Anda di halaman 1dari 18

My Life is Miracle

Senin, 14 Mei 2012

Diare Akut pada Anak


Diare Akut pada Anak
Nama : Anastasia Anggraeni
Nim: 102010151
Kelompok: F-7
Pelaksanaan: Senin, 14 mei 2012
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Semester 4 Blok 16
Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara no.6, Telp. 56942061, Jakarta 1150
Alamat email: loove_cin@yahoo.com

Pendahuluan
Diare masih merupakan salah satu penyebab utama morbilitas dan mortalitas anak di
negara berkembang. Dalam berbagai hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga diare menempati
kisaran urutan ke-2 dan ke-3 berbagai penyebab kematian bayi di Indonesia.
Sebagian besar diare akut disebabkan oleh infeksi. Banyak dampak yang terjadi karena
infeksi saluran cerna antara lain pegeluaran toksin yang dapt menimbulkan gangguan sekresi dan
reabsorpsi cairan dan eletrolit dengan akibat dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit dan
kesimbangan asam basa. Invasi dan destruksi sel epitel, penetrasi ke lamina propria serta
kerusakan mikrovili dapat menimbulkan keadaan maldigens dan malabsoprsi.
Di Indonesia, diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat utama.
Hal ini disebabkan masih tingginya angka kesakitan dan menimbulkan banyak kematian
terutama bayi dan balita, serta sering menimbulkan kejadian luar biasa (KLB).

Isi
Definisi
Diare dapat didefinisikan sebagai perubahan konsistensi tinja yang terjadi tiba-tiba
akibat kandungan air di dalam tinja melebihi normal (10 ml/kg/hari), yang menyebabkan
peningkatan frekuensi defekasi lebih dari 3 kali sehari. Sementara menurut definisi WHO, diare
adalah frekuensi defekasi lebih dari 3 kali dalam periode 24 jam.

Anamnesis
1. Identitas
2. Keluhan Utama diare:

Apa yang menjadi keluhan utamanya atau apa yang menyebabkan pasien untuk datang
berobat. Tentu pada diare biasanya adalah: Buang air besar (BAB) cair
Tanyakan berat ringannya keluhan yaitu berapa kali BAB diare dan voleme dalam sehari
Tanyakan berapa lama keluhan ini telah di deita, sejak kapan?
Bagaimana sifat keluhan tersebut, misalnya diare apakah cair, ada darh/tidak, apakan sakit
perut atau tidak
Mencari informasi mengenai kemungkinan penyebab keluhan utama tersebut, misalnya:
kesalahan makanan yang dapat menyebabkan diare seperti makanan terlalu pedas, makanan
basi. Di cari informasi apakah hanya penderita yang mengalami gejala diare atau ada orang
lain yang mengalami gejala serupa, untuk mengetahui kemungkinan adanya food
poisoning.

3. Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)


Yang perlu ditanyakan kepada pasien, perjalanan penyakit diare da keluha-keluhan lain yang
menyertainya:

Sejak kapan diare


Sudah berapa kali diare dalam hitungan jam atau per hari
Feces cair/lembek
Apa warna feses
Ada lendir/darah atau tidak
Apa bau atau tidak
Diuresis
Apakah disertai muntah
Apakah ada demam
Apakah ada kembung

Apakah juga disertai nyeri uluh hati, mules-mules, rasa perih di lambung dan lain.

Pada skenario didapatkan, Anak berusia 4 tahun sejak 3 hari yang lalu, sejak pagi anaknya sudah
BAB > 10 hari, BAB cair tanpa ampas.

Pemeriksaan
1.

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Fisik: anak tampak sakit sedang, mata cekung dan turgor kulit kembali lambat.
2.

Pemeriksaan Penunjang

1.

Pemeriksaan tinja: Mikroskopis dan makroskopis, pH, biakan kuman dan tes resistensi.

2.

Pemeriksaan darah: darah lengkap, analisis gas darah dan elektrolit.

3.

