Setiap proyek pelabuhan selain menuntut pengelola pelabuhan untuk mempertimbangkan aspek teknis
den ekonomis, juga harus ikut dipertimbangkan aspek lingkungan dan pencegahan pencemaran. Faktor
yang terakhir ini terkadang lebih berperan dibandingkan faktor teknis dan ekonomis sehingga terkadang
mendorong perencana untuk berusaha meminimalisir dampak negatif yang akan terjadi.
Konsep Green Port adalah kerangka pengelolaan pelabuhan untuk mencapai kesetimbangan antara nilai
biaya lingkungan dan manfaat ekonomi, sehingga ada harmonisasi aspek komersial dan lingkungan
dalam menunjang pengelolaan yang berkelanjutan. Oleh karenanya master plan pelabuhan tidak hanya
menyangkut segi ekonomis/komersial dan prospek, tetapi juga harus mengakomodasi aspek lingkungan
mulai dari tahap perencanaan, perancangan, dan pengoperasian.
Lingkungan dapat diartikan sebagai semua faktor baik fisik, kimia, biologi, maupun sosial yang membawa
akibat baik secara langsung maupun tidak langsung, cepat atau lambat pada makhluk hidup. Setiap
gangguan terhadap sistem ini diartikan sebagai dampak dan survei lingkungan bertujuan untuk
menemukan, memperkirakan, dan mengatasi dampak tersebut. Saat membuat rencana induk pelabuhan,
sangatlah perlu diperhatikan aspek-aspek tersebut. Pengembangan suatu pelabuhan dapat membawa
perubahan pada sifat kimia, fisik, dan biologi wilayah tersebut, Seperti :
Penurunan populasi makhluk hidup akuatis, misalnya plankton, benthos, dan kerang-kerangan
serta Ikan. Sumber dampak berasal dari limbah rumah tangga yang masuk ke dalam perairan
pelabuhan serta aktivitas perkapalan. Dan kegiatan penimbunan dan pembangunan dermaga.
Peningkatan jumlah penduduk, serta adanya sarana dan prasarana yang menyangkut utilitas
umum di dalam daerah lingkungan kerja pelabuhan.
Gangguan kesehatan barasal dari tingginya kandungan debu akibat kegiatan pengangkutan
komoditi di dalam lingkungan kerja pelabuhan.
9.2
Rona lingkungan awal menjelaskan kondisi data awal eksisting baik yang berkaitan dangan kondisi fisik
lingkungan, kondisi alam secara umum termasuk pula kondisi ekonomi, sosial, budaya. Rona lingkungan
awal menjelaskan data-data dalam Garis Garis pokok kajian yang diharapkan dapat menjadi panduan
untuk ditelaah lebih tajam pada Dokumen rona lingkungan awal dalam Penyusunan dokumen Arndal atau
UKL-UPL.
Data yang disajikan merupakan hasil dari pengumpulan data secara langsung di lapangan (survei) dan
pengumpulan data serta laporan-laporan dari instansi-instansi terkait, literatur/laporan-laporan lainnya.
Rona lingkungan awal ini juga menjelaskan data-data dalam garis-garis pokok kajian yang diharapkan
dapat menjadi panduan untuk ditelaah lebih tajam pada dokumen rona lingkungan awal dalam
penyusunan dokumen Amdal ataupun UKL-UPL.
9.2.1
9.2.1.1 Iklim
Iklim di Kabupaten Natuna sangat dipengaruhi oleh perubahan arah angin. Musim kemarau biasanya
terjadi pada Bulan Maret sampai dengan Bulan Juli. Curah hujan ratarata setahun berkisar 260,6
milimeter dengan rata-rata kelembaban udara sekitar 85 persen dan temperatur berkisar antara 18,4C
hingga 35,1 C
9.2.1.2 Topografi
Berdasarkan kondisi fisiknya, Kabupaten Natuna merupakan tanah berbukit dan bergunung batu.
Dataran rendah dan landai banyak ditemukan di pinggir pantai. Ketinggian wilayah antar kecamatan
cukup beragam, yaitu berkisar antara 3 sampai dengan 959 meter dari permukaan laut dengan
kemiringan antara 2 sampai 5 meter.
Pada umumnya struktur tanah terdiri dari tanah podsolik merah kuning dari batuan yang tanah dasarnya
mempunyai bahan granit, dan alluvial serta tanah organosol dan gley humus.
