Anda di halaman 1dari 5

PENDAHULUAN

Perawatan endodontik adalah suatu usaha menyelamatkan gigi terhadap tindakan


pencabutan agar gigi dapat bertahan dalam soket. Karena itu sebaiknya seorang klinisi
(Dokter Gigi) harus mengetahui prinsip-prinsip ilmu endodontik secara benar yaitu
pengetahuan mendiagnosis, cara merestorasi jaringan gigi yang hilang dan mempertahankan
sisa jaringan, sehingga gigi tersebut dapat bertahan selama mungkin di dalam mulut dan
menghindari tindakan pencabutan agar gigi dapat bertahan di dalam soketnya, sehingga dapat
memperlambat resorpsi tulang alveolar gigi terkait. Keuntungan secara psikologis yang
diperoleh adalah dapat mempertahankan gigi dalam keadaan vital, pasien tetap memiliki gigi
asli dalam keadaan sehat, karena gigi dapat berfungsi seperti semula, dan gigi dapat dipakai
sebagai tumpuan gigi tiruan lepasan.
Mempertahankan gigi dalam keadaan vital adalah usaha perawatan yang dilakukan
untuk melindungi pulpa yang terluka dari peradangan dan kerusakan lebih lanjut. Secara
mendasar pulpa memeberi rangsangan bakteri, kemis, toksin, dan termis serta hal lain,
dengan mengadakan peradangan local. Selama perawatan, semua jaringan pulpa harus
dikeluarkan, saluran akar dibersihkan dan diirigasi, permukaan saluran disterilkan sebagai
yang ditentukan oleh pemeriksaan bakteriologik, dan saluran diobturasi dengan baik untuk
mencegah kemungkinan infeksi kembali.
Diagnosis penyakit pulpa didasarkan pada tanda dan gejala klinis oleh karena sedikit
atau tidak adanya korelasi antara data histologik penyakit pulpa dan gejalanya. Diagnosis
penyakit pulpa sebagai berikut :
1. Pulpitis reversibel.
Pulpitis reversibel merupakan inflamasi pulpa yang tidak parah. Jika penyebabnya
dihilangkan, inflamasi akan menghilang dan pulpa akan kembali normal. Stimulus ringan
seperti karies insipien, erosi servikal, atau atrisi oklusal, sebagian besar prosedur operatif,
kuretase periodontal yang dalam, dan fraktur email yang menyebabkan tubulus dentin terbuka
adalah faktor yang dapat mengakibatkan pulpitis reversibel. Pulpitis reversibel biasanya
asimtomatik. Aplikasi cairan dingin dan panas, dapat menyebabkan nyeri sementara yang
tajam. Jika stimulus ini dihilangkan, nyeri akan segera hilang.