Pemeriksaan faal ginjal dengan pemeriksaan urium dan kreatinin

Different Diagnosis
Diare akut merupakan diferensiasi dari diare kronis dengan catatan, diare berlangsung selama 7
hari atu kurang dari 14 hari dengan gejala-gejala: Tinja bersifat lunak atau cair, tanpa disertai
darah. Diare akut merupakan salah satu masalah yang terjadi pada anak-anak kurang dari 5 tahun
dan penyebab utama di negara-negara berkembang.
Diare persisten adalah sedangkan diare yang berlangsung terus hingga lebih dari 14 hari,
dikatakan sebagi diare kronik (persisten).
Diare infeksius adalah suatu episode diare yang disebabkan oleh suatu agen yang bersifat
infeksius (virus, bakteri, parasit). Diare yang disebabkan oleh virus biasanya dapat sembuh
sendiri (self limiting disease).1
Disentri adalah radang usus yang menimbulkan gejala meluas, tinja berlendir bercampur darah.
Gejala-gejala disentri antara lain: buang air besar dengan tinja berdarah, tinja bersifat encer
dengan volume sedikit, buang air besar dengan tinja bercampur lendir (mucus), dan nyeri saat
buang air besar (tenesmus).

Working Diagnosis
Diare Akut

Epidemiologi
Diare akut merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak-anak di seluruh
dunia, terutama di negara-negara berkembang. Di negara maju seperti seperti Amerika serikat,
rata-rata tiap anak mengalami 1-2 episode diare per tahun, dengan total 21-37 juta episode. Dari
jumlah ini sekitar 200.000 kasus membutuhkan perawatan di rumah sakit dan diperkirakan
kurang lebih 100 anak usia dibawah 5 tahun meninggal akibat diare akut.
Di negara-negara berkembang, rata-rata tiap anak mengalami 6-12 episode diare per
tahun. Kematian akibat diare pada anak usia di bawah 5 tahun diperkirakan mencapai jumlah
hingga 2,4-3,3 juta per tahun. Data yang diperoleh dari rekam medis Rumah Sakit Cipto
Mangun-kusumo, jumlah pasien rawat jalan akibat diare akut selama 3 tahun (2005-2007)
meliputi 14,3% dari seluruh pasien rawat jalan yang berobat di Poliklinik Anak RSCM.2

Etiologi
Penyebab diare akut pada anak-anak, biasanya diakibatkan karena infeksius usus
merupakan penyakit tersering diare akut. Rotavirus merupakan patogen penyebab tersering di
seluruh dunia. Virus patogen penting lainnya ialah adenovirus dan enterovirus. Sementara bakteri
patogen penting yang sering menyebakan diare adalah Escherichia Coli, Salmonela, Shigella,
Yersinia, Campylobacter dan Vibrio Cholera (bersifat enterotoksigenik). Selain itu terdapat
parasit utama yang menyebabkan diare sepertiCryptosporodium dan Giardia.2,5,6
Studi yang dilakukan Huilan (1991) dibeberapa rumah sakit Cina, India, Meksiko,
Myamar dan Pakistan menunjukkan bahwa rotavirus,Escherichia coli, dan shigella spp.
Merupakan bakteri paling umum yang menyebabkan diare. Studi lain yang dilakukan Hegar dkk
di Poliklinik Rawat Jalan Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSCM Jakarta (2004) menunjukkan
penyebab utama kasus diare akut pada anak adalah rotavirus (60%),Salmonella, serta E. Coli.
Selain itu dikatakan bahwa perbedaan penyebab diare di tiap tempat juga sangat tergantung dari
ketersediaan air bersih dan sanitasi di masing-masing tempat.1,6
Tabel 1. Penyebab Diare Akut
Infeksi

Infeksi Usus
Infeksi ekstra usus (OMA, ISK)

Obat-obatan

Antibiotik

Alergi makanan

Susu sapi, protein kedelai

Kelainan proses cerna

Defisiensi enzim pencernaan

Defisiensi vitamin

Defisensi niasin

Logam berat

Co, Zn

Infeksi diluar usus yang sering disertai diare adalah otitis media akut (OMA), infeksi saluran
kemih (ISK)., serta penyakit paru yang biasanya menyebabkan diare ringan dan dapat sembuh
sendiri dengan penyembuhan penyakit dasarnya. Selain itu penggunaan obat-obatan, terutama
antibiotik, sering dihubungkan dengan Clostridium difficile.alergi terhadap protein susu sapi
merupakan salah satu diagnosis banding yang perlu dipertimbangkan selain sindrom malabsoprsi
jika diare tidak sembuh dalam10-14 hari.