Kabupaten Natuna memiliki luas wilayah 264.198,37 km2. Dengan luas daratan 2.001,30 km2 dan lautan
262.197,07 km2. Ranai sebagai Ibukota Kabupaten Natuna.
Di Kabupaten Natuna terdapat 154 pulau, dengan 27 pulau (17.53%) yang berpenghuni dan sebagian
besar pulau (127 buah) tidak berpenghuni. Dua pulau terbesar diantaranya adalah Pulau Bunguran, dan
Pulau Serasan.
Letak astronomis Kecamatan Serasan yaitu pada titik koordinat 202730-203343 LU dan 1080561410900311 BT dan Letak Astronomis Kecamatan Subi yaitu pada titik koordinat 203855-300321 LU
dan 10803319-10805623 BT.
Kondisi Geografis di Kecamatan Serasan yaitu terdapat pantai, lereng bukit, rawa, dan gambut.
Sedangakan untuk kondisi topografis nya terdiri dari dataran rendah, dataran tinggi dan wilayah berbukit.
Untuk kondisi geografis Kecamatan serasan hanya terdapat pantai, rawa, dan gambut. Sedangkan untuk
kondisi topografisnya Kecamatan subi ini terletak di Dataran Rendah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel dibawah ini :
Tabel 9. 1 Keadaan Geografis dan Topografis Kecamatan Serasan dan Kecamatan Subi.
Kecamatan
Serasan
Subi
Pantai
3
7
Geografis
Lembah Lereng Bukit
2
-
Rawa
1
3
Gambut
1
2
Topografis
Dataran rendah Dataran Tinggi Berbukit
2
4
4
8
-
9.2.2
Sumber : Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir, 2014
Kecerahan
Nilai kecerahan perairan dapat dipengaruhi oleh faktor biologi yang disebabkan oleh kandungan
mikroorganisme dan juga faktor fisik yang disebabkan oleh padatan tersuspensi dan terlarut
dalam air tersebut dan kondisi cuaca, faktor lain yang juga berpengaruh seperti waktu
pengukuran dan ketelitian pengukuran. Bila mengacu pada baku mutu kecerahan air laut untuk
biota laut berdasarkan Kementerian Lingkungan Hidup No. 51 tahun 2004, maka kecerahan
perairan sekitar kepulauan Natuna ini dapat dikategorikan masih memenuhi syarat kecerahan
yang mendukung kehidupan biota laut.
pH
Parameter pH merupakan satuan konsentrasi ion hidrogen dalam larutan, biasanya digunakan
untuk menyatakan derajat keasaman atau kebasaan suatu larutan. Nilai pH sangat berperan
dalam mengendalikan kondisi ekosistem perairan sehingga tinggi rendahnya pH dapat
dipengaruhi oleh banyak-sedikitnya bahan organik yang dibawa melalui aliran sungai. Hasil
pengukuran pH air laut di perairan pesisir Kepulauan Natuna berkisar antara 8,09-8,24. Apabila
mengacu kepada standar baku mutu air laut yang dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan
Hidup No. 51 tahun 2004, pH yang disyaratkan untuk menunjang kehidupan biota laut adalah 78,5 sehingga dapat katakan bahwa perairan di pesisir selatan Kepulauan Natuna masih berada
dalam kondisi yang cukup baik bagi biota laut.
Salinitas
Sebaran salinitas perairan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pola sirkulasi air, penguapan,
curah hujan, dan aliran air sungai (Nontji, 1987). Pada perairan lepas pantai yang dalam, angin
dapat pula melakukan pengadukan lapisan atas hingga membentuk lapisan homogen sampai
kira-kira setebal 50-70 meter atau lebih tergantung dari intensitas pengadukan. Sebaran salinitas
perairan pesisir dapat dipengaruhi oleh faktor lainnya seperti: keberadaan sungai, antropogenik
dari aktivitas manusia. Sebaran salinitas permukaan perairan pesisir selatan Kepulauan Natuna
menjelaskan bahwa perairan tersebut memiliki sebaran salinitas yang homogen yang berkisar
antara 29-31ppt. Salinitas perairan yang terpengaruh langsung oleh aktifitas penduduk dan
keberadaan sungai memiliki nilai sedikit lebih rendah daripada salinitas perairan yang
berhubungan langsung dengan perairan terbuka. Hal ini dikarenakan oleh pengaruh
antropogenik dari darat yang masuk dan bercampur dengan perairan pesisir sehingga
mempengaruhi salinitas perairan tersebut.
