Anda di halaman 1dari 21

BAB 9

Kajian Rona Awal Lingkungan


9.1

POKOK KAJIAN TERHADAP LINGKUNGAN

Setiap proyek pelabuhan selain menuntut pengelola pelabuhan untuk mempertimbangkan aspek teknis
den ekonomis, juga harus ikut dipertimbangkan aspek lingkungan dan pencegahan pencemaran. Faktor
yang terakhir ini terkadang lebih berperan dibandingkan faktor teknis dan ekonomis sehingga terkadang
mendorong perencana untuk berusaha meminimalisir dampak negatif yang akan terjadi.
Konsep Green Port adalah kerangka pengelolaan pelabuhan untuk mencapai kesetimbangan antara nilai
biaya lingkungan dan manfaat ekonomi, sehingga ada harmonisasi aspek komersial dan lingkungan
dalam menunjang pengelolaan yang berkelanjutan. Oleh karenanya master plan pelabuhan tidak hanya
menyangkut segi ekonomis/komersial dan prospek, tetapi juga harus mengakomodasi aspek lingkungan
mulai dari tahap perencanaan, perancangan, dan pengoperasian.
Lingkungan dapat diartikan sebagai semua faktor baik fisik, kimia, biologi, maupun sosial yang membawa
akibat baik secara langsung maupun tidak langsung, cepat atau lambat pada makhluk hidup. Setiap
gangguan terhadap sistem ini diartikan sebagai dampak dan survei lingkungan bertujuan untuk
menemukan, memperkirakan, dan mengatasi dampak tersebut. Saat membuat rencana induk pelabuhan,
sangatlah perlu diperhatikan aspek-aspek tersebut. Pengembangan suatu pelabuhan dapat membawa
perubahan pada sifat kimia, fisik, dan biologi wilayah tersebut, Seperti :

Peningkatan kadar debu dan peningkatan kebisingan


Sumber dampak bersumber dari aktivitas proses pembangunan dan pengembangan pelabuhan
dan aktivitas pelabuhan ketika operasional.

Penurunan kualitas air di sekitar wilayah pelabuhan.


Sumbar dampak barasal dari limbah rumah tangga yang masuk ke dalam perairan pelabuhan
serta aktifitas perkapalan.

Tata ruang kawasan pelabuhan


Terjadinya tidak keserasian tata ruang kawasan pelabuhan, pemukiman penduduk dan fasilitas
umum di dalam lingkungan kerja pelabuhan serta penumpukkan barang yang melebihi kapasitas.

Penyusunan RIP Subi dan Serasan Provinsi Kepulauan Riau

Draft Laporan Akhir 9-1

Penurunan populasi makhluk hidup akuatis, misalnya plankton, benthos, dan kerang-kerangan
serta Ikan. Sumber dampak berasal dari limbah rumah tangga yang masuk ke dalam perairan
pelabuhan serta aktivitas perkapalan. Dan kegiatan penimbunan dan pembangunan dermaga.

Peningkatan jumlah penduduk, serta adanya sarana dan prasarana yang menyangkut utilitas
umum di dalam daerah lingkungan kerja pelabuhan.

Gangguan kesehatan barasal dari tingginya kandungan debu akibat kegiatan pengangkutan
komoditi di dalam lingkungan kerja pelabuhan.

9.2

RONA LINGKUNGAN AWAL

Rona lingkungan awal menjelaskan kondisi data awal eksisting baik yang berkaitan dangan kondisi fisik
lingkungan, kondisi alam secara umum termasuk pula kondisi ekonomi, sosial, budaya. Rona lingkungan
awal menjelaskan data-data dalam Garis Garis pokok kajian yang diharapkan dapat menjadi panduan
untuk ditelaah lebih tajam pada Dokumen rona lingkungan awal dalam Penyusunan dokumen Arndal atau
UKL-UPL.
Data yang disajikan merupakan hasil dari pengumpulan data secara langsung di lapangan (survei) dan
pengumpulan data serta laporan-laporan dari instansi-instansi terkait, literatur/laporan-laporan lainnya.
Rona lingkungan awal ini juga menjelaskan data-data dalam garis-garis pokok kajian yang diharapkan
dapat menjadi panduan untuk ditelaah lebih tajam pada dokumen rona lingkungan awal dalam
penyusunan dokumen Amdal ataupun UKL-UPL.

9.2.1

Keadaan Iklim, Topografi dan Geologi

9.2.1.1 Iklim
Iklim di Kabupaten Natuna sangat dipengaruhi oleh perubahan arah angin. Musim kemarau biasanya
terjadi pada Bulan Maret sampai dengan Bulan Juli. Curah hujan ratarata setahun berkisar 260,6
milimeter dengan rata-rata kelembaban udara sekitar 85 persen dan temperatur berkisar antara 18,4C
hingga 35,1 C

9.2.1.2 Topografi
Berdasarkan kondisi fisiknya, Kabupaten Natuna merupakan tanah berbukit dan bergunung batu.
Dataran rendah dan landai banyak ditemukan di pinggir pantai. Ketinggian wilayah antar kecamatan
cukup beragam, yaitu berkisar antara 3 sampai dengan 959 meter dari permukaan laut dengan
kemiringan antara 2 sampai 5 meter.
Pada umumnya struktur tanah terdiri dari tanah podsolik merah kuning dari batuan yang tanah dasarnya
mempunyai bahan granit, dan alluvial serta tanah organosol dan gley humus.

9.2.1.3 Geografis dan Topografi


Secara geografis, Kabupaten Natuna terletak pada titik koordinat 10 16 LU 70 19 LU dan 1050 00 BT
1100 00 BT. Batas-batas wilayah Kabupaten Natuna sebagai berikut :

Penyusunan RIP Subi dan Serasan Provinsi Kepulauan Riau

Draft Laporan Akhir 9-2

Sebelah Utara berbatasan dengan Vietnam dan Kamboja.

Sebelah Selatan dengan Kabupaten Bintan.

Sebelah Timur dengan Kabupaten Malaysia Timur dan Kalimantan Barat.

Sebelah Barat berbatasan dengan Kepulauan Anambas.

Kabupaten Natuna memiliki luas wilayah 264.198,37 km2. Dengan luas daratan 2.001,30 km2 dan lautan
262.197,07 km2. Ranai sebagai Ibukota Kabupaten Natuna.
Di Kabupaten Natuna terdapat 154 pulau, dengan 27 pulau (17.53%) yang berpenghuni dan sebagian
besar pulau (127 buah) tidak berpenghuni. Dua pulau terbesar diantaranya adalah Pulau Bunguran, dan
Pulau Serasan.
Letak astronomis Kecamatan Serasan yaitu pada titik koordinat 202730-203343 LU dan 1080561410900311 BT dan Letak Astronomis Kecamatan Subi yaitu pada titik koordinat 203855-300321 LU
dan 10803319-10805623 BT.
Kondisi Geografis di Kecamatan Serasan yaitu terdapat pantai, lereng bukit, rawa, dan gambut.
Sedangakan untuk kondisi topografis nya terdiri dari dataran rendah, dataran tinggi dan wilayah berbukit.
Untuk kondisi geografis Kecamatan serasan hanya terdapat pantai, rawa, dan gambut. Sedangkan untuk
kondisi topografisnya Kecamatan subi ini terletak di Dataran Rendah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel dibawah ini :
Tabel 9. 1 Keadaan Geografis dan Topografis Kecamatan Serasan dan Kecamatan Subi.

