Anda di halaman 1dari 10

ACARA I

PENGARUH PERBANDINGAN MEDIA TANAM TERHADAP


PERTUMBUHAN BIBIT KARET
Tanggal praktikum : 16 Maret 2013.
I.

TUJUAN PRAKTIKUM
Mengetahui

pengaruh

perbandingan

media

tanam

terhadap

pertumbuhan bibi karet.


II. TEORI
A. Klasifikasi Dan Syarat Tumbuh Tanaman Karet
Di dalam sistem taksonomi karet dimasukkan ke dalam :
Kingdom
: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi
: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas
: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas
: Rosidae
Ordo
: Euphorbiales
Famili
: Euphorbiaceae
Genus
: Hevea
Spesies
: Hevea brasiliensis Muell. Arg
Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang
cukup besar, tinggi pohon dewasa mencapai 15-25 meter. Batang tanaman
biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi diatas.
Dibeberapa kebun karet ada beberapa kecondongan arah tumbuh
tanamanya agak miring kearah utara. Batang tanaman ini mengandung
getah yang dikenal dengan nama lateks.
Agar tanaman ini dapat tumbuh dengan baik dan menghasilkan
lateks (getah) yang banyak, maka perlu diperhatikan syarat tumbuh dan
lingkungan yang diinginkan oleh tanaman. Apabila tanaman ditanam pada
lahan yang tidak sesuai dengan habitatnya maka pertumbuhan tanaman
akan terhambat. Dan apabila tumbuh pada lingkungan yang kurang baik
maka akan mengakibatkan produksi lateks menjadi renda. Adapun syarat
tumbuh bagi tanaman karet adalah :

1. Iklim
Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zone antara
150 LS dan 150 LU. Diluar itu pertumbuhan tanaman karet agak
terhambat
sehingga memulai produksinya juga terlambat.
a. Curah hujan
Tanaman karet memerlukan curah hujan optimal antara 2.500 mm
sampai 4.000 mm/tahun,dengan hari hujan berkisar antara 100 sd.
150 HH/tahun. Namun demikian, jika sering hujan pada pagi hari,
produksi akan berkurang.
b. Tinggi tempat
Pada dasarnya tanaman karet tumbuh optimal pada dataran
rendah dengan ketinggian 200 m dari permukaan laut. Ketinggian >
600 m dari permukaan laut tidak cocok untuk tumbuh tanaman karet.
Suhu optimal diperlukan berkisar antara 25oC sampai 35oC.Setiap
kenaikan 100 meter matang sadap akan terlambat enam bulan.
Tinggi tempat berhubungan erat dengan suhu. Di daratan rendah ( 0200 meter ), suhu rata-rata 280C, setiap naik 100 meter temperature
akan turun 0,50C.
c. Angin
Kecepatan angin yang terlalu kencang pada umumnya kurang baik
untuk penanaman karet. Di daerah berangin kencang dianjurkan
untuk

ditanami

penahan

angin

disekeliling

kebun.

Angin

berpengaruh pula terhadap kelembaban sekitar tanaman. Angin


bertiup akan membawa uap air, menyebabkan uap air sekitar
tanaman menipis. Penguapan ini akan memperlemah turgor dalam
tanaman. Tekanan turgor yang lemah berpengaruh terhadap
keluarnya lateks pada waktu disadap. Walaupun mungkin tidak
berpengaruh nyata, tetapi angin akan berpengaruh terhadap jumlah
produksi yang diperoleh.
2. Tanah
Lahan kering untuk pertumbuhan tanaman karet pada umumnya
lebih mempersyaratkan sifat fisik tanah dibandingkan dengan sifat

kimianya. Hal ini disebabkan perlakuan sifat kimia tanah

tumbuh

tanaman karet dapat dilaksanakan dengan lebih mudah dibandingkan


dengan perbaikan sifat fisiknya.
Berbagai jenis tanah dapat sesuai dengan syarat tumbuh tanaman
karet baik tanah vulkanis muda dan tua, bahkan pada tanah gambut < 2
m. Tanah vulkanis mempunyai sifat fisika yang cukup baik terutama
struktur, tekstur, solum, kedalaman air tanah, aerasi dan drainasenya,
tetapi sifat kimianya secara umum kurang baik karena kandungan
haranya rendah. Tanah alluvial biasanya cukup subur, tetapi sifat
fisikanya terutama drainase dan aerasenya kurang baik. Reaksi tanah
berkisar antara pH 3,0 pH 8,0 tetapi tidak sesuai pada pH < 3,0 dan >
pH 8,0.
Sifat-sifattanah yang cocok untuk tanaman karet pada umumnya
antara lain :
a. Solum tanah sampai
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
B.