Suhu
Suhu hasil pengukuran insitu dilapangan menunjukan kisaran suhu pada stasiun pengamatan
antara 29-31 C. Jika terdapat perbedaan suhu yang cukup signifikan disebabkan di karenakan
pengaruh lokasi yang mungkin lebih dekat ke pesisir sehingga berpotensi membawa muatan
baru (tambahan debit air) dan juga limbah dari aktivitas manusia, sedangkan untuk yang terletak
terletak agak jauh dari pesisir dan aktivitas manusia dan cenderung lebih dipengaruhi oleh lautan
lepas. Rendahnya suhu perairan seperti yang terjadi juga dapat mempengaruhi tingkat kelarutan
perairan tersebut berupa meningkatnya tingkat kelarutan gas-gas yang dapat meningkatkan
potensi penyerapan karbon serta kualitas perairan.
Kualitas Air Laut Pelabuhan Subi
Berdasarkan Observasi dilapangan kualitas air laut di wilayah rencana Pelabuhan Subi secara fisik
tidak berbau dan tingkat kekeruhan rendah (tidak keruh) hal ini juga dapat dilahat dari belum
banyaknya aktivitas pelayaran ataupun aktivitas lainnya yang ada di sekitar lokasi pelabuhan.
9.2.3
Komponen Biologi
9.2.3.1 Flora
Berdasarkan hasil observasi dilapangan disekitar wilayah pelabuhan yang dicatat dan diamati pada
analisis ini untuk Pelabuhan Subi mencapai 5 jenis flora, sedangkan untuk Pelabuhan Serasan
mencapai. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 9. 3 Jenis tumbuhan yang ditemukan dan dicatat pada lokasi Pelabuhan Subi.
No
Jenis
Nama Latin
Famili
Putri malu
Mimosa pudica
Fabaceae
Kelapa
Cocos nucifera L
Arecaceae
Rumput belulang
Dactyloctenium aegypium
Poaceae
Nanas
Ananas comocus
Ananas comocus
Bakau
Rhizopora sp.
Rhizoporaceae
Tabel 9. 4 Jenis tumbuhan yang ditemukan dan dicatat pada lokasi Pelabuhan Serasan.
No
Jenis
Nama Latin
Famili
Kelapa
Cocos nucifera L
Arecaceae
Rumput belulang
Dactyloctenium aegypium
Poaceae
Pisang
Musa paradisiaca
Musa paradisiaca
Bakau
Rhizopora sp.
Rhizoporaceae
9.2.3.2 Fauna
Berdasarkan observasi dilapangan untuk fauna yang terdapat di disekitar pelabuhan baik Pelabuhan
Subi maupun Pelabuhan Serasan diantaranya terdapat sapi, kambing, dan burung seperti burung
gereja, dan burung kutilang.
Fitoplankton
Jenis fitoplankton di Kepulauan Natuna adalah Bacillariophyceae sebanyak 7 spesies, Chloropyceae
sebanyak 4 spesies, dan Cyanopphyceae sebanyak 5 spesies. Kelimpahan fitoplankton tertinggi
sebesar 2575 ind/L dan terendah 699 ind/L. Pencemaran terhadap fitoplankton di perairan tersebut
belum nampak dari adanya indikator indeks dominasi jenis fitoplankton tertentu.
Zooplankton
Zooplankton terdiri atas dua genus yaitu Ciliata Dan Rotifera. Ciliata terdiri dari 2 spesies dan
Rotifera sebanyak 3 spesies. Kelimpahan zooplankton dalam plankton adalah 58-236 ind/L.
9.2.4
43,65
160,93
Penduduk
Laki-laki Perempuan Jumlah
2.535
2.487
5.022
1.452
1.420
2.872
Ratio
Jenis
101,93
102,25
Kepadatan
Pnduduk
115,05
17,85
pencari kerja laki-laki dan 12 orang perempuan. Sedangkan untuk mata pencaharian di kabupaten
Natuna sendiri sekitar 58 % di bidang pertanian, nelayan dan perkebunan.
