Acara I
Acara I
TUJUAN PRAKTIKUM
Mengetahui
pengaruh
perbandingan
media
tanam
terhadap
1. Iklim
Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zone antara
150 LS dan 150 LU. Diluar itu pertumbuhan tanaman karet agak
terhambat
sehingga memulai produksinya juga terlambat.
a. Curah hujan
Tanaman karet memerlukan curah hujan optimal antara 2.500 mm
sampai 4.000 mm/tahun,dengan hari hujan berkisar antara 100 sd.
150 HH/tahun. Namun demikian, jika sering hujan pada pagi hari,
produksi akan berkurang.
b. Tinggi tempat
Pada dasarnya tanaman karet tumbuh optimal pada dataran
rendah dengan ketinggian 200 m dari permukaan laut. Ketinggian >
600 m dari permukaan laut tidak cocok untuk tumbuh tanaman karet.
Suhu optimal diperlukan berkisar antara 25oC sampai 35oC.Setiap
kenaikan 100 meter matang sadap akan terlambat enam bulan.
Tinggi tempat berhubungan erat dengan suhu. Di daratan rendah ( 0200 meter ), suhu rata-rata 280C, setiap naik 100 meter temperature
akan turun 0,50C.
c. Angin
Kecepatan angin yang terlalu kencang pada umumnya kurang baik
untuk penanaman karet. Di daerah berangin kencang dianjurkan
untuk
ditanami
penahan
angin
disekeliling
kebun.
Angin
tumbuh
100
cm,
tidak
terdapat
batu-batuan
dan
lapisan cadas,
Aerase dan drainase cukup,
Tekstur tanah remah, poreus dan dapat menahan air,
Struktur terdiri dari 35% liat dan 30% pasir,
Tanah bergambut tidak lebih dari 20 cm,
Kandungan hara NPK cukup dan tidak kekurangan unsur hara
mikro,
Reaksi tanah dengan pH 4,5 pH 6,5,
Kemiringan tanah < 16%,
Permukaan air tanah < 100 cm.
Pemberian Kompos Untuk Memperbaiki Tanah.
Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari
campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial
oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang
hangat, lembap, dan aerobik atau anaerobik.
bau dan lepasnya gas metana ke udara. Melihat besarnya sampah organik
yang dihasilkan oleh masyarakat, terlihat potensi untuk mengolah sampah
organik menjadi pupuk organik demi kelestarian lingkungan dan
kesejahteraan masyarakat.
Kompos juga merupakan sisa bahan organik yang berasal dari
tanaman, hewan, dan limbah organik yang telah mengalami proses
dekomposisi atau fermentasi. Jenis tanaman yang sering digunakan untuk
kompos di antaranya jerami, sekam padi, tanaman pisang, gulma, sayuran
yang busuk, sisa tanaman jagung, dan sabut kelapa.
Bahan dari ternak yang sering digunakan untuk kompos di
antaranya kotoran ternak, urine, pakan ternak yang terbuang, dan cairan
biogas.Tanaman air yang sering digunakan untuk kompos di antaranya
ganggang biru, gulma air, eceng gondok, dan azola.
Kompos mempunyai beberapa manfaat dan kelemahan yaitu :
1. Manfaat kompos dipandang dari beberapa aspek yaitu :
a. Aspek Ekonomi :
1) Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah,
2) Mengurangi volume/ukuran limbah,
3) Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya.
b. Aspek Lingkungan :
1) Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah,
2) Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan.
c. Aspek bagi tanah/tanaman:
1) Meningkatkan kesuburan tanah,
2) Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah,
3) Meningkatkan kapasitas jerap air tanah,
4) Meningkatkan aktivitas mikroba tanah,
5) Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah
panen).
2. Kelemahan Kompos
Volume yang besar menyebabkan besarnya daya angkut,
kelemahan ini dapat diatas dengan mengurangi kandungan air dalam
kompos sampai dibawah 5 persen.
acara
pengaruh
perbandingan
media
tanam
terhadap
pertumbuhan bibit karet dilakukan pada hari sabtu tanggal 16 Maret 2013.
Dengan perlakuan perbandingan media tanaman antara tanah dan kompos
sebesar 2 : 1. Pengamatan dilakukan sebanyak 3 kali yaitu pengamatan I
pada saat penanaman (16 Maret 2013), pengamatan II pada minggu ketiga
setelah tanam (06 April 2013) dan pengamatan ketiga pada minggu ketujuh
setelah tanam (04 Mei 2013).
Tabel 1 : Hasil Pengamatan Tanaman Karet Menggunakan Media Tanah Dan
Kompos Dengan Perbandingan 2 : 1.
Pengamatan I
Pengamatan II
Pengamatan III
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Daun
Daun
Daun
(cm)
(cm)
(cm)
(Helai)
(Helai)
(Helai)
29
3
34,3
5
35,5
4
24
2
31
2
33,5
3
27
2
30,2
4
35
5
No
1
2
3
Rerat
26,6
31,8
34,66
Persentase
Hidup
100%
Tabel 2 : Hasil Penimbangan Berat Basah Dan Berat Kering Tanaman Karet
Pada Media 2 : 1.