100

cm,

tidak

terdapat

batu-batuan

dan

lapisan cadas,
Aerase dan drainase cukup,
Tekstur tanah remah, poreus dan dapat menahan air,
Struktur terdiri dari 35% liat dan 30% pasir,
Tanah bergambut tidak lebih dari 20 cm,
Kandungan hara NPK cukup dan tidak kekurangan unsur hara
mikro,
Reaksi tanah dengan pH 4,5 pH 6,5,
Kemiringan tanah < 16%,
Permukaan air tanah < 100 cm.
Pemberian Kompos Untuk Memperbaiki Tanah.
Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari
campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial
oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang
hangat, lembap, dan aerobik atau anaerobik.

Sampah terdiri dari dua

bagian, yaitu bagian organik dan anorganik. Rata-rata persentase bahan


organik sampah mencapai 80%, sehingga pengomposan merupakan
alternatif penanganan yang sesuai. Kompos sangat berpotensi untuk
dikembangkan mengingat semakin tingginya jumlah sampah organik yang
dibuang ke tempat pembuangan akhir dan menyebabkan terjadinya polusi

bau dan lepasnya gas metana ke udara. Melihat besarnya sampah organik
yang dihasilkan oleh masyarakat, terlihat potensi untuk mengolah sampah
organik menjadi pupuk organik demi kelestarian lingkungan dan
kesejahteraan masyarakat.
Kompos juga merupakan sisa bahan organik yang berasal dari
tanaman, hewan, dan limbah organik yang telah mengalami proses
dekomposisi atau fermentasi. Jenis tanaman yang sering digunakan untuk
kompos di antaranya jerami, sekam padi, tanaman pisang, gulma, sayuran
yang busuk, sisa tanaman jagung, dan sabut kelapa.
Bahan dari ternak yang sering digunakan untuk kompos di
antaranya kotoran ternak, urine, pakan ternak yang terbuang, dan cairan
biogas.Tanaman air yang sering digunakan untuk kompos di antaranya
ganggang biru, gulma air, eceng gondok, dan azola.
Kompos mempunyai beberapa manfaat dan kelemahan yaitu :
1. Manfaat kompos dipandang dari beberapa aspek yaitu :
a. Aspek Ekonomi :
1) Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah,
2) Mengurangi volume/ukuran limbah,
3) Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya.
b. Aspek Lingkungan :
1) Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah,
2) Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan.
c. Aspek bagi tanah/tanaman:
1) Meningkatkan kesuburan tanah,
2) Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah,
3) Meningkatkan kapasitas jerap air tanah,
4) Meningkatkan aktivitas mikroba tanah,
5) Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah
panen).
2. Kelemahan Kompos
Volume yang besar menyebabkan besarnya daya angkut,
kelemahan ini dapat diatas dengan mengurangi kandungan air dalam
kompos sampai dibawah 5 persen.

III. HASIL PRAKTIKUM/PENGAMATAN


Pada

acara

pengaruh

perbandingan

media

tanam

terhadap

pertumbuhan bibit karet dilakukan pada hari sabtu tanggal 16 Maret 2013.
Dengan perlakuan perbandingan media tanaman antara tanah dan kompos
sebesar 2 : 1. Pengamatan dilakukan sebanyak 3 kali yaitu pengamatan I
pada saat penanaman (16 Maret 2013), pengamatan II pada minggu ketiga
setelah tanam (06 April 2013) dan pengamatan ketiga pada minggu ketujuh
setelah tanam (04 Mei 2013).
Tabel 1 : Hasil Pengamatan Tanaman Karet Menggunakan Media Tanah Dan
Kompos Dengan Perbandingan 2 : 1.
Pengamatan I
Pengamatan II
Pengamatan III
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Daun
Daun
Daun
(cm)
(cm)
(cm)
(Helai)
(Helai)
(Helai)
29
3
34,3
5
35,5
4
24
2
31
2
33,5
3
27
2
30,2
4
35
5

No
1
2
3
Rerat

26,6

31,8

34,66

Persentase
Hidup

100%

Tabel 2 : Hasil Penimbangan Berat Basah Dan Berat Kering Tanaman Karet
Pada Media 2 : 1.
Ulangan
1
2
Rerata

Berat Basah (gram)


5,9
6,05
5,975

Berat Kering (gram)


1,63
1,85
1,74

Tabel 3 : Hasil Pengamatan Rerata Pada Media Yang Berbeda.