Tabel 9. 6 Fasilitas pendidikan, jumlah sekolah, guru & murid Kecamatan Subi dan Kecamatan Serasan.
Kecamatan
Sekolah
Negeri Swasta
Serasan
Subi
1
1
4
2
Serasan
Subi
7
5
Serasan
Subi
1
2
Serasan
Subi
1
-
Serasan
Subi
1
1
Guru
Murid
Negeri
Swasta Negeri
Swasta
TK
9
22
77
114
8
8
8
41
SD
111
667
46
362
SMP
15
174
17
144
Madrasah Tsanawiyah
11
72
SMA
21
215
17
107
-
umur 1-12 bulan (bayi). Sedangkan umur 1-5 tahun (anak balita) tidak terdapat kematian
anak. Melihat angka ini, Kabupaten Natuna telah berada jauh dibawah target MDGs tahun
2015 yaitu 32 per 1.000 kelahiran hidup.
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Jenis Penyakit
Infeksi akut lain pada saluran pernafasan bagian atas (ISPA)
Penyakit tekanan darah tinggi (Hypertensi)
Penyakit tulang belulang radang sendi termasuk reumatik
Dispepsia/ Gastritis
Febris
Penyakit kulit alergi
Diare
Penyakit lain Saluran Atas
Asma
Gangguan gigi dan penyangga lainnya
Jumlah
18.456
9.084
8.710
6.893
6.390
3.951
3.538
3.141
2.997
2.086
9.2.5
Pelabuhan Serasan
Akses jalan dari sekitar perkampungan menuju ke area pelabuhan sudah cukup baik dengan konstruksi
beton dan lebar 5 meter. Begitu juga dengan sarana jalan menuju pelabuhan juga sudah bagus dengan
konstuksi beton dan lebar 4 meter.
No
1
2
Satuan
Sistem Perpipaan
Pengelola
PDAM/BPAM
Tingkat Pelayanan
70%
Kapasitas Produksi
Lt/detik
120
Kapasitas Terpasang
Lt/detik
111
Jumlah
Unit
3.404
Unit
3.404
32
Rp 1.500
Pelanggan
3.404
Sambungan
Rumah (Total)
6
Retribusi/Tarif
(Rumah
Tangga)
9
Jumlah
Keterangan
Pelanggan
Belum terlayani
semua
per
Kecamatan
Bunguran Timur
Tabel 9. 9 Fasilitas air limbah yang ada di Kecamatan Subi dan Kecamatan Serasan.
Sarana tidak
layak
Nama
Kecamatan/
BABS*
Individual
No
(KK)
(ii)
Offsite
System
Kawasan /
terpusat
Onsite System
Kelurahan
(i)
Sarana Layak
Cubluk,
Tangki septik
tidak aman**
(KK)
Jamban
keluarga dgn
tangki septik
aman
(KK)
Berbasis Komunal
MCK
umum
/Jamban
Bersama
(KK)
Tangki
Septik
Komunal
IPAL
(KK)
(KK)
Komunal
MCK++
Sambungan
Rumah (KK)
(KK)
(iii)
(iv)
(v)
(vi)
(vii)
(viii)
(ix)
(x)
-
Kecamatan Serasan
Desa Batu Berian
1
16
87
65
26
132
Kampung Hilir
41
61
11
Serasan
251
301
Tanjung Balau
75
57
Tanjung Setelung
59
62
14
Meliah
13
47
21
Meliah Selatan
20
35
10
21
Pulau Kerdau
28
35
18
Pulau Panjang
24
83
16
43
Subi
35
52
41
17
Subi Besar
30
36
12
39
32
14
21
47
Kecamatan Subi
9.2.5.4 Sampah
Pengelolaan persampahan di Kabupaten Natuna belum dilaksanakan secara efektif baik di hulu maupun
di hilir, utamanya dalam proses pengangkutan. Masyarakat sebagai produsen sampah belum
berpartisipasi optimal dalam pengelolaan persampahan, masih terbatas pada usaha konvensional seperti
melakukan pembakaran dan penimbunan.