Patofisiologi
Daya tahan tubuh pejamu dan intesitas paparan mikroorganisme patogen merupakan dua faktor
utama penyebab penyakit diare. Patofisiologi diare akut dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu
noninflamasi dan inflamasi. Enterpatogen menyebabkan diare noninflamasi melalui produksi
enterotoksin oleh beberapa bakteri, penghancuran vili usus halus oleh virus, perlekatan (adhesi)
oleh parasit serta adhesi atau translokasi oleh bakteri. Sebalinya diare inflamasi biasanya
disebabkan oleh bakteri yang menginvasi usus halus secara langsung serta dengan memproduksi
sitotoksin. Beberapa agen entero-patogen yang dapat menyebabkan diare dapat dilihat pada tabel
2.

Tabel 2. Agen Penyebab Diare1


Bakteri

Virus

Parasit

Aeromonas

Astrovirus

Balatidium coli

Bacillus cereus

Calicivirus

Blastocystis hominis

Campylobacter jejuni

Norovirus

Cryptosporodium parvum

Clostridium perfringers

Enteric adenovirus

Cylospora cayetanensis

Clostridium difficile

Rotavirus

Encephalitozoon intestinalis

Escherichia Coli

Cytomegalovirus

Entamoeba histolytica

Plesiomonas Shgelloides

Herpes simpleks virus

Enterocytozoon bieneusi

Salmonella

Giardia lamblia

Shigella

Isospora belli

Staphylococcus aureus

Strongyloides stercoralis

Vibrio cholera

Trichuris trichiura

Vibrio parahaemolyticus
Yersinia enterocolitica

Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah:5,6


1.

Gangguan Osmotik

Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan
osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pengenceran air dan elektrolit dalam
rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya
sehingga timbul diare.
2.

Gangguan sekresi

Akibat rangsangan tertentu (misalnya oleh toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena
terdapat peningkatan isi rongga usus.
3.

Gangguan motilitas usus

Hiperperistaltik akan mengakibatkan kesempatan usus untuk menyerap makanan, sehingga


timbul diare, sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh
berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.

Ada beberapa mekanisme patofisiologis yang terjadi, sesuai penyebab diare.


Virus dapat secara langsung merusak vili usus halus sehingga mengurangi luas permukaan
usus halus dan mempengaruhi mekanisme enzimatik yang mengakibatkan terhambatnya
perkembangan normal vili enterocytis dari usus kecil dan perubahan dalam struktur dan fungsi
epitel. Perubahan ini menyebabkan malabsorpsi dan motilitas abnormal dari usus selama infeksi
rotavirus.
Bakteri mengakibatkan diare melalui beberapa mekanisme yang berbeda. Bakteri non
invasive (Vibrio cholera, E. Coli patogen) masuk dan dapat melekat pada usus, berkembang baik
disitu, dan kemudian akan mengeluarkan enzim mucinase (mencairkan lapisan lendir), kemudian

bakteri akan masuk ke membran, dan mengeluarkan sub unit A dan B, lalu mengeluarkan cAMP
yang akan merangsang sekresi cairan usus dan menghambat absorpsi tanpa menimbulkan
kerusakan sel epitel. Tekanan usus akan meningkat, dinding usus terengang, kemudian terjadilah
diare.
Bakteri invasive (salmonella spp, shigella sp, E.coli invasive, campylobacter) mengakibatkan
ulserasi mukosa dan pembentukan abses yang diikuti oleh respon inflamasi. Toksin bakteri dapat
mempengaruhi proses selular baik di dalam usus maupun di luar usus. Enterotoksin Escherichia
coli yang tahan panas akan mengaktifkan adenilat siklase, sedangkan toksin yang tidak tahan
panas mengaktifkan guanilat siklase. E.coli enterohemoragik dan shigella menghasilkan
verotoksin yang menyebabkan kelainan sistemik seperti kejang dan sindrom hemolitik uremik.
Sebagai akibat diare akut maupun kronik akan terjadi:
1.Kehilangan air ( Dehidrasi)
Dehidrasi terjadi kehilangan air (output) lebih banyak daripada pemasukan (input).