Pengamatan I
Perlakuan
Kelompok Tanah :

Tinggi

Kompos (cm)

Jumlah
Daun
(Helai)

Pengamatan II
Jumla
Tinggi h
(cm)

Pengamatan III
Tinggi

Daun (cm)
(Helai)

Jumlah
Daun
(Helai)

A3
A2
A6

2:1
1:1
1: 0

26,6
26,13
28

2
2
2

31,8
34,7
30

4
4
4

34,66
35,33
39,33

4
4
4

Tabel 4 : Hasil Penimbangan Berat Basah Dan Berat Kering Dari Berbagai
Media Tanam.
Perbandingan
Kelompok

Media

A3
A2
A6

Tanah : Kompos
2:1
1:1
1:0

Berat Basah

Berat Kering

(gram)

(gram)

5,975
5,725
6,231

1,74
1,685
1,97

IV. PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN


A. Pembahasan
Karet merupakan tanaman yang mudah tumbuh pada berbagai
media tanam baik pada tanah pasiran ataupun lempungan dan pada
kandungan bahan organik yang rendah sampai yang tinggi. Namun
meskipun demikian pertumbuhan karet paling baik pada tanah yang
gembur dan kandungan bahan organiknya tinggi.
Pada praktikum ini penanaman bibit karet dilakukan pada media
campuran antara tanah dan kompos dengan tiga macam perbandingan
yang berbeda yaitu 1 : 1, 2 : 1 dan 1 : 0. Pengamatan dilakukan
sebanyak tiga kali yang dimulai sejak bibit ditanam dengan parameter
tinggi bibit dan jumlah daun. Untuk keret yang ditanam pada
perbandingan media 2 : 1, pengamatan pertama tinggi bibit memiliki
rerata 26,6 cm dengan jumlah daun 2. Pengamatn kedua tinggi bibit
31,8 cm dengan jumlah daun 4 dan pengamatan ketiga tinggi bibit
34,66 cm dan jumlah daun 4. Untuk karet yang ditanam pada
perbandingan media 1 : 1 diperoleh hasil sebagai berikut pengamatan

pertama tinggi bibit 26,13 cm dan jumlah daun 2, pengamatan kedua


tinggi bibit 35,33 cm dan jumlah daun 4, pennamatan ketiga tingi bibit
34,7 cm dan jumlah daun 4. Untuk karet yang ditaman pada
perbandingan media 1 : 0 diperoleh hasil pengamatan pertama 28 cm
dan jumlah daun 2, pengamatan kedua tinggi bibit 30 dan jumlah daun
4, pengamatan ketiga tinggi bibit 39,33 cm dan jumlah daun 4.
Dari hasil pengamatan tersebut dapat dikatakan bahwa untuk
pengamatan pertama pada ketiga perbandingan media tanam merupakan
tinggi bibit awal sehingga tidak bisa dihitung laju pertumbuhan
awalnya. Sedangkan pada pengamatan kedua dan ketiga laju
pertumbuhan tinggi tanaman dapat dihitung dari tinggi pengamatan
kedua dan ketiga dikurangi tinggi pengamatan pertama dalam satu
satuan waktu. Sehingga pertumbuhan tinggi pada media 1 : 1 adalah
8,57 cm/ 3 minggu. Sedangkan pengamatan ketiga 0,63 cm/ 4 minggu.
Utuk media tanam 2 : 1 pertumbuhan tinggi tanaman pada pengamatan
kedua adalah 5,2 cm/ 3 minggu dan pengamatan ketiga yaitu 2,86 cm/ 4
minggu. Untuk media 1 : 0 pertumbuhan tinggi tanaman pada
pengamatan kedua adalah 2 cm/ 3 minggu dan pengamatan ketiga 9,33
cm/ 4 minggu. Dari besarnya laju pertumbuhan pada masing-masing
pengamatan dapat diketahui bahwa pertumbuhan pada pengamatan
kedua karet yang ditanam pada media 1 : 1 lebih baik dari pada media
lain yang disusul dengan media 2 : 1 dan terakhir 1 : 0. Hal ini
disebabkan oleh kandungan hara pada media 1 : 1 paling sehingga laju
pertumbuhan tinggi tanaman paling besar. Sedangkan pada media 1 : 0
pertumbuhan karet pada tiga minggu pertama paling kecil, hal ini
disebabkan oleh unsur hara yang ada pada media ini paling kecil karena
pada media ini tidak ditambah dengan kompos sehingga hanya
bergantung pada unsur hara yang ada pada tanah tersebut. Namun pada
pengamatan

ketiga

menunjukkan

hasil

yang

sebaliknya

yaitu

pertumbuhan tinggi paling baik adalah pada media 1 : 0 kemudian 2 : 1


dan terakhir 1 : 1. Hal ini dapat diakibatkan pada media 1 : 1 proses

dekomposisi pada kompos sudah berjalan sempurna sehingga unsur


hara yang ada di dalam media berada dalam jumlah berlebih sehingga
pertumbuhan tanaman menjadi terhambat. Sedangkan pada madia 2 : 1
jumlah hara pada titik toleransi maksimal yang dapat diterima oleh
tanaman sehingga berakibat pertumbuhannya terganggu. Untuk media 1
: 0 pertumbuhan paling baik, hal ini karena jumlah hara yang ada sudah
cukup