Pelabuhan Subi
Adanya aktivitas pelayaran dari kapal-kapal nelayan yang ada di sekitar rencana wilayah pelabuhan
dapat menimbulkan masalah terutama sampah. Namun untuk kondisi saat ini berdasarkan aktivitas
nelayan yang berlayar dan mencari ikan hampir setiap hari dan kapal Pelni yang mengangkut
penumpang hanya 2 minggu sekali makan belum banyak sampah yang berserakan. Jenis sampah yang
ada disekitar rencana pelabuhan pun hanya berupa sampah organik seperti dedaunan, ranting pohon
dan batok kelapa. Sedangkan untuk limbah cairnya hanya berupa limbah cair hasil perikanan. sistem
pengelolaan sampah juga belum baik sampah yang dihasilkan hanya dibakar karena belum tersedianya
sarana Tempat Penampungan Sampah (TPA) di Subi Besar ini.
Pelabuhan Serasan
Untuk pelabuhan serasan sudah banyak aktivitas yang dilakukan diantaranya adalah adanya aktivitas
pelayaran baik penumpang maupun barang serta adanya aktivitas nelayan yang mencari ikan. Hal
tersebut dapat menimbulkan sampah sebagai akibat dari adanya pelabuhan serasan ini. Untuk lebih jelas
jenis kegiatan dan pencemarannya dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Penyusunan RIP Subi dan Serasan Provinsi Kepulauan Riau
Jenis Kegiatan
Sumber Pencemaran
Jenis/Limbah Pencemaran
1.
Kegiatan Pelayaran
2.
Kegiatan Nelayan
3.
Kegiatan
disekitar
seperti
Padatan sampah ke laut
perdagangan(kantin-kantin kecil)
Kotoran (sawage)
Padatan/sampah domestik (kaleng, plastik,
kayu, besi dll)
Air limbah domestik
9.3
Berdasarkan rona lingkungan awal wilayah Pelabuhan Subi dan Serasan dan rencana pembangunan
baik fasilitas darat maupun laut hal ini akan memberikan dampak bagi lingkungan sekitarnya. Maka hal
tersebut perlu diminimalisir agar aktivitas pembangunan tetap sejalan dengan upaya kelestarian
lingkungan. Dengan mengidentifikasi sumber dampak serta rencana pengelolaannya. Untuk lebih jelas
dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 9. 11 Sumber dampak dan rencana pengelolaan dampak lingkungan akibat pembangunan Pelabuhan Subi dan Serasan.
Jenis Dampak
Sumber Dampak
Tujuan Pengelolaan
Lingkungan
Pengelolaan Lingkungan
Lokasi
Periode
Pelaksana
kelurahan/desa
sekitar
1x ketika
pembebasan
lahan
Pelabuhan Subi
dan Serasan
Pengawas
Laporan
PRA KONSTRUKSI
Persepsi Negatif
Masyarakat
Gangguan Kawasan
konservasi
*Pemprov Kepri *
Pemerintah
BLHD Kabupaten
Kabupaten Natuna
Natuna
KONSTRUKSI
Kerusakan Jalan
sepanjang
lintasan
1x setelah selesai
konstruksi
Pelabuhan Subi
dan Serasan
Penurunan Kualitas
Udara
meminimalkan penyebaran
debu dan emisi gas buang
sepanjang
lintasan
selama kegiatan
konstruksi
Pelabuhan Subi
dan Serasan
kelurahan/desa
sekitar
2x per tahun
selama konstruksi
Pelabuhan Subi
dan Serasan
kelurahan/desa
sekitar
2x per tahun
selama konstruksi
Pelabuhan Subi
dan Serasan
selama operasi
Pelabuhan Subi
dan Serasan
selama operasi
Pelabuhan Subi
dan Serasan
kolam pelabuhan
selama operasi
Pelabuhan Subi
dan Serasan
selama operasi
Pelabuhan Subi
dan Serasan
kelurahan/desa
sekitar
1x per tahun
Pelabuhan Subi
dan Serasan
kelurahan/desa
sekitar
1x per tahun
Pelabuhan Subi
dan Serasan
kelurahan/desa
sekitar
1x per 3 tahun
Pelabuhan Subi
dan Serasan
kelurahan/desa
sekitar
1x tahun
Pelabuhan Subi
dan Serasan
Memaksimalkan penyerapan
tenaga kerja lokal