2.Gangguan keseimbangan asam basa (metabolik asidosis)


Terjadi karena:
a.

Kehilangan Na-bikarbonat bersama tinja

b.
Adanya ketosis kelaparan. Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda keton
tertimbun dalam tubuh.
c.

Terjadi penimbunan asam laktat karena adanya anoreksia jaringan.

d.
Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh
ginjal (terjadi oliguria/anuria)
e.

Pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler ke dalam cairan intraseluler.

Secara klinis asidosis dapat diketahui dengan memperhatikan pernafasan, pernafasan bersifat
cepat, teratur dan dalam (pernafasan Kussmaul)

3.

Hipoglikemia

Hal ini terjadi akrena :

a.

Penyimpanan/ persediaan glikogen dalam hati terganggu

b.

Adanya gangguan absoprsi glukosa (walaupun jarang)

Gejala hipoglikemi akan muncul jika kadar glukosa darah menurun sampai 40 mg % pada bayi
dan 50 mg % pada anak-anak. Gejala hipoglikemi tersebut dapat berupa: lemas, apatis, peka
rangsang, tremor, berkeringkat, pucat, syok, kejang sampai koma.

4.

Gangguan Gizi

Hal ini disebabkan:


a.
Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare dan atau muntahnya akan
bertambah hebat.
b.
Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengenceran dan susu yang encer ini
diberikan terlalu lama.
c.
Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorpsi dengan baik karena
adanya hiperperistaltik.

5.

Gangguan sirkulasi

Sebagai akibat diare dengan atau tanpa disertai muntah,dapat terjadi gangguan sirkulasi darah
berupa renjatan (shock) hipovolemik. Akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia,
asidosis bertambah berat, dapat mengakibatkan pendarahan dalam otak, kesadaran menurun
(soporokomatosa) dan bila tidak segera ditolong penderita dapat meninggal.10
Semua akibat diare cair diakibatkan karena kehilangan air dan elektrolit tubuh melalui tinja.
Dehidrasi adalah keadaan yang paling berbahaya karena dapat menyebabkan volume darah
(hipovolemia), kolaps kardiovaskular dan kematian bila tidak diobati dengan tepat. Ada tiga
macam dehidrasi:
1.

Dehidrasi Isotonik

Ini adalah dehidrasi yang sering terjadi karena diare. Hal ini terjadi bila kehilangan air dan
natrium dalam proporsi yang sama dengan keadaan normal dan ditemani dalam cairan
ekstraseluler.
2.

Dehidrasi Hipertonik

Beberapa anak yang diare, terutama bayi sering menderita dehidrasi hipematremik. Pada
keadaaan ini didapatkan kekurangan cairan dan kelebihan natrium. Bila dibandingkan dengan
proporsi yang biasanya ditemukan dalam cairan ekstraseluler dan darah. Ini biasanya akibat dari
pemasukan cairan hipertonik pada saat diare yang tidak di absorpsi secara efisien dan pemasukan
air yang tidak cukup.
3.

Dehidrasi Hipotonik

Anak dengan diare yang minum air dalam jumlah besar atau yang mendapat infus 5% glukosa
dalam air, mungkin bisa menderita hiponatremik. Hal ini terjadi karena air diabsoprsi dari usus
sementara kehilangan garam (NaCl) tetap berlangsung dan menyebabkan kekurangan natrium
dan kelebihan air.
.
Gejala Klinis
Mula-mula bayi atau anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin meningkat, nafsu
makan berkurang atau tidak ada kemudian timbul diare. Tinja makin cair, mungkin mengandung
darah dan atau lendir, warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur empedu.
Karena seringnya defekasi, anus dan sekitarnya lecet karena tinja makin lama menjadi asam
akibat banyaknya asam laktat, yang terjadi dari pemecahan laktosa yang tidak dapat diabsorpsi
oleh usus.
Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare. Bila penderita telah banyak kehilangan
air dan elektrolit terjadilah gejala dehidrasi. Berat badan turun, pada bayi ubun-ubun cekung,
tonus dan turgor kulit berkurang selaput lendir mulut dan bibir terlihat kering.
Menurut banyaknya cairan yang hilang, derajat dehidrasi dapat dibagi berdasarkan:
a.