Kecamatan
Serasan
Subi

Pantai
3
7

Geografis
Lembah Lereng Bukit
2
-

Rawa
1
3

Gambut
1
2

Topografis
Dataran rendah Dataran Tinggi Berbukit
2
4
4
8
-

Sumber : Natuna Dalam Angka 2014

9.2.2

Komponen Fisika dan Kimia

9.2.2.1 Kualitas Air Laut


Kualitas Air Pesisir Kepulauan Natuna
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut
dan Pesisir, Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kelautan dan Perikanan tahun 2014.
Secara umum beberapa parameter kualitas air yang mengindikasikan kesuburan perairan masih
berada dalam keadaan dan kondisi normal sesuai dengan standar baku mutu kualitas perairan yang
ditetapkan oleh Kepmen Lingkungan Hidup No. 51, 2004. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel dibawah ini :

Penyusunan RIP Subi dan Serasan Provinsi Kepulauan Riau

Draft Laporan Akhir 9-3

Tabel 9. 2 Kualitas air pesisir Kepulauan Natuna.

Sumber : Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir, 2014

Kecerahan
Nilai kecerahan perairan dapat dipengaruhi oleh faktor biologi yang disebabkan oleh kandungan
mikroorganisme dan juga faktor fisik yang disebabkan oleh padatan tersuspensi dan terlarut
dalam air tersebut dan kondisi cuaca, faktor lain yang juga berpengaruh seperti waktu
pengukuran dan ketelitian pengukuran. Bila mengacu pada baku mutu kecerahan air laut untuk
biota laut berdasarkan Kementerian Lingkungan Hidup No. 51 tahun 2004, maka kecerahan
perairan sekitar kepulauan Natuna ini dapat dikategorikan masih memenuhi syarat kecerahan
yang mendukung kehidupan biota laut.

pH
Parameter pH merupakan satuan konsentrasi ion hidrogen dalam larutan, biasanya digunakan
untuk menyatakan derajat keasaman atau kebasaan suatu larutan. Nilai pH sangat berperan
dalam mengendalikan kondisi ekosistem perairan sehingga tinggi rendahnya pH dapat
dipengaruhi oleh banyak-sedikitnya bahan organik yang dibawa melalui aliran sungai. Hasil
pengukuran pH air laut di perairan pesisir Kepulauan Natuna berkisar antara 8,09-8,24. Apabila
mengacu kepada standar baku mutu air laut yang dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan
Hidup No. 51 tahun 2004, pH yang disyaratkan untuk menunjang kehidupan biota laut adalah 78,5 sehingga dapat katakan bahwa perairan di pesisir selatan Kepulauan Natuna masih berada
dalam kondisi yang cukup baik bagi biota laut.

Oksigen Terlarut (DO)


Oksigen terlarut dibutuhkan oleh makhluk hidup untuk proses pernafasan dan metabolismenya.
Hasil pengukuran oksigen terlarut (DO) insitu pada saat penelitian yaitu berkisar antara 6,34 7,96 mg/l dengan rata-rata 7,38 mg/l sehingga kondisi tersebut masih dapat dikategorikan berada
pada ambang batas normal. Meskipun demikian, berdasarkan baku mutu kualitas perairan yang
dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup No. 51 tahun 2004 yang menyebutkan bahwa
kadar oksigen terlarut yang diperlukan untuk menunjang kehidupan biota laut adalah lebih dari 5
mg/l. Oleh karena itu kadar oksigen terlarut permukaan perairan pesisir selatan Kepulauan
Natuna pada saat penelitian masih tergolong baik. Kadar oksigen terlarut di permukaan
umumnya lebih tinggi karena adanya proses difusi antara air dan udara bebas serta adanya
proses fotosintesis.

Penyusunan RIP Subi dan Serasan Provinsi Kepulauan Riau

Draft Laporan Akhir 9-4

Salinitas
Sebaran salinitas perairan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pola sirkulasi air, penguapan,
curah hujan, dan aliran air sungai (Nontji, 1987). Pada perairan lepas pantai yang dalam, angin
dapat pula melakukan pengadukan lapisan atas hingga membentuk lapisan homogen sampai
kira-kira setebal 50-70 meter atau lebih tergantung dari intensitas pengadukan. Sebaran salinitas
perairan pesisir dapat dipengaruhi oleh faktor lainnya seperti: keberadaan sungai, antropogenik
dari aktivitas manusia. Sebaran salinitas permukaan perairan pesisir selatan Kepulauan Natuna
menjelaskan bahwa perairan tersebut memiliki sebaran salinitas yang homogen yang berkisar
antara 29-31ppt. Salinitas perairan yang terpengaruh langsung oleh aktifitas penduduk dan
keberadaan sungai memiliki nilai sedikit lebih rendah daripada salinitas perairan yang
berhubungan langsung dengan perairan terbuka. Hal ini dikarenakan oleh pengaruh
antropogenik dari darat yang masuk dan bercampur dengan perairan pesisir sehingga
mempengaruhi salinitas perairan tersebut.

Suhu
Suhu hasil pengukuran insitu dilapangan menunjukan kisaran suhu pada stasiun pengamatan
antara 29-31 C. Jika terdapat perbedaan suhu yang cukup signifikan disebabkan di karenakan
pengaruh lokasi yang mungkin lebih dekat ke pesisir sehingga berpotensi membawa muatan
baru (tambahan debit air) dan juga limbah dari aktivitas manusia, sedangkan untuk yang terletak
terletak agak jauh dari pesisir dan aktivitas manusia dan cenderung lebih dipengaruhi oleh lautan
lepas. Rendahnya suhu perairan seperti yang terjadi juga dapat mempengaruhi tingkat kelarutan
perairan tersebut berupa meningkatnya tingkat kelarutan gas-gas yang dapat meningkatkan
potensi penyerapan karbon serta kualitas perairan.
Kualitas Air Laut Pelabuhan Subi

Berdasarkan Observasi dilapangan kualitas air laut di wilayah rencana Pelabuhan Subi secara fisik
tidak berbau dan tingkat kekeruhan rendah (tidak keruh) hal ini juga dapat dilahat dari belum
banyaknya aktivitas pelayaran ataupun aktivitas lainnya yang ada di sekitar lokasi pelabuhan.

Gambar 9. 1 Kualitas air laut secara fisik dilokasi Pelabuhan Subi.