Adanya Peluang
Usaha
memaksimalkan keterlibatan
memfasilitasi dan memberi prioritas kepada
penduduk lokal untuk berusaha penduduk lokal untuk berusaha di bidang
sebagai pendukung
jasa pendukung kegiatan konstruksi
kebutuhan thidup
pekerja
*Pemprov Kepri *
BLHD Kabupaten
Natuna
*Pemprov Kepri *
Pemerintah
BLHD Kabupaten
Kabupaten Natuna
Natuna
*Pemprov Kepri *
Pemerintah
BLHD Kabupaten
Kabupaten Natuna
Natuna
*Pemprov Kepri *
Pemerintah
BLHD Kabupaten
Kabupaten Natuna
Natuna
DLLAJ Kabupaten
Natuna
OPERASI
mewajibkan kendaraan yang terlibat dalam
operasi pelabuhan mematuhi aturan tentang
emisi jalan maskimal
mewajibkan kendaraan yang terlibat dalam
operasi pelabuhan mematuhi aturan tentang
emisi gas buang kendaraan
sekitar pintu
gerbang
pelabuhan
sekitar pintu
gerbang
pelabuhan
Kerusakan Jalan
Lalulintas kendaraan
Jalan rusak
berat
Penurunan Kualitas
Udara
meminimalkan penyebaran
emisi gas buang
Penurunan Kualitas
Air
Sampah Domestik
kegiatan manusia
dipelabuhan
Timbulan sampah
Memaksimalkan penyerapan
tenaga kerja lokal
kebutuhan tenaga
Penyerapan Tenaga
operasi bongkar
Kerja
muat
kebutuhan pekerja
Adanya Peluang
dan penunjang
Usaha
pelabuhan
Apresiasi Positif
Masyarakat
adanya manfaatn
pelabuhan
Pengembangan
Wilayah
kegiatan ekonomi
pendukung
pelabuhan
Peningkatan
Infrastruktur wilayah
memaksimalkan keterlibatan
memfasilitasi dan memberi priroritas kepada
penduduk lokal untuk berusaha penduduk lokal untuk berusaha di bidang
sebagai pendukung
jasa pendukung pelabuhan
Pengembangan kawasan sesuai dengan
menghindari terjadinya konflik
peruntukan dalam RTRW dan aspirasi
dan penolakan masyarakat
masyarakat
memaksimalkan pengaruh
berpartisipasi dalam pembangunan
positif pelabuhan terhadap
insfrastruktur di masyarakat sekitar
masyarakat
pelabuhan
PU Kabupaten
Natuna
*Pemprov Kepri
*Pemprov Kepri *
Pemerintah
BLHD Kabupaten
Kabupaten Natuna
Natuna
*Pemprov Kepri *
Pemerintah
BLHD Kabupaten
Kabupaten Natuna
Natuna
*Pemprov Kepri *
Pemerintah
BLHD Kabupaten
Kabupaten Natuna
Natuna
*Pemprov Kepri *
Pemerintah
BLHD Kabupaten
Kabupaten Natuna
Natuna
*Pemprov Kepri *
Pemerintah
BLHD Kabupaten
Kabupaten Natuna
Natuna
*Pemprov Kepri *
Pemerintah
BLHD Kabupaten
Kabupaten Natuna
Natuna
*Pemprov Kepri *
Pemerintah
BLHD Kabupaten
Kabupaten Natuna
Natuna
9.4
Berdasarkan analisis rona lingkungan awal operasional pelabuhan dapat membawa dampak terhadap
lingkungan laut khususnya dampak terhadap perubahan komponen fisik, kimia, biologi, sosial ekonomi,
dan kesehatan masyarakat. Tak dipungkiri, aktivitas di pelabuhan juga memberikan dampak kepada
pemanfaatan sumber daya alam berupa ruang lahan, perairan, dan udara yang akan tercemar oleh
polusi air buangan dan polusi udara hasil dari bahan bakar laut, serta aktivitas lainnya yang berada di
pelabuhan.
Penerapan prinsip pembangunan yang berkelanjutan dalam konteks kegiatan pelabuhan adalah upaya
menciptakan pelabuhan yang berwawasan lingkungan dengan melaksanakan program Green Port
pada seluruh pelabuhan. Dalam program ini mempunyai visi untuk tercapainya kelestarian fungsi
lingkungan pelabuhan, sehingga terjadi hubungan yang serasi, seimbang, selaras anatara manusia
dan lingkungannya yang dapat mendukung pembangunan berkelanjutan serta berwawasan
lingkungan.