Kehilangan berat badan

1.

Tidak ada dehidrasi, bila terjadi penurunan berat badan 2 %

2.

Dehidrasi ringan, bila terjadi penurunan berat badan 2 -5 %

3.

Dehidrasi sedang, bila terjadi penurunan berat badan 5-10 %

4.

Dehidrasi berat, bila terjadi penurunan berat badan 10%

b.

Skor Maurice king10

Tabel 3 . Penentuan derajat dehidrasi berdasarkan sistem Maurice king

Bagian tubuh yang


diperiksa

Nilai untuk gejala yang ditemukan


0

Keadaan umum

Sehat

Gelisah, cengeng, apatis,


ngantuk.

Mengigau, koma
atau syok.

Kekenyalan kulit

Normal

Sedikit kurang

Sangat kurang

Mata

Normal

Sedikit cekung

Sangat cekung

Ubun-ubun besar

Normal

Sedikit cekung

Sangat cekung

Mulut

Normal

Kering

Kering dan sianosis

Denyut nadi/menit

Kuat < 120

Sedang (120-140)

Lemah > 140

Keterangan tabel: Nilai 0-2 = Dehidrasi ringan, nilai 3-6 = dehidrasi sedang, nilai 7-12 =
dehidrasi berat.

Tabel 4. Penilaian klinis beratnya Dehirasi Menurut WHO1,2


Tanda dan gejala

Dehidrasi ringan

Dehidrasi sedang

Dehidrasi berat

Kehilangan berat badan


(%)

3-5

6-9

10 atau lebih

Kesan dan kondisi


umum,bayi dan anak
kecil

Haus, sadar dan


gelisah

Haus, gelisah atau


letargis tetapi iritabel
bila dipegang atau
mengantuk.

Mengantuk, ekstremitas
lemas, dingin, sianotik,
lembab, bisa koma.

Anak besar dan dewasa

Haus, sadar dan


gelisah

Haus, sadar dan


hipotensi postural.

Bisanya sadar, kuatir,


ekstremitas dingin,
lembab, sianotik, kulit
jari tangan dan kai
berkerut; kejang otot.

Nadi Radial

Kecepatan dan
tekana normal

Cepat dan lemah

Cepat, sangat lemah,


kadang tidakteraba

Respirasi

Normal

Dalam, mungkin cepat

Dalam dan cepat

Fontanella anterior

Normal

Cekung

Sangat cekung

Tekanan darah sistolik

Normal

Normal atau rendah,

Rendah, mungkin tidak

hipotensi ortostatik

teratur

Elastisitas kulit

Cubitan segera
kembali

Cubitan kembali
perlahan

Cubitan tidak segera


kembali

Mata

Normal

Cekung

Sangat cekung

Air mata

Ada

Tidak ada atau


berkurang

Tidak ada

Membrana mukosa

Lembab

Kering

Sangat kering

Keluaran Kencing

Normal

Jumlah berkurang dan


pekat

Anuria/oliguria berat

Pengisian kembali
kapiler

Normal

2 detik

3detik

Perkiraan defisit cairan


(mL/kg)

30-50%

60-90

100 atau lebih

Penatalaksanaan
Evaluasi diare akut pada anak memerlukan pendekatan tata laksana yang cermat, meliputi
anamnesis dan pemeriksaan fisik yang diteliti. Pemeriksaan laboratorium diperlukan pada
keadaan tertentu, sedangkan terapi lebih bersifat suportif untuk mencegah atau mengatasi
dehidrasi, selain itu juga mempersingkat lamanya sakit serta mengurangi periode infeksius
penderita.
Tatalaksana terpenting pada diare akut tanpa dehidrasi dan dehidrasi ringan-sedang adalah
pemberian rehidrasi oral (Oral Rehydration Solution, ORS).1,2
Terdapat lima lintas tatalaksana,yaitu:8,9,10,11
1.

Rehidrasi

2.

Dukungan nutrisi

3.

Suplementasi Zinc

4.

Antibiotik selektif

5.

Edukasi orang tua

1.

