bentuk dan warna yang tumbuh di dalam petridish
serta identifikasi macam kontaminasinya.

b. Susu
diambil 25 ml susu

dimasukkan ke dalam 225 ml larutan fisiologis steril, divortex

diinokulasi secara aseptik 1ml suspensi kedalam petridish

dibuat ulanganya (2x/duplo)


diinkubasikan pada suhu kamar selama 2 hari
diamati bentuk dan warna yang tumbuh di dalam petridish
serta identifikasi macam kontaminasinya.

c. Roti, gula dan tomat


dihaluskan bahan dalam plastik steril, ditimbang 25 gram
dimasukkan ke dalam 225 ml larutan fisiologis steril, divortex
diinokulasi secara aseptik 1ml suspensi kedalam petridish
dibuat ulanganya (2x/duplo)
diinkubasikan pada suhu kamar selama 2 hari
diamati bentuk dan warna yang tumbuh di dalam petridish
serta identifikasi macam kontaminasinya.

d. Jahe kering
ditimbang kahe 25 gram, diiris secara steril dengan pisau
(semprot alkohol)
dimasukkan ke 225 larutan fisiologis steril, divortex

diinokulasi secara aseptik 1ml suspensi kedalam petridish


dibuat ulanganya (2x/duplo)
diinkubasikan pada suhu kamar selama 2 hari
diamati bentuk dan warna yang tumbuh di dalam petridish
serta identifikasi macam kontaminasinya.

D. Hasil dan Pembahasan


Tabel 1.1 Hasil Pengamatan Predominansi Mikroba dalam Bahan Pangan
Gambar
Kel
Sampel Jenis mikroba
Gambar referensi
Prakikum

1,7

Roti

Kapang
( Rhizhopus)
(Prajankate, 2011).

2,8

3,9

Susu

Tomat

Bakteri
(Lactobacillus
,
E colli)

(Stamatova, 2010).

Bakteri
(Bacillus)
(Yan, 2013).

Khamir
4,10

Gula

(Saccharomyc
es cerevisiae)
(Norliza,2005).

Bakteri
5,11

Ayam

6,12

Jahe

(Micrococcus
dan S aereus)

(Karliana, 2008).

Kapang
(Fusarrium)
(Kawuri, 2012).

Sumber : Laporan Sementara


Pembahasan
Pada praktikum acara ini kami menggunakan bahan daging ayam, susu,
jahe , tomat, gula, roti . Cara ini dilakukan untuk mengidentifikasi koloni yang
ada pada bahan pangan tersebut dengan cara inokulasi dan medium plante
count.Dan diinkubasi dalam suhu kamar selama 2 hari dan diamati mikroba
yang hidup didalamnya dengan menggunakan mikroskop.
Menurut Odo (2012) yaitu sampel ayam ditemukan bakteri Micrococcus.
Bakteri ini termasuk bakteri gram positif. Bakteri ini dapat merombak protein
pada bahan pangan dan menghasilkan amonia. Bakteri ini memiliki suhu
optimum 37C dan pH optimum 7. Menurut Palupi (2010) pada sampel aym
terdapat bakteri S.aureus. S aeureus memberikan dampak negatif yang besar.
Pencencemaran bakteri ini biasa pada pemotongan ternak.
Menurut Suwito (2010) yaitu susu merupakan salah satu makanan yang
bergizi tinggi, namun mudah terkontaminasi oleh bakteri. Kontaminasibakteri
pada susu dimulai pada saat proses pemerahan sampai konsumsi. Bakteri yang
mengontaminasi susu dikelompokkan menjadi dua, yaitu bakteri patogen dan
bakteri pembusuk. Bakteri patogen meliputi Staphylococcusaureus, Escherichia
coli, dan Salmonella sp., sedangkan untuk bakteri pembusuk antara lain adalah
Micrococcussp., Pseudomonas sp., dan Bacillus sp.
Menurut Wadhai (2011) yaitu sampel susu terdapat mikroorganisme
predominan berupa bakteri, yaitu Lactobacillus bulgaricus. Lactobacillus