Dalam pencapaian pelabuhan ramah lingkungan tahapan-tahapan dan usulan tindak lanjut
pelaksanaan program green port dapat diuraikan sebagai berikut:
A. Jangka Pendek
A.1 Kegiatan Non Struktural
1. Pelatihan Pemahaman Pengelolaan Lingkungan
Ketersediaan SDM yang faham akan pengelolaan lingkungan kurang sehingga diperlukan
pelatihan pemahaman tentang lingkungan dasar, SML ISO 14001, Penanganan B3,
Penanganan Limbah B3, HSE Supervisor. Serta penyuluhan kepada Masyarakat tentang
upaya pengelolaan lingkungan.
2. Perencanaan dan Implementasi Green Office
Teknis penghematan energi listrik untuk sistem pencahayaan dapat dilakukan sebagai berikut:
a. Gunakan lampu hemat listrik, kondensor pada lampu TL (Neon), saklar otomatis untuk
lampu taman, koridor, teras, serta satu saklar untuk satu lampu.
b. Kurangi penggunaan lampu assesoris dan manfaatkan cahaya alami (matahari) pada
siang hari.
c.
Bersihkan lampu dan ruang lampu jika kotor atau berdebu agar tidak menghalangi
cahaya lampu.
d. Buka tirai jendela secukupnya sehingga tingkat cahaya memadai untuk melakukan
kegiatan pekerjaan.
e. Matikan penerangan pada ruangan dan pantry jika tidak dipergunakan atau jika akan
meninggalkan ruangan dalam waktu cukup lama.
f.
Teknis penghematan energi listrik untuk sistem tata udara dapat dilakukan sebagai berikut:
a. Matikan AC dan kipas angin jika tidak dipergunakan.
b. Gunakan timer untuk mengatur pemakaian AC dan kipas angin agar sesuai kebutuhan.
c.
Atur suhu ruangan-ber AC pada suhu antara 25-27 derajat celcius dan kecepatan kipas
angin sesuai kebutuhan
d. Tutup pintu dan jendela jika AC sedang menyala serta menghindarkan AC terkena
langsung sinar matahari.
e. Gunakan kaca film pada jendela ruangan.
A2. Kegiatan Struktural
1. Perencanaan dan Optimalisasi Ruang terbuka Hijau
Salah satu kunci untuk mengoptimalkan fungsi ekologis RTH adalah pemilihan jenis tumbuhan
yang akan ditanam. Dengan memilih jenis tumbuhan yang tepat dan lebih menekankan pada aspek
ekologis, tidak berarti akan mengabaikan fungsi estetika atau sosial dari RTH. Jika aspek ekologis
yang lebih ditekankan maka jenis tumbuhan yang ditanam di satu kawasan dengan kawasan lain
kemungkinan akan berbeda. Daerah pantai atau kawasan pesisir dapat memilih beberapa jenis
vegetasi mangrove seperti bakau (Rhizophora sp), Api-api (Avicennia sp), Pedada (Sonneratia sp)
dan Tanjang (Bruguiera sp). Pohon-pohon ini terbukti mampu tumbuh dengan baik di daerah pesisir
yang dipengaruhi air laut atau kondisi air tanahnya payau. Fungsi RTH di wilayah pesisir ini sangat
penting, yaitu mencegah terjadinya abrasi (erosi pantai) dan intrusi air laut.
2.
Perencanaan dan implementasi Sistem Drainase dan Sistem Penyaluran Air Buangan
Perencanaan pembuatan sumur resapan/bidang resapan untuk mencegah banjir. Begitu Pun
sistem sanitasi seperti rencana pembuatan septic tank dan sistem sanitasi lainnya, karena sebagian
besar berhubungan dengan limbah, maka perlu diusahakan juga saluran yang benar-benar sehat
agar nantinya dapat diolah di IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) dan output-nya memenuhi
standar baku air.
B. Jangka Menengah
B1. Kegiatan Non Struktural
1. Efisiensi Penggunaan Air
a. Mengoptimalkan pengunaan air dengan memanfaatkan jaringan pipa yang sudah
disediakan pihak PDAM untuk memenuhi kebutuhan air bersih khusus pelabuhan
b. Gunakan air sesuai kebutuhan, memanfaatkan air tanah sebagai cadangan, dan mendaur
ulang air buangan untuk keperluan non konsumtif
c.