Rehidrasi

a). Rencana terapi A: Diare tanpa dehidrasi


Terapi dilakukan di rumah. Menerangkan 4 cara terapi diare di rumah:
a.

Berikan anak lebih banyak cairan daripada biasanya untuk mencegah dehidrasi

b.

Berikan tablet Zinc. Dosis yang digunakan untuk anak-anak:

Anak dibawah usia 6 bulan : 10 mg (1/2 tablet) per hari

Anak diatas usia 6 bulan

: 20 mg (1 tablet) per hari

Zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut, walaupun anak sudah sembuh. Cara pemberian
zinc pada bayi, dapat dilarutkan dengan air matang, ASI, atau oralit. Untuk anak-anak yang
lebih besa, zinc dapat dikunyahatau dilarutkan dalam air matang atau oralit.
c.

Berikan anak makanan untuk mencegah kurang gizi

Teruskan ASI/PASI

Bila anak diatas 6 bula, atau telah mendapatkan makanan padat:

Berikan bubur, bilamungkin campur dengan kcang-kacanga, sayur, daging/ikan.


Tambahkan 1-2 sendok teh minyak sayur sop tiap porsi

Berikan sari buah/pisang halus untuk menambah kalium

Berikan makanan segar, masak dan haluskan / tumbuk dengan baik.

Bujukla anak untuk makan

Berikan anak makanan yang sama setelah daire berhenti dan berikan makanan tambahan
setiap hari selama 2 minggu.
d.
Bawah anak kepada petugas kesehatan bila anak tidak membaik dalam 3 hari atau
menderita sebagai berikut:

Buang air besar cair lebih sering

Muntah terus menerus

Rasa haus yang nyata

Makan atau minum sedikit

Demam

Tinja berdarah

Anak harus diberi oralit dirumah apabila:


-

Setelah mendapat rencana terapi B atau C

Tidak dapat kembali ke petugas kesehatan bila diare memburuk

Memberikan oralit kepada semua anak dengan diare yang datang ke petugas kesehatan
merupakan kebijakan pemerintah.
Berikan oralit baru sesuai dengan ketentuan yang benar:
Formula oralit baru yang berasal dari WHO dengan komposisi sebagai berikut:
Natrium

: 75 mmol/L

Klorida

: 65 mmol/L

Glukosa, anhidrosus

:75 mmol/L

Kalium

:20 mmol/L

Sitrat

:10 mmol/L

Total osmolaritas

:245 mmol/L

Ketentuan pemberian oralit formula baru:


Beri ibu 2 bungkus oralit formula baru
Larutkan 1 bungkus oralit formula baru dalam 1 L air matang. Untuk persediaan 24 jam
Beriakn larutan oralit pada anak setiap kali BAB, dengan ketentuan sebagai berikut:
-

Untuk anak usia < 2 tahun : berikan 50-100 mL tiap kali buang air besar

Untuk anak usia > 2tahun : berikan 100 200 mL tiap kali buang air besar

Jika dalam waktu 24 jam prsediaan larutan oralit masih tersisa, maka sisa lautan itu harus
dibuang.
b). Rencana terapi B: Diare dengan dehidrasi tidak berat
Pada dehidrasi tidak berat, cairan rehidrasi oral diberikan dengan pemantauan yang dilakukan
Upaya Rehidrasi Orala selama 4-6 jam. Ukur jumlah rehidrasi oral yang akan diberikan selama 4
jam pertama.

Pada anak usia 2-4 tahun , berat badan 11-15 kg sehingga jumlah rehidrasi oral yang akan
diberikan yaitu 800-1200 ml.
-Berikan minum sedikit demi sedikit,
- Jika anak muntah, tunggu 10 menit lalu lanjutkan kembali rehidrasi oral perlahan
- Setelah 4 jam, nilai ulang derajat dehidrasi anak dan mulai memberikan makanan sedikit demi
sedikit.
- Pemberian oralit untuk rehidrasi selama 2 hari, seperti dijelaskan pada rencana terapi A.
c). Rencana terapi C: diare dengan dehidrasi berat
Penggunaan cairan intravena segera.

2.