2. Pulpitis irreversibel.
Pulpitis irreversibel merupakan perkembangan dari pulpitis reversibel. Kerusakan
pulpa yang parah akibat pengambilan dentin yang luas selama prosedur operatif,
terganggunya aliran darah pada pulpa akibat trauma, dan pergerakan gigi dalam perawatan
ortodonsi dapat menyebabkan pulpitis irreversibel. Pulpitis irreversibel merupakan inflamasi
parah yang tidak akan dapat pulih walaupun penyebabnya dihilangkan. Nyeri pulpitis
irreversibel dapat berupa nyeri tajam, tumpul, lokal, atau difus dan berlangsung hanya
beberapa menit atau berjam-jam. Aplikasi stimulus eksternal seperti termal dapat
mengakibatkan nyeri berkepanjangan. Jika inflamasi hanya terbatas pada jaringan pulpa dan
tidak menjalar ke periapikal, respon gigi terhadap tes palpasi dan perkusi berada dalam batas
normal.
Secara klinis, pulpitis irreversibel dapat bersifat simtomatik dan asimtomatik. Pulpitis
irreversibel simtomatik merupakan salah satu jenis pulpitis irreversibel yang ditandai dengan
rasa nyeri spontan. Spontan berarti bahwa stimulus tidak jelas. Nyeri spontan terus menerus
dapat dipengaruhi dari perubahan posisi tubuh. Pulpitis irreversibel simtomatik yang tidak
diobati dapat bertahan atau mereda jika sirkulasi dibuat untuk eksudat inflamasi. Sedangkan
pulpitis irreversibel asimtomatik merupakan tipe lain dari pulpitis irreversible dimana eksudat
inflamasi yang dengan cepat dihilangkan. Pulpitis irreversibel asimtomatik yang berkembang
biasanya disebabkan oleh paparan karies yang besar atau oleh trauma sebelumnya yang
mengakibatkan rasa sakit dalam durasi yang lama.
3. Pulpitis irreversibel hiperplastik
Pulpitis irreversibel hiperplastik (polip pulpa) adalah bentuk pulpitis irreversibel pada
pulpa yang terinflamasi secara kronis hingga timbul ke permukaan oklusal. Polip pulpa dapat
terjadi pada pasien muda oleh karena ruang pulpa yang masih besar dan mempunyai
pembuluh darah yang banyak, serta adanya perforasi pada atap pulpa yang merupakan
drainase. Polip pulpa ini merupakan jaringan granulasi yang terdiri dari serat jaringan ikat
dengan pembuluh kapiler yang banyak. Polip pulpa biasanya asimtomatik dan terlihat sebagai
benjolan jaringan ikat yang berwarna merah mengisi kavitas gigi di permukaan oklusal. Polip
pulpa disertai tanda klinis seperti nyeri spontan dan nyeri yang menetap terhadap stimulus
termal. Pada beberapa kasus, rasa nyeri yang ringan juga terjadi ketika pengunyahan.

PULPA CAPING
Pulpa capping merupakan perawatan dengan tujuan untuk menghilangkan iritasi ke
jaringan pulpa dan melindungi pulpa sehingga jaringan pulpa dapat mempertahankan
vitalitasnya. Dengan demikian terbukanya jaringan pulpa dapat terhindari. Bahan yang biasa
digunakan untuk pulp capping adalah kalsium hidroksida karena dapat merangsang
pembentukkan dentin sekunder secara efektif dibandingkan bahan lain. Teknik pulpa caping
dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :
1. Caping Pulpa Indirek
Caping pulpa indirek dilakukan apabila pulpa belum terbuka, tapi atap pulpa
sudah sangat tipis sekali, yaitu pada karies profunda. Tekniknya meliputi pembuangan
semua jaringan karies dari tepi kavitas dengan bur bulat kecepatan rendah, kemudian
lakukan ekskavasi sampai dasar pulpa, hilangkan dentin lunak sebanyak mungkin
tanpa membuka kamar pulpa. Bahan caping yang biasanya digunakan adalah kalsium
hidroksida (Dycal) sebagai basis pelindung, selanjutnya diberikan semen fosfat
sebagai lining. Apabila pulpa tidak lagi mendapat iritasi dari lesi karis diharapkan
jaringan pulpa akan berekasi secara fisiologis terhadap lapisan pelindung dengan
membentuk dentin sekunder. Agar perawatan ini berhasil jaringan pulpa harus vital
dan bebas dari inflamasi. Biasanya atap kamar pulpa akan terbuka saat dilakukan
ekskavasi. Apabila hal ini terjadi maka tindakan selanjutnya adalah dilakukan direct
pulp capping.
2. Caping Pulpa Direct
Caping pulpa direct adalah perawatan yang dilakukan pada pulpa yang
terbuka biasanya karena factor mekanis, misalnya terjadi perforasi pada waktu
pengoboran sehingga terjadi perdarahan. Direct Pulp Capping menunjukkan bahwa
Bahan diaplikasikan langsung ke jaringan pulpa. Daerah yang terbuka tidak boleh
terkontaminasi oleh saliva, kalsium hidroksida dapat diletakkan di dekat pulpa dan
selapis semen fosfat dapat diletakkan di atas seluruh lapisan pulpa dan biarkan
mengeras untuk menghindari tekanan pada daerah perforasi bila gigi direstorasi.

Pulpa diharapkan tetap bebas dari gejala patologis dan akan lebih baik jika
membentuk dentin sekunder. Agar perawatan ini berhasil maka pulpa disekitar daerah
terbuka harus vital dan dapat terjadi proses perbaikan.

Anda mungkin juga menyukai