Kualitas Air Laut di Pelabuhan Serasan
Aktivitas yang ada di Pelabuhan Serasan sudah sedikit lebih ramai dibandingkan pelabuhan Subi, hal
ini karena jumlah penduduk di Pulau Serasan Juga jauh lebih banyak dibandingkan dengan Pulau
Subi. Sehingga aktivitas pelayaran baik penumpang ataupun barang hampir setiap saat. Tetapi hal
tersebut pada saat ini tidak begitu berdampak buruk secara fisik Kualitas air laut di Pelabuhan
Serasan masih dapat dikatakan cukup baik tidak berbau dan tingkat kekeruhan rendah (tidak keruh).
Penyusunan RIP Subi dan Serasan Provinsi Kepulauan Riau

Draft Laporan Akhir 9-5

Gambar 9. 2 Kualitas air laut Pelabuhan Serasan secara fisik.

9.2.2.2 Kualitas Udara dan Kebisingan


Berdasarkan observasi dilapangan kualitas udara dan kebisingan baik di Pelabuhan Subi maupun
Pelabuhan Serasan masih cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari belum banyaknya aktivitas yang terdapat
di kedua pelabuhan tersebut. Tapi seiring berkembangnya wilayah ini akibat adanya pembangunan
maupun pengembangan pelabuhan maka akan mempengaruhi penurunan kualitas udara terutama
sebagai akibat aktivitas pelayaran yang bersumber dari cerobong kapal yang bersandar maupun yang
hendak berlayar serta emisi dari kendaraan penumpang yang masuk kewilayah pelabuhan.

9.2.3

Komponen Biologi

9.2.3.1 Flora
Berdasarkan hasil observasi dilapangan disekitar wilayah pelabuhan yang dicatat dan diamati pada
analisis ini untuk Pelabuhan Subi mencapai 5 jenis flora, sedangkan untuk Pelabuhan Serasan
mencapai. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 9. 3 Jenis tumbuhan yang ditemukan dan dicatat pada lokasi Pelabuhan Subi.
No

Jenis

Nama Latin

Famili

Putri malu

Mimosa pudica

Fabaceae

Kelapa

Cocos nucifera L

Arecaceae

Rumput belulang

Dactyloctenium aegypium

Poaceae

Nanas

Ananas comocus

Ananas comocus

Bakau

Rhizopora sp.

Rhizoporaceae

Sumber : Observasi lapangan, 2015

Tabel 9. 4 Jenis tumbuhan yang ditemukan dan dicatat pada lokasi Pelabuhan Serasan.
No

Jenis

Nama Latin

Famili

Kelapa

Cocos nucifera L

Arecaceae

Rumput belulang

Dactyloctenium aegypium

Poaceae

Pisang

Musa paradisiaca

Musa paradisiaca

Bakau

Rhizopora sp.

Rhizoporaceae

Sumber : Observasi lapangan, 2015

Penyusunan RIP Subi dan Serasan Provinsi Kepulauan Riau

Draft Laporan Akhir 9-6

9.2.3.2 Fauna
Berdasarkan observasi dilapangan untuk fauna yang terdapat di disekitar pelabuhan baik Pelabuhan
Subi maupun Pelabuhan Serasan diantaranya terdapat sapi, kambing, dan burung seperti burung
gereja, dan burung kutilang.

9.2.3.3 Biota Perairan


Data berikut berdasarkan data sekunder penelitian terdahulu tentang identifikasi potensi dan pemetaan
sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil dan Laut Kabupaten Natuna.

Fitoplankton
Jenis fitoplankton di Kepulauan Natuna adalah Bacillariophyceae sebanyak 7 spesies, Chloropyceae
sebanyak 4 spesies, dan Cyanopphyceae sebanyak 5 spesies. Kelimpahan fitoplankton tertinggi
sebesar 2575 ind/L dan terendah 699 ind/L. Pencemaran terhadap fitoplankton di perairan tersebut
belum nampak dari adanya indikator indeks dominasi jenis fitoplankton tertentu.

Zooplankton
Zooplankton terdiri atas dua genus yaitu Ciliata Dan Rotifera. Ciliata terdiri dari 2 spesies dan
Rotifera sebanyak 3 spesies. Kelimpahan zooplankton dalam plankton adalah 58-236 ind/L.

9.2.4

Komponen Sosial, Ekonomi dan Kesehatan

9.2.4.1 Jumlah Penduduk


Masalah penduduk di Kabupaten Natuna sama halnya seperti daerah lain di Indonesia. Untuk mencapai
manusia yang berkualitas dengan jumlah penduduk yang tidak terkendali akan sulit tercapai. Program
kependudukan yang meliputi pengendalian kelahiran, menurunkan tingkat kematian bagi bayi dan anak,
perpanjangan usia harapan hidup, penyebaran penduduk yang seimbang serta pengembangan potensi
penduduk sebagai modal pembangunan yang harus ditingkatkan.
Pada tahun 2013 jumlah penduduk di Kecamatan Serasan sebesar 5.022 jiwa dan kecamatan Subi
mempunyai jumlah penduduk sebesar 2.872 jiwa. Untuk jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin perkecamatan dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 9. 5 Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin.

Kecamatan Luas (km2)


Serasan
Subi

43,65
160,93

Penduduk
Laki-laki Perempuan Jumlah
2.535
2.487
5.022
1.452
1.420
2.872

Ratio
Jenis
101,93
102,25

Kepadatan
Pnduduk
115,05
17,85

Sumber : Natuna Dalam Angka 2014

9.2.4.2 Mata Pencaharian


Masalah kependudukan selalu berkaitan dengan masalah ketenagakerjaan, salah satu contoh adalah
tingginya tingkat pertumbuhan penduduk akan berpengaruh juga pada tingginya penyediaan tenaga
kerja. Penawaran tenaga kerja yang tinggi tanpa diikuti penyediaan kesempatan kerja yang cukup akan
menimbulkan pengangguran dan setengah pengangguran. Banyaknya pencari kerja yang terdaftar pada
Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kabupaten Natuna pada tahun 2012 tercatat 36 orang terdiri dari 24
Penyusunan RIP Subi dan Serasan Provinsi Kepulauan Riau

Draft Laporan Akhir 9-7

pencari kerja laki-laki dan 12 orang perempuan. Sedangkan untuk mata pencaharian di kabupaten
Natuna sendiri sekitar 58 % di bidang pertanian, nelayan dan perkebunan.

9.2.4.3 Tingkat Pendidikan


Keberhasilan pembangunan daerah sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan penduduknya. Semakin
maju pendidikan berarti akan membawa berbagai pengaruh positif bagi masa depan berbagai bidang
kehidupan. Demikian pentingnya peranan pendidikan, tidaklah mengherankan kalau pendidikan
senantiasa banyak mendapat perhatian dari pemerintah maupun masyarakat. Gambaran secara umum
perkembangan pendidikan di Kecamatan Subi dan Kecamatan Serasan dapat dilihat sebagai berikut.

Tabel 9. 6 Fasilitas pendidikan, jumlah sekolah, guru & murid Kecamatan Subi dan Kecamatan Serasan.