Dukungan nutrisi

Makanan tetap diteruskan sesuai usia anak dengan menu yang sama pada anak sehat sebagai
pengganti nutrisi yang hilang, serta mencegah tidak terjadi gizi buruk. ASI tetap diberikan pada
diare cair akut (maupun pada diare akut berdarah) dan berikan dengan frekuensi lebih sering dari
biasanya.

3.

Suplementasi Zinc

Pemakaian zinc sebagai obat pada diare didasarkan pada alasan ilmiah bahwa zinc mempunyai
efek pada fungsi kekebalan saluran cerna dan berpengaruh pada fungsi dan struktur saluran cerna
serta mempercepat proses penyembuhan epitel selama diare.

4.

Antibiotik selektif

Pada diare akut, pemberian antiemetik (metoklopramid), antimotilitas (loperamid), antidiare


(atapulgit, pektin), pada umumnya kurang bermanfaat karena obat-obatan tersebut tidak
mngurangi volume tinja ataupun mempersingkat lama sakit. Pemberian antibiotik hanya
diindikasikan pada keadaan tertentu seperti adanya patogen yang telah diidentifikasikan, bayi,
anak dengan defek imun (immunocompromised).Terapi Kolera, dan bayi kurang dari 3 bulan
dengan biakakn tinja positif (karena mudah terjadi septikemia).

5.

Edukasi orang tua

Nasihat orang tua, khususnya pada ibu atau pengasuh untuk kembali segera jika ada demam,
muntah berulang, makan / minum sedikit, sangat haus, diare semakin sering, atau belum
membaik dalam tiga hari. Indikasi rawat inap pada penderita diare akut berdarah adalah
malnutrisi, usia kurang dari 1 tahun, menderita campak pada 6 bulan terakhir, adanya dehidrasi
dan disentri datang sudah dengan komplikasi.
Probiotik
Beberapa penelitian terakhir menunjukkan bahwa pemberian probiotik seperti Lactobacillus
rhamnosus strain GG, terbukti efektif dalam terapi diare akut dalam hal mempersingkat masa
sakit.1,2,3
Probiotik adalah mikroorganisme hidup, yang jika diberikan dalam jumlah yang adekuat akan
memberikan keuntungan menyehatkan pada individu.
Pemberian makanan disertai susu fermentasi yang mengandung lactobacillus casei dan
lactobacillus acidophilus dapat memproduksi imunostimulasi pada host dengan mengaktivasi
makrofag dan limfosit. Hal ini berhubungan dengan bahan yang diproduksi oleh organismeorganisme ini selama proses fermentasi yaitu beberapa bahan metabolit, peptride dan enzim.
Pada anak dengan malnutrisi, daire kaut menyebabkan perubahan keseimbangan mikroflora
secara drastis, pada kasus ini pemberian produk yang difermentasi dapat membantu rekolonisasi.
Pada saluran cerna manusia, probiotik menginduksi kolonisasi dan dapat tumbuh secara in situ di
lambung, duodenum, dan ileum. Pada epitel ileum manusia, mikroorganisme ini dapat
menginduksi aktivitas immunomodulary, termasuk pengambilan CD+ T Helper cells. Produksi
menginduksi sistem imun, prosuksi musin, down regulation dari respon inflamasi, sekresi bahan
antimikroba, pengaturan permeabilitas usus, mencegah perlekatan bakteri patogen pada mukosa,
stimulasi produksi immunoglobulin dan mekanisme probiotik.
Dosis probiotik yang dianjurkan adalah 10 pangkat 7 hingga 10 pangkat 9. Rekomendasi
Mitsuoka untuk bakteri Lactobacillus memang sekitar 10 pangkat 6. Jika kita memberikan
kurang dari itu,maka proses keseimbangan tidak tercapai yang berarti tidak bisa disebut
probiotik. Oleh karena itu, preparat probiotik Lactobacillus umumnya diberikan pada dosis 10
pangkat 7 hingga pangkat 9.
Komplikasi
Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak, dapat terjadi berbagai
komplikasi seperti:10,11
1.

Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik)

2.

Renjatan hipovolemik

3.
Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardi, perubahan
pada elektrokardiogram)
4.

Hipoglikemi

5.
Intoleransi laktosa sekunder, sabagai akibat defisiensi enzim laktase karena kerusakan vili
mukosa usus halus.
6.

Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik.