Ulangan
1
2
Rerata
Tinggi
Kompos (cm)
Jumlah
Daun
(Helai)
Pengamatan II
Jumla
Tinggi h
(cm)
Pengamatan III
Tinggi
Daun (cm)
(Helai)
Jumlah
Daun
(Helai)
A3
A2
A6
2:1
1:1
1: 0
26,6
26,13
28
2
2
2
31,8
34,7
30
4
4
4
34,66
35,33
39,33
4
4
4
Tabel 4 : Hasil Penimbangan Berat Basah Dan Berat Kering Dari Berbagai
Media Tanam.
Perbandingan
Kelompok
Media
A3
A2
A6
Tanah : Kompos
2:1
1:1
1:0
Berat Basah
Berat Kering
(gram)
(gram)
5,975
5,725
6,231
1,74
1,685
1,97
ketiga
menunjukkan
hasil
yang
sebaliknya
yaitu
untuk
menunjang
pertumbuhan
tanaman
sehingga
pertumbuhannya maksimal.
Sedangkan untuk jumlah daun baik tanaman karet yang ditanam
pada media 1 : 1, 2 : 1 dan 1 : 0 memiliki jumlah daun yang sama yaitu
pada pengamatan pertama adalah 2 helai serta pengamatan kedua dan
ketiga adalah 4 helai. Jumlah daun yang sama ini diakibatkan oleh sifat
fisiologis dari tanaman karet yaitu tanaman karet akan berhenti
pertumbuhannya untuk membentuk payung daun dan setelah payung
terbentuk sempurna maka tanaman akan melanjutkan pertumbuhan
tingginya. Dimana jumlah daun pada payung berbeda-beda tiap
tanaman tergantung pada verietas dan tempat penanamannya.
Selanjutnya parameter yang diamati adalah berat basah dan berat
kering tanaman karet. Berat basah diperoleh dari hasil penimbangan
tanaman karet yang bari dicabut yang telah dibersihkan dari tanah yang
menempel. Sedangkan berat kering diperoleh dari penimbangan
tanaman karet yang dioven selama 2 hari dengan suhu 110oC. Sehingga
diperoleh rerata berat basah pada media 1 : 1 sebesar 5,725 gram media
2 : 1 sebesar 5,975 gram dan media 1 : 0 sebesar 6,231 gram.Sedangkan
untuk rerata berat kering pada media 1 : 1 adalah 1,685 gram, media 2 :
1 adalah 1,74 gram dan media 1 : 0 adalah 1,97 gram. Dari hasil di atas
dapat di katakan bahwa rerata untuk berat basah dan berat kering paling
tinggi adalah tanaman karet yang ditanam pada media 1 : 0. Hal ini
karena berat dari satu tanaman merupakan berat keseluruhan dari
tanaman tersebut yang terdiri dari akar, batang dan daun. Tanaman yang
ditanam pada media 1 : 0 lebih berat baik pada berat basah ataupun
berat kering dari pada media lain karena unsur hara yang ada di daerah
perakaran tanaman sudah mulai habis sehingga tanaman akan
memanjangkan daerah perakarannya sampai menemukan hara yang
dibutuhkan. Akibatnya tanaman berkembang membentuk rambut akar
dalam jumlah banyak. Sedangkan pada media 1 : 1 paling kecil karena
hara sudah tersedia pada daerah perakarannya sehingga akar tidak
berkembang dan rambut akar terbetuk dalam jumlah sedikit.
B. Kesimpulan
Dari hasil praktikum di atas dapat disimpulkan bahwa :
1. Pertumbuhan tinggi tanaman pada pengamatan kedua yang paling
baik adalah pada media 1 : 1. Hal ini disebabkan oleh peningkatan
unsur hara pada media yang merupakan akibat dari penambahan
kompos. Sedangkan pada pengamatan ketiga pertumbuhan paling
baik adalah pada media 1 : 0. Karena proses dekomposisi semakin
meningkat seiring dengan berjalannya waktu.
2. Perbedaan media tanam pada tanaman karet ternyata tidak
mempengaruhi jumlah daun yang terbentuk. Penyebabnya adalah
sifat fisiologis dari tanaman karet sendiri yaitu pertumbuhan
tanaman karet akan berhenti sementara untuk membentuk payung
daun dan setelah payung daun sudah sempurna maka pertumbuhan
tinggi akan berlangsung kembali dan begitu seterusnya sampai
tanaman memasuki fase generatif.
3. Berat basah dan berat kering pada karet yang ditanam pada media
1 : 0 memiliki berat yang paling tinggi dari pada media lain. Hal ini
karena pertumbuhan batang dan perkembangan akar yang baik
sehingga beratnya meningkat.
V.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Pengetian Kompos. www.distan.riau.go.id. (Diakses Pada
tanggal 07 April 2013).
10
Anonim.
2011.
Syarat
Tumbuh
Tanaman
Karet.
www.pertanianjalanku.wordpress.com. (Diakses pada tanggal 07
April 2013).
Anonim.