bulgaricus termasuk bakteri asam laktat. Bakteri ini merupakan golongan


bakteri gram positif, bersifat non motil dan memfermentasi glukosa, laktosa,
sukrosa dan manitol serta menghasilkan asam. Bakteri ini juga menghasilkan
semacam bakteriosin yang menghambat pertumbuhan S. aureus dan S. typhi.
Suhu optimum berkisar 20-45C dengan pH optimum 6,5.
Menurut Ahmad (2005) yaitu sampel gula terdapat mikroorganisme
predominan adalah spesies Saccharomyces cerevisiae. Saccharomyces
cerevisiae merupakan organisme eukariot yang secara morfologi hanya
membentuk blastospora berbentuk lonjong, bulat, oval atau silindris. Pada
sampel roti terdapat kapang jenis Rhizopus sp. Kapang ini merupakan
penyebab pembusukan pada roti. Kapang ini memiliki suhu optimum 30-40C,
dan pH optimum 3,5-4,5.
Pada jahe kering ditemukan mikroorganisme predominan berupa kapang,
yaitu Fusarium oxysporum. Conidia Fusarium oxysporum beukuran kecil dan
terdapat kepala pada cabangnya. Suhu optimum bagi Fusarium oxysporum
berada pada suhu 25C dengan pH maksimum 7. Pada sampel tomat,
ditemukan mikroorganisme predominannya adalah bakteri Bacillus sp. Bakteri
ini termasuk bakteri gram positif dan bersifat anaerobik fakultatif. Bakteri ini
memiliki suhu optimum berkisar antara 30-40C dan pH optimum berkisar 6-7
(Ramteke, 2011).
Hasil pengamatan pada sampel tomat bahwa tomat adanya Bacillus Sp
dengan gambar bulat. Pada sampel roti menunjukkan adanya Rhizopus Sp
bentuk kapangnya berbentuk bulat. Pada gula juga menunjukkan kesesuaian
dengan literatur dimana bentuk kapang berupa bulat. Bentuk bakteri susu juga
sesuai dengan literatur yaitu berbentuk batang adanya Lactobacillus dan bulat
adanya E colli. Pada sampel jahe kering terjadi ketidak sesuaian dimana
gambar kapang diperoleh berbentuk bulat sedangkan literatur menunjukkan
kapang tersebut berbentuk batang bercabang. Hal ini dapat disebabkan kurang
fokusnya lensa objektif dan perbesaran yang kurang saat dilakukan

pengamatan. Pada sampel ayam menunjukkan kesesuaian dengan literatur


dimana bakterinya berbentuk bulat, meskipun tidak terlalu jelas dan detail.
Mikroba dalam bahan pangan akan bermanfaat bagi bahan pangan jika
jumlah dan pertumbuhannya sesuai dengan karakteristik masing-masing bahan
pangan.. Pada sampel ayam terdapat bakteri Micrococcus dan S aereus yang
menyebabkan daging ayam lebih cepat busuk/ rusak Pada sampel tomat,
ditemukan mikroorganisme predominannya adalah bakteri Bacillus sp yang
dapat menyebabkan kebusukan pada tomat sehingga umur simpan tomat jadi
lebih pendek. Pada gula terdapat khamir Saccharomyces cerevisiae yang dapat
mengubah komponen dari gula menjadi komponen yang tidak diinginkan dan
dapat ditumbuhi jamur. Contohnya pada sampel roti terdapat kapang jenis
Rhizopus sp. Kapang ini merupakan penyebab pembusukan pada roti. Pada
sampel susu terdapat bakteri Lactobacillus bulgaricus sehingga menyebabkan
susu cepat rusak atau basi. Pada jahe terdapat kapang Fusarium oxysporum
sehingga menyebabkan jahe cepat busuk..
Berbagai tanda-tanda kerusakan pangan dapat dilihat tergantung dari jenis
pangannya, beberapa diantaranya misalnya:
1. Perubahan kekenyalan pada produk-produk daging dan ikan, disebabkan
pemecahan struktur daging oleh berbagai bakteri.
2.

Pelunakan tekstur pada sayur-sayuran, terutama disebabkan oleh Erwina


carotovora, Pseudomonas marginalis, dan Sclerotinia sclerotiorum.

3. Perubahan kekentalan pada susu, santan, dan lain-lain, disebabkan oleh


penggumpalan protein dan pemisahan serum (skim).
4. Pembentukan lendir pada produk-produk daging,ikan, dan sayuran, yang
antara lain disebabkan oleh pertumbuhan berbagai mikroba seperti kamir,
bakteri asam laktat (terutama oleh Lactobacillus, misalnya L. Viredences
yng membentuk lendir berwarna hijau), Enterococcus, dan Bacillus
thermosphacta. Pada sayuran pembentukan lendir sering disebabkan oleh P.
marjinalis dan Rhizoctonia sp.