Kecamatan

Sekolah
Negeri Swasta

Serasan
Subi

1
1

4
2

Serasan
Subi

7
5

Serasan
Subi

1
2

Serasan
Subi

1
-

Serasan
Subi

1
1

Guru
Murid
Negeri
Swasta Negeri
Swasta
TK
9
22
77
114
8
8
8
41
SD
111
667
46
362
SMP
15
174
17
144
Madrasah Tsanawiyah
11
72
SMA
21
215
17
107
-

Sumber : Natuna Dalam Angka 2014

9.2.4.4 Kesehatan Masyarakat


Mortalitas (Angka Kematian)
Mortalitas adalah ukuran jumlah kematian (umumnya, atau karena akibat yang spesifik) pada
suatu populasi, skala besar suatu populasi, per dikali satuan.

Angka kematian bayi (AKB)


Berdasarkan buku profil kesehatan kabupaten Natuna Tahun 2012, Terjadi penurunan
ditahun 2012 dengan jumlah kematian bayi sebanyak 9 bayi dari tahun 2011 yaitu 12 bayi.

Angka kematian balita (AKABA)


Angka Kematian Balita atau AKABA adalah jumlah akan yang meninggal sebelum mencapai
usia 5 tahun yang dinyatakan sebagai angka 1.000 kelahiran hidup. Berdasarkan arget
Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015 adalah 32 per 1.000 kelahiran hidup. Di
Kabupaten Natuna AKABA sebesar 5,77 per 1.000 kelahiran hidup. Ini disumbang oleh balita

Penyusunan RIP Subi dan Serasan Provinsi Kepulauan Riau

Draft Laporan Akhir 9-8

umur 1-12 bulan (bayi). Sedangkan umur 1-5 tahun (anak balita) tidak terdapat kematian
anak. Melihat angka ini, Kabupaten Natuna telah berada jauh dibawah target MDGs tahun
2015 yaitu 32 per 1.000 kelahiran hidup.

Angka kematian ibu maternal (AKI)


Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya kematian perempuan pada saat hamil atau
selama 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lama dan tempat persalinan,
yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, dan bukan karena sebabsebab lain, per 100.000 kelahiran hidup. Kematian ibu terjadi pada masa ibu bersalin
sebanyak 3 kasus dan pada masa ibu nifas sebanyak 2 kasus. Melihat AKI pada tahun 2012,
Kabupaten Natuna masih jauh dari target yang telah di tetapdalam MGDs yaitu 110 per
100.000 KH.

Angka harapan hidup


Angka harapan hidup (AHH) waktu lahir dapat digunakan untuk menilai derajat kesehatan
masyarakat. Selain itu AHH juga menjadi salah satu indikator yang digunakan untuk
menghitung Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Kabupaten Natuna 68,30 tahun. AHH
Kabupaten Natuna mengalami kenaikan dari tahun 2006 yaitu 67,90 tahun dengan IPM
70,56. IPM dikategorikan menjadi 3, yaitu IPM tinggi (IPM>= 80), IPM sedang (IPM 5079,99) dan IPM rendah (IPM<=50). Kabupaten Natuna masih berada di kategori IPM
sedang.

Morbiditas (Angka Kesakitan)


Morbiditasatau angka kesakitan, dapat berupa angka insiden maupun angka prevalens dari suatu
penyakit. Dimana menggambarkan keadaan penyakit dalam suatu populasi dalam kurun waktu
tertentu. Angka kesakitan ini tergambar dari jumlah kunjungan penyakit di Rumah Sakit,
Puskesmas dan jaringannya dalam kurun satu tahun baik kunjungan rawat jalan atau pun
kunjungan rawat inap. Di sini akan di tampilkan 10 pnyakit terbesar berdasarakan kunjungan di
12 Puskesmas di wilayah kerja Kabupaten Natuna selama 1 tahun terakhir tahun 2012.
Tabel 9. 7 Sepuluh penyakit terbesar menurut kunjungan puskesmas di Kabupaten Natuna, Tahun 2012.

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Jenis Penyakit
Infeksi akut lain pada saluran pernafasan bagian atas (ISPA)
Penyakit tekanan darah tinggi (Hypertensi)
Penyakit tulang belulang radang sendi termasuk reumatik
Dispepsia/ Gastritis
Febris
Penyakit kulit alergi
Diare
Penyakit lain Saluran Atas
Asma
Gangguan gigi dan penyangga lainnya

Jumlah
18.456
9.084
8.710
6.893
6.390
3.951
3.538
3.141
2.997
2.086

Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten Natuna Tahun 2012

Penyusunan RIP Subi dan Serasan Provinsi Kepulauan Riau

Draft Laporan Akhir 9-9

9.2.5

Kondisi Sarana dan Prasarana

9.2.5.1 Jaringan Jalan


Pelabuhan Subi
Kondisi jalan menuju dermaga dari perkampungan lain masih berupa jalan tanah dengan lebar jalan yang
hanya dapat dilalui oleh kendaraan roda dua. Sedangkan untuk lokasi yang berada di pinggir pantai
sebagian sudah cukup baik dengan kontruksi beton dan lebar jalan 4 meter.

Gambar 9. 3 Kondisi jalan perkampungan menuju wilayah pelabuhan.

Gambar 9. 4 Kondisi jalan perkampungan di Subi Besar menuju wilayah pelabuhan.

Pelabuhan Serasan
Akses jalan dari sekitar perkampungan menuju ke area pelabuhan sudah cukup baik dengan konstruksi
beton dan lebar 5 meter. Begitu juga dengan sarana jalan menuju pelabuhan juga sudah bagus dengan
konstuksi beton dan lebar 4 meter.

Penyusunan RIP Subi dan Serasan Provinsi Kepulauan Riau

Draft Laporan Akhir 9-10

Gambar 9. 5 Akses jalan menuju Pelabuhan Serasan.

Gambar 9. 6 Akses jalan menuju dermaga di area pelabuhan.

9.2.5.2 Jaringan Air Bersih


Pembangunan sarana air bersih pada hakikatnya bertujuan agar masyarakat mendapatkan air bersih
yang memerlukan syarat. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk penyediaan dan pemanfaatan air
bersih pada anggota keluarga merupakan tujuan dari program penyediaan air bersih.
Untuk memenuhi kebutuhan air bersih sebagian besar dipasok dari sumber mata air yang berada di
wilayah Kabupaten Natuna. Saat ini hanya terdapat 2 unit instalasi pengolahan air bersih di Kabupaten
Natuna khususnya Kota Ranai yang terletak di Gunung Ranai dengan kapasitas 10-20 L/detik dan
Sumber air Hijau, sedangkan kebutuhan air untuk kecamatan lainnya dilakukan secara swadaya.
Berdasarkan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Natuna Tahun 2014 sistem penyediaan air minum dan
perpipaan dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Penyusunan RIP Subi dan Serasan Provinsi Kepulauan Riau

Draft Laporan Akhir 9-11

Tabel 9. 8 Sistem penyediaan air minum dan perpipaan Kabupaten Natuna.