Matikan kran, shower, penggelontor otomatis bila tidak digunakan dan menggantinya bila
peralatan tersebut sudah tidak dapat bekerja dengan baik
d. Rawat peralatan pipa air kran dan penampungan air dengan baik
Sementara),
maka
diharapkan
dapat
memperpanjang
usia
sarana
1. Pengomposan, yang dapat berupa : (a) Pengomposan sampah skala rumah tangga (1 kk
dan 10 kk). Prinsip kerja pengomposan skala rumah tangga adalah pengomposan sampah
dapur secara aerobik dengan bantuan bakteri yang ada dalam sampah dan tanah. (b)
Pengomposan skala lingkungan. Prinsip kerjanya adalah pengolahan sampah rumah
tangga skala lingkungan ( 3500 orang) atau sampah organik pasar dengan penumpukan
sampah di atas permukaan tanah dengan bantuan mikroorganisme yang ada dalam
sampah.
2. Daur ulang sampah, Sampah organik (kertas) dan sampah anorganik (plastik, kaca, logam
dan lain-lain) dapat didaur ulang oleh para pemulung atau kelompok masyarakat.
3. Incinerator (pembakaran sampah), Incenerator adalah sistem pembakaran sampah yang
bersumber dari pabrik, rumah sakit, kantor maupun lingkungan permukiman. Pemakaian
kembali sampah. Dengan memanfaatkan kembali kaleng / botol bekas menjadi wadah
baru yang bermanfaat dan mengembangkan model isi ulang seperti minyak, shampoo,
cairan pembersih dll.
b) Untuk mendukung proses pengolahan sampah terpadu ini diharapkan dapat menyediakan
tempat dan peralatan dan tempat untuk proses pengomposan dan daur ulang sampah.
Sehingga dapat dapat bernilai ekonomi.
TABLE OF CONTENTS
Kajian Rona Awal Lingkungan ................................................................................................................ 1
9.1
9.2
9.2.1
9.2.2
9.2.3
9.2.4
9.2.5
9.3
9.4
Gambar 9. 1 Kualitas air laut secara fisik dilokasi Pelabuhan Subi. ........................................................... 5
Gambar 9. 2 Kualitas air laut Pelabuhan Serasan secara fisik. .................................................................. 6
Gambar 9. 3 Kondisi jalan perkampungan menuju wilayah pelabuhan. ................................................... 10
Gambar 9. 4 Kondisi jalan perkampungan di Subi Besar menuju wilayah pelabuhan. ............................. 10
Gambar 9. 5 Akses jalan menuju Pelabuhan Serasan. ............................................................................ 11
Gambar 9. 6 Akses jalan menuju dermaga di area pelabuhan. ................................................................ 11
Tabel 9. 1 Keadaan Geografis dan Topografis Kecamatan Serasan dan Kecamatan Subi. ....................... 3
Tabel 9. 2 Kualitas air pesisir Kepulauan Natuna. ...................................................................................... 4
Tabel 9. 3 Jenis tumbuhan yang ditemukan dan dicatat pada lokasi Pelabuhan Subi. ............................... 6
Tabel 9. 4 Jenis tumbuhan yang ditemukan dan dicatat pada lokasi Pelabuhan Serasan.......................... 6
Tabel 9. 5 Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin. ........................................................................... 7
Tabel 9. 6 Fasilitas pendidikan, jumlah sekolah, guru & murid Kecamatan Subi dan Kecamatan Serasan.
............................................................................................................................................................ 8
Tabel 9. 7 Sepuluh penyakit terbesar menurut kunjungan puskesmas di Kabupaten Natuna, Tahun 2012.
............................................................................................................................................................ 9
Tabel 9. 8 Sistem penyediaan air minum dan perpipaan Kabupaten Natuna. .......................................... 12
Tabel 9. 9 Fasilitas air limbah yang ada di Kecamatan Subi dan Kecamatan Serasan. ........................... 13
Tabel 9. 10 Jenis sampah dari aktivitas yang ada di Pelabuhan Serasan. ............................................... 14
Tabel 9. 11 Sumber dampak dan rencana pengelolaan dampak lingkungan akibat pembangunan
Pelabuhan Subi dan Serasan. .......................................................................................................... 15