MKN Jun2007 40 PDF
MKN Jun2007 40 PDF
3. Abses intraspinal
4. Komplikasi iatrogenik dari tindakan
bedah atau tindakan diagnostik
DISTRIBUSI DARI TRAUMA SPINAL
Letak trauma berdasarkan jenis vertebra:
1. Cervical Spine (55%)
2. Thoracic Spine (15%)
3. Thoracolumbar Spine (15%)
4. Lumbosacral Spine (15%)
143
Universitas Sumatera Utara
Tinjauan Pustaka
4,5
KLASIFIKASI FRAKTUR
Klasifikasi fraktur dapat mengambil
berbagai bentuk tergantung dari besar kecilnya
kerusakan anatomis atau berdasarkan stabil
atau tidak stabil. Major Fracture bila fraktur
mengenai pedikel, lamina atau korpus
vertebra. Minor Fracture bila fraktur terjadi
pada prosesus transversus, prrosesus spinosus
atau prosesus artikularis.
144
Hafas Hanafiah
Gambar 4. Klasifikasi
Magerl
torakolumbal
pada
fraktur
GANGGUAN NEUROLOGIK
Yang
dimaksud
dengan
gangguan
neurologik (neurologic injury) ialah trauma
yang mengenai medula spinalis, cauda equina
dan radices (nerve roots). Keadaan ini
mungkin terjadi karena kompresi dari
vertebra, fragmen tulang, atau diskus terhadap
struktur neurologik. Dalam hal ini semua
struktur atau organ yang dipersarafi oleh saraf
yang terkena/terganggu akan kehilangan
fungsinya baik sebagaian taupun secara
keseluruhan.
Penilaian terhadap gangguan motorik dan
sensorik dipergunakan Frankel Score.
1. FRANKEL SCORE A: kehilangan
fingsi motorik dan sensorik lengkap
(complete loss)
2. FRANKEL SCORE B: Fungsi motorik
hilang, fungsi sensorik utuh.
3. FRANKEL SCORE C: Fungsi motorik
ada tetapi secara praktis tidak berguna
SPINAL ALIGNMENT 7
Bila terdapat fraktur servikal dilakukan
traksi dengan Cruthfield tong atau GardnerWells tong dengan beban 2.5 kg perdiskus.
Bila terjadi dislokasi traksi diberikan dengan
beban yang lebih ringan, beban ditambah
setiap 15 menit sampai terjadi reduksi.
145
Universitas Sumatera Utara
Tinjauan Pustaka
DEKOMPRESI
DAN
STABILISASI
16,17
SPINAL
Bila terjadi realignment artinya terjadi
dekompresi. Bila realignment dengan cara
tertutup ini gagal maka dilakukan open
reduction dan stabilisasi dengan approach
anterior atau posterior.
REHABILITASI
Rehabilitasi fisik harus dikerjakan sedini
mungkin. Termasuk dalam program ini adalah
bladder training, bowel training, latihan
otot pernafasan, pencapaian optimal fungsi
fungsi neurologik dan program kursi roda bagi
penderita paraparesis/paraplegia.
KESIMPULAN
1. Penanganan trauma spinal telah dimulai
sejak di tempat kejadian.
2. Proteksi
terhadap
cervical
spine
merupakan hal yang sangat penting
3. Mobilisasi penderita ke rumah sakit harus
dilaksanakan dengan cara yang benar.
4. Penatalaksanaan trauma spinal harus
menurut prinsip-prinsip baku yang telah
dianut.
5. Tindakan operasi dan instrumentasi
banyak menolong penderita dari cacat
neurologik yang berat.
KEPUSTAKAAN
1. Alexander R, Proctor H. Advanced
Trauma Life Support Course for
Physicians. 1999; 21-22.
2. Goth P. Spinal Injury: Clinical Criteria for
Assessment and Management. 1998; 2126.
3. Green B. et al. Spinal Cord Injury, a
system approach: Prevention, Emergency
Medical Service and Emergency Room
Management. Crit Care Clin 1987; 3:471493.
146