Uraian

No
1
2

Satuan

Sistem Perpipaan

Pengelola

PDAM/BPAM

Tingkat Pelayanan

70%

Kapasitas Produksi

Lt/detik

120

Kapasitas Terpasang

Lt/detik

111

Jumlah

Unit

3.404

Unit

3.404

32

Rp 1.500

Pelanggan

3.404

Sambungan

Rumah (Total)
6

Jumlah Kran Air

Kehilangan Air (UFW)

Retribusi/Tarif

(Rumah

Tangga)
9

Jumlah

Keterangan

Pelanggan

Belum terlayani
semua

per

Kecamatan
Bunguran Timur

Sumber : Buku Putih Sanitasi Kabupaten Natuna Tahun 2014

9.2.5.3 Jaringan Air Limbah dan Drainase


Sistem Penyaluran Air Limbah adalah menyalurkan air limbah dari perumahan dan fasilitas umum maupu
industri. Sistem Penyaluran Air Hujan adalah membawa air limpasan dari hujan yang jatuh di atap
gedung, jalan, dan permukaan lainnya.
Berdasarkan Buku Putih Sanitasi Tahun 2014 pada beberapa wilayah yang padat penduduk,
pembangunan tangki septik masih banyak yang belum memenuhi syarat standar jarak tangki septik
dengan sumber air bor/sumur sehingga menimbulkan resiko yang tinggi terhadap kondisi kesehatan
masyarakat yang mengkonsumsi air bersih dengan adanya pencemaran air bawah tanah. Pada kawasan
lainnya perilaku buang air besar sembarangan masih cukup tinggi terutama pada kawasan yang
berdekatan dengan sungai dan pesisir pantai.
Secara umum sistem drainase yang ada di Kabupaten Natuna adalah melalui selokan/parit baik yang
berasal dari KM/WC maupun yang berasal dari dapur/tempat cuci. Kemudian mengalir ke sungai yang
ada di sekitarnya tanpa ada pengolahan terlebih dahulu.

Penyusunan RIP Subi dan Serasan Provinsi Kepulauan Riau

Draft Laporan Akhir 9-12

Tabel 9. 9 Fasilitas air limbah yang ada di Kecamatan Subi dan Kecamatan Serasan.
Sarana tidak
layak

Nama
Kecamatan/

BABS*
Individual

No

(KK)

(ii)

Offsite
System
Kawasan /
terpusat

Onsite System

Kelurahan

(i)

Sarana Layak

Cubluk,
Tangki septik
tidak aman**
(KK)

Jamban
keluarga dgn
tangki septik
aman
(KK)

Berbasis Komunal
MCK
umum
/Jamban
Bersama
(KK)

Tangki
Septik
Komunal

IPAL

(KK)

(KK)

Komunal

MCK++

Sambungan
Rumah (KK)
(KK)

(iii)

(iv)

(v)

(vi)

(vii)

(viii)

(ix)

(x)
-

Kecamatan Serasan
Desa Batu Berian
1

16

87

65

26

132

Kampung Hilir

41

61

11

Serasan

251

301

Tanjung Balau

75

57

Tanjung Setelung

59

62

14

Meliah

13

47

21

Meliah Selatan

20

35

10

21

Pulau Kerdau

28

35

18

Pulau Panjang

24

83

16

43

Subi

35

52

41

17

Subi Besar

30

36

12

39

32

14

21

47

Kecamatan Subi

Subi Besar Timur


Terayak

Sumber : Buku Putih Sanitasi Tahun 2014

9.2.5.4 Sampah
Pengelolaan persampahan di Kabupaten Natuna belum dilaksanakan secara efektif baik di hulu maupun
di hilir, utamanya dalam proses pengangkutan. Masyarakat sebagai produsen sampah belum
berpartisipasi optimal dalam pengelolaan persampahan, masih terbatas pada usaha konvensional seperti
melakukan pembakaran dan penimbunan.
Pelabuhan Subi
Adanya aktivitas pelayaran dari kapal-kapal nelayan yang ada di sekitar rencana wilayah pelabuhan
dapat menimbulkan masalah terutama sampah. Namun untuk kondisi saat ini berdasarkan aktivitas
nelayan yang berlayar dan mencari ikan hampir setiap hari dan kapal Pelni yang mengangkut
penumpang hanya 2 minggu sekali makan belum banyak sampah yang berserakan. Jenis sampah yang
ada disekitar rencana pelabuhan pun hanya berupa sampah organik seperti dedaunan, ranting pohon
dan batok kelapa. Sedangkan untuk limbah cairnya hanya berupa limbah cair hasil perikanan. sistem
pengelolaan sampah juga belum baik sampah yang dihasilkan hanya dibakar karena belum tersedianya
sarana Tempat Penampungan Sampah (TPA) di Subi Besar ini.
Pelabuhan Serasan
Untuk pelabuhan serasan sudah banyak aktivitas yang dilakukan diantaranya adalah adanya aktivitas
pelayaran baik penumpang maupun barang serta adanya aktivitas nelayan yang mencari ikan. Hal
tersebut dapat menimbulkan sampah sebagai akibat dari adanya pelabuhan serasan ini. Untuk lebih jelas
jenis kegiatan dan pencemarannya dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Penyusunan RIP Subi dan Serasan Provinsi Kepulauan Riau

Draft Laporan Akhir 9-13

Tabel 9. 10 Jenis sampah dari aktivitas yang ada di Pelabuhan Serasan.


No.

Jenis Kegiatan

Sumber Pencemaran

Jenis/Limbah Pencemaran

Kegiatan pengoperasian kapal

Sludge minyak dan residu

Kegiatan pembersihan kapal

Minyak pelumas bekas

Kebocoran atau tumpahan

Sampah (garbage) seperti semua jenis sisa


Pembuangan limbah
makanan, bahan buangan domestik (kertas,
Buangan sampah, kotoran manusia plastik, barang-barang sintetis dll)
yang berada di kapal
Limbah cair perikanan
Air limbah

1.

Kegiatan Pelayaran

2.

Kegiatan Nelayan

3.

Kegiatan
disekitar
seperti
Padatan sampah ke laut
perdagangan(kantin-kantin kecil)

Kotoran (sawage)
Padatan/sampah domestik (kaleng, plastik,
kayu, besi dll)
Air limbah domestik

Sumber : Hasil Observasi, 2015

9.3

ANALISA SUMBER DAMPAK & RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN

Berdasarkan rona lingkungan awal wilayah Pelabuhan Subi dan Serasan dan rencana pembangunan
baik fasilitas darat maupun laut hal ini akan memberikan dampak bagi lingkungan sekitarnya. Maka hal
tersebut perlu diminimalisir agar aktivitas pembangunan tetap sejalan dengan upaya kelestarian
lingkungan. Dengan mengidentifikasi sumber dampak serta rencana pengelolaannya. Untuk lebih jelas
dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Penyusunan RIP Subi dan Serasan Provinsi Kepulauan Riau

Draft Laporan Akhir 9-14

Tabel 9. 11 Sumber dampak dan rencana pengelolaan dampak lingkungan akibat pembangunan Pelabuhan Subi dan Serasan.