untuk

menunjang

pertumbuhan

tanaman

sehingga

pertumbuhannya maksimal.
Sedangkan untuk jumlah daun baik tanaman karet yang ditanam
pada media 1 : 1, 2 : 1 dan 1 : 0 memiliki jumlah daun yang sama yaitu
pada pengamatan pertama adalah 2 helai serta pengamatan kedua dan
ketiga adalah 4 helai. Jumlah daun yang sama ini diakibatkan oleh sifat
fisiologis dari tanaman karet yaitu tanaman karet akan berhenti
pertumbuhannya untuk membentuk payung daun dan setelah payung
terbentuk sempurna maka tanaman akan melanjutkan pertumbuhan
tingginya. Dimana jumlah daun pada payung berbeda-beda tiap
tanaman tergantung pada verietas dan tempat penanamannya.
Selanjutnya parameter yang diamati adalah berat basah dan berat
kering tanaman karet. Berat basah diperoleh dari hasil penimbangan
tanaman karet yang bari dicabut yang telah dibersihkan dari tanah yang
menempel. Sedangkan berat kering diperoleh dari penimbangan
tanaman karet yang dioven selama 2 hari dengan suhu 110oC. Sehingga
diperoleh rerata berat basah pada media 1 : 1 sebesar 5,725 gram media
2 : 1 sebesar 5,975 gram dan media 1 : 0 sebesar 6,231 gram.Sedangkan
untuk rerata berat kering pada media 1 : 1 adalah 1,685 gram, media 2 :
1 adalah 1,74 gram dan media 1 : 0 adalah 1,97 gram. Dari hasil di atas
dapat di katakan bahwa rerata untuk berat basah dan berat kering paling
tinggi adalah tanaman karet yang ditanam pada media 1 : 0. Hal ini
karena berat dari satu tanaman merupakan berat keseluruhan dari
tanaman tersebut yang terdiri dari akar, batang dan daun. Tanaman yang
ditanam pada media 1 : 0 lebih berat baik pada berat basah ataupun

berat kering dari pada media lain karena unsur hara yang ada di daerah
perakaran tanaman sudah mulai habis sehingga tanaman akan
memanjangkan daerah perakarannya sampai menemukan hara yang
dibutuhkan. Akibatnya tanaman berkembang membentuk rambut akar
dalam jumlah banyak. Sedangkan pada media 1 : 1 paling kecil karena
hara sudah tersedia pada daerah perakarannya sehingga akar tidak
berkembang dan rambut akar terbetuk dalam jumlah sedikit.
B. Kesimpulan
Dari hasil praktikum di atas dapat disimpulkan bahwa :
1. Pertumbuhan tinggi tanaman pada pengamatan kedua yang paling
baik adalah pada media 1 : 1. Hal ini disebabkan oleh peningkatan
unsur hara pada media yang merupakan akibat dari penambahan
kompos. Sedangkan pada pengamatan ketiga pertumbuhan paling
baik adalah pada media 1 : 0. Karena proses dekomposisi semakin
meningkat seiring dengan berjalannya waktu.
2. Perbedaan media tanam pada tanaman karet ternyata tidak
mempengaruhi jumlah daun yang terbentuk. Penyebabnya adalah
sifat fisiologis dari tanaman karet sendiri yaitu pertumbuhan
tanaman karet akan berhenti sementara untuk membentuk payung
daun dan setelah payung daun sudah sempurna maka pertumbuhan
tinggi akan berlangsung kembali dan begitu seterusnya sampai
tanaman memasuki fase generatif.
3. Berat basah dan berat kering pada karet yang ditanam pada media
1 : 0 memiliki berat yang paling tinggi dari pada media lain. Hal ini
karena pertumbuhan batang dan perkembangan akar yang baik
sehingga beratnya meningkat.
V.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Pengetian Kompos. www.distan.riau.go.id. (Diakses Pada
tanggal 07 April 2013).

10

Anonim.

2011.
Syarat
Tumbuh
Tanaman
Karet.
www.pertanianjalanku.wordpress.com. (Diakses pada tanggal 07
April 2013).

Anonim.

2012. Botani Dan Syarat Tumbuh Tanaman Karet.


http://anakpintarunja.blogspot.com. (Diakses pada tanggal 03 Mei
2013).

Anda mungkin juga menyukai