7.
Malnutrisi energi protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga mengalami
kelaparan.

Prognosis
Baik, jika penanganan dilakukan secara cepat dan tepat terutama penangan pada pasien yang
mengalami dehidrasi berat yang dapat mengakibatkan rejatan (shock) hipovolemik.
Pencegahan
1.
Pemberian ASI sejak anak dilahirkan dan minimal selama 6 bulan. Karena terbukti,dengan
peningkatan penggunaan ASI selama 6 bulan pertama, dapat menurunkan angkat morbiditas dan
mortalitas pada anak dan bayi.
2.

Perbaikan pola penyapihan

Hal ini disebabkan karena (1) tercemarnya makanan dan minuman oleh bakteri, (2) rendahnya
kalori dan protein, (3) tidak tepatnya pemberian makanan, (4) kurang sabarnya ibu memberikan
makanan secara sedikit-sedikit tetapi sering.
3.

Imunisasi Campak

Program imunisasi campak mencakup 60% bayi berumur 9-11 bulan,dengan efektivitas sebesar
85 %, dapat menurun morbiditas diare sebesar 1,8 % dan mortalitas diare sebesar 13 % pada bayi
dan anak balita.
4.

Perbaikan higiene perorangan

Kebisaan mencunci tangan sebelum makan, dan mencuci sebelum masak dan setelah buang air
kecil atau buang air besar dapat menurunkan morbiditas diare .8,9

Penutup
Kesimpulan
Diare akut adalah buang air besar setengah cair atau bahkan dapat berupa cair saja, dengan atau
tanpa darah dan lendir, dengan frekuensi tiga kali atau lebih sering dari biasanya dalam 24 jam,
dan berlangsung kurang dari 14 hari.
Sehingga kesimpulan yang dapat diambilkan berdasarkan skenario yaitu anak berusia 4
tahun yang mengalami diare sejak 3 hari yang lalu, dengan frekuensi BAB > 10 kali, cair tanpa
ampas, dan pada pemeriksaan fisik tampak sakit sedang, mata cekun dan turgor kulit mengalami
diare akut dengan dehidrasi ringan sampai sedang.
Anak dengan diare akut yang mengalami dehidrasi ringan sampai sedang terapi yang dapat
diberikan yaitu pemberian rehidrasi oral dengan pemberian banyak cairan yang lebih dari
biasanya dan pemberian larutan oralit untuk mencegah dehidrasi.

Daftar Pustaka
1.
Pickering LK, Snyder JD,. Gastroenteritis. In: Behrman RE, Kliegman RM, Jenson
HB.Nelson textbook of pediatrics, 17th ed. Philadelphia: Sauders, 2004.Hlm 1272-6
2.
Gunawan S. Peran probiotik pada diare akut anak. Ebers papyrus. Vol 3 No 3. 2007. hlm
113-7
3.
Cornelius W, Van Niel MD. Probiotics: Not just fot treatment anymore, Pediatrics Vol. 115
No. 1 january 2005, pp. 174-7
4.
Kandum, NI. Upaya pencegahan diare ditinjau dari aspek kesehatan masyarakat dalam
kumpulan makalah kongres nasional II BKGAI juli 2003 hal 39
5.

Field, M. Intestinal ion transport and the pathophysiology of diarrhea.2003. hlm 931-43

6.
Latief, Abdul et al. Buku kuliah ilmu kesehatan anak. Jilid I. Cetakan X. FKUI . Jakarta :
2002. Hlm 283-94

7.
Surendan S, Rotavirus infection: molecular changes and pathophysiology EXCLI journal
2008;7:154-62
8.

Juffire M, Mulyani NS. Modul pelatihan diare. UKK gastro-hepatology.2009

9.
Anonymous. Paduan pelayanan medis departemen ilmu kesehatan anak. RSUP nasional Dr.
Cipto mangunkusomu. 2007
10. Suharyono, Aswitha, B.H. Halimun, EM.Dalam gastroenterologi anak praktis. Balai penerbit
FKUI. Cetakan 2
11. Behram, Kliegman, Arvin. Dalam nelson ilmu kesehatan anak.vol 2. Ed . EGC Jakarta 2000.
Hlm 889-93

Anda mungkin juga menyukai