Jenis Dampak

Sumber Dampak

Tujuan Pengelolaan
Lingkungan

Tolok Ukur Dampak

Rencana Pengelolaan Lingkungan

Pengelolaan Lingkungan

Institusi Pengelolaan Lingkungan

Lokasi

Periode

Pelaksana

kelurahan/desa
sekitar

1x ketika
pembebasan
lahan

Pelabuhan Subi
dan Serasan

Pengawas

Laporan

PRA KONSTRUKSI
Persepsi Negatif
Masyarakat

Gangguan Kawasan
konservasi

ada/tidaknya penolakan menghindari terjadinya konflik


masyarakat
dan penolakan masyarakat

Pengembangan kawasan sesuai dengan


peruntukan dalam RTRW dan aspirasi
masyarakat

*Pemprov Kepri *
Pemerintah
BLHD Kabupaten
Kabupaten Natuna
Natuna

KONSTRUKSI
Kerusakan Jalan

Lalu lintas kendaraan


Jalan rusak
berat

Memelihara kualitas jalan


umum

memperbaiki jalan yang rusak akibat


mobilisasi alat berat dan pengangkutan
material

sepanjang
lintasan

1x setelah selesai
konstruksi

Pelabuhan Subi
dan Serasan

Penurunan Kualitas
Udara

emisi gas buang dan


Baku mutu Ambient
penyebaran debu

meminimalkan penyebaran
debu dan emisi gas buang

menutup kendaraan pengangkut material


yang berpotensi menyebarkan debu

sepanjang
lintasan

selama kegiatan
konstruksi

Pelabuhan Subi
dan Serasan

menginformasikan kebutuhan tenaga lokal di


setiap kelurahan sekitar pelabuhan

kelurahan/desa
sekitar

2x per tahun
selama konstruksi

Pelabuhan Subi
dan Serasan

kelurahan/desa
sekitar

2x per tahun
selama konstruksi

Pelabuhan Subi
dan Serasan

selama operasi

Pelabuhan Subi
dan Serasan

selama operasi

Pelabuhan Subi
dan Serasan

kolam pelabuhan

selama operasi

Pelabuhan Subi
dan Serasan

selama operasi

Pelabuhan Subi
dan Serasan

kelurahan/desa
sekitar

1x per tahun

Pelabuhan Subi
dan Serasan

kelurahan/desa
sekitar

1x per tahun

Pelabuhan Subi
dan Serasan

kelurahan/desa
sekitar

1x per 3 tahun

Pelabuhan Subi
dan Serasan

kelurahan/desa
sekitar

1x tahun

Pelabuhan Subi
dan Serasan

Penyerapan Tenaga kebutuhan tenaga


Kerja
konstruksi

Jumlah tenaga local


yang terlibat

Memaksimalkan penyerapan
tenaga kerja lokal

Adanya Peluang
Usaha

Jumlah pelaku usaha


lokal yang terlibat

memaksimalkan keterlibatan
memfasilitasi dan memberi prioritas kepada
penduduk lokal untuk berusaha penduduk lokal untuk berusaha di bidang
sebagai pendukung
jasa pendukung kegiatan konstruksi

kebutuhan thidup
pekerja

*Pemprov Kepri *
BLHD Kabupaten
Natuna
*Pemprov Kepri *
Pemerintah
BLHD Kabupaten
Kabupaten Natuna
Natuna
*Pemprov Kepri *
Pemerintah
BLHD Kabupaten
Kabupaten Natuna
Natuna
*Pemprov Kepri *
Pemerintah
BLHD Kabupaten
Kabupaten Natuna
Natuna
DLLAJ Kabupaten
Natuna

OPERASI
mewajibkan kendaraan yang terlibat dalam
operasi pelabuhan mematuhi aturan tentang
emisi jalan maskimal
mewajibkan kendaraan yang terlibat dalam
operasi pelabuhan mematuhi aturan tentang
emisi gas buang kendaraan

sekitar pintu
gerbang
pelabuhan
sekitar pintu
gerbang
pelabuhan

Kerusakan Jalan

Lalulintas kendaraan
Jalan rusak
berat

Memelihara kualitas ja;an


umum

Penurunan Kualitas
Udara

emisi gas buang


kendaraan

Baku mutu Ambient

meminimalkan penyebaran
emisi gas buang

Penurunan Kualitas
Air

ceceran oli dan


sampah

PermenLH No. 51/2004 menjaga kebersihan/mutu air


Lampiran 1
laut di kolam pelabuhan

Sampah Domestik

kegiatan manusia
dipelabuhan

Timbulan sampah

kawasan darat dan perairan


pelabuhan bebas dari
sebagaran sampah

menyediakan bak bak sampah di setiap


kawasan
sudut kawasan dan dekat tambatan kapal,
pelabuhan dan
menerapkan larangan pembuangan sampah
kolam pelabuhan
ke perairan

Jumlah Tenaga lokal


yang terlibat

Memaksimalkan penyerapan
tenaga kerja lokal

menginformasikan kebutuhan tenaga lokal di


setiap kelurahan sekitar pelabuhan

kebutuhan tenaga
Penyerapan Tenaga
operasi bongkar
Kerja
muat
kebutuhan pekerja
Adanya Peluang
dan penunjang
Usaha
pelabuhan

Jumlah pelaku usaha


lokal yang terlibat

Apresiasi Positif
Masyarakat

adanya manfaatn
pelabuhan

Jumlah konflik dengan


masyarakat

Pengembangan
Wilayah

kegiatan ekonomi
pendukung
pelabuhan

Peningkatan
Infrastruktur wilayah

membuat larangan pembuangan sampah


dan oli bekas ke laut

memaksimalkan keterlibatan
memfasilitasi dan memberi priroritas kepada
penduduk lokal untuk berusaha penduduk lokal untuk berusaha di bidang
sebagai pendukung
jasa pendukung pelabuhan
Pengembangan kawasan sesuai dengan
menghindari terjadinya konflik
peruntukan dalam RTRW dan aspirasi
dan penolakan masyarakat
masyarakat
memaksimalkan pengaruh
berpartisipasi dalam pembangunan
positif pelabuhan terhadap
insfrastruktur di masyarakat sekitar
masyarakat
pelabuhan

PU Kabupaten
Natuna

*Pemprov Kepri

*Pemprov Kepri *
Pemerintah
BLHD Kabupaten
Kabupaten Natuna
Natuna
*Pemprov Kepri *
Pemerintah
BLHD Kabupaten
Kabupaten Natuna
Natuna
*Pemprov Kepri *
Pemerintah
BLHD Kabupaten
Kabupaten Natuna
Natuna
*Pemprov Kepri *
Pemerintah
BLHD Kabupaten
Kabupaten Natuna
Natuna
*Pemprov Kepri *
Pemerintah
BLHD Kabupaten
Kabupaten Natuna
Natuna
*Pemprov Kepri *
Pemerintah
BLHD Kabupaten
Kabupaten Natuna
Natuna
*Pemprov Kepri *
Pemerintah
BLHD Kabupaten
Kabupaten Natuna
Natuna