5. Pembentukan asam, umumnya disebabkan oleh berbagai bakteri seperti


Lactobacillus, Acinebacter, Bacillus, Pseudomonas, proteus, Microrocci,
Clostidium, dan enterokoki.
6. Pembentukan

warna

hijau

pada

produk-produk

daging,

terutama

disebabkan oleh:
a. Pembentukan hidrogen peroksida (H2O2) oleh L. Viridescens, L.
fructovorans, L.jensenii, Leuconostoc, Enterococcus faecium dan
E.faecalis
b.

Pembentukan hidrogen sulfida (H2S) oleh Pseudomonas mephita,


Shewanell putrefaciens, dan Lactobacillus sake. Pembentukan warna
kuning pada produk-produk daging, disebabkan oleh Enterococcus
cassliflavus dan E. mundtii.

7.

Pembentukan warna hitam pada sayuran, misalnya oleh Xanthomonas


camprestis, Aspergillus niger, dan Ceratocystis frimbiata.

8.

Perubahan warna pada biji-bijian dan serealia karena pertumbuhan


berbagai kapang, misalnya Penicillum sp. (biru-hijau), Aspergillus sp.
(hijau), Rhizopus sp. (hitam), dan lain-lain.

9.

Perubahan bau, misalnya: timbulnya bau busuk oleh berbagai bakteri


karena terbentuknya amonia, H2S, Indol,dan senyawa-senyawa amin seperti
diamin kadaverin dan putresin. Timbulnya bau anyir pada produk-produk
ikan karena terbentuknya trimetilamin (TMA) dan histamin.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba di antaranya : air,

pH, RH, suhu, oksigen, dan mineral.


1. Air
Bakteri perlu air lebih banyak dari kapang dan khamir, serta tumbuh baik
pada aw mendekati satu yaitu pada konsentrasi gula atau garam yang
rendah. aw optimum dan batas terendah untuk tumbuh tergantung dari
macam bakteri, makanan, suhu, pH, adanya oksigen, CO2 dan senyawasenyawa penghambat. Umumnya batas aw terendah untuk khamir sekitar
0,88 0,94.
2. pH

Bakteri paling baik tumbuh pada pH netral, beberapa suka suasana asam,
sedikit asam atau basa. Kapang tumbuh pada pH 2 8,5, biasanya lebih
suka pada suasana asam. Sedangkan khamir tumbuh pada pH44,5 dan
tidak tumbuh pada suasana basa.
3. Suhu
Setiap mikroba mempunyai suhu optimum, suhu minimum, dan suhu
maksimum untuk pertumbuhannya. Bakteri mempunyai suhu optimum
antara 200C450C. Suhu optimum pertumbuhan kapang sekitar 250C
300C, tetapi Aspergillus sp. tumbuh baik pada 350C370C. Umumnya
khamir mempunyai suhu optimum pertumbuhan serupa kapang, yaitu
sekitar 250C300C.
4. Oksigen
Berdasarkan proses respirasinya, mikroba dibagi menjadi 4 golongan, yaitu
aerobik, anaerobik, fakultatif dan mikroaerophylik.
5. Pengolahan pangan.
6. Jenis pangan
Adanya mikroba pada bahan pangan dapat menimbulkan kerugian tetapi
dapat pula mendatangkan keuntungan. Di bawah ini adalah beberapa
keuntungan dan kerugian mikroorganisme pada produk pangan. Keuntungan
dari mikroba adalah untuk fermentasi, menigkatkan nilai gizi dan makanan,
warna, bau, dan rasa. Sedangkan kerugiannya yaitu Mengubah bau, rasa dan
warna, menurunkan berat atau volume, menurunkan nilai gizi atau
nutrisiMengubah bentuk dan susunan senyawa, menghasilkan toksin (senyawa
racun) yang membahayakan. Maka dari itu perlu adanya penyimpanan dan
pengolahan yang benar agar mikroba tidak masuk.
E. Kesimpulan
Dari Praktikum acara II Predominasi Mikroba dalam Bahan Pangan
dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain:
1. Pada bahan ber-aw tinggi, seperti tomat, ayam dan susu akan cenderung
ditumbuhi bakteri.