Sumber : Hasil Analisis, 2015

Penyusunan RIP Subi dan Serasan Provinsi Kepulauan Riau

Draft Laporan Akhir 9-15

9.4

PENERAPAN KONSEP LINGKUNGAN PADA RENCANA PENGEMBANGAN PELABUHAN

Berdasarkan analisis rona lingkungan awal operasional pelabuhan dapat membawa dampak terhadap
lingkungan laut khususnya dampak terhadap perubahan komponen fisik, kimia, biologi, sosial ekonomi,
dan kesehatan masyarakat. Tak dipungkiri, aktivitas di pelabuhan juga memberikan dampak kepada
pemanfaatan sumber daya alam berupa ruang lahan, perairan, dan udara yang akan tercemar oleh
polusi air buangan dan polusi udara hasil dari bahan bakar laut, serta aktivitas lainnya yang berada di
pelabuhan.
Penerapan prinsip pembangunan yang berkelanjutan dalam konteks kegiatan pelabuhan adalah upaya
menciptakan pelabuhan yang berwawasan lingkungan dengan melaksanakan program Green Port
pada seluruh pelabuhan. Dalam program ini mempunyai visi untuk tercapainya kelestarian fungsi
lingkungan pelabuhan, sehingga terjadi hubungan yang serasi, seimbang, selaras anatara manusia
dan lingkungannya yang dapat mendukung pembangunan berkelanjutan serta berwawasan
lingkungan.
Dalam pencapaian pelabuhan ramah lingkungan tahapan-tahapan dan usulan tindak lanjut
pelaksanaan program green port dapat diuraikan sebagai berikut:

A. Jangka Pendek
A.1 Kegiatan Non Struktural
1. Pelatihan Pemahaman Pengelolaan Lingkungan
Ketersediaan SDM yang faham akan pengelolaan lingkungan kurang sehingga diperlukan
pelatihan pemahaman tentang lingkungan dasar, SML ISO 14001, Penanganan B3,
Penanganan Limbah B3, HSE Supervisor. Serta penyuluhan kepada Masyarakat tentang
upaya pengelolaan lingkungan.
2. Perencanaan dan Implementasi Green Office
Teknis penghematan energi listrik untuk sistem pencahayaan dapat dilakukan sebagai berikut:
a. Gunakan lampu hemat listrik, kondensor pada lampu TL (Neon), saklar otomatis untuk
lampu taman, koridor, teras, serta satu saklar untuk satu lampu.
b. Kurangi penggunaan lampu assesoris dan manfaatkan cahaya alami (matahari) pada
siang hari.
c.

Bersihkan lampu dan ruang lampu jika kotor atau berdebu agar tidak menghalangi
cahaya lampu.

d. Buka tirai jendela secukupnya sehingga tingkat cahaya memadai untuk melakukan
kegiatan pekerjaan.
e. Matikan penerangan pada ruangan dan pantry jika tidak dipergunakan atau jika akan
meninggalkan ruangan dalam waktu cukup lama.
f.

Nyalakan lampu kamar mandi secukupnya.

Penyusunan RIP Subi dan Serasan Provinsi Kepulauan Riau

Teknis penghematan energi listrik untuk sistem tata udara dapat dilakukan sebagai berikut:
a. Matikan AC dan kipas angin jika tidak dipergunakan.
b. Gunakan timer untuk mengatur pemakaian AC dan kipas angin agar sesuai kebutuhan.
c.

Atur suhu ruangan-ber AC pada suhu antara 25-27 derajat celcius dan kecepatan kipas
angin sesuai kebutuhan

d. Tutup pintu dan jendela jika AC sedang menyala serta menghindarkan AC terkena
langsung sinar matahari.
e. Gunakan kaca film pada jendela ruangan.
A2. Kegiatan Struktural
1. Perencanaan dan Optimalisasi Ruang terbuka Hijau
Salah satu kunci untuk mengoptimalkan fungsi ekologis RTH adalah pemilihan jenis tumbuhan
yang akan ditanam. Dengan memilih jenis tumbuhan yang tepat dan lebih menekankan pada aspek
ekologis, tidak berarti akan mengabaikan fungsi estetika atau sosial dari RTH. Jika aspek ekologis
yang lebih ditekankan maka jenis tumbuhan yang ditanam di satu kawasan dengan kawasan lain
kemungkinan akan berbeda. Daerah pantai atau kawasan pesisir dapat memilih beberapa jenis
vegetasi mangrove seperti bakau (Rhizophora sp), Api-api (Avicennia sp), Pedada (Sonneratia sp)
dan Tanjang (Bruguiera sp). Pohon-pohon ini terbukti mampu tumbuh dengan baik di daerah pesisir
yang dipengaruhi air laut atau kondisi air tanahnya payau. Fungsi RTH di wilayah pesisir ini sangat
penting, yaitu mencegah terjadinya abrasi (erosi pantai) dan intrusi air laut.
2.

Perencanaan dan implementasi Sistem Drainase dan Sistem Penyaluran Air Buangan
Perencanaan pembuatan sumur resapan/bidang resapan untuk mencegah banjir. Begitu Pun
sistem sanitasi seperti rencana pembuatan septic tank dan sistem sanitasi lainnya, karena sebagian
besar berhubungan dengan limbah, maka perlu diusahakan juga saluran yang benar-benar sehat
agar nantinya dapat diolah di IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) dan output-nya memenuhi
standar baku air.

B. Jangka Menengah
B1. Kegiatan Non Struktural
1. Efisiensi Penggunaan Air
a. Mengoptimalkan pengunaan air dengan memanfaatkan jaringan pipa yang sudah
disediakan pihak PDAM untuk memenuhi kebutuhan air bersih khusus pelabuhan
b. Gunakan air sesuai kebutuhan, memanfaatkan air tanah sebagai cadangan, dan mendaur
ulang air buangan untuk keperluan non konsumtif
c.

Matikan kran, shower, penggelontor otomatis bila tidak digunakan dan menggantinya bila
peralatan tersebut sudah tidak dapat bekerja dengan baik

d. Rawat peralatan pipa air kran dan penampungan air dengan baik

Penyusunan RIP Subi dan Serasan Provinsi Kepulauan Riau

Draft Laporan Akhir 9-17

2. Rekruitmen Tenaga Kerja


Pelaksanaan rekruitmen tenaga kerja masyarakat lokal sesuai dengan tingkat pendidikan
masing-masing.
3. Menyediakan Perlengkapan K3
Untuk meminimalisir adanya kecelakaan kerja di tempat kerja khususnya di area Pelabuhan
Subi dan Serasan perlu disiapkan peralatan K3, seperti masker dan rubber boot.
B2. Kegiatan Struktural
1. Perencanaan Pembuatan Tempat Penampungan Sampah Sementara (TPS)
Dengan diminimalisirnya jumlah sampah di hulu dengan perencanaan membuat TPS (Tempat
Penampungan

Sementara),

maka

diharapkan

dapat

memperpanjang

usia

sarana

persampahan, memperpanjang umur TPA serta meminimasi pencemaran di kawasan TPA.


2. Perencanaan Perbaikan Jalan
Salah satu upaya untuk mengurangi debu yaitu dengan memperbaiki jaringan jalan dengan
pengaspalan atau konstruksi beton serta penyiraman pada daerah berdebu.
C. Jangka Panjang
C1. Non Struktural
1. Perencanaan Penggunaan Teknologi yang Ramah Lingkungan
Pada periode jangka panjang diharapkan teknologi yang digunakan di kawasan pelabuhan
sudah menggunakan teknologi yang ramah lingkungan. Misalnya listrik tenaga surya, listrik
tenaga air, atau Plastik tapioka ramah lingkungan. Ecoplas atau biobag merupakan tas ramah
lingkungan yang terbuat dari kombinasi tepung singkong (tapioka) dan polimer sintetik.
Kandungan tepung singkong yang ada dalam ecoplas mendorong mikroorganisme tanah untuk
mengurai sampah plastik tersebut sampai hancur, sehingga tidak menimbulkan pencemaran
bagi tanah, air, laut, maupun udara seperti halnya yang disebabkan oleh kantong plastik
biasanya.
C2. Struktural
1. Perencanaan dan Implementasi Pengelolaan Sampah.
Pelaksanaan pengelolaan sampah dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a) Pengelolaan sampah di pelabuhan berusaha mencari terobosan, salah satunya dengan
mengembangkan proses 4 R (recycling, reduce, reuse dan replace). Operasional pengelolaan
sampah secara terpadu antara lain dapat dilakukan melalui kegiatan sebagai berikut (Modul
Pelatihan Teknologi Tepat Guna dan Manajemen Persampahan, Puslitbang Permukiman,
2002) :

Penyusunan RIP Subi dan Serasan Provinsi Kepulauan Riau

Draft Laporan Akhir 9-18

1. Pengomposan, yang dapat berupa : (a) Pengomposan sampah skala rumah tangga (1 kk
dan 10 kk). Prinsip kerja pengomposan skala rumah tangga adalah pengomposan sampah
dapur secara aerobik dengan bantuan bakteri yang ada dalam sampah dan tanah. (b)
Pengomposan skala lingkungan. Prinsip kerjanya adalah pengolahan sampah rumah
tangga skala lingkungan ( 3500 orang) atau sampah organik pasar dengan penumpukan
sampah di atas permukaan tanah dengan bantuan mikroorganisme yang ada dalam
sampah.
2. Daur ulang sampah, Sampah organik (kertas) dan sampah anorganik (plastik, kaca, logam
dan lain-lain) dapat didaur ulang oleh para pemulung atau kelompok masyarakat.
3. Incinerator (pembakaran sampah), Incenerator adalah sistem pembakaran sampah yang
bersumber dari pabrik, rumah sakit, kantor maupun lingkungan permukiman. Pemakaian
kembali sampah. Dengan memanfaatkan kembali kaleng / botol bekas menjadi wadah
baru yang bermanfaat dan mengembangkan model isi ulang seperti minyak, shampoo,
cairan pembersih dll.
b) Untuk mendukung proses pengolahan sampah terpadu ini diharapkan dapat menyediakan
tempat dan peralatan dan tempat untuk proses pengomposan dan daur ulang sampah.
Sehingga dapat dapat bernilai ekonomi.

Penyusunan RIP Subi dan Serasan Provinsi Kepulauan Riau

Draft Laporan Akhir 9-19

TABLE OF CONTENTS
Kajian Rona Awal Lingkungan ................................................................................................................ 1
9.1

POKOK KAJIAN TERHADAP LINGKUNGAN ............................................................................. 1

9.2

RONA LINGKUNGAN AWAL...................................................................................................... 2

9.2.1

Keadaan Iklim, Topografi dan Geologi ................................................................................. 2

9.2.2

Komponen Fisika dan Kimia ................................................................................................ 3

9.2.3

Komponen Biologi ................................................................................................................ 6

9.2.4

Komponen Sosial, Ekonomi dan Kesehatan ........................................................................ 7

9.2.5

Kondisi Sarana dan Prasarana .......................................................................................... 10

9.3

ANALISA SUMBER DAMPAK & RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN ......................... 14

9.4

PENERAPAN KONSEP LINGKUNGAN PADA RENCANA PENGEMBANGAN PELABUHAN ....................... 16

Gambar 9. 1 Kualitas air laut secara fisik dilokasi Pelabuhan Subi. ........................................................... 5
Gambar 9. 2 Kualitas air laut Pelabuhan Serasan secara fisik. .................................................................. 6
Gambar 9. 3 Kondisi jalan perkampungan menuju wilayah pelabuhan. ................................................... 10
Gambar 9. 4 Kondisi jalan perkampungan di Subi Besar menuju wilayah pelabuhan. ............................. 10
Gambar 9. 5 Akses jalan menuju Pelabuhan Serasan. ............................................................................ 11
Gambar 9. 6 Akses jalan menuju dermaga di area pelabuhan. ................................................................ 11

Tabel 9. 1 Keadaan Geografis dan Topografis Kecamatan Serasan dan Kecamatan Subi. ....................... 3
Tabel 9. 2 Kualitas air pesisir Kepulauan Natuna. ...................................................................................... 4
Tabel 9. 3 Jenis tumbuhan yang ditemukan dan dicatat pada lokasi Pelabuhan Subi. ............................... 6
Tabel 9. 4 Jenis tumbuhan yang ditemukan dan dicatat pada lokasi Pelabuhan Serasan.......................... 6
Tabel 9. 5 Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin. ........................................................................... 7
Tabel 9. 6 Fasilitas pendidikan, jumlah sekolah, guru & murid Kecamatan Subi dan Kecamatan Serasan.
............................................................................................................................................................ 8
Tabel 9. 7 Sepuluh penyakit terbesar menurut kunjungan puskesmas di Kabupaten Natuna, Tahun 2012.
............................................................................................................................................................ 9
Tabel 9. 8 Sistem penyediaan air minum dan perpipaan Kabupaten Natuna. .......................................... 12
Tabel 9. 9 Fasilitas air limbah yang ada di Kecamatan Subi dan Kecamatan Serasan. ........................... 13
Tabel 9. 10 Jenis sampah dari aktivitas yang ada di Pelabuhan Serasan. ............................................... 14

Penyusunan RIP Subi dan Serasan Provinsi Kepulauan Riau

Draft Laporan Akhir 9-20

Tabel 9. 11 Sumber dampak dan rencana pengelolaan dampak lingkungan akibat pembangunan
Pelabuhan Subi dan Serasan. .......................................................................................................... 15

Penyusunan RIP Subi dan Serasan Provinsi Kepulauan Riau

Draft Laporan Akhir 9-21

Anda mungkin juga menyukai