2. Tumbuhnya bakteri, kapang dan khamir di dalam bahan pangan dapat


mengubah komposisi bahan pangan.
3. Salah satu keutungan mikroba dalam bahan pangan adalah berperan di
dalam peningkatan nilai gizi atau nutrisi makanan.
4. Salah satu kerugian mikroba dalam bahan adalah dapat menghasilkan
senyawa racun yang berbahaya
5. Pada sampel tomat terdapat bakteri Bacillus sp
6. Pada sampel roti terdapat kapang Rhizopus sp
7. Pada gula terdapat khamir Saccharomyces cerevisiae
8. Pada sampel susu terdapat bakteri Lactobacillus bulgaricus, E colii
9. Pada jahe terdapat kapang Fusarium oxysporum
10. Pada sampel ayam terdapat bakteri Micrococcus dan S aereus.

DAFTAR PUSTAKA
Buckle K.A, R.A. Edward, G. H. Fleet, dan M. Wooton. 1985. Ilmu Pangan. UI
Press. Jakarta
Falamy Ryan, Efrida Warganegara, Ety Aprilian2.2008. Deteksi Bakteri Coliform
pada Jajanan Pasar Cincau Hitam di Pasar Tradisional dan Swalayan Kota
Bandar Lampung . Medical Journal of Lampung University ISSN 23373776.
Fardiaz Srikandi. 1993. Analisa Mikrobiologi Pangan. PT Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
Fitria Ayu Helmiyati dan Nurrahman. 2010. Pengaruh Konsentrasi Tawas
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Gram Positif Dan Negatif. Jurnal Pangan
dan Gizi Vol. 01 No. 01.
Gaman P.M, R. B. Sherrington. 1992. Ilmu Pangan Pengantar Ilmu Pangan,
Nutrisi, dan Mikrobiologi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Gleeson David, Aine OConnell and Kieran Jordan. 2013. Review Of Potential
Sources And Control Of Thermoduric Bacteria In Bulk-Tank Milk. Irish
Journal of Agricultural and Food Research vol 52, hal: 217227.
Hadioetomo, Ratna Siri. 1988. Dasar-dasar Mikrobiologi. UI Press. Jakarta.
Kartika Indah Permata Sari, Periadnadi dan Nasril Nasir . 2013. Uji Antimikroba
Ekstrak Segar Jahe-Jahean (Zingiberaceae) Terhadap Staphylococcus
aureus, Escherichia coli dan Candida albicans. Jurnal Biologi Universitas
Andalas (J. Bio. UA 2(1): 20-24 (ISSN : 2303-2162) .
Mendi S, Nain C, Imele H.; Ngoko Z and , dan Carl M.F. Mbofung. 2009.
Microflora Of Fresh Ginger Rhizomes And Gingerpowder Produced In The
North-West. Region Of Cameroon. Vol. 4, Issue 1: 251 260.
Ofor, M.O., Okorie, V.C., Ibeawuchi, I.I., Ihejirika, G.O., Obilo, O.P. and Dialoke,
S.A. 2009. Microbial Contaminants In Fresh Tomato Wash Water And

Food Safety Considerations In South-Eastern Nigeria . Life Science


Journal.
Palupi. 2012. Pengujian Staphylococcus aeureus pada Daging Ayam Beku
dilalulintaskna Melalui Pelabuhan Penyeberangan Merak.Journal of
Veteinary Scince & Medicine vol 11 no 1
Prabowo Rossi. 2008. Kajian Biopestisida Dan Pupuk Hayati Dalam Mendukung
Pengelolaan Tanaman Tomat Secara Terpadu. Jurnal Ilmu- ilmu Pertanian
VOL.4. NO.1,: HAL 81 88.
Siagian Albiner. 2002 Mikroba patogen pada makanan dan sumber
pencemarannya. USU digital library.
Siti Chotiah. 2009. Cemaran Staphylococcus Aureus Pada Daging Ayam Dan
Olahannya (The Staphylococcus Aureus Contaminati). Seminar Nasional
Teknologi Peternakan dan Veteriner.
Suwito, Widodo. 2010. Bakteri yang Sering Mencemari Susu: Deteksi,
Patogenesis, Epidemiologi, dan Cara Pengendaliannya. Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian. Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai