Anda di halaman 1dari 88

KAJIAN EKONOMI DAN

KEUANGAN REGIONAL
PROVINSI KALIMANTAN BARAT
TRIWULAN I 2014

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA


PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Penanggung Jawab:
Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan (UAEK)
Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Provinsi Kalimantan Barat
Jl. Ahmad Yani No.2, Pontianak
Telp : 0561 - 734134 ext 8207, 8203, 8238
Faks : 0561 732033

Versi softcopy buku ini dapat diunduh melalui www.bi.go.id

KATA PENGANTAR

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
merupakan gambaran tentang kondisi perekonomian dan sistem keuangan Provinsi Kalimantan
Barat pada triwulan I 2014. Kajian ini meliputi perkembangan ekonomi, keuangan pemerintah,
inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan, sistem pembayaran dan
pengelolaan uang, ketenagakerjaan dan kesejahteraan, serta prospek perekonomian daerah
pada triwulan mendatang.
Kami menyadari penyusunan kajian ini masih belum sempurna, dan menjadi tekad kami
untuk terus berupaya memperbaikinya. Oleh karena itu, segala masukan, sumbangan
pemikiran, dan koreksi dari pembaca merupakan sebuah sumbangan yang besar bagi kami di
masa mendatang. Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah
Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah membantu dalam penyediaan
data, seperti Badan Pusat Statistik, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Pertanian
Tanaman Pangan dan Hortikultura, Dinas Perkebunan, Dinas Pendapatan Daerah, Dinas Tenaga
Kerja, Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, PT. Angkasa Pura II
(Persero), Gapkindo, PT. Pelindo II Cabang Pontianak, serta pihak lain yang tidak dapat kami
sebutkan disini, kami mengucapkan terima kasih.
Selamat membaca dan semoga bermanfaat.

Pontianak,

Mei 2014

KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA


PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Hilman Tisnawan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat


Triwulan I 2014

Halaman ini sengaja dikosongkan

ii

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat


Triwulan I 2014

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

iii

DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GRAFIK

viii

RINGKASAN UMUM

Perkembangan Perekonomian Daerah

Perkembangan Inflasi Daerah

Perkembangan Sistem Keuangan dan Pengembangan Akses Keuangan

Perkembangan Keuangan Pemerintah

Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

I.

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH

1.1 Kajian Umum

1.2 PDRB Menurut Penggunaan

1.3.1 Konsumsi

1.3.2 Investasi

1.3.3 Ekspor - Impor

10

1.3 PDRB Sektoral

12

1.3.1 Sektor Pertanian

13

1.3.2 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran

15

1.3.3 Sektor Angkutan dan Komunikasi

16

1.3.4 Sektor Industri Pengolahan

16

1.3.5 Sektor Lainnya

18

BOKS: DAMPAK PENERAPAN KEBIJAKAN PENGATURAN EKSPOR BARANG TAMBANG


MINERAL TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN KALIMANTAN BARAT

20

II.

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

23

2.1.

Gambaran Umum

23

2.2.

Inflasi Triwulanan

24

2.2.1.

Kelompok Bahan Makanan

25

2.2.2.

Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau

27

2.2.3.

Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan

28

2.3.

Inflasi Tahunan

30

2.4.

Disagregasi Inflasi

30

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat


Triwulan I 2014

iii

2.4.1.

Faktor Fundamental

31

2.4.2.

Faktor Non Fundamental

33

III.

SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN

35

3.1

Perkembangan Indikator Umum Perbankan

35

3.2

Perkembangan Penghimpunan Dana Pihak Ketiga

35

3.3

Penyaluran Kredit Sektor Produktif

37

3.4

Penyaluran Kredit Rumah Tangga

41

3.5
Pengembangan Akses Keuangan dan Pembiayaan Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (UMKM)

43

3.6

44

3.6.1 Perkembangan Transaksi Melalui BI-RTGS

45

3.6.2 Perkembangan Transaksi Melalui Kliring

46

3.6.3 Perkembangan Penyelenggaraan Transfer Dana Non Bank dan Pedagang Valuta
Asing (PVA)

46

3.6.4 Perkembangan Pengelolaan Uang

47

3.6.4.1 Perkembangan Aliran Uang Kartal Melalui BI

47

3.6.4.2 Pelaksanaan Kebijakan Penyediaan Uang Layak Edar

49

3.6.4.3 Pemusnahan

52

3.6.4.4 Perkembangan Temuan Uang Rupiah Palsu

53

IV.

PERKEMBANGAN KEUANGAN PEMERINTAH

55

4.1.

Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014

56

4.2.

Realisasi Belanja Daerah

58

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

61

5.1

Ketenagakerjaan

61

5.2

Kesejahteraan

63

V.

5.2.1 Nilai Tukar Petani (NTP)

63

5.2.1.1 Pergerakan NTP Bulan Maret 2014

64

5.2.1.2 Perbandingan Dengan Provinsi Lain di Kalimantan

66

VI.

iv

Perkembangan Sistem Pembayaran

PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

68

6.1

Prospek Perekonomian Daerah

69

6.2

Perkiraan Inflasi Daerah

71

LAMPIRAN

xiii

DAFTAR ISTILAH

xv

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat


Triwulan I 2014

Halaman ini sengaja dikosongkan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat


Triwulan I 2014

DAFTAR TABEL
Tabel 1. 1 PDRB Penggunaan Provinsi Kalimantan Barat (Miliar Rp) ........................................... 7
Tabel 1. 2 Perkembangan Realisasi Investasi di Kalimantan Barat (Rp Triliun) .............................. 9
Tabel 1. 3 Nominal Ekspor Luar Negeri Kalimantan Barat Berdasarkan HS2 (ribu USD) ............. 10
Tabel 1. 4 Volume Impor Kalimantan Barat Berdasarkan HS2 (Ton) ......................................... 12
Tabel 1. 5 Pertumbuhan PDRB Sektoral (%-yoy) ..................................................................... 12
Tabel 1. 6 PDRB Sektor Pertanian (Nominal-Miliar Rp) ............................................................. 13
Tabel 2.1 Tendensi Inflasi Triwulanan I 2014 Kalimantan Barat (%-qtq) ................................... 31
Tabel 3.1 Perkembangan Indikator Umum Perbankan Kalimantan Barat (Rp Miliar) .................. 35
Tabel 3. 2 Jumlah DPK dan Pangsa DPK Bank Umum Menurut Kabupaten/Kota di Kalimantan
Barat (Miliar Rupiah) ........................................................................................... 37
Tabel 3.3 Jumlah Kredit dan Pangsa Kredit Bank Umum Menurut Kabupaten/Kota di
Kalimantan Barat (Miliar Rupiah) .......................................................................... 39
Tabel 3.4 Perkembangan Persentase NPLs Gross Kota/Kabupaten di Kalimantan Barat ............. 40
Tabel 3.5 Perkembangan Penyaluran Kredit Rumah Tangga (Rp Miliar).................................... 41
Tabel 3.6 Jumlah dan Pangsa Kredit Sektor Rumah Tangga Menurut Kabupaten/Kota di
Kalimantan Barat ................................................................................................ 42
Tabel 3.7 Transaksi Melalui Real Time Gross Settlement (RTGS) ............................................... 45
Tabel 3.8 Transaksi Melalui Kliring ......................................................................................... 46
Tabel 3.9 Kegiatan Penukaran Uang Melalui Loket Penukaran Bank Indonesia (Uang Masuk) ... 50
Tabel 3.10 Kegiatan Kas Keliling ............................................................................................ 51
Tabel 3.11 Penemuan Uang Palsu di Kalimantan Barat............................................................ 53
Tabel 4.1 Realisasi APBD Provinsi Kalimantan Barat Tahun Anggaran 2013 (Rp Miliar) ............. 55
Tabel 4.2 Indikator Kemandirian Fiskal Provinsi Kalimantan Barat 2013 (Rp Miliar) ................... 57
Tabel 5.1 Indikator Ketenagakerjaan Kalimantan Barat (ribu jiwa) ........................................... 61
Tabel 5.2 Nilai Tukar Petani Per Sektor ................................................................................... 65
Tabel 5.3 Perbandingan NTP dengan Provinsi Lain di Kalimantan ............................................ 67

vi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat


Triwulan I 2014

Halaman ini sengaja dikosongkan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat


Triwulan I 2014

vii

DAFTAR GRAFIK
Grafik 1. 1 PDRB Provinsi Kalimantan Barat .............................................................................. 7
Grafik 1. 2 Indeks Harga Yang Dibayar Petani

Konsumsi Rumah Tangga................................. 8

Grafik 1. 3 Tingkat Konsumsi Beberapa Komoditi Makanan dan Bukan Makanan ...................... 8
Grafik 1. 4 Impor Barang Modal Kalimantan Barat .................................................................... 9
Grafik 1. 5 Ekspor Karet ........................................................................................................ 11
Grafik 1. 6 Ekspor Bauksit...................................................................................................... 11
Grafik 1. 7 Harga Internasional Karet (USD Cent/kg) ............................................................... 11
Grafik 1. 8 Kontribusi Terhadap Pertumbuhan ........................................................................ 13
Grafik 1. 9 Pangsa Tiap Sektor Terhadap PDRB ....................................................................... 13
Grafik 1. 10 Luas Panen Padi ................................................................................................. 14
Grafik 1. 11 Produksi Tandan Buah Segar Sawit ..................................................................... 14
Grafik 1. 12 Volume Bongkar Barang (dalam ton)................................................................... 15
Grafik 1. 13 Volume Petikemas .............................................................................................. 15
Grafik 1. 14 Perkembangan Jumlah Wisatawan Mancanegara ................................................ 16
Grafik 1. 15 Perkembangan Jumlah Penumpang .................................................................... 16
Grafik 1. 16 Produksi Karet Kalimantan Barat ......................................................................... 17
Grafik 1. 17 Produksi CPO Kalimantan Barat .......................................................................... 17
Grafik 1. 18 Harga Internasional Karet dan CPO ..................................................................... 17
Grafik 1. 19 Pengadaan Semen di Kalimantan Barat ............................................................... 18
Grafik 1. 20 Kredit Konstruksi Kalimantan Barat ..................................................................... 18
Grafik 1. 21 Aset Perbankan di Kalimantan Barat ................................................................... 18
Grafik 1. 22 Perolehan Pajak Hiburan & Reklame .................................................................... 19
Grafik 2. 1 Inflasi Tahunan Kalimantan Barat dan Nasional ..................................................... 23
Grafik 2. 2 Inflasi Triwulanan Kalimantan Barat dan Nasional .................................................. 23
Grafik 2. 3 Inflasi Bulanan Kalimantan Barat dan Nasional ...................................................... 23
Grafik 2. 4 Inflasi Triwulanan dan Andil Inflasi Kalimantan Barat Kelompok Barang dan Jasa .... 24
Grafik 2.5 Inflasi dan Andil Inflasi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 menurut Kelompok Bahan
Makanan ............................................................................................................ 25
Grafik 2.6 Inflasi Triwulanan Kelompok Bahan Makanan Kota Pontianak dan Singkawang ...... 26
Grafik 2.7 Inflasi dan Andil Inflasi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 menurut Kelompok
Makanan Jadi...................................................................................................... 27
Grafik 2.8 Inflasi Triwulanan Kelompok Makanan Jadi Kota Pontianak dan Singkawang .......... 28
Grafik 2.9 Inflasi dan Andil Inflasi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 menurut Kelompok
Transpor ............................................................................................................. 29
viii

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat


Triwulan I 2014

Grafik 2.10 Inflasi Triwulanan Kelompok Transpor Kota Pontianak dan Singkawang ................ 29
Grafik 2.11 SPH Komoditas Tiket Angkutan Udara (Rp)........................................................... 31
Grafik 2.12 Perkembangan Inflasi dan Ekspektasi Harga menurut Konsumen di Kalimantan
Barat .................................................................................................................. 32
Grafik 2.13 Perkembangan Inflasi dan Ekspektasi Harga Konsumen Menurut Kelompok
Komoditas di Kalimantan Barat ........................................................................... 32
Grafik 2.14 Perkembangan Inflasi Negara Mitra Dagang ......................................................... 33
Grafik 2.15 Perkembangan Harga Komoditas Emas Internasional ............................................ 33
Grafik 2.16 SPH Beras, Minyak Goreng dan Gula Pasir ............................................................ 33
Grafik 2.17 SPH Daging Ayam, Telur dan Daging Sapi ............................................................ 33
Grafik 2.18 SPH Komoditas Bumbu ........................................................................................ 34
Grafik 2.19 SPH Komoditas Ikan ............................................................................................ 34
Grafik 2.20 Perkembangan Rata-rata Harga Beras di Kota Pontianak....................................... 34
Grafik 2.21 Perkembangan Rata-rata Harga Daging Ayam Ras dan Gula Pasir di Kota Pontianak34
Grafik 3.1 Perkembangan Jenis DPK Bank Umum di Kalimantan Barat (Miliar Rupiah) .............. 36
Grafik 3.2 Perkembangan Suku Bunga Deposito Kalimantan Barat terhadap BI Rate ................ 36
Grafik 3.3 Struktur DPK Menurut Golongan Pemilik di Kalimantan Barat ................................. 36
Grafik 3.4 Sebaran DPK Bank Umum Menurut Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat ............... 37
Grafik 3.5 Perkembangan Kredit Modal Kerja dan Investasi di Kalimantan Barat ...................... 38
Grafik 3.6 Pangsa Kredit Menurut Sektor Ekonomi di Kalimantan Barat .................................. 38
Grafik 3.7 Pernyaluran kredit berdasarkan lokasi proyek dan lokasi kantor bank (Rp Miliar) ...... 39
Grafik 3.8 Perkembangan Rasio NPL Gross Kredit Produktif Kalimantan Barat ......................... 40
Grafik 3.9 Perkembangan Kredit Rumah Tangga di Kalimantan Barat ...................................... 42
Grafik 3.10 Perkembangan NPL Gross Kredit Sektor Rumah Tangga di Kalimantan Barat ......... 42
Grafik 3.11 Perkembangan Kredit UMKM Kalimantan Barat ................................................... 43
Grafik 3.12 Perkembangan Kredit UMKM Menurut Jenis Penggunaan di Kalimantan Barat (Rp
Miliar) ................................................................................................................. 43
Grafik 3.13 Perkembangan Rasio NPL Gross Kredit UMKM ..................................................... 44
Grafik 3.14 Perkembangan Jumlah Outflow Uang Kertas Pecahan Kecil .................................. 48
Grafik 3.15 Perkembangan Inflow dan Outflow Kalimantan Barat ........................................... 49
Grafik 3.16 Perkembangan Inflow dan Outflow melalui Kas Titipan ........................................ 51
Grafik 3.17 Perkembangan Inflow, Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar dan Rasio
Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar Terhadap Inflow........................................... 53
Grafik 4. 1 Realisasi Belanja dan Pendapatan Triwulan I 2014 ................................................. 55
Grafik 4. 2 Realisasi Pendapatan Daerah (Rp Miliar) ................................................................ 56
Grafik 4. 3 Realisasi Pendapatan Daerah (Rp Miliar) ................................................................ 56
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat
Triwulan I 2014

ix

Grafik 4. 4 Realisasi Komponen Dana Perimbangan (Rp Miliar)............................................... 57


Grafik 4. 5 Pangsa Realisasi Belanja Per Komponen ............................................................... 58
Grafik 4. 6 Realisasi Belanja Tidak Langsung (Rutin) .............................................................. 58
Grafik 4. 7 Realisasi Belanja Langsung (Non Rutin) ................................................................ 59
Grafik 5.1 Jumlah Penduduk Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan (Ribu Jiwa) ................... 62
Grafik 5.2 Tingkat Penyerapan Tenaga Kerja Kalimantan Barat Berdasarkan Sektor ................. 62
Grafik 5.3 NTP Petani Kalimantan Barat................................................................................. 64
Grafik 5.4 Indeks Dibayar dan Indeks Diterima Petani ............................................................ 64
Grafik 6.1 Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Barat (yoy) ....................................... 69
Grafik 6.2 Indeks Tendensi Konsumen Kalimantan Barat......................................................... 69
Grafik 6.3 Harga Internasional Karet dan Crude Palm Oil ........................................................ 70
Grafik 6.4 Perkembangan Ekspektasi Harga Konsumen .......................................................... 71
Grafik 6.5 Perkembangan Harga Komoditas Global ................................................................ 72

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat


Triwulan I 2014

RINGKASAN UMUM
Perkembangan Perekonomian Daerah
Pada triwulan I 2014, perekonomian Kalimantan Barat tercatat tumbuh 4,69% (yoy),
lebih lambat dibandingkan pertumbuhan di triwulan IV 2013 yang tercatat mencapai
6,37% (yoy). Pertumbuhan Kalimantan Barat tersebut bahkan tercatat lebih rendah
dibandingkan pertumbuhan nasional yang berada pada level 5,21% (yoy), setelah tiga triwulan
berturut-turut selalu berada di atas pertumbuhan nasional. Perlambatan tersebut terutama
dipengaruhi oleh sisi eksternal dimana kinerja ekspor melambat sementara impor tumbuh rlatif
signifikan. Di sisi lain, permintaan domestik menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi
Kalimantan Barat pada periode laporan.
Di sisi sektoral kinerja perekonomian Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan I 2014
ditandai dengan perlambatan kinerja pada hampir semua sektor, kecuali sektor
bangunan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR), dibandingkan triwulan
sebelumnya. Kedua sektor tersebut bersama dengan sektor pertanian memberikan kontribusi
terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat sebesar 3,03% dari angka
pertumbuhan secara keseluruhan sebesar 4,69%(yoy). Perlambatan terutama terjadi pada
sektor pertanian, yang dipengaruhi oleh perlambatan kinerja subsektor tabama dan perkebunan
karet, serta kontraksi pada sektor pertambangan seiring dengan diimplementasikannya
Peraturan Menteri ESDM No.1 Tahun 2014 terkait ekspor barang tambang mineral mentah.
Sementara itu, struktur perekonomian Provinsi Kalimantan Barat masih didominasi oleh sektor
pertanian, sektor PHR dan sektor industri pengolahan, yang membentuk pangsa 63,58%
terhadap total PDRB.

Perkembangan Inflasi Daerah


Mengawali tahun 2014, inflasi Kalimantan Barat di triwulan I 2014 berada di level yang
cukup tinggi. Kondisi tersebut tercermin dari laju inflasi triwulanan yang lebih tinggi dibanding
triwulan sebelumnya, dari 1,05% (qtq) menjadi 2,17% (qtq). Tingginya tekanan inflasi pada
triwulan I 2014 tersebut salah satunya dipicu oleh kondisi cuaca yang mempengaruhi pasokan
bahan makanan sehingga menyebabkan inflasi tahunan di Kalimantan Barat pada triwulan I
2014 mencapai 8,98% (yoy)
Secara triwulanan, laju inflasi di triwulan I 2014 terutama bersumber dari inflasi Bahan
Makanan, seiring pasokan yang relatif terbatas. Kondisi tersebut tercermin dari andil
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat
Triwulan I 2014

kelompok Bahan Makanan yang pada triwulan laporan mencapai 1,78% (qtq). Tekanan harga
subkelompok komoditas Sayuran dan Bumbu menjadi salah satu pemicu kenaikan harga. Di sisi
lain, kelompok komoditas Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan memiliki andil deflasi
terendah pada triwulan laporan, mencapai 0,66% (qtq). Deflasi yang terjadi pada kelompok
komoditas ini terutama disebabkan koreksi tarif tiket angkutan udara seiring berlalunya
perayaan Cap Go Meh di akhir triwulan I 2014.

Perkembangan Sistem Keuangan dan Pengembangan Akses Keuangan


Secara triwulanan, perkembangan volume usaha perbankan Kalimantan Barat pada
triwulan I 2014 tercatat mencapai Rp43,95 Triliun, atau tumbuh sebesar 14,70% (yoy).
Pertumbuhan total aset tersebut tercatat relatif melambat dibandingkan pertumbuhan
pada triwulan IV 2013 yang mencapai 15,34% (yoy). Perlambatan yang terjadi dipengaruhi
oleh perlambatan baik pada sisi aktiva, yaitu penyaluran kredit, maupun sisi pasiva pada
penghimpunan dana pihak ketiga. Penyaluran kredit perbankan Kalimantan Barat tercatat
tumbuh 19,19% (yoy) menjadi sebesar Rp30,70 Triliun atau lebih lambat dibandingkan triwulan
IV 2013 yang tumbuh mencapai 22,53% (yoy). Sementara itu, dari sisi pasiva, penghimpunan
dana pihak ketiga perbankan Kalimantan Barat tumbuh 12,34% (yoy), lebih lambat
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 13,35% (yoy). Perlambatan pada penyaluran kredit
yang lebih dalam dibandingkan penghimpunan DPK mendorong peningkatan rasio penyaluran
kredit terhadap penghimpunan DPK (Loan to Deposit Ratio/ LDR) dari 83,55% pada triwulan IV
2013 menjadi 84,33% pada triwulan laporan.
Secara triwulanan, perkembangan sistem pembayaran non tunai di Provinsi
Kalimantan Barat pada triwulan I 2014 mengalami penurunan. Nominal transaksi kliring
mengalami kontraksi sebesar 8,82% (qtq) menjadi sebesar Rp9,93 Triliun. Sementara transaksi
Real Time Gross Settlement (RTGS) juga mengalami kontraksi, baik dari sisi nominal maupun
pada jumlah transaksi yang dilakukan, masing-masing sebesar 10,89% (qtq) dan 13,53% (qtq).
Dari sisi sistem pembayaran tunai di Provinsi Kalimantan Barat, selama triwulan I 2014
nominal transaksi mengalami peningkatan pada sisi jumlah uang masuk (inflow),
namun mengalami penurunan pada sisi jumlah uang yang diedarkan (outflow). Jumlah
uang masuk mengalami peningkatan yang relatif signifikan sebesar 318,51% (qtq) menjadi
sebesar Rp1,86 Triliun. Sementara itu, jumlah uang yang diedarkan oleh Kantor Perwakilan
Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat mengalami kontraksi 74,54% (qtq) menjadi sebesar
Rp629,83 Miliar. Perkembangan aliran uang kartal tersebut menunjukkan posisi net inflow,
dimana jumlah uang yang masuk lebih besar dibandingkan jumlah uang yang diedarkan. Jika
ditinjau secara tahunan, transaksi sistem pembayaran tunai di Kalimantan Barat mengalami
2

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat


Triwulan I 2014

kenaikan di sisi inflow yaitu sebesar 33,30% (yoy), begitupula di sisi outflow juga mengalami
kenaikan sebesar 20,30% (yoy).

Perkembangan Keuangan Pemerintah


Kinerja keuangan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan I 2014
menunjukkan perkembangan yang baik terutama dari sisi realisasi belanja. Pada
triwulan I 2014, realisasi pendapatan Provinsi Kalimantan Barat mencapai 23,46% dari target
APBD, lebih rendah dibanding realisasi triwulan I 2013. Sementara itu realisasi penyerapan
belanja Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan I 2014 masih belum optimal karena baru
mencapai 6,88% dari target APBD 2014 meski rasio penyerapan tersebut lebih tinggi dari
triwulan I 2013 yang mencapai 6,49%.
Berdasarkan komponennya, kenaikan realisasi pendapatan pada triwulan I 2014
terutama didorong oleh peningkatan realiasasi Dana Perimbangan. Tercatat realisasi
Dana Perimbangan pada triwulan I 2014 mencapai Rp 765,18 miliar meningkat 9,86% (yoy)
dari triwulan I 2013 yang mencapai Rp391,47 triliun. Selain itu, komponen Pendapatan Asli
Daerah (PAD) dan Lain-lain Pendapatan yang Sah juga mengalami kenaikan realisasi pada
triwulan I 2014, masing-masing mencapai 5,58% dan 8,44% (yoy). Dibandingkan dengan
target APBD 2013, realisasi ketiga komponen pendapatan tersebut relatif baik, masing-masing
mencapai 18,42%, 28,46% dan 24,87%. Sementara itu, realisasi penyerapan belanja
pemerintah Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan I 2014 relatif lebih baik dari
periode sebelumnya. Tercatat rasio penyerapan anggaran provinsi Kalimantan Barat pada
triwulan I 2014 mencapai 8,92% dari target anggaran belanja 2014. Rasio tersebut relatif
meningkat dibanding triwulan I 2013 yang mencapai 8,47.

Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan


Berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) BPS bulan Februari 2014,
jumlah angkatan kerja Provinsi Kalimantan Barat adalah sebanyak 2.369 ribu orang,
atau mengalami peningkatan sebesar 0,89% (yoy) jika dibandingkan hasil survei pada
bulan Februari 2013. Dengan jumlah penduduk usia kerja (usia 15 tahun ke atas) yang
tercatat meningkat 1,61% (yoy) menjadi sebanyak 3.280 ribu orang, maka Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja (TPAK) yang merupakan rasio antara jumlah angkatan kerja dengan jumlah
penduduk usia kerja menurun dari 72,74% pada Februari 2013 menjadi 72,21% pada Februari
2014. Jumlah penduduk bekerja mengalami peningkatan 1,45% (yoy) dibandingkan Februari
2013 menjadi sebanyak 2.309 orang. Namun demikian, jumlah pengangguran mengalami
penurunan sebesar 17,81% (yoy) dibandingkan Februari 2013, menjadi sebanyak 60 ribu
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat
Triwulan I 2014

orang. Secara keseluruhan, penurunan tersebut mengakibatkan Tingkat Pengangguran Terbuka


Kalimantan Barat pada Februari 2013 menurun menjadi sebesar 2,53%, dibandingkan Februari
2012 sebesar 3,09%.
Berdasarkan pemantauan harga di pedesaan pada akhir triwulan I 2014, atau bulan
Januari 2013, NTP Gabungan Kalimantan Barat tercatat sebesar 96,40. Nilai tersebut
mengalami peningkatan sebesar 0,15% (qtq) dibandingkan NTP gabungan bulan Desember
2013 yang tercatat sebesar 96,26. Peningkatan NTP pada periode laporan dipengaruhi oleh
peningkatan indeks harga yang diterima petani lebih besar dari peningkatan indeks harga yang
dibayar petani. Peningkatan indeks harga yang dibayar petani sebesar 1,63% (qtq)
dibandingkan dengan bulan Desember 2013 yang tercatat sebesar 108,02. Sementara indeks
harga yang diterima petani juga meningkat lebih besar, yaitu sebesar 1,77% (qtq) dibandingkan
dengan posisi Desember 2013 yang tercatat sebesar 103,99.

Prospek Perekonomian Daerah


Perekonomian Kalimantan Barat pada triwulan II 2014 diperkirakan mengalami
akselerasi jika dibandingkan triwulan I 2014 yang tumbuh 4,69% (yoy). Perekonomian
Kalimantan Barat pada triwulan mendatang diperkirakan tumbuh pada kisaran 5,4
5,6% (yoy). Akselerasi diperkirakan didorong oleh meningkatnya aktivitas bisnis pada triwulan
mendatang. Di sisi permintaan, peningkatan pertumbuhan terutama didorong oleh konsumsi,
baik konsumsi swasta maupun konsumsi pemerintah, sebagai dampak dari pelaksanaan
Pemilihan Umum Calon Anggota Legislatif pada April 2014. Konsumsi swasta juga diperkirakan
meningkat seiring dengan periode liburan sekolah pada akhir triwulan II 2014. Komponen
permintaan lainnya, yaitu investasi, juga diperkirakan mengalami akselerasi khususnya di sektor
perkebunan dan sektor industri pengolahan. Sementara itu, kinerja ekspor diperkirakan masih
belum optimal. Dari sisi sektoral, sektor yang diperkirakan mendorong akselerasi perekonomian
di triwulan II 2014 adalah sektor angkutan dan jasa seiring dengan pelaksanaan Pemilihan
Umum Calon Anggota Legislatif.
Inflasi Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan II 2014 diperkirakan masih berada pada
level yang cukup tinggi. Kondisi tersebut diperkuat oleh hasil Survei Konsumen pada triwulan
I 2014, ekspektasi masyarakat terhadap inflasi baik untuk jangka pendek maupun jangka
panjang berada di level yang relatif tinggi. Beberapa hal yang diperkirakan berpotensi menjadi
faktor pemicu inflasi pada triwulan II 2014 diantaranya adalah kenaikan tarif listrik khususnya
untuk industri yang akan direalisasikan mulai bulan Mei 2014, rencana kenaikan tarif angkutan
kapal laut sebesar 10%-27% dan musim liburan sekolah. Di sisi lain, beberapa faktor yang
berpotensi menjadi peredam inflasi di triwulan II 2014, antara lain pengaruh pelaksanaan
4

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat


Triwulan I 2014

pemilu yang relatif minimal, tren penurunan harga komoditas global dan nilai tukar Rupiah
berada di level yang relatif stabil pada kisaran Rp11.000 per USD. Berdasarkan beberapa
faktor tersebut, inflasi Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan II 2014 diperkirakan
berada pada kisaran 8,0%-8,5% (yoy). Sementara untuk keseluruhan tahun 2014,
inflasi Kalimantan Barat diperkirakan berada pada kisaran 7%+1% (yoy). Beberapa
faktor yang diperkirakan menjadi peredam (down side risk) tekanan inflasi hingga akhir tahun
2014 antara lain (1) relatif minimalnya wacana terkait kebijakan penyesuaian harga energi
strategis. (2) Ekspektasi masyarakat terhadap inflasi relatif terkelola dengan baik. (3) Relatif
meredanya kondisi supercycle harga komoditas internasional. (4) Kondisi cuaca pada 2014
diperkirakan cenderung stabil, meskipun dibayangi potensi terjadinya El Nino dan (5) Berlalunya
pengaruh kenaikan harga BBM pada 2013. Namun demikian, masih terdapat beberapa faktor
resiko yang berpotensi memicu (up side risk) inflasi 2014 menjadi lebih tinggi dari perkiraan,
antara lain (1) Disparitas harga antar daerah dan pelaku ekonomi masih relatif lebar. (2) Nilai
tukar masih berpotensi mengalami fluktuasi sehingga memicu tekanan imported inflation dan
(3) kondisi sosial politik pasca pemilu presiden.

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat


Triwulan I 2014

2012

Indikator

Tw I

Tw II

2013
Tw III

Tw IV

Tw I

Tw II

Tw III

Tw IV

2014
Tw I

Ekonomi Makro Regional


Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy)

6.67

5.43

5.87

5.29

4.48

6.73

6.70

6.37

Berdasarkan Sektor (Miliar Rp) :

8,311

8,115

8,618

8,963

8,684

8,661

9,196

9,534

9,091

- Pertanian

2,299

1,776

2,037

2,117

2,364

1,978

2,210

2,281

2,466

146

146

152

162

153

153

159

169

152

1,302

1,313

1,387

1,399

1,351

1,384

1,435

1,463

1,395

- Pertambangan & Penggalian


- Industri Pengolahan
- Listrik, Gas & Air Bersih
- Bangunan
- Perdagangan, Hotel & Restoran

4.69

35

36

36

37

37

37

38

39

38

701

730

784

857

768

770

802

911

826

1,750

1,794

1,846

1,871

1,816

1,879

1,985

1,974

1,919

- Pengangkutan & Komunikasi

783

823

841

870

825

877

909

941

870

- Keuangan, Persewaan & Jasa

463

481

489

498

487

520

524

523

501

- Jasa

834

1,016

1,046

1,152

882

1,063

1,136

1,233

924

Berdasarkan Permintaan (Miliar Rp) :


- Konsumsi Rumah Tangga
- Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba
- Konsumsi Pemerintah
- PMTB
- Perubahan Stok
- Ekspor
- Impor

8,311
4,401
78
941
2,300
348
2,581
2,337

8,115
4,427
79
979
2,346
(44)
2,651
2,324

8,618
4,552
83
1,047
2,436
453
2,577
2,530

8,963
4,615
85
1,238
2,465
445
2,697
2,583

8,684
4,676
81
1,013
2,357
213
2,645
2,301

8,661
4,715
85
1,073
2,392
(17)
2,723
2,310

9,196
4,813
88
1,163
2,491
476
2,710
2,545

9,534
4,893
90
1,303
2,655
350
2,861
2,619

9,091
4,988
101
1,119
2,590
236
2,695
2,638

Ekspor
- Nilai Ekspor Non Migas (USD Juta)
- Volume Ekspor Non Migas (ribu ton)

336
3,313

365
2,724

261
2,156

346
4,381

326
3,340

339
4,356

346
4,910

351
4,218

210
750

44
32

88
58

80
47

123
65

63
54

47
58

81
83

50
91

74
134

Indeks Harga Konsumen


- Kota Pontianak
- Kota Singkawang

97.54
98.96
99.13 100.1062

101.32
100.30

101.84
100.67

103.98
103.26

105.99
103.92

110.48
106.46

111.74
107.31

113.94
110.67

Laju Inflasi Tahunan (%,yoy)


- Kota Pontianak
- Kota Singkawang

5.72
6.34

6.83
7.77

5.82
3.90

6.75
4.21

6.61
4.17

7.10
3.81

9.05
6.14

9.71
6.59

9.58
7.17

Dana Pihak Ketiga (Rp Miliar)


- Tabungan
- Giro
- Deposito

28,856
15,709
5,663
7,485

30,352
16,669
6,345
7,337

31,060
17,492
6,206
7,362

32,000
19,824
4,628
7,548

32,407
18,676
5,970
7,761

33,509
18,465
6,780
8,264

34,720
19,438
6,688
8,595

36,273
22,004
4,873
9,396

36,407
20,213
6,368
9,826

Kredit (Rp Miliar) - Berdasarkan Lokasi Proyek


- Modal Kerja
- Investasi
- Konsumsi

19,217
6,704
4,221
8,292

21,071
7,620
4,536
8,915

21,918
7,699
4,646
9,572

23,826
8,811
4,993
10,022

24,757
8,569
5,791
10,397

26,390
9,369
6,076
10,945

27,452
9,501
6,471
11,480

28,923
10,135
7,034
11,753

28,108
9,969
6,180
11,959

Kredit UMKM (Rp Miliar)


- Modal Kerja
- Investasi
- Konsumsi

6,108
4,106
1,970
32

6,629
4,595
2,001
34

6,759
4,861
1,870
28

7,368
5,380
1,961
28

7,649
5,609
2,018
22

8,696
6,141
2,538
17

9,011
6,365
2,634
13

9,624
6,763
2,851
10

10,039
6,910
3,128
1

Loan to Deposit Ratio (%)


NPL Gross (%)

69.42
0.98

72.23
0.96

73.48
0.94

77.30
0.80

79.49
1.44

82.34
1.45

82.84
1.47

83.55
1.12

84.33
1.24

897
790

1,142
918

1,160
987

1,399
1,180

1,093
965

1,175
972

1,167
886

1,197
938

952
956

141
4,227

188
4,937

157
5,383

139
3,859

142
3,982

160
4,018

183
4,412

170
3,944

Impor
- Nilai Impor Non Migas (USD Juta)
- Volume Impor Non Migas (ribu ton)

Perbankan

Sistem Pembayaran
Transaksi RTGS
- Rata-rata Harian Nominal Transaksi (Rp Miliar)
- Rata-rata Harian Volume Transaksi (Lembar)
Transaksi Kliring
- Rata-rata Harian Nominal Transaksi (Rp Miliar)
- Rata-rata Harian Volume Transaksi (Lembar)

122
3,745

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat


Triwulan I 2014

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH

I.
1.1 Kajian Umum
Nilai
g Kalbar (yoy)

12000

g Nasional (yoy)

10000

Pada

Kalimantan Barat tercatat tumbuh 4,69%

(yoy),

6000

4000
2000

0
Q1

Q2

Q3

Q4

Q1

Q2

Q3

Q4

lebih

2014,
lambat

perekonomian
dibandingkan

pertumbuhan di triwulan IV 2013 yang


%

Miliar Rp

8000

triwulan

tercatat

Pertumbuhan

bahkan tercatat lebih rendah dibandingkan

pertumbuhan nasional yang berada pada

Q1

mencapai
Kalimantan

6,37%

(yoy).

Barat

tersebut

level 5,21% (yoy), setelah tiga triwulan


2012

2013

2014

berturut-turut

Sumber : Data BPS Provinsi Kalimantan Barat

selalu

berada

di

atas

pertumbuhan nasional. Pada sisi permintaan,

Grafik 1. 1 PDRB Provinsi Kalimantan Barat

pertumbuhan didorong oleh pertumbuhan

permintaan domestik, sementara perlambatan terutama dipengaruhi dari sisi eksternal. Di sisi sektoral,
pertumbuhan semua sektor tercatat mengalami perlambatan, kecuali sektor perdagangan, hotel dan
restoran (PHR) dan sektor konstruksi/bangunan.

1.2 PDRB Menurut Penggunaan


Tabel 1. 1 PDRB Penggunaan Provinsi Kalimantan Barat (Miliar Rp)
Jenis Penggunaan
Konsumsi Rumah Tangga

2012
Q1

Q2

Q3

4,401

4,427

4,552

78

79

941
2,300

Konsumsi Nirlaba
Konsumsi Pemerintah
PMTB

2013
Q4

2014

Q1

Q2

Q3

Q4

4,615

4,676

4,715

4,813

4,893

Q1
4,988

83

85

81

85

88

90

101

979

1,047

1,238

1,013

1,073

1,163

1,303

1,119

2,346

2,436

2,465

2,357

2,392

2,491

2,655

2,590

Perubahan Stok

348

(44)

453

445

213

(17)

476

350

236

Diskrepansi

Ekspor

2,581

2,651

2,577

2,697

2,645

2,723

2,710

2,861

2,695

Dikurangi Impor

2,337

2,324

2,530

2,583

2,301

2,310

2,545

2,619

2,638

PDRB

8,311

8,115

8,618

8,963

8,684

8,661

9,196

9,534

9,091

Sumber : Data BPS Prov. Kalimantan Barat

Pada sisi permintaan, komponen yang dominan dalam pembentukan PDRB Kalimantan Barat
bersumber dari permintaan domestik, yaitu konsumsi dan investasi, yang memiliki pangsa mencapai
96,78% dari total PDRB. Konsumsi mencatat kinerja yang lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya,
baik dari sisi konsumsi rumah tangga maupun konsumsi pemerintah. Investasi juga menunjukkan
akselerasi yang cukup tinggi. Sementara itu, perdagangan luar negeri Provinsi Kalimantan Barat
menunjukkan perlambatan kinerja, dimana ekspor mengalami perlambatan namun impor
menunjukkan akselerasi yang relatif tinggi.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat
Triwulan I 2014

1.3.1 Konsumsi
Pada triwulan I 2014, konsumsi rumah tangga tercatat tumbuh 6,66% (yoy), lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 6,04% (yoy). Konsumsi pemerintah juga mencatat
pertumbuhan yang lebih tinggi mencapai 10,51% (yoy) dibandingkan periode sebelumnya yang
tumbuh hanya 5,22% (yoy). Terjaganya konsumsi rumah tangga secara keseluruhan di Kalimantan
Barat pada periode laporan antara lain didorong oleh meningkatnya pendapatan masyarakat seiring
dengan kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP), kenaikan gaji PNS sebesar 6% serta adanya
pembayaran kompensasi guru. Peningkatan konsumsi masyarakat juga meningkat seiring dengan
perayaan hari Raya Imlek, Cap Go Meh dan Sembahyang Kubur (Ceng Beng). Selain itu, konsumsi
rumah tangga juga didorong oleh pelaksanaan masa kampanye Pemilihan Umum Calon Anggota
Legislatif. Peningkatan konsumsi masyarakat diindikasikan oleh peningkatan Indeks Keyakinan
Ekonomi (IKK) dan Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) masing-masing menjadi 135,78 dan 131,89
pada triwulan laporan dari 133,58 dan 122,83 pada triwulan IV 2013. Selain itu, indeks pembelian
barang konsumsi tahan lama juga menunjukkan peningkatan menjadi 137,17 dari 119,50 pada
triwulan sebelumnya. Selain itu, peningkatan konsumsi masyarakat juga ditunjukkan oleh peningkatan
indeks harga yang dibayar petani untuk konsumsi rumah tangga yang mengalami peningkatan
menjadi 110,83 pada triwulan I 2014 dari 105,18 pada tahun sebelumnya. Peningkatan konsumsi
rumah tangga tersebut terutama pada konsumsi bahan makanan, makan jadi serta transportasi dan
komunikasi. Data BPS Provinsi Kalimantan Barat juga menunjukkan indeks tendensi konsumen (ITK)
Kalimantan Barat meningkat menjadi 114,80 pada triwulan laporan dibandingkan triwulan
sebelumnya 111,47 dan tahun sebelumnya 107,69. Sementara itu, tingginya konsumsi pemerintah
didorong oleh penyerapan anggaran pemerintah pusat di daerah untuk rangkaian pelaksanaan Pemilu
Calon Anggota Legislatif serta pembangunan infrastruktur.
112

155.00

110
108

145.00

106

135.00

104

125.00

102

115.00

100
98

105.00

Konsumsi Rumah Tangga

96

Q1

Q2

Q3

2012

Q4

Q1

Q2

Q3

2013

Q4

Q1
2014

Sumber : BPS Kalimantan Barat, diolah


Grafik 1. 2 Indeks Harga Yang Dibayar Petani
Konsumsi Rumah Tangga

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)

Indeks Harga Yang Dibayar Petani

Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)

95.00

Q1

Q2

Q3

2012

Q4

Q1

Q2

Q3

Q4

2013

Q1
2014

Sumber : Survei Konsumen Bank Indonesia, diolah


Grafik 1. 3 Tingkat Konsumsi Beberapa Komoditi
Makanan dan Bukan Makanan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat


Triwulan I 2014

1.3.2 Investasi
Investasi di Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan I 2014 menunjukkan kinerja yang meningkat,
sebagaimana tercermin pada pertumbuhan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) yang tercatat
sebesar 9,87% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 7,71% (yoy),
maupun tahun sebelumnya yang tumbuh 2,51% (yoy). Peningkatan investasi tercermin dari data total
realisasi investasi Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (BPMPTSP) Provinsi
Kalimantan Barat, dimana pada triwulan I 2014 terealisasi investasi sebesar Rp4,20 Triliun, lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp2,65 Triliun. Peningkatan investasi
terutama bersumber dari investasi pada sektor perkebunan, khususnya kelapa sawit. Selain itu,
peningkatan investasi juga didorong oleh investasi pada sektor industri pengolahan logam dasar
seiring dengan implementasi Peraturan Menteri ESDM No.1 Tahun 2014 terkait pelarangan ekspor
barang tambang mineral mentah. Implementasi ketentuan tersebut mendorong pembangunan pabrik
pengolahan/smelter di Kalimantan Barat. Pada triwulan I 2014, tercatat 15 proyek investasi dalam
negeri untuk industri logam dengan nilai investasi mencapai Rp1,24 Triliun dan 3 proyek investasi
asing dengan nilai investasi mencapai 334,45 juta USD.
Tabel 1. 2 Perkembangan Realisasi Investasi di Kalimantan Barat (Rp Triliun)1

2013

Keterangan

Q1
0.85
1.57

PMDN
PMA
PDKPM
TOTAL

2.42

Q2
0.66
0.60
N/A
1.26

Q3
2.51
1.44

Q4
0.07
2.58

2014
Q1
1.35
0.90
1.95

3.95

2.65

4.20

Sumber : BPMPTSP Provinsi Kalimantan Barat

Keterangan
14,000
12,000
10,000

2010
70,000

Volume
Nilai -(Miliar
RHS (USD)
PMDN
Rp)

2012

Membaiknya investasi di Kalimantan Barat juga

1,171.7
1,404.0
2,811.0
60,000
diindikasikan oleh pertumbuhan impor luar negeri
170.4
500.7
397.5

PMA (US$ Juta)

50,000

8,000

40,000

6,000

30,000

4,000

20,000

2,000

10,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2012

2011

2013

2014

Sumber : Bank Indonesia


Grafik 1. 4 Impor Barang Modal Kalimantan Barat

barang

modal

yang

relatif

lebih

baik

dibandingkan triwulan sebelumnya. Dari sisi nilai,


impor barang modal tercatat sebesar 11,61 ribu
USD atau mengalami kontraksi 67,74% (yoy).
Meskipun demikian, tingkat kontraksi tersebut
tidak

sedalam

triwulan

sebelumnya

dimana

kontraksi mencapai 77,60% (yoy). Sementara itu


dari sisi volume, impor barang modal tercatat
mencapai 2,81 ton atau mengalami kontraksi

PMDN : Penanaman Modal Dalam Negeri, PMA : Penanaman Modal Asing, PDKPM : Perangkat Daerah
Kab/Kota di Bidang Penanaman Modal
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat
Triwulan I 2014

52,63% (yoy), lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi 69,29% (yoy).
Impor barang modal Kalimantan Barat tersebut terutama berasal dari negara Tiongkok dan Korea
Selatan.

1.3.3 Ekspor - Impor


Kinerja ekspor Kalimantan Barat menunjukkan perlambatan, dimana pada triwulan laporan tumbuh
1,86% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan IV 2013 yang tumbuh mencapai 6,08% (yoy) dan
triwulan I tahun sebelumnya yang tumbuh 2,49% (yoy). Pada sisi lain, impor Kalimantan Barat pada
triwulan I 2014 tumbuh cukup signifikan mencapai 14,61% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan
sebelumnya yang tumbuh hanya 1,40% (yoy), dan triwulan I 2013 yang mengalami kontraksi 1,53%
(yoy). Net ekspor tercatat mengalami kontraksi hingga mencapai 83,40% (yoy) menjadi hanya sebesar
Rp57 Miliar pada triwulan laporan.
Penurunan kinerja ekspor diindikasikan oleh penurunan ekspor Kalimantan Barat ke luar negeri,
dimana pada triwulan laporan nominal ekspor tercatat sebesar 210,33 juta USD atau mengalami
kontraksi 35,45% (yoy). Dari sisi volume, data ekspor juga menunjukkan penurunan yang signifikan,
dimana pada triwulan laporan volume ekspor Kalimantan Barat ke luar negeri tercatat mencapai
750,45 ribu ton atau mengalami kontraksi hingga mencapai 77,88% (yoy). Kontraksi tersebut
terutama terjadi akibat kontraksi pada ekspor komoditas bauksit dan karet sebagai komoditas ekspor
utama Kalimantan Barat.
Tabel 1. 3 Nominal Ekspor Luar Negeri Kalimantan Barat Berdasarkan HS2 (ribu USD)
Golongan Barang (HS)

2012
Tw I

2013

Tw II

Tw III

Tw IV

Tw I

2014

Tw II

Tw III

Tw IV

Tw I

Karet dan Barang dari Karet (HS40)

167,815

224,422

130,604

144,244

155,725

136,685

124,495

153,081

127,473

Bijih, Kerak, dan Abu Logam (HS26)

96,845

74,938

70,221

136,281

104,795

137,937

163,950

137,140

18,880

Kayu, Barang dari Kayu (HS44)

61,682

48,525

45,508

46,019

49,475

45,452

40,500

46,323

39,454

1,647

1,730

2,443

2,239

2,512

2,263

2,784

3,547

3,813

Kapal Laut dan Bangunan Terapung (HS89)

6,812

295

3,490

3,490

1,988

Tembakau (HS24)

390

4,913

1,420

2,149

2,769

2,224

2,819

2,678

2,998

1,945

1,822

2,717

1,233

2,292

1,582

1,929

2,866

Perabot, penerangan rumah (HS94)

258

771

717

1,003

540

357

490

690

646

Olahan dari Tepung (HS19)

673

356

602

622

523

561

239

476

262

Biji-bijian berminyak (HS12)

805

384

536

698

774

604

615

443

1,026

Total 10 Golongan

333,112

364,796

254,169

335,971

318,347

328,373

340,964

349,800

196,408

Total Ekspor

335,578

370,017

260,695

346,137

325,828

339,475

345,516

351,195

210,328

Ampas/Sisa Industri Makanan (HS23)

Ikan dan Udang (HS03)

Sumber : Bank Indonesia, diolah

10

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat


Triwulan I 2014

250,000

Nominal (ribu USD)

30%

180,000

Nominal (ribu USD)

Growth-RHS (yoy)

20%

160,000

Growth-RHS (yoy)

10%

140,000

200,000
150,000
100,000
50,000
-

0%

120,000

-10%

100,000

-20%

80,000

-30%

60,000

-40%

40,000

-50%

20,000

-60%

2013

100%
50%
0%
-50%

Tw I Tw Tw Tw Tw I Tw Tw Tw Tw I
II III IV
II III IV
2012

150%

-100%
Tw I Tw Tw Tw Tw I Tw Tw Tw Tw I
II III IV
II III IV

2014

2012

Sumber : Bank Indonesia, diolah

2013

2014

Sumber : Bank Indonesia, diolah

Grafik 1. 5 Ekspor Karet

Grafik 1. 6 Ekspor Bauksit

450

Pada triwulan laporan, nominal ekspor karet

400

mengalami

350

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh

300

kontraksi

18,14%

(yoy)

cukup baik 6,13% (yoy). Kontraksi pada ekspor

250

karet

200

tersebut

antara

lain

perlambatan

100

perlambatan ekonomi Tiongkok sebagai negara

50

tujuan ekspor utama karet Kalimantan Barat.


I

II

III

IV

II

III

IV

seiring

oleh

150

permintaan

didorong

dengan

Selain itu, kinerja ekspor karet masih dibayangi


oleh pelemahan harga karet, dimana pada

2012

2013

2014

Sumber : Bloomberg, diolah


Grafik 1. 7 Harga Internasional Karet (USD Cent/kg)

triwulan I 2014 harga internasional karet masih


berada pada tren penurunan dimana tercatat
sebesar 243,78 USD Cent/kg, lebih rendah

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 243,87 USD Cent/kg.


Sementara itu, komoditas ekspor utama Kalimantan Barat lainnya, yaitu bauksit, pada triwulan
laporan mengalami kontraksi nominal ekspor hingga mencapai 81,98% (yoy). Kontraksi tersebut
terjadi pasca optimalisasi ekspor yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan pertambangan bauksit
pada tahun 2013. Pada periode laporan, dimana ketentuan pelarangan ekspor barang tambang
mineral mentah sudah diimplementasikan, ekspor bauksit otomatis sudah tidak dapat dilakukan oleh
para pelaku usaha. Namun demikian, pelaku usaha masih diperbolehkan melakukan ekspor sampai

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat


Triwulan I 2014

11

tanggal 12 Januari 20142, sehingga masih tercatat data ekspor bauksit pada triwulan I 2014 dengan
nominal sebesar 18,88 juta USD.
Dari sisi impor, peningkatan signifikan impor provinsi Kalimantan Barat diindikasikan oleh impor luar
negeri Kalimantan Barat yang menunjukkan peningkatan relatif signifikan. Volume impor luar negeri
Kalimantan Barat pada triwulan laporan tercatat mencapai 133,56 ribu ton atau menunjukkan
peningkatan yang signifikan mencapai 149,19% (yoy). Dari sisi nominal, impor luar negeri Kalimantan
Barat tercatat sebesar 74,06 juta USD atau tumbuh 18,09% (yoy). Impor Kalimantan Barat didominasi
oleh impor komoditas garam, belerang dan kapur, kapal serta pupuk.
Tabel 1. 4 Volume Impor Kalimantan Barat Berdasarkan HS2 (Ton)
2012

Golongan Barang (HS)

Tw I

2013

2014

Tw II

Tw III

Tw IV

Tw I

Tw II

Tw III

Tw IV

Tw I

Garam, Belerang, Kapur (HS25)

5,016

12,079

18,603

29,876

28,261

35,622

43,319

49,948

55,903

Kapal Laut dan Bangunan Terapung (HS89)

5,583

8,776

8,571

1,498

607

9,046

10,174

10,812

17,424

24

303

48

342

492

720

5,629

6,753

8,385

10,704

6,064

12,718

2,206

1,650

3,353

4,845

14,145

3,537

1,000

237

105

65

136

25

155

2,998

125

Mesin-mesin/pesawat mekanik (HS84)

3,038

10,707

3,026

9,701

3,993

1,990

2,967

2,477

1,846

Biji-bijian berminyak (HS12)

1,527

2,077

2,448

1,494

2,653

1,660

1,115

2,151

1,001

Besi dan Baja (HS72)

2,988

4,842

1,537

3,682

292

2,107

4,626

1,966

2,219

684

493

727

629

8,136

1,680

1,158

1,653

4,463

27,255

50,217

41,130

59,666

46,625

54,272

67,591

86,016

104,878

32,019

60,238

46,700

64,598

53,598

58,111

82,698

91,136

133,562

Bahan kimia anorganik (HS28)


Pupuk (HS31)
Bahan bakar mineral (HS27)
Batu, Semen dan Mika (HS68)

Bahan Ampas/Sisa Industri Makanan (HS23


Total 10 Golongan Barang
Total Impor

Sumber : Bank Indonesia, diolah

1.3 PDRB Sektoral


Tabel 1. 5 Pertumbuhan PDRB Sektoral (%-yoy)
2012

Sektor
1. Pertanian
2. Pertambangan & Penggalian
3. Industri Pengolahan
4. Listrik,Gas & Air Bersih
5. Bangunan
6. Perdagangan, Hotel & Restoran
7. Angkutan & Komunikasi
8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan
9. Jasa - jasa
PDRB

Q1
4.82%
6.47%
6.03%
5.32%
12.07%
6.91%
6.49%
6.96%
8.20%
6.67%

Q2
0.96%
4.48%
2.16%
4.52%
8.64%
6.70%
9.44%
7.35%
9.85%
5.43%

Q3
5.28%
4.73%
3.30%
3.78%
8.94%
6.59%
5.61%
7.29%
6.79%
5.87%

2013
Q4
4.06%
4.99%
1.78%
4.85%
9.72%
6.23%
4.91%
5.50%
7.62%
5.29%

Q1
2.84%
5.33%
3.82%
4.13%
9.57%
3.79%
5.44%
5.28%
5.76%
4.48%

Q2
11.39%
4.92%
5.37%
3.89%
5.42%
4.79%
6.45%
8.18%
4.58%
6.73%

Q3
8.45%
4.32%
3.41%
4.85%
2.31%
7.56%
8.07%
7.17%
8.54%
6.70%

Q4
7.76%
4.28%
4.59%
5.02%
6.39%
5.46%
8.14%
5.02%
7.05%
6.37%

2014
Q1
4.30%
-1.09%
3.23%
2.81%
7.58%
5.70%
5.40%
2.78%
4.85%
4.69%

Sumber : Data BPS Provinsi Kalimantan Barat

Kinerja perekonomian Provinsi Kalimantan Barat secara sektoral pada triwulan I 2014
ditandai dengan perlambatan kinerja pada hampir semua sektor, kecuali sektor bangunan
dan sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR), dibandingkan triwulan sebelumnya.
Kedua sektor tersebut bersama dengan sektor pertanian memberikan kontribusi terbesar terhadap
pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat sebesar 3,03% dari angka pertumbuhan secara keseluruhan
I

Informasi Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Kalimantan Barat

12

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat


Triwulan I 2014

sebesar 4,69%(yoy). Sementara itu, struktur perekonomian Provinsi Kalimantan Barat masih
didominasi oleh sektor pertanian, sektor PHR dan sektor industri pengolahan, yang membentuk
pangsa 63,58% terhadap total PDRB.
Jasa
Keuangan

0.49%
0.16%

Angkutan

0.51%

PHR
21.11%

PHR
Bangunan
LGA

Industri
15.35%

0.67%

Lainnya,
36.08%

Jasa - jasa
10.17%

Bangunan
9.09%

0.01%

Industri

Pertanian
27.12%

0.50%

Pertambangan

Angkutan &
Komunikasi
9.57%

1.19%

Keuangan,
Persewaan &
Jasa
Perusahaan
5.51%

LGA
0.42%

-0.02%

Pertanian

Pertambangan
1.67%

1.17%

Sumber : Data BPS Prov. Kalbar, diolah

Sumber : Data BPS Prov. Kalbar, diolah

Grafik 1. 8 Kontribusi Terhadap Pertumbuhan

Grafik 1. 9 Pangsa Tiap Sektor Terhadap PDRB

1.3.1 Sektor Pertanian


Tabel 1. 6 PDRB Sektor Pertanian (Nominal-Miliar Rp)
Sektor

2012

2013

2014

Q1

Q2

Q3

Q4

Q1

Q2

Q3

Q4

Q1

PERTANIAN

2,299

1,776

2,037

2,117

2,364

1,978

2,210

2,281

2,466

a. Tanaman Bahan Makanan

1,111

527

750

817

1,110

665

822

922

1,154

b. Tanaman Perkebunan

708

758

784

801

772

814

874

845

818

c. Peternakan dan Hasil-hasilnya

217

222

228

229

216

229

236

240

228

d. Kehutanan

88

92

94

90

88

90

91

89

87

e. Perikanan

173

176

181

180

177

180

187

185

179

Sumber : BPS Prov. Kalbar, diolah

Sektor pertanian Kalimantan Barat pada triwulan I 2014 tumbuh sebesar 4,30% (yoy), atau melambat
dibandingkan triwulan IV 2013 yang tercatat tumbuh mencapai 7,76% (yoy). Meskipun demikian,
pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibandingkan triwulan I 2013 yang tercatat sebesar 2,84% (yoy).
Secara umum, kinerja sektor pertanian di Kalimantan Barat didominasi oleh tanaman bahan makanan
(tabama), khususnya padi, dan tanaman perkebunan, khususnya kelapa sawit dan karet.
Kinerja tabama pada periode laporan menunjukkan pertumbuhan sebesar 3,90% (yoy), atau lebih
lambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Perlambatan kinerja tersebut antara lain diindikasikan oleh
luas panen padi yang pada triwulan laporan tercatat sebesar 225,04 ribu Ha, atau mengalami
kontraksi sebesar 8,41% (yoy). Kontraksi tersebut disebabkan oleh kondisi cuaca kering sejak awal
tahun yang membuat sejumlah lahan di hampir seluruh sentra produksi padi di Kalimantan Barat
mengalami kerusakan. Selain permasalahan iklim, serangan hama penggerek dan ulat juga menjadi
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat
Triwulan I 2014

13

penyebab utama rendahnya produktivitas sektor tabama. Perlambatan kinerja tabama juga
dipengaruhi oleh rendahnya produktivitas sayuran di Kalimantan Barat akibat kualitas air payau yang
berdampak pada kerusakan tanaman.
Luas Panen
Pertumbuhan-yoy (RHS)

300,000
250,000

80%

1,400,000

60%

1,200,000

40%
200,000

-20%

100,000

-40%
50,000
Q1

Q2

Q3

Q4

Q1

Q2

2012

Q3

Q4

2013

Sumber : Distan Prov. Kalbar, diolah

Q1
2014

Ton

Hektar

0%

gProduksi-RHS (yoy)

30.00%

20.00%

1,000,000

20%

150,000

Produksi

800,000

10.00%

600,000

0.00%

400,000

-60%

200,000

-80%

-10.00%
-20.00%
Q1

Q2

Q3

Q4

Q1

Q2

2012

Q3

Q4

2013

Q1
2014

Sumber : Disbun Prov. Kalbar, diolah

Grafik 1. 10 Luas Panen Padi

Grafik 1. 11 Produksi Tandan Buah Segar Sawit

Sementara itu, kinerja subsektor tanaman perkebunan menunjukkan akselerasi, dimana pada triwulan
laporan subsektor tanaman perkebunan tumbuh 5,93% (yoy), atau lebih tinggi dibandingkan triwulan
sebelumnya yang tumbuh 5,53% (yoy). Akselerasi tersebut didorong oleh kinerja subsektor
perkebunan kelapa sawit, dimana produksi tandan buah segar (TBS) kelapa sawit mencapai 961,84
ribu ton, atau tumbuh 18,72% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan-triwulan sebelumnya dimana
pertumbuhan tercatat negatif. Pengaruh cuaca yang lebih baik pada periode dua tahun sebelumnya
berdampak pada membaiknya produktivitas tanaman sawit pada periode laporan. Dari sisi harga,
pergerakan harga TBS juga menunjukkan peningkatan, dimana pada triwulan laporan harga rata-rata
TBS tercatat pada level Rp1.724/kg, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat pada
level Rp1.507/kg.
Di sisi lain, produktivitas tanaman karet relatif melambat dibandingkan triwulan sebelumnya.
Perlambatan produksi karet dipengaruhi oleh periode wintering atau gugur daun tanaman karet. Dari
sisi harga, harga internasional karet juga masih menunjukkan tren penurunan. Pada triwulan laporan,
harga internasional karet tercatat pada level 243,78 USD cent/kg, lebih rendah dibandingkan triwulan
sebelumnya yang tercatat di level 267,17 USD cent/kg. Kinerja perkebunan karet pun masih dibayangi
perlambatan seiring dengan perkiraan perlambatan perekonomian Tiongkok serta kondisi lahan
tanaman karet di Kalimantan Barat yang membutuhkan peremajaan.

14

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat


Triwulan I 2014

1.3.2 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran


Pada triwulan I 2014, sektor perdagangan, hotel dan restoran tumbuh 5,70% (yoy) atau
menunjukkan akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5,46% (yoy) dan triwulan I 2014
yang tumbuh 3,79% (yoy). Berdasarkan subsektornya, peningkatan kinerja terjadi pada seluruh
subsektor, baik perdagangan, hotel maupun restoran.
Kinerja subsektor perdagangan tumbuh 5,71% (yoy), atau lebih tinggi dibandingkan triwulan
sebelumnya yang tumbuh 5,52% (yoy). Peningkatan tersebut tercermin dari peningkatan volume
bongkar barang melalui pelabuhan Kota Pontianak sebesar 21,27% (yoy) menjadi sebesar 1,56 juta
ton dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 1,29 juta ton. Selain itu, peningkatan
subsektor perdagangan juga diindikasikan oleh peningkatan volume petikemas yang mengalami
akselerasi 29,69% (yoy), atau lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 18,28%
(yoy). Peningkatan kinerja subsektor perdagangan antara lain didorong oleh peningkatan konsumsi
masyarakat pada triwulan laporan dimana terdapat perayaan Imlek, Cap Go Meh dan Sembahyang
Kubur.
V. Bongkar (ton)
V. Impor (ton)
Pertumbuhan-RHS (yoy)

1,800,000
1,600,000

60%
50%

1,400,000

Ton
600000

Dlm Negeri

Luar Negeri

500000

40%

1,200,000

400000

1,000,000

30%

800,000

20%

600,000

10%

400,000

0%

200,000
-

-10%
Q1

Q2

Q3

2012

Q4

Q1

Q2

Q3

2013

Q4

Q1
2014

Sumber : PT. Pelindo II Cab. Pontianak, diolah


Grafik 1. 12 Volume Bongkar Barang (dalam ton)

300000
200000

100000
0
Q1

Q2

Q3

2012

Q4

Q1

Q2

Q3

Q4

2013

Q1

2014

Sumber : PT. Pelindo II Cab. Pontianak, diolah


Grafik 1. 13 Volume Petikemas

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat


Triwulan I 2014

15

1.3.3 Sektor Angkutan dan Komunikasi


Orang
10,000

Orang
360,000

350,000

8,000

340,000
6,000

330,000
320,000

4,000

310,000
2,000

300,000
-

290,000
Q1

Q2

Q3

Q4

Q1

Q2

2012

Q3

2013

Q4

Q1
2014

Sumber: BPS Prov. Kalimantan Barat

Q1

Q2

Q3

Q4

Q1

Q2

2012

Q3

2013

Q4

Q1
2014

Sumber: PT. Pelindo II Cab. Pontianak


PT. Angkasa Pura II Pontianak

Grafik 1. 14 Perkembangan Jumlah Wisatawan


Mancanegara

Grafik 1. 15 Perkembangan Jumlah Penumpang

Kinerja sektor angkutan dan komunikasi pada triwulan laporan tumbuh melambat sebesar 5,40%
(yoy), dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat mencapai 8,14% (yoy). Perlambatan tersebut
antara lain diindikasikan oleh penurunan jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke
Kalimantan Barat, dimana pada triwulan laporan tercatat 7.002 orang, sementara pada triwulan IV
2013 mencapai 8.570 orang. Sementara itu, mobilitas penumpang, baik yang menggunakan pesawat
udara maupun kapal laut, juga menunjukkan kontraksi, dimana jumlah penumpang kedua moda
transportasi tersebut yang berangkat dari Kalimantan Barat tercatat sebanyak 315,18 ribu penumpang
pada triwulan I 2014, atau lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat mencapai
326,81 ribu orang.

1.3.4 Sektor Industri Pengolahan


Kinerja sektor industri pengolahan menunjukkan perlambatan pada triwulan laporan dimana sektor
industri pengolahan tumbuh 3,23% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang
tumbuh 4,59% (yoy) dan tahun sebelumnya yang tumbuh 3,82% (yoy). Perlambatan terutama
dipengaruhi oleh perlambatan pada sektor industri pengolahan karet, dimana produksi pada triwulan
laporan tercatat mencapai 59,90 ribu ton atau tumbuh 12,43% (yoy), lebih lambat dibandingkan
triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh 28,25% (yoy). Perlambatan tersebut selain dipengaruhi
oleh relatif rendahnya produksi karet pada periode laporan, juga dipengaruhi oleh potensi
perlambatan ekonomi Tiongkok sebagai konsumen utama produksi karet olahan Kalimantan Barat.
Tren penurunan harga karet yang masih berlangsung juga berdampak pada perlambatan kinerja
industri karet di Kalimantan Barat.

16

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat


Triwulan I 2014

Ton
70,000

Volume

gVolume-RHS (yoy)

40%

300,000

Produksi (ton)

gProduksi-RHS (yoy)

250,000

60,000
20%

50,000

30%
20%

200,000
10%

40,000

0%

30,000

150,000
0%

100,000

20,000

-20%

-10%

50,000

10,000
-

-40%

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2012

2013

-20%
Q1

Q2

2014

Q3

Q4

Q1

Q2

2012

Sumber : Gapkindo Prov. Kalbar

Q3

Q4

2013

Q1
2014

Sumber : Dinas Perkebunan Kalbar, diolah

Grafik 1. 16 Produksi Karet Kalimantan Barat

Sementara itu, kinerja sektor industri CPO

Grafik 1. 17 Produksi CPO Kalimantan Barat

menunjukkan akselerasi , dimana pada triwulan I

1200

2014 produksi CPO tercatat tumbuh positif

1000

setelah selama tahun 2013 terus mengalami

800

kontraksi. Pertumbuhan produksi CPO tercatat


sebesar 16,34% (yoy) menjadi sebesar 215,91
ribu ton, lebih tinggi dibandingkan triwulan
sebelumnya yang mengalami kontraksi 10,41%

USD
cent/kg

USD/metric
ton

450
400
350
300
250

600

200

400

150
100

CPO
Karet (RHS)

200

50

0
I

II

III

IV

II

III

IV

(yoy). Selain didorong oleh peningkatan produksi


TBS, meningkatnya permintaan domestik yang
didorong oleh komitmen pemerintah dalam
mendorong

penggunaan

biodiesel

untuk

2012

2013

2014

Sumber : Bloomberg
Grafik 1. 18 Harga Internasional Karet dan CPO

menekan impor minyak juga berdampak positif


terhadap kinerja subsektor industri pengolahan CPO. Dari sisi harga, harga CPO internasional
menunjukkan peningkatan, dimana pada triwulan laporan harga CPO tercatat sebesar 813,66
USD/metric ton, atau mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat pada
level 783,16 USD/metric ton. Peningkatan harga CPO internasional antara lain didorong oleh stok
minyak nabati yang berkurang akibat cuaca buruk serta stok CPO di Malaysia yang mengalami
penurunan.

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat


Triwulan I 2014

17

1.3.5 Sektor Lainnya


80%

250,000

60%

200,000

Ton

40%

150,000
20%

100,000

0%

50,000
-

Kredit Konstruksi
Pertumbuhan (yoy)

1,000
900
800
700
600
500
400
300
200
100
-

50%

40%
30%

20%
10%

0%

-20%

TW I Tw Tw Tw Tw I Tw Tw Tw Tw I
II III IV
II III IV

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2012

2013

60%

Volume
Pertumbuhan-RHS (yoy)

Miliar Rp

300,000

2012

2014

2013

2014

Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah

Sumber : Asosiasi Semen Indonesia


Grafik 1. 19 Pengadaan Semen di Kalimantan Barat

Grafik 1. 20 Kredit Konstruksi Kalimantan Barat

Kinerja sektor konstruksi di Kalimantan Barat pada triwulan laporan tercatat tumbuh 7,58% (yoy) ,
atau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 6,39% (yoy). Akselerasi
tersebut antara lain dipengaruhi oleh perkembangan kinerja investasi di Kalimantan Barat yang
menunjukkan peningkatan. Kinerja sektor konstruksi pada triwulan laporan antara lain diindikasikan
oleh realisasi pengadaan semen di Kalimantan Barat yang tercatat mencapai 254,94 ribu ton atau
mengalami kontraksi 0,43% (yoy), tidak sedalam kontraksi di triwulan sebelumnya yang mencapai
6,15% (yoy). Selain itu, penyaluran kredit konstruksi juga menunjukkan akselerasi sebesar 29,83%
(yoy) pada triwulan laporan mencapai Rp835 Miliar, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya
yang tumbuh sebesar 27,30% (yoy).

Pada triwulan I 2014, kinerja sektor keuangan,


persewaan

dan

jasa

perusahaan

mencatat

50,000

Total Aset
Growth-RHS (yoy)

25.00%

40,000

20.00%

30,000

15.00%

20,000

10.00%

10,000

5.00%

lambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang


tumbuh 5,02% (yoy). Perlambatan tersebut
antara lain ditandai dengan perlambatan kinerja
perbankan.

Pada

periode

laporan,

aset

perbankan di Kalimantan Barat yang tercatat

Miliar Rp

pertumbuhan sebesar 2,78% (yoy), atau lebih

0.00%
TW I Tw Tw Tw Tw I Tw Tw Tw Tw I
II III IV
II III IV

sebesar Rp43,95 Triliun atau tumbuh 11,97%


(yoy), lebih lambat dibandingkan periode tahun

2012

2013

2014

Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah

sebelumnya yang tercatat tumbuh 12,46% (yoy).


Grafik 1. 21 Aset Perbankan di Kalimantan Barat

18

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat


Triwulan I 2014

Perlambatan tersebut dipengaruhi oleh perlambatan baik pada sisi penghimpunan DPK maupun
penyaluran kredit perbankan di Kalimantan Barat. Meskipun demikian, kinerja perbankan tersebut
masih cukup terjaga.
6,000

Total Pajak Hiburan dan Reklame


Pertumbuhan (yoy)

5,000

80%

Sementara itu, pada triwulan laporan, sektor

70%

jasa juga menunjukkan pertumbuhan yang

60%
4,000

50%

3,000

40%

2,000
1,000
Q1

Q2

Q3

Q4

Q1

Q2

2012

Q3

2013

Q4

melambat, sebesar 4,85% (yoy), atau lebih


lambat dibandingkan triwulan IV 2013 yang

30%

tercatat sebesar 7,05% (yoy). Perlambatan

20%

kinerja sektor jasa tersebut terjadi baik pada

10%

sektor

0%

pemerintah, masing-masing sebesar 5,08%

Q1

2014

Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah


Grafik 1. 22 Perolehan Pajak Hiburan & Reklame

jasa

swasta

maupun

sektor

jasa

(yoy) dan 2,26% (yoy). Perlambatan tersebut


antara lain ditandai dengan pertumbuhan pajak
hiburan dan reklame di Kota Pontianak yang
tumbuh

3,22%

(yoy),

lebih

lambat

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 8,15% (yoy).

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat


Triwulan I 2014

19

BOKS: DAMPAK PENERAPAN KEBIJAKAN PENGATURAN EKSPOR BARANG TAMBANG


MINERAL TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN KALIMANTAN BARAT
Pasca terbitnya Peraturan Pemerintah No. 1 Tahun 2014 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan
Batubara serta Peraturan Menteri ESDM No.1 Tahun 2014 tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral
Melalui Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian Mineral di Dalam Negeri, ekspor barang tambang mineral
tidak lagi diperkenankan untuk dilakukan mulai tanggal 12 Januari 2014. Implementasi ketentuan tersebut
dilakukan Pemerintah untuk meningkatkan nilai tambah material tambang, meningkatkan Penerimaan
Negeri Bukan Pajak (PNBP), menyerap tenaga kerja serta mengembangkan industri dalam negeri. Namun
demikian, dampak pemberlakuan peraturan tersebut berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan
pertambangan di Kalimantan Barat yang memiliki komoditas tambang utama yaitu bauksit dan bijih besi.
Bauksit yang diekpor oleh perusahaan pertambangan di Kalimantan Barat umumnya merupakan bijih
bauksit olahan (benefication ore) dengan kandungan Al2O3 di kisaran minimum 42%. Namun demikian,
peraturan tersebut di atas mensyaratkan peningkatan nilai tambah mineral melalui kegiatan pengolahan
dan pemurnian dengan batasan minimum produk bauksit untuk ekspor adalah smelter grade alumina
(>98% Al2O3), chemical grade alumina (90% Al2O3 atau 90% Al(OH)3), atau logam alumunium (Al
99%).
PDRB SektorTambang
gSektorTambang(RHS) - yoy

7%

180,000

Nominal (ribu USD)

6%

160,000

Growth-RHS (yoy)

165

5%

140,000

160

4%

120,000

155

3%

100,000

150

2%

145

1%

140

0%

135

-1%

130

-2%

175
170

Q1

Q2

Q3

2012

Q4

Q1

Q2

Q3

2013

Q4

Q1
2014

Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah

Grafik Perkembangan Sektor Pertambangan

150%
100%
50%

80,000

0%

60,000
40,000

-50%

20,000

-100%
Tw I Tw Tw Tw Tw I Tw Tw Tw Tw I
II III IV
II III IV
2012

2013

2014

Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah

Grafik Perkembangan Ekspor Bauksit

Dampak langsung tercermin pada pertumbuhan sektor pertambangan yang mencatat kontraksi sebesar 1,09% (yoy). Selain kinerja sektor pertambangan, ekspor Kalimantan Barat juga tercatat mengalami
perlambatan, terutama disebabkan oleh kontraksi pada ekspor luar negeri komoditas bauksit sebesar
81,98% (yoy). Kondisi ini disebabkan oleh terhentinya operasi perusahaan-perusahaan pertambangan di
Kalimantan Barat karena perusahaan-perusahaan tersebut belum memiliki pabrik smelter. Selain dampak
ekonomi, dampak sosial juga dirasakan dimana sejumlah perusahaan memberlakukan kebijakan
pengurangan tenaga kerja dengan merumahkan atau melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap
karyawannya. Permasalahan tenaga kerja tidak hanya terjadi pada sektor pertambangan, tetapi pada
20

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat


Triwulan I 2014

sektor-sektor pendukungnya, terutama sektor angkutan.


Berdasarkan hasil liaison dan quick survey Bank Indonesia terhadap sejumlah perusahaan pertambangan,
seluruh responden menyatakan terdapat sejumlah kendala dalam upaya pembangunan smelter, yang
terdiri dari:
1.

Tingginya nilai investasi yang harus dilakukan oleh para pengusaha. Pembangunan smelter
membutuhkan biaya investasi yang sangat tinggi, untuk smelter dengan kapasitas produksi 1 juta ton
alumina membutuhkan biaya investasi mencapai lebih dari Rp10 Triliun, sementara umumnya
perusahaan pertambangan di Kalimantan Barat beroperasi dengan modal pada kisaran Rp10 Miliar.

2.

Tidak memiliki sumber daya yang memadai, baik dari sisi tenaga kerja ahli maupun dari sisi teknologi
industri.

3.

Keterbatasan infrastruktur, terutama infrastruktur listrik, dimana untuk mengoperasikan membangun


pabrik smelter diperlukan kapasitas listrik yang besar. Terbatasnya infrastruktur listrik memaksa para
pengusaha untuk juga membangun powerplant sendiri.

4.

Adanya tumpang tindih lahan dengan lahan perkebunan.

Selain kendala-kendala tersebut, pengusaha juga mengkhawatirkan terbatasnya pasar untuk komoditas
alumina baik di dalam negeri maupun di luar negeri, mengingat Tiongkok sebagai negara importir utama
bauksit sudah memiliki industri pengolahan alumina sendiri.
Meskipun demikian, sejumlah perusahaan sudah melakukan pembangunan smelter, antara lain:
No.
1.

Perusahaan
PT. Indonesia Chemical Alumina

2.

PT. Eka Tambang Utama

3.

PT. Segoro Global Mandiri

4.

PT. Mulia Bravo

5.

PT. Sibelco

6.

Well Harvest Winning

Lokasi
Tayan,
Kab. Sanggau
Kinande,
Kab. Bengkayang
Sei Raya,
Kab. Kubu Raya
Wajok,
Kab. Pontianak
Capkala,
Kab. Bengkayang
Kendawangan,
Kab. Ketapang

Komoditas
Bauksit

Keterangan
Commissioning

Emas

Produksi

Emas

Konstruksi

Pasir zircon

Produksi

Ball clay

Produksi

Bauksit

Konstruksi

Sumber : Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Kalimantan Barat

Sejumlah perusahaan lain juga sudah merencakan pembangunan smelter, antara lain PT. ANTAM (Tbk.),
Putra Mining Group dan PT. Mekko Mining Group untuk komoditas bauksit, dan beberapa perusahaan
tambang lainnya. Sementara perusahaan lainnya menempuh strategi lain untuk mengatasi hambatan
dalam pembangunan smelter, diantaranya dengan mengalihkan penjualan ke pasar domestic (untuk
komoditas bijih besi) dan bekerja sama dengan perusahaan lain untuk melakukan investasi pembangunan
smelter.

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat


Triwulan I 2014

21

Halaman ini sengaja dikosongkan

22

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat


Triwulan I 2014

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH3

II.
2.1. Gambaran Umum

Mengawali tahun 2014, inflasi Kalimantan Barat di triwulan I 2014 berada di level yang
cukup tinggi mencapai 2,17% (qtq), lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional dan
inflasi triwulan sebelumnya yang masing-masing mencapai 1,41% dan 1,05% (qtq).
Tingginya tekanan inflasi pada triwulan I 2014 tersebut salah satunya dipicu oleh kondisi cuaca
yang mempengaruhi pasokan bahan makanan sehingga menyebabkan inflasi tahunan di
Kalimantan Barat pada triwulan I 2014 mencapai 8,98% (yoy) (Grafik 3.1 dan 3.2).
%-yoy

Kalbar
8.53

%-qtq

Nasional

Kalbar

8.08

7.90

7.32

6.15

5.53

2.09
2.13

5.41

5.02

2.07

1.42

II

III

IV

2013

II

II

III

IV

2013

2014

Grafik 2. 2 Inflasi Triwulanan Kalimantan Barat


dan Nasional

%-mtm
3.50

di Kalimantan Barat selama triwulan I

3.00

2014, terlihat bahwa inflasi tertinggi


pertengahan

2012

Berdasarkan dinamika inflasi bulanan

pada

0.63
0.41
IV

1.41

1.05
0.80

Sumber: BPS Kalbar, diolah

Grafik 2. 1 Inflasi Tahunan Kalimantan Barat dan


Nasional

terjadi

1.17

III

2014

Sumber: BPS Kalbar, diolah

2.17

1.69

1.39

0.79

Nasional

3.81
3.78

8.98

8.90

triwulan

Kalbar

Nasional

2.50
2.00
1.50
1.00

(Grafik 3.3). Tercatat inflasi Kalimantan

0.50

Barat pada bulan Februari 2014 mencapai

-0.50

0.00
-1.00

2,56% (mtm). Tingginya laju inflasi pada

bulan Februari 2014 tersebut terutama


dipengaruhi oleh kenaikan inflasi pada
kelompok komoditas Transpor, Komunikasi
dan Jasa Keuangan, dari deflasi 6,19%

2013

10

11

12

2014

Sumber: BPS Kalbar, diolah

Grafik 2. 3 Inflasi Bulanan Kalimantan Barat dan


Nasional

(mtm) pada bulan Januari 2014 menjadi inflasi 8,37% (mtm) pada Februari 2014. Kenaikan tarif

Mulai 2014, BPS melakukan perubahan tahun dasar dari 2007 menjadi 2012. Dikarenakan data IHK dengan tahun
dasar 2012 belum sepenuhnya tersedia setiap bulan, maka perhitungan (rebase) inflasi triwulanan dan tahunan
pada periode laporan berdasarkan angka inflasi bulanan yang dirilis resmi oleh BPS.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat
23
Triwulan I 2014

angkutan udara seiring berlangsungnya perayaan Cap Go Meh harga, Imlek dan Sembahyang
Kubur pada pertengahan triwulan menjadi salah satu faktor pemicu inflasi. Tercatat sumbangan
inflasi angkutan udara pada bulan Februari 2014 mencapai 1,69% (mtm). Pada akhir triwulan I
2014, pengaruh tekanan tarif angkutan udara relatif mereda, seiring berlalunya even Cap Go
Meh , Imlek dan Sembahyang Kubur sehingga menyebabkan deflasi pada bulan Maret 2014
sebesar 0,70% (mtm).
2.2.

Inflasi Triwulanan

Secara triwulanan, laju inflasi di triwulan I


2014 terutama bersumber dari inflasi
Bahan Makanan, seiring pasokan yang

Transpor

relatif terbatas. Kondisi tersebut tercermin

Pendidikan

dari andil kelompok Bahan Makanan yang

Kesehatan

pada triwulan laporan mencapai 1,78% (qtq).


Tekanan

harga

subkelompok

2.17
1.05
2.17

Umum
-0.66

4.34
-3.91
0.06
0.47
0.89
0.08
2.44
1.55
0.10

Sandang

-1.53

Perumahan

Andil I-2014

Sayuran dan Bumbu menjadi salah satu pemicu


kenaikan harga. Tercatat inflasi triwulanan
kedua

subkelompok

masing-masing

komoditas

mencapai

1.57
0.36
2.67
1.55
0.45
1.13
2.56
1.78

komoditas

tersebut

31,27%

dan

14,19% (qtq), lebih tinggi dibandingkan inflasi


triwulan IV 2013 yang mencapai 4,12% dan
0,51% (qtq). Kelompok lain yang memiliki

IV-2013

Makanan Jadi

I-2014

Bahan Makanan

-1.74
7.37

% (qtq)
-8

-6

-4

-2

Sumber: BPS Kalbar, diolah

Grafik 2. 4 Inflasi Triwulanan dan Andil Inflasi


Kalimantan Barat Kelompok Barang dan Jasa

andil inflasi relatif besar pada triwulan I 2014 adalah kelompok Makanan Jadi, mencapai 0,45%
(qtq). Berdasarkan komoditasnya, seluruh subkelompok komoditas yang menjadi komponen
pembentuk inflasi Makanan Jadi mengalami kenaikan harga pada triwulan laporan, inflasi
tertinggi terjadi pada subkelompok Minuman Tidak Beralkohol sebesar 3,86% (qtq). Di sisi lain,
kelompok komoditas Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan memiliki andil deflasi terendah
pada triwulan laporan, mencapai 0,66% (mtm). Deflasi yang terjadi pada kelompok komoditas
ini terutama disebabkan koreksi tarif tiket angkutan udara seiring berlalunya perayaan Cap Go
Meh di akhir triwulan I 2014

24

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat


Triwulan I 2014

2.2.1.

Kelompok Bahan Makanan

Lemak dan Minyak

Bumbu
Buah

-0.50

Sayur
-1.84
-0.07
-2.11

Ikan Diawetkan
Ikan Segar
Daging

-13.01

Padi-padian
BAHAN MAKAN
-20

-0.50
-1.74

-10

pada

Makanan kembali mengalami inflasi


pada triwulan I 2014. Tercatat inflasi

31.27

2014 mencapai 7,37% (qtq) dengan andil


terhadap inflasi umum sebesar 1,78% (qtq).
Laju inflasi pada kelompok Bahan Makanan
tersebut lebih tinggi dibanding triwulan IV

Andil

0.16
1.28

I-2014

0.33
1.50

IV-2013

1.78

deflasi

kelompok Bahan Makanan pada triwulan I

5.09
1.25
6.60

-1.61

mengalami

triwulan IV 2013, kelompok Bahan

0.17
5.91
2.42
2.72
3.31
0.81
5.99

Kacang

Telur, Susu

Setelah

0.03
9.01
1.57
0.17
3.35
3.67
0.81
14.19
0.71
0.48
7.77

Lainnya

2013 yang mengalami deflasi sebesar


1,74% (qtq).

7.37

10

20

30

40

Sumber: BPS Kalbar, diolah

Grafik 2.5 Inflasi dan Andil Inflasi Kalimantan Barat


Triwulan I 2014 menurut Kelompok Bahan Makanan

Kenaikan harga pada Subkelompok Sayursayuran menjadi salah satu faktor pemicu
inflasi kelompok Bahan Makanan. Tercatat,
inflasi subkelompok Sayur-sayuran pada
triwulan I 2014 mencapai 31,27% (qtq)

naik signifikan dibandingkan inflasi pada triwulan IV 2013 yang mencapai 3,31% (qtq). Kondisi
cuaca yang cenderung kering menyebabkan air yang digunakan untuk pengairan menjadi
payau sehingga mempengaruhi produksi dan pasokan, terutama pada komoditas sawi hijau
dan kangkung.
Pengaruh cuaca juga terlihat pada komoditas Bumbu-bumbuan dan Ikan Segar yang masingmasing mengalami inflasi sebesar 14,19% dan 6,6% (qtq) dengan andil inflasi mencapai 0,81%
dan 1,25% (qtq). Terkait dengan kenaikan harga komoditas Bumbu-bumbuan, selain faktor
cuaca, faktor lain yang memicu kenaikan harga adalah bencana banjir yang terjadi di beberapa
daerah sentra produksi. Sementara berdasarkan hasil observasi lapangan yang dilakukan Kantor
Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Kalimantan Barat dengan salah satu kelompok
petani tambak di wilayah Kabupaten Mempawah4, diketahui bahwa panen ikan pada Maret
2014 mengalami penurunan yang signifikan, terutama disebabkan oleh perubahan kualitas air
menjadi lebih asam, sebagai akibat adanya kebakaran lahan di daerah sekitar pada saat curah
hujan relatif rendah.
Sementara itu, komoditas Daging dan Telur secara triwulanan juga mengalami kenaikan harga
meskipun pasokan relatif terkendali, khususnya komoditas daging ayam ras dan telur ayam ras.
4

Kabupaten Mempawah merupakan salah satu sentra produksi ikan di Kalimantan Barat, khususnya ikan
Nila dan ikan Mas yang dibudidayakan dalam tambak.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat
Triwulan I 2014

25

Tercatat, inflasi kedua komoditas tersebut pada triwulan I 2014 masing-masing mencapai
1,28% dan 5,99% (qtq) dengan sumbangan inflasi mencapai 0,16% dan 0,81% (qtq).
Berdasarkan informasi dari Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Kalimantan Barat,
produksi telur di wilayah Kalimantan Barat, mencapai 168 ton per hari, sementara daya serap
masyarakat sebesar 128 ton per hari sehingga mengalami kelebihan pasokan sebesar 40 ton
per hari. Kondisi serupa juga terjadi pada komoditas daging ayam yang mengalami kelebihan
pasokan mencapai 440 ribu ekor ayam per bulan.

5.0

Berdasarkan

% (qtq)
Pontianak

4.0

daerahnya,

kedua

kota

yang menjadi dasar perhitungan inflasi

Singkawang

3.0

3.14

di

Kalimantan

2.0

1.97

kenaikan

Barat

inflasi

mengalami

dari

triwulan

1.0

sebelumnya. Inflasi yang terjadi di Kota

0.0

Pontianak pada triwulan I 2014 terutama


II

III

IV

2012

II

III

2013

IV

2014

Sumber: BPS Kalbar, diolah

Grafik 2.6 Inflasi Triwulanan Kelompok Bahan


Makanan Kota Pontianak dan Singkawang

disebabkan
subkelompok
Bumbu,

oleh
Ikan

kenaikan

harga

pada

Segar,

Sayuran

dan

masing-masing

sebesar

3,46%,

15,97% dan 12,34% (qtq). Kondisi serupa

juga terlihat di Kota Singkawang, dimana inflasi kelompok Bahan Makanan dipicu oleh
kenaikan inflasi pada subkelompok Ikan Segar, Sayuran dan Bumbu yang masing-masing
mencapai 12,45%, 29,33% dan 12,36% (qtq). Di sisi lain, komoditas Telur di Kota Singkawang
mengalami deflasi sebesar 3,12% (qtq), semakin dalam dibanding deflasi triwulan IV 2013 yang
mencapai 0,39% (qtq). Hal tersebut disebabkan pasokan telur ayam ras yang cukup besar di
Kota Singkawang yang juga merupakan sentra produksi ayam di Kalimantan Barat. Kondisi
tersebut menyebabkan inflasi bahan makanan di Kota Pontianak dan Singkawang mencapai
5,30% dan 6,74% (qtq).

26

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat


Triwulan I 2014

2.2.2.

Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau


Kelompok
0.79

Tembakau dan minuman


beralkohol

inflasi kelompok Makanan Jadi Minuman

3.86
2.09

Rokok dan Tembakau pada triwulan I 2014

1.26

2.19
0.69
0.45

Makanan jadi, minuman, rokok


dan tembakau

2.56
1.13

andil I-2014

mencapai

I-2014

terhadap inflasi umum sebesar 0,45% (qtq).

IV-2013

Sumber: BPS Kalbar, diolah

Grafik 2.7 Inflasi dan Andil Inflasi Kalimantan Barat


Triwulan I 2014 menurut Kelompok Makanan Jadi

2,56%

(qtq)

dengan

andil

Laju inflasi tersebut lebih tinggi dibandingkan

% (qtq)
0

Minuman

2014 kembali mengalami inflasi. Tercatat

0.69

Makanan jadi

Jadi

Rokok dan Tembakau pada triwulan I

3.23
1.40

Minuman tidak beralkohol

Makanan

inflasi triwulan IV 2013 yang mencapai


1,13% (qtq).
Mayoritas subkelompok komoditas dalam
Makanan

Jadi

Minuman

Rokok

dan

Tembakau pada triwulan laporan mengalami kenaikan inflasi dibandingkan triwulan


sebelumnya. Sumbangan inflasi tertinggi dialami oleh subkelompok Makanan Jadi, sebesar
1,26%. Sementara laju inflasi tertinggi terjadi pada subkelompok Minuman Tidak Beralkohol,
serta Tembakau dan Minuman Beralkohol, masing-masing mencapai 3,86% dan 3,23% (qtq).
Kenaikan inflasi subkelompok Makanan Jadi tidak terlepas dari pengaruh inflasi bahan makanan
sebagai bahan baku utama, dimana pada triwulan I 2014 berada di level yang relatif tinggi.
Terkait dengan inflasi pada subkelompok Minuman Tidak Beralkohol, salah satu komoditas
yang memicu kenaikan inflasi adalah es. Berdasarkan hasil survei singkat yang dilakukan KPwBI
Provinsi Kalimantan Barat, dapat diketahui bahwa rendahnya curah hujan berdampak terhadap
kualitas air yang menjadi payau. Kondisi tersebut direspon oleh pelaku usaha (penjual/produsen
es) yang beralih menggunakan air mineral dalam pembuatan es, sehingga mendorong kenaikan
harga jual es. Sementara, kenaikan pajak tembakau daerah sebesar 10%, menjadi salah satu
faktor pemicu kenaikan harga rokok sehingga menyebabkan inflasi subkelompok Tembakau
Minuman Beralkohol mengalami kenaikan.

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat


Triwulan I 2014

27

Kenaikan inflasi kelompok Makanan Jadi,


% (qtq)

Minuman,

Rokok

dan

Tembakau

di

3.09

Kalimantan Barat tercermin di kedua kota

Pontianak

Singkawang

yang menjadi dasar perhitungan inflasi.


Tercatat

inflasi

Makanan

Jadi

di

Kota

0.87

Pontianak dan Kota Singkawang pada triwulan


I 2014 masing-masing mencapai 3,09% dan
0,87% (qtq), naik dibandingkan triwulan IV
2013 yang mencapai 1,23% dan 0,72% (qtq).
Secara umum, inflasi mayoritas kelompok

II

III

IV

2012

II

III
2013

IV

I
2014

Sumber: BPS Kalbar, diolah

Grafik 2.8 Inflasi Triwulanan Kelompok Makanan


Jadi Kota Pontianak dan Singkawang

komoditas Makanan Jadi, Minuman, Rokok


dan Tembakau di Kota Pontianak mengalami kenaikan. Subkelompok Makanan Jadi serta
Tembakau dan Minuman Beralkohol mengalami inflasi sebesar 1,99% dan 3,63% (qtq), lebih
tinggi dibandingkan triwulan IV 2013 yang mencapai 0,74% dan 1,57% (qtq). Sementara
inflasi tertinggi di triwulan laporan terjadi pada subkelompok Minuman Tidak Beralkohol,
mencapai 6,43% (qtq), naik dibanding triwulan IV 2013 yang mencapai 2,26% (qtq). Kondisi
serupa juga terlihat di Kota Singkawang, dimana inflasi kelompok Makanan Jadi, Minuman,
Rokok dan Tembakau dipicu oleh kenaikan inflasi pada subkelompok Makanan Jadi serta
Tembakau dan Minuman Beralkohol yang masing-masing mencapai 0,70% dan 1,88% (qtq). Di
sisi lain, kondisi bertolak belakang terjadi di subkelompok Minuman Tidak Beralkohol di Kota
Singkawang yang mengalami deflasi sebesar 0,43% (qtq). Salah satu faktor yang menyebabkan
terjadinya deflasi tersebut adalah penurunan harga gula pasir, seiring pasokan yang relatif
terjaga.
2.2.3.

Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan

Pada triwulan I 2014, inflasi kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan
mengalami penurunan dibanding triwulan sebelumnya, sehingga menjadi peredam
tekanan inflasi umum di triwulan laporan. Tercatat pada triwulan I 2014, kelompok ini
mengalami deflasi sebesar 3,91% (qtq), lebih rendah dari inflasi triwulan IV 2013 yang
mencapai 4,34% (qtq) dengan andil deflasi mencapai 0,66% (qtq). Penurunan inflasi pada
kelompok ini disebabkan oleh penurunan inflasi pada subkelompok Transpor, dari 5,96% (qtq)
di triwulan IV 2013 menjadi deflasi 3,04% (qtq) di triwulan laporan. Berdasarkan komoditasnya,
deflasi yang terjadi pada tarif angkutan udara menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi
penurunan inflasi subkelompok Transpor. Berlalunya perayaan Cap Go Meh yang menyebabkan

28

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat


Triwulan I 2014

penggunaan angkutan udara mengalami penurunan sehingga tekanan permintaan terhadap


tiket angkutan udara relatif mereda dan harga cenderung turun.
12

0.00
0.13
0.00
0.14

Jasa keuangan
Sarana dan penunjang
transpor

0.24
-0.07
-0.26

Komunikasi
dan pengiriman

TRANSPOR -3.91
% (qtq)
-6

-4

1.51

0.15

andil

I-2014

IV-2013

Singkawang

5.96

-1.89

-4

4.34
0

-0.91

-2

-0.66

-2

Pontianak

-1.78
-3.04

Transpor

% (qtq)

10

II

Sumber: BPS Kalbar, diolah

Grafik 2.9 Inflasi dan Andil Inflasi Kalimantan


Barat Triwulan I 2014 menurut Kelompok
Transpor

III

IV

2012

II

III
2013

IV

I
2014

Sumber: BPS Kalbar, diolah

Grafik 2.10 Inflasi Triwulanan Kelompok Transpor Kota


Pontianak dan Singkawang

Berdasarkan kotanya, penurunan inflasi kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa


Keuangan terjadi baik di Kota Pontianak maupun Kota Singkawang. Pada triwulan ini,
laju inflasi kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan di Kota Pontianak mengalami
penurunan, dari 4,86%(qtq) di triwulan IV 2013 menjadi deflasi 1,89% (qtq) di triwulan I 2014.
Sementara di Kota Singkawang, kelompok ini mengalami deflasi sebesar 0,91% (qtq), setelah
pada triwulan sebelumnya mengalami inflasi sebesar 6,0% (qtq).

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat


Triwulan I 2014

29

2.3. Inflasi Tahunan


Secara tahunan, tekanan inflasi di
triwulan I 2014 berada di level yang
relatif

tinggi,

terutama

8.98
8.90
8.98

Umum
2.39
Transpor

15.58
13.33

pada

0.53
Pendidikan

kelompok

Bahan

Makanan

8.83
9.24

dan

kelompok Transpor, Komunikasi dan

0.35
Kesehatan

9.39
7.94
0.19

Sandang

Jasa Keuangan.

1.91
3.14
2.31

Perumahan

11.09
9.81

Tekanan inflasi tahunan pada triwulan I

1.18
Makanan jadi

2014

terutama

dipengaruhi

oleh

penyesuaian harga komoditas setelah


kenaikan
2013

harga

sehingga

BBM

dipertengahan

menyebabkan

IHK

berada di level yang relatif tinggi (base

Andil I-2014

7.10
6.54

IV-2013

2.36
Bahan Makanan

I-2014

6.01
9.70

% (yoy)
0

10

15

20

Sumber: BPS Kalbar, diolah

Grafik 2. 4 Inflasi Tahunan dan Andil Inflasi


Kalimantan Barat Kelompok Barang dan Jasa

effect). Tercatat, tekanan inflasi tahunan


terutama dipengaruhi oleh kelompok Bahan Makanan serta kelompok Transpor, Komunikasi
dan Jasa Keuangan dengan sumbangan inflasi masing-masing mencapai 2,36% dan 2,39%
(yoy). Tekanan inflasi kedua kelompok tersebut juga berada di level yang relatif tinggi,
mencapai 9,70% dan 13,33% (yoy). Selain itu, kelompok Perumahan juga memberikan
pengaruh inflasi yang besar di triwulan I 2014, seiring penyesuaian harga LPG 12kg di awal
triwulan. Tercatat inflasi kelompok Perumahan sebesar 9,81% (yoy) dengan sumbangan
mencapai 2,31% (yoy).
2.4. Disagregasi Inflasi
Laju inflasi Inti yang relatif terkendali pada triwulan I 2014 menjadi peredam tekanan
inflasi umum ditengah lonjakan harga bahan pangan inflasi. Berdasarkan disagregasi
inflasi, Tekanan inflasi komoditas yang bersifat non-fundamental mengalami kenaikan signifikan
pada triwulan laporan. Hal tersebut terkait dengan kondisi cuaca yang kurang baik dan
bencana di beberapa daerah sentra produksi sehingga mempengaruhi produksi dan pasokan.
Kondisi tersebut memberikan tekanan terhadap inflasi kelompok Volatile Foods (VF) pada
triwulan I 2014. Kenaikan laju inflasi triwulanan juga terjadi pada kelompok barang/jasa yang
harganya diatur oleh pemerintah (administered prices-AP), seiring penyesuaian pajak tembakau
daerah sebesar 10% dan kenaikan LPG 12 kg di awal triwulan. Sementara itu, dari sisi
fundamental, inflasi relatif terkendali seiring berlalunya perayaan even musiman Cap Go meh,
Imlek dan Sembahyang Kubur.
30

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat


Triwulan I 2014

Inflasi yang masih terjadi pada seluruh kelompok disagregasi di triwulan I 2014 menyebabkan
tingginya tekanan inflasi tahunan, terlebih IHK setelah kenaikan harga BBM pada pertengahan
tahun 2013 berada di level yang tinggi sehingga menyebabkan pengaruh base effect.
Tabel 2.1 Tendensi Inflasi Triwulanan I 2014 Kalimantan Barat (%-qtq)
Kelompok
Tendensi
Faktor Pengaruh
Volatile Foods

Kondisi cuaca yang kurang baik

Bencana di beberapa daerah sentra


produksi
Inflasi Inti

Berlalunya perayaan even musiman Cap


Go meh, Imlek dan Sembahyang Kubur.
Adm Price

Penyesuaian pajak tembakau daerah


sebesar 10%

Kenaikan LPG 12 kg
Menurun

Meningkat

Stabil

2.4.1. Faktor Fundamental


Perkembangan

inflasi

pada

kelompok

komoditas

Inti

triwulan

cenderung

terkendali.

2014
satu

Rp1.000.000
Rp800.000

komoditas dalam kelompok ini yang

Rp600.000

mengalami

Rp400.000

penurunan
kelompok

laju

inflasi

Transportasi.

Maskapai 2
Rata-rata

Rp1.200.000

kelompok

adalah

Salah

pada

Maskapai 1
Maskapai 3
Tren Rata-rata Harga Tiket

Rp1.400.000

Rp200.000
Rp0

Berlalunya perayaan even musiman Cap


Go

Meh

yang

pertengahan
tekanan

berlangsung

triwulan

permintaan

pada

III
Feb-14

III
Mar-14

Sumber : KPwBI Prov. Kalbar

menyebabkan
terhadap

tiket

Grafik 2.11 SPH Komoditas Tiket Angkutan Udara (Rp)

angkutan udara relatif mereda dan harga tiket angkutan udara cenderung turun. Pergerakan
penurunan harga tiket angkutan udara tersebut juga diperkuat oleh hasil Survei Pemantauan
Harga (SPH) yang dilakukan oleh KPwBI Provinsi Kalimantan Barat, dimana dalam triwulan I
2014, harga tiket angkutan udara mengalami penurunan mencapai 27,19% (mtm).
Hasil Survei Konsumen (SK) menunjukkan bahwa ekspektasi masyarakat terhadap
inflasi di triwulan I 2014 mengalami penurunan, meskipun pada pertengahan triwulan
terjadi lonjakan ekspektasi. Penurunan ekspektasi inflasi pada triwulan I 2014 terjadi seiring
berlalunya even musiman Cap Go Meh yang berlangsung pada pertengahan triwulan.
Ekspektasi masyarakat secara jangka pendek maupun jangka panjang mengalami puncaknya
pada awal triwulan dengan angka indeks masing-masing mencapai 168,34 dan 173,50,
kemudian mengalami penurunan pada akhir triwulan laporan dengan indeks mencapai 154,77
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat
Triwulan I 2014

31

dan 146. Berdasarkan kelompok komoditasnya, penurunan ekspektasi inflasi tersebut terlihat di
seluruh kelompok. Ekspektasi inflasi pada kelompok Bahan Makanan mengalami penurunan,
dari 191,50 di awal triwulan I 2014 menjadi 179 di akhir triwulan I 2014, seiring pasokan bahan
pangan, khususnya padi, cabai dan bawang yang relatif terjaga. Sementara itu, ekspektasi
masyarakat terhadap inflasi kelompok Transpor di triwulan I 2014 mencapai puncak pada
pertengahan triwulan, mencapai angka indeks 158,5 seiring berlangsung even musiman Cap
Go Meh dan mengalami penurunan di akhir triwulan dengan angka indeks mencapai 144,5.
Saldo Bersih

Ekspektasi Inflasi Jangka Pendek


Ekspektasi Inflasi Jangka Panjang
Inflasi Aktual (aksis kanan)

190
180

% (qtq)

200

190

170
4

160

180
170
160

150

150

140

130

120

140
130
120
110

I-2014

IV-2013

III-2013

II-2013

Sumber: Survei Konsumen BI, diolah

Bahan makanan

Makanan Jadi

Perumahan

Kesehatan

Transpor

Pendidikan

I-2014

IV-2013

III-2013

-1
I-2013

100

II-2013

I-2013

100

110

Sandang

Sumber: Survei Konsumen BI, diolah

Grafik 2.12 Perkembangan Inflasi dan Ekspektasi


Harga menurut Konsumen di Kalimantan Barat

Grafik 2.13 Perkembangan Inflasi dan Ekspektasi


Harga Konsumen Menurut Kelompok Komoditas
di Kalimantan Barat

Salah satu negara mitra dagang utama di Kalimantan Barat pada triwulan I 2014
mengalami kenaikan inflasi. Malaysia pada triwulan I 2014 mengalami kenaikan inflasi yang
berpotensi memicu tekanan inflasi di Kalimantan Barat mengingat kedua wilayah tersebut
memiliki berbatasan secara langsung. Inflasi Malaysia pada triwulan I 2014 mengalami
kenaikan, dari 3,20% (yoy) di triwulan IV 2013 menjadi 3,50% (yoy) di triwulan I 2014.
Berdasarkan data Bank Negara Malaysia, secara lebih mendalam dapat diketahui bahwa
kenaikan inflasi tersebut terutama dipicu oleh tingginya inflasi pada subkelompok komoditas
Pangan yang mencapai 3,90% (yoy). Sementara tren harga emas dunia cenderung mengalami
penurunan. berdasarkan data historis, terlihat bahwa siklus harga emas mencapai puncaknya
pada pertengahan 2012 dan cenderung menurun.

32

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat


Triwulan I 2014

7,0

% (yoy)

6,0

$/OZ

2000

China

1800

Malaysia

5,0

1600

Singapura
4,0

1400

3,0

2,0

1200

1,0

1000

0,0

Sumber: Bloomberg

Jan-14

Mar-14

Jul-13

Sep-13

Nop-13

Jan-13

Mei-13

Mar-13

Jul-12

Sep-12

Nop-12

Jan-12

Mei-12

Mar-12

Jul-11

Sep-11

Nop-11

Jan-11

Mei-11

Mar-11

Jul-10

600

2014

Sep-10

2013

800

Nop-10

IV

Jan-10

2012

III

Mei-10

II

Mar-10

Jul-09

IV

Sep-09

2011

III

Nop-09

II

Jan-09

Mei-09

IV

Mar-09

2010

III

Jul-08

II

Sep-08

Nop-08

IV

Jan-08

III

Mei-08

II

Mar-08

Sumber: Bloomberg

Grafik 2.14 Perkembangan Inflasi Negara Mitra


Dagang

Grafik 2.15 Perkembangan Harga Komoditas Emas


Internasional

2.4.2. Faktor Non Fundamental


Dari sisi non fundamental, tekanan inflasi komoditas mengalami kenaikan yang
signifikan pada triwulan laporan. Tingginya laju inflasi VF tersebut terutama dipicu oleh
kondisi cuaca yang kurang baik dan bencana di beberapa daerah sentra produksi sehingga
mempengaruhi produksi dan pasokan.
Kenaikan inflasi komoditas VF diperkuat oleh hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) yang
dilakukan oleh KPwBI Provinsi Kalimantan Barat di empat pasar tradisional dan empat pasar
modern di Kota Pontianak. Berdasarkan hasil pantauan tersebut dapat diketahui bahwa
komoditas khususnya cabai menunjukkan kenaikan selama triwulan laporan. Sementara harga
komoditas beras dan telur ayam ras relatif stabil sedangkan komoditas daging ayam ras dan
bawang mengalami penurunan. Selain SPH, perkembangan inflasi VF juga diperkuat oleh hasil
survei pemantauan harga yang dilakukan oleh Perindustrian dan Perdagangan Provinsi
Kalimantan Barat di empat pasar utama di Kota Pontianak, dimana kenaikan terutama terjadi
pada komoditas cabai.
14.000

Rp/kg

22.000

Rp/kg

Sapi (Rp/Kg)

95.000

13.000

21.500

90.000

12.000

21.000

85.000
80.000

20.500

11.000

75.000

20.000

10.000

70.000

19.500

9.000
Beras
Minyak Goreng
Gula Pasir

8.000
7.000

65.000

19.000

60.000

18.500

55.000

18.000

50.000
I

6.000
I

II

III

IV

II

III

II

III

IV

III

IV

IV
Feb-14

Feb-14

II

Mar-14

Sumber: Disperindag Prov. Kalimantan Barat

Grafik 2.16 SPH Beras, Minyak Goreng dan Gula


Pasir

Daging Ayam Ras

Mar-14
Telur

Daging Sapi (RHS)

Sumber: Disperindag Prov. Kalimantan Barat

Grafik 2.17 SPH Daging Ayam, Telur dan Daging Sapi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat


Triwulan I 2014

33

55.000

Rp/kg
Cabe Merah
Bawang Merah

50.000

Rp/kg

50.000

Cabe Rawit
Bawang Putih

45.000

Ikan Bawal

Ikan Kembung

Ikan Tongkol

Udang

Ikan Tenggiri

45.000
40.000

40.000
35.000

35.000

30.000

30.000

25.000
25.000

20.000

20.000

15.000
10.000

15.000

II

III

IV

II

Feb-14

III

IV

III

IV

II

Feb-14

Mar-14

Sumber : KPwBI Prov. Kalbar

III

IV

Mar-14

Sumber : KPwBI Prov. Kalbar

Grafik 2.18 SPH Komoditas Bumbu


10.300

II

Grafik 2.19 SPH Komoditas Ikan

Rupiah/Kg

80.000

10.100

70.000

9.900

60.000

9.700

Rupiah/Kg

Bawang Merah

Bawang Putih

Cabe Merah Keriting

Cabe Merah Biasa

Cabe Rawit

50.000

9.500

40.000

9.300
30.000

9.100

20.000

8.900

8.700

10.000

Beras (IR 64)


Beras Lokal (Medium)

8.500
1

10

2013

11

12

2014

Sumber: Disperindag Prov. Kalimantan Barat

Grafik 2.20 Perkembangan Rata-rata Harga Beras di


Kota Pontianak

10

11

12

2013

2014

Sumber: Disperindag Prov. Kalimantan Barat

Grafik 2.21 Perkembangan Rata-rata Harga Daging


Ayam Ras dan Gula Pasir di Kota Pontianak

Sementara itu, inflasi kelompok Administered Price (AP) pada triwulan I 2014
mengalami kenaikan seiring realisasi beberapa kebijakan pemerintah di awal triwulan.
Beberapa faktor yang menjadi pemicu kenaikan inflasi AP antara lain penyesuaian harga rokok
akibat kenaikan pajak tembakau daerah sebesar 10% dan penyesuaian harga LPG 12kg.

34

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat


Triwulan I 2014

III.

SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN

3.1 Perkembangan Indikator Umum Perbankan


Secara triwulanan, perkembangan volume usaha perbankan Kalimantan Barat pada triwulan I
2014 tercatat mencapai Rp43,95 Triliun, atau tumbuh sebesar 14,70% (yoy). Pertumbuhan
total aset tersebut tercatat relatif melambat dibandingkan pertumbuhan pada triwulan IV 2013
yang mencapai 15,34% (yoy). Perlambatan yang terjadi dipengaruhi oleh perlambatan baik
pada sisi aktiva, yaitu penyaluran kredit, maupun sisi pasiva pada penghimpunan dana pihak
ketiga. Penyaluran kredit perbankan Kalimantan Barat tercatat tumbuh 19,19% (yoy) menjadi
sebesar Rp30,70 Triliun atau lebih lambat dibandingkan triwulan IV 2013 yang tumbuh
mencapai 22,53% (yoy). Sementara itu, dari sisi pasiva, penghimpunan dana pihak ketiga
perbankan Kalimantan Barat tumbuh 12,34% (yoy), lebih lambat dibandingkan triwulan
sebelumnya sebesar 13,35% (yoy). Perlambatan pada penyaluran kredit yang lebih dalam
dibandingkan penghimpunan DPK mendorong peningkatan rasio penyaluran kredit terhadap
penghimpunan DPK (Loan to Deposit Ratio/ LDR) dari 83,55% pada triwulan IV 2013 menjadi
84,33% pada triwulan laporan.
Tabel 3.3.1 Perkembangan Indikator Umum Perbankan Kalimantan Barat (Rp Miliar)
INDIKATOR
1. Total Asset
2. DPK
- Giro
- Deposito
- Tabungan
3. Kredit
4. LDR (%)
5. NPLs (%)

2014

2012
Tw II
Tw III
35,654 36,755

Tw IV
38,145

Tw I
38,321

2013
Tw II
Tw III
40,162 41,986

Tw IV
43,997

28,856 30,352 31,060


5,663
6,345
6,206

32,000
4,628

32,407
5,970

33,509
6,780

34,720
6,688

36,273 36,407
4,873
6,368

7,362
17,492

7,548
19,824

7,761
18,676

8,264
18,465

8,595
19,438

22,824
73.48
0.94

24,735
77.30
0.80

25,761
79.49
1.44

27,592
82.34
1.45

28,762
82.84
1.47

Tw I
33,290

7,485
15,709
20,031
69.42
0.98

7,337
16,669
21,922
72.23
0.96

9,396
22,004
30,308
83.55
1.12

Tw I
43,955

9,826
20,213
30,703
84.33
1.24

Pertumbuhan (%)
q-t-q
y-o-y
(0.10)
14.70
0.37
12.34
30.67
6.66
4.58
26.61
(8.14)
8.23
1.30
19.19

Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah

3.2 Perkembangan Penghimpunan Dana Pihak Ketiga


Secara umum, penghimpunan dana pihak ketiga perbankan Kalimantan Barat tercatat tumbuh
12,34% (yoy) menjadi sebesar Rp36,41 Triliun. Pertumbuhan tersebut tercatat lebih lambat
dibandingkan triwulan IV 2013 yang tercatat sebesar 13,35% (yoy), namun relatif lebih baik
dibandingkan triwulan I 2013 yang tumbuh 12,30% (yoy). Dana pihak ketiga perbankan
Kalimantan Barat masih didominasi oleh dana murah, terutama tabungan yang mencapai
Rp20,21 Triliun. Tabungan tercatat tumbuh melambat sebesar 8,23% (yoy), dibandingkan
triwulan

sebelumnya yang tumbuh 11,00% (yoy). Di sisi lain, giro dan deposito tercatat

mengalami akselerasi, masing-masing sebesar 6,66% (yoy) dan 26,61% (yoy) dibandingkan
triwulan sebelumnya, menjadi masing-masing sebesar Rp6,47 Triliun dan Rp9,83 Triliun.

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat


Triwulan I 2014

35

Akselerasi pada deposito yang dihimpun perbankan Kalimantan Barat antara lain didorong oleh
pergerakan suku bunga deposito seiring dengan naiknya BI rate.
Giro

Deposito

Tabungan
19,824

15,709

16,669

17,492

22,004

18,676 18,465

20,213

19,438

Deposito

BI Rate

Rp Miliar
12,000

SB Deposito

10,000

6
8,000

7,485

7,337

5,663 6,345

7,362
6,206

7,548

7,761

6,780
4,628

8,595

8,264

6,688

5,970

9,826

9,396

6,368
4,873

6,000

4,000

2
2,000

1
0
Tw I

Tw II

Tw III

tw IV

Tw I

2012

Tw II

Tw III Tw IV

2013

Tw I

2014

Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
2012

2013

2014

Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah

Grafik 3.1 Perkembangan Jenis DPK Bank Umum


di Kalimantan Barat (Miliar Rupiah)

Grafik 3.2 Perkembangan Suku Bunga Deposito


Kalimantan Barat terhadap BI Rate

Berdasarkan

golongan

nasabah

pemilik

rekening, DPK yang dihimpun perbankan


Perseorangan
75.77%

Sektor
Swasta
11.15%

Lainnya
3.57%
Pemerintah
Daerah
9.51%

Kalimantan Barat didominasi oleh nasabah


perorangan dengan pangsa yang cukup
tinggi mencapai 75,77%. Jumlah DPK milik
perorangan

tersebut

mencapai

Rp27,58

Triliun, atau tumbuh 13,52% (yoy), lebih baik


dari triwulan sebelumnya yang tumbuh
13,35% (yoy). Sementara itu, penghimpunan
DPK sektor swasta mencatat perlambatan,

Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah


Grafik 3.3 Struktur DPK Menurut Golongan Pemilik
di Kalimantan Barat

dimana

pada

triwulan

laporan

tumbuh

22,25% (yoy) dari 26,04% (yoy) pada


triwulan sebelumnya. Di sisi lain, DPK milik

pemerintah bahkan mencatat kontraksi sebesar 2,91% (yoy) menjadi sebesar Rp3,46 Triliun.
Secara spasial, DPK paling tinggi dihimpun di Kota Pontianak, dengan nilai mencapai Rp23,81
Triliun atau 65,40% dari total DPK yang dihimpun bank umum di Kalimantan Barat. Tingginya
DPK di Kota Pontianak didorong oleh faktor aktivitas perekonomian yang cukup tinggi dan
tingginya dana APBD yang disimpan pada bank di Kota Pontianak. Grafik 3.4 menggambarkan
sebaran penghimpunan DPK oleh bank umum menurut kabupaten/kota di Kalimantan Barat,
dimana warna yang lebih tua menunjukkan tingkat penghimpunan DPK yang lebih tinggi.
36

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat


Triwulan I 2014

Daerah lain dengan DPK yang cukup tinggi adalah Kota Singkawang, Kabupaten Sintang dan
Melawi, serta Kabupaten Sanggau dan Sekadau, masing-masing sebesar Rp3,07 Triliun, Rp2,04
Triliun dan Rp1,87 Triliun. Indikasi perlambatan penghimpunan DPK terjadi di seluruh daerah di
Kalimantan Barat, terutama di Kab. Sambas. Perlambatan diperkirakan terjadi seiring dengan
masih rendahnya harga internasional karet, dimana pada triwulan I 2014 tercatat 243,78 USD
Cent/kg, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang berada pada level 267,17 USD
Cent/kg, yang mempengaruhi pendapatan masyarakat di Kalimantan Barat.
Tabel 3. 2 Jumlah DPK dan Pangsa DPK Bank Umum
Menurut Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat
(Miliar Rupiah)
DPK
Kabupaten
Pangsa
(Rp Miliar)
Kab. Pontianak
1,460
4.01%
Kab. Sambas
806
2.21%
Kab. Ketapang
1,646
4.52%
Kab. Sanggau & Sekadau
1,871
5.14%
Kab. Sintang & Melawi
2,041
5.61%
Kab. Kapuas Hulu
919
2.53%
Kab. Bengkayang
256
0.70%
Kab. Landak
523
1.44%
Kab. Kubu Raya
6
0.02%
Kota Pontianak
23,809
65.40%
Kota Singkawang
3,070
8.43%
Total
36,407
100.00%
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah

Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah


Grafik 3.4 Sebaran DPK Bank Umum Menurut
Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat

3.3 Penyaluran Kredit Sektor Produktif


Sejalan dengan perlambatan total kredit yang disalurkan oleh industri perbankan pada triwulan
laporan, pertumbuhan penyaluran kredit produktif kepada sektor korporasi juga mengalami
perlambatan, dimana pada triwulan I 2014 tumbuh 21,97% (yoy), lebih lambat dibandingkan
triwulan sebelumnya yang tumbuh mencapai 26,10% (yoy). Outstanding kredit ke sektor
produktif pada triwulan I 2014 tercatat mencapai Rp18,62 Triliun. Peranan kredit ke sektor
produktif masih tetap dominan dalam mendukung pertumbuhan sektor riil. Pangsa kredit
produktif terhadap total kredit pada triwulan laporan mencapai 60,65%, meskipun sedikit
menurun dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 60,83%.

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat


Triwulan I 2014

37

Rp Miliar

Investasi
gModal Kerja

12,000

Modal Kerja
gInvestasi

terutama

terjadi

35

investasi

dari

30

27,42% (yoy). Sementara itu, kredit

11,000

40

10,000

9,000
8,000

27.42

7,000

Perlambatan penyaluran kredit produktif

%, yoy
45

25

modal

20

6,000

pada

jenis

41,51%(yoy)

kerja

tercatat

kredit
menjadi

mengalami

15

akselerasi dari 16,66% (yoy) menjadi

4,000

10

18,05% (yoy) pada triwulan laporan.

3,000

18.05

5,000

2,000

Akselerasi pada penyaluran kredit modal

TW I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
2012

2013

kerja terutama didorong oleh akselerasi

2014

pada sektor pertanian, sementara itu

Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah

perlambatan

Grafik 3.5 Perkembangan Kredit Modal Kerja dan


Investasi di Kalimantan Barat

investasi

pada

terutama

melambatnya

penyaluran

kredit

dipengaruhi

pembiayaan

oleh

di

sektor

pertambangan. Akselerasi pada penyaluran kredit modal kerja tersebut di tengah kondisi
perlambatan ekonomi menunjukkan masih cukup kuatnya optimisme dari para pelaku bisnis di
Kalimantan Barat.
Berdasarkan

sektor

ekonomi,

penyaluran kredit oleh perbankan di


PPK, 13.84%

Kalimantan Barat masih didominasi


oleh tiga sektor ekonomi utama,

IP, 2.67%
Kon, 3.09%

KrBL, 40.31%

yaitu sektor Perdagangan Besar dan


Eceran (25,34% dari total kredit
yang disalurkan), sektor pertanian
(15,28% dari total kredit yang

PdgBE, 25.66%
KBJ, 0.01%

TPKom, 5.15%

ReEst, 4.84%

PPK

Pik

Ptm

IP

LGA

Kon

PdgBE

PAMM

TPKom

PKeu

ReEst

AdPem

Jspen

Jskes

JsKem

JsOrg

BInt

KBJ

KrBL

disalurkan), serta sektor transportasi,


pergudangan
(5,09%

dari

disalurkan).

dan
total

komunikasi
kredit

Pertumbuhan

yang
kredit

Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah


Grafik 3.6 Pangsa Kredit Menurut Sektor Ekonomi di
Kalimantan Barat

sektoral pada triwulan laporan ditandai dengan akselerasi pada penyaluran kredit sektor
pertanian sebesar 19,55% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh
sebesar 17,00% (yoy). Subsektor utama yang mendorong pertumbuhan kredit Pertanian adalah
perkebunan kelapa sawit yang tercatat dengan nominal mencapai Rp4,07 Triliun atau tumbuh
42,36% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 39,13% (yoy). Hal
ini sejalan dengan pertumbuhan subsektor perkebunan yang mengalami akselerasi sebesar
5,93% (yoy). Sementara itu, kredit sektor yang melambat terutama adalah sektor
pertambangan dan penggalian yang tumbuh 19,47% (yoy), atau lebih lambat dari triwulan
38

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat


Triwulan I 2014

sebelumnya yang tumbuh 39,24% (yoy). Perlambatan tersebut dipengaruhi oleh implementasi
Peraturan Pemerintah No.1 Tahun 2014 terkait pembatasan ekspor barang tambang mineral
mentah yang menyebabkan sebagian besar perusahaan pertambangan bauksit di Kalimantan
Barat berhenti beroperasi pada awal tahun 2014. Kondisi ini juga sejalan dengan kinerja sektor
pertambanagn yang mengalami kontraksi -1,09% (yoy) pada triwulan I 2014.
20,000

Lokasi Proyek
Lokasi Kantor

18,000

18,622
16,149

16,000

Outstanding kredit yang disalurkan oleh


perbankan untuk pembiayaan proyek
produktif yang berlokasi di Kalimantan

14,000
12,000

Barat pada triwulan laporan mencapai

10,000

Rp16,15 Triliun atau tercatat tumbuh

8,000
6,000

12,46%

4,000

dibandingkan triwulan sebelumnya yang

2,000

(yoy),

lebih

lambat

mencapai 24,39% (yoy). Penyaluran

Tw I

Tw II Tw III Tw IV

Tw I

Tw II Tw III Tw IV

2012

2013

Tw I
2014

Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah

kredit untuk lokasi proyek di Kalimantan


Barat tersebut seluruhnya dilakukan oleh
perbankan yang berlokasi di Kalimantan

Grafik 3.7 Pernyaluran kredit berdasarkan lokasi proyek


dan lokasi kantor bank (Rp Miliar)

Barat.

Namun

demikian,

angka

penyaluran kredit tersebut masih lebih

rendah dibandingkan dengan total kredit sektor yang disalurkan oleh perbankan yang
berkantor di Kalimantan Barat (lokasi kantor) yang mencapai Rp18,62 Triliun. Hal ini
mengindikasikan terdapat kredit dengan lokasi proyek di luar Kalimantan Barat yang disalurkan
oleh perbankan Kalimantan Barat.
Dari sisi spasial, penyaluran kredit industri
perbankan

masih

Pontianak

dengan

dominan

ke

outstanding

Kota

Tabel 3.3 Jumlah Kredit dan Pangsa Kredit Bank Umum


Menurut Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat (Miliar
Rupiah)

kredit

Kabupaten

Kredit Produktif
(Rp Milyar)
1,754

10.86

Kab. Sambas

685

4.24

Kab. Ketapang

931

5.76

yang disalurkan di Kalimantan Barat. Hal

Kab. Sanggau

1,112

6.89

Kab. Sintang

1,249

7.74

tersebut didorong oleh pola bisnis para

Kab. Kapuas Hulu

417

2.58

Kab. Bengkayang

450

2.79

Kab. Landak

270

1.67

Kab. Sekadau

215

1.33

Kab. Melawi

138

0.86

29

0.18

mencapai Rp7,69 Triliun atau mencapai


47,65% dari total kredit sektor produktif

pelaku usaha yang masih terpusat di Kota


Pontianak.

Selain

Kota

Pontianak,

kabupaten/kota lainnya di Kalimantan


Barat dengan tingkat penyerapan kredit
sektoral

yang

Kabupaten

cukup
Pontianak,

tinggi

adalah

Kabupaten

Kab. Pontianak

Pangsa
(%)

Kab. Kayong Utara


Kab. Kubu Raya

278

1.72

Kota Pontianak

7,695

47.65

Kota Singkawang
Total

925

5.73

16,149

100.00

Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat


Triwulan I 2014

39

Sintang, dan Kabupaten Sanggau. Penyerapan kredit di Kabupaten Pontianak didominasi oleh
sektor usaha Perdagangan Besar dan Eceran, sementara itu penyaluran kredit di Kab. Sintang
dan Sanggau terjadi pada sektor usaha Pertanian, Perburuan dan Kehutanan, khususnya
subsektor perkebunan.
Kredit Produktif
Pertanian
Industri
Bangunan
PHR
Pertambangan (RHS)

4.0
3.5

3.0
2.5

7.70
2.03

1.85

1.5
1.0

0.5
III

IV

kredit,

II

2012

III

2013

risiko

kredit

sektor

yang

tercermin dari rasio Non Performing

Loans (NPLs) gross perbankan tercatat

meningkat. Rasio NPLs gross kredit

1.53

0.90

sektoral

tercatat pada level 1,53%, sedikit

0.51
II

Di tengah perlambatan pertumbuhan

2.0

IV

pada

triwulan

laporan

lebih tinggi dibandingkan triwulan


sebelumnya yang tercatat pada level

2014

1,42%. Peningkatan rasio NPL gross

Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah

terjadi
Grafik 3.8 Perkembangan Rasio NPL Gross Kredit Produktif
Kalimantan Barat

terutama

Pertambangan,

pada

sektor

sektor

Bangunan

serta Sektor Perdagangan, Hotel dan


Restoran. NPL pada sektor pertambangan tercatat mencapai 7,70%, lebih tinggi dibandingkan
triwulan sebelumnya yang mencapai 7,57%. Kenaikan NPL pada sektor tersebut, baik dari sisi
nominal maupun persentase, dipengaruhi oleh tekanan pada sektor pertambangan seiring
dengan implementasi peraturan pemerintah terkait kegiatan pengolahan dan pemurnian hasil
tambang mineral. Sementara itu, peningkatan NPLs pada sektor bangunan antara lain
merupakan dampak dari implementasi ketentuan penyempurnaan loan to value dan kenaikan
NPLs pada sektor perdagangan terjadi seiring dengan terjadinya perlambatan pada sektor
tersebut.
Tabel 3.4 Perkembangan Persentase NPLs Gross Kota/Kabupaten di Kalimantan Barat
2012

2013

Kab. Pontianak

I
0.94%

II
0.97%

III
0.73%

IV
0.36%

I
0.93%

II
1.22%

III
0.94%

IV
0.69%

2014
I
0.73%

Kab. Sambas

1.75%

2.00%

1.99%

1.34%

1.62%

1.65%

1.81%

0.94%

1.37%

Kab. Ketapang

1.72%

2.01%

1.98%

2.71%

2.64%

2.40%

2.52%

2.06%

1.94%

Kab. Sanggau & Sekadau

1.59%

1.64%

1.39%

1.09%

1.74%

1.68%

1.77%

1.52%

1.93%

Kab. Sintang & Melawi

1.02%

1.33%

1.51%

1.41%

1.36%

1.54%

1.87%

2.01%

1.76%

Kab. Kapuas Hulu

3.61%

3.58%

3.15%

2.01%

2.61%

2.37%

3.10%

2.49%

3.03%

Kab. Bengkayang

0.07%

1.76%

0.29%

0.07%

0.15%

0.09%

0.07%

0.04%

0.12%

Kab. Landak

1.82%

1.46%

1.35%

0.44%

0.81%

0.75%

0.51%

0.26%

0.28%

Kota Pontianak

1.01%

0.87%

0.88%

0.69%

1.58%

1.61%

1.60%

1.02%

1.15%

Kota Singkawang

2.32%

2.17%

3.41%

2.77%

7.08%

6.67%

6.86%

5.33%

5.40%

Total

1.21%

1.13%

1.17%

0.94%

1.95%

1.95%

1.99%

1.42%

1.53%

Kabupaten

Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah

40

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat


Triwulan I 2014

Berdasarkan sebaran wilayahnya, risiko kredit tertinggi dialami oleh Kota Singkawang, dimana
persentase kredit non lancar (NPLs) tercatat mencapai 5,40%. Hal ini terutama dipengaruhi oleh
peningkatan NPLs pada sektor perekonomian utama di daerah tersebut, yaitu perdagangan
besar dan eceran, terutama pada subsektor perdagangan eceran makanan dan minuman
olahan. Selain Singkawang, daerah dengan risiko kredit yang relatif tinggi adalah Kabupaten
Kapuas Hulu dimana persentase kredit non lancar (NPLs) tercatat pada level 3,03%. Risiko
kredit di wilayah tersebut juga dipengaruhi oleh permasalahan kredit di sektor perdagangan
besar dan eceran.

3.4 Penyaluran Kredit Rumah Tangga


Dari sisi penyaluran kredit ke rumah tangga, penyaluran kredit konsumsi ke debitur rumah
tangga di Kalimantan Barat tercatat mencapai Rp12,08 Triliun, atau tumbuh 15,14% (yoy).
Sejalan dengan penyaluran kredit perbankan Kalimantan Barat secara umum, pertumbuhan
penyaluran kredit konsumsi tersebut tercatat melambat dibandingkan triwulan sebelumnya
yang mencapai 17,36% (yoy). Perlambatan penyaluran kredit rumah tangga dipengaruhi oleh
kebijakan kenaikan BI rate yang secara bertahap berdampak pada kenaikan suku bunga kredit,
khususnya KPR.
Tabel 3.5 Perkembangan Penyaluran Kredit Rumah Tangga (Rp Miliar)
2012
2013
I
II
III
IV
I
II
III
IV
KPR
2,111
2,512
2,349
2,438
2,688
3,099
3,361
3,535
KKB
107
123
129
128
134
188
197
195
Perlengkapan
9
10
6
5
7
5
5
4
Multiguna
4,495
4,863
6,438
6,720
6,908
6,736
6,761
6,838
Lainnya
1,634
1,487
738
823
756
1,018
1,271
1,299
Total kredit
8,356
8,995
9,659
10,115
10,492
11,045
11,595
11,871
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah
Jenis Kredit
Rumah Tangga

2014
I
3,602
188
3
6,878
1,410
12,081

Berdasarkan jenis penggunaannya, penyaluran kredit rumah tangga di Kalimantan Barat


sebagian besar merupakan kredit multiguna dengan outstanding mencapai Rp6,88 Triliun.
Meskipun demikian, perkembangan penyaluran kredit multiguna menunjukkan kontraksi
sebesar 0,44% (yoy). Pesimisme perkembangan penyaluran kredit tersebut disebabkan
terutama oleh penyempurnaan kebijakan Loan To Value (termasuk di dalamnya larangan
pemberian/pembiayaan untuk Down Payment) yang secara efektif berlaku mulai 30 September
2013. Selain multiguna, penyaluran kredit rumah tangga juga sebagian besar merupakan kredit
kepemilikan rumah (KPR) mencapai Rp3,60 Triliun. Trend perlambatan pertumbuhan kredit
terjadi pada semua jenis kredit rumah tangga, terutama KPR dan KKB (Kredit Kendaraan
Bermotor), dimana masing-masing tumbuh 33,98% (yoy) dan 40,75% (yoy), lebih lambat
dibandingkan triwulan sebelumnya masing-masing sebesar 45,00% (yoy) dan 52,13% (yoy).
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat
Triwulan I 2014

41

Perlambatan kredit rumah tangga diperkirakan juga dipengaruhi oleh masih rendahnya harga
komoditas utama Kalimantan Barat, khususnya karet.
100%

Tabel 3.6 Jumlah dan Pangsa Kredit Sektor Rumah


Tangga Menurut Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat
Kredit Rumah
Pangsa
Kabupaten
Tangga (Rp Milyar)
(%)
Kab. Pontianak
673.02
5.57
Kab. Sambas
490.18
4.06
Kab. Ketapang
797.24
6.60
Kab. Sanggau & Sekadau
926.96
7.67
Kab. Sintang & Melawi
843.36
6.98
Kab. Kapuas Hulu
484.41
4.01
Kab. Bengkayang
241.86
2.00
Kab. Landak
400.33
3.31
Kab. Kubu Raya
0.55
0.00
Kota Pontianak
6,279.24
51.98
Kota Singkawang
943.54
7.81
Total
12,080.67
100.00
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah

Total kredit
KPR
KKB
Multiguna

80%
60%

40.75%
33.98%

40%
20%

15.14%

0%
-20%

-0.44%
I

II

III

IV

II

2012

III

IV

2013

2014

Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah


Grafik 3.9 Perkembangan Kredit Rumah Tangga di
Kalimantan Barat

Secara spasial, penyaluran kredit rumah tangga paling banyak disalurkan oleh perbankan di
Kota Pontianak dengan outstanding mencapai Rp6,28 Triliun atau mencapai pangsa 51,98%
dari total kredit rumah tangga yang disalurkan di Kalimantan Barat. Tingginya tingkat konsumsi
rumah tangga di Kota Pontianak mendorong tingginya penyaluran kredit konsumsi di daerah
tersebut. Daerah lainnya dengan outstanding penyaluran kredit rumah tangga yang cukup
tinggi adalah Kota Singkawang, Kabupaten Sanggau & Sekadau serta Kabupaten Sintang &
Melawi. Tingginya aktivitas perekonomian di sektor utama perekonomian daerah-daerah
tersebut mendorong tingginya konsumsi masyarakat.
Secara umum, risiko kredit yang tercermin

KPR
KKB
Multiguna
Lainnya
Perlengkapan

3.00%

2.50%
2.00%

dari rasio NPL gross kredit rumah tangga


berada di batas aman di bawah 5%. Namun
1.67%

1.50%

1.25%
1.04%

1.00%
0.50%

0.41%
0.34%

0.00%

kredit yang terjadi, terjadi tren peningkatan


rasio NPL gross kredit rumah tangga. Rasio
NPL

gross

kredit

rumah

tangga

pada

triwulan laporan tercatat sebesar 0,79%.


I

II

III

2012

IV

II

III

2013

IV

I
2014

Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah


Grafik 3.10 Perkembangan NPL Gross Kredit Sektor
Rumah Tangga di Kalimantan Barat

42

demikian, di tengah perlambatan penyaluran

Berdasarkan jenis penggunaannya, kredit


rumah tangga dengan tingkat NPL tertinggi
adalah KPR dengan tingkat NPL mencapai
1,67%.

Peningkatan

NPL

KPR

selain

dipengaruhi oleh penyempurnaan kebijakan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat


Triwulan I 2014

LTV pada triwulan III 2013 juga diakibatkan oleh cenderung meningkatnya suku bunga kredit
perbankan seiring dengan kenaikan suku bunga kebijakan BI.

3.5 Pengembangan Akses Keuangan dan Pembiayaan Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (UMKM)
Di tengah perlambatan kredit secara umum, penyaluran kredit kepada Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (UMKM) tercatat mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada
triwulan laporan, kredit yang disalurkan untuk UMKM tercatat sebesar Rp10,04 Triliun atau
tumbuh 31,62% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang
tercatat sebesar 30,97% (yoy). Pangsa kredit UMKM terhadap total kredit produktif yang
disalurkan oleh perbankan Kalimantan Barat pun tercatat cukup tinggi mencapai 53,90%.
Rp Miliar
12,000

Nominal

%, yoy
40

Growth

35

10,000

Modal Kerja
Investasi

30
8,000

25

6,000

20
15

4,000

10
2,000

1,970

2,001 1,870

1,961 2,018

2,538 2,634

2,851 3,128

6,365 6,763 6,910


5,609 6,141
4,861 5,380
4,595
4,106

II

III

2012

IV

II

III

IV

2013

I
2014

Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah


Grafik 3.11 Perkembangan Kredit UMKM
Kalimantan Barat

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
2012

2013

2014

Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah


Grafik 3.12 Perkembangan Kredit UMKM Menurut
Jenis Penggunaan di Kalimantan Barat (Rp Miliar)

Porsi terbesar kredit UMKM disalurkan kepada usaha kecil (nominal antara Rp50 juta- Rp500
juta) mencapai 43,72% dari total kredit UMKM yang disalurkan atau sebesar Rp4,40 Triliun.
Sementara itu, kredit untuk usaha menengah (nominal antara Rp500 juta sampai dengan Rp5
Miliar) dan usaha mikro (nominal kurang dari Rp50 juta), masing-masing tercatat sebesar
Rp4,17 Triliun dan Rp1,48 Triliun.
Ditinjau dari jenis penggunaannya, sebagian besar kredit UMKM disalurkan untuk tujuan modal
kerja, mencapai Rp6,91 Triliun. Sementara Rp3,13 Triliun disalurkan untuk kepentingan
investasi. Penyaluran kredit tersebut sebagian besar disalurkan kepada sektor perdagangan
besar dan eceran serta sektor pertanian, perburuan dan kehutanan, terutama sub sektor
perkebunan karet dan kelapa sawit.

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat


Triwulan I 2014

43

Peningkatan outstanding dan pangsa kredit UMKM terhadap total kredit yang disalurkan oleh
perbankan di Kalimantan Barat mengindikasikan tetap tingginya komitmen perbankan untuk
membiayai UMKM di Kalimantan Barat. Hal ini perlu didukung dengan penguatan UMKM dari
sisi bankability serta percepatan pembentukan Perusahaan Penjaminan Kredit Daerah (PPKD)
oleh pemerintah daerah sehingga akses UMKM terhadap pembiayaan perbankan ke depannya
dapat lebih ditingkatkan. PPKD di Kalimantan sudah dibentuk di Provinsi Kalimantan Timur dan
Kalimantan Tengah.
%
3.50

Mikro

Kecil

Menengah

Kredit UMKM

Sejalan
risiko

3.00

2.79
2.61

2.50

2.16

2.00

dengan
kredit

tren

peningkatan

perbankan

umum

Kalimantan Barat, risiko kredit UMKM


juga

tercatat

menunjukkan

peningkatan pada triwulan laporan.

1.50

1.35

1.00

Pada triwulan I 2014, rasio NPL gross

0.50

kredit UMKM tercatat sebesar 2,16%

0.00

atau
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
2012

2013

2014

Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah


Grafik 3.13 Perkembangan Rasio NPL Gross Kredit UMKM

lebih

tinggi

dibandingkan

triwulan sebelumnya yang tercatat


sebesar

2,00%.

Peningkatan

NPL

terutama terjadi pada debitur usaha


mikro dan menengah, dimana masing-

masing tercatat sebesar 2,61% dan 1,35%. Sementara itu, penyaluran kredit untuk usaha kecil
mencatat penurunan NPL dari 2,82% menjadi 2,79%.

3.6 Perkembangan Sistem Pembayaran


Secara triwulanan, perkembangan sistem pembayaran non tunai di Provinsi Kalimantan Barat
pada triwulan I 2014 mengalami penurunan. Nominal transaksi kliring mengalami kontraksi
sebesar 8,82% (qtq) menjadi sebesar Rp9,93 Triliun. Sementara transaksi Real Time Gross
Settlement (RTGS) juga mengalami kontraksi, baik dari sisi nominal maupun pada jumlah
transaksi yang dilakukan, masing-masing sebesar 10,89% (qtq) dan 13,53% (qtq). Dari sisi
sistem pembayaran tunai di Provinsi Kalimantan Barat, selama triwulan I 2014 nominal transaksi
mengalami peningkatan pada sisi jumlah uang masuk (inflow), namun mengalami penurunan
pada sisi jumlah uang yang diedarkan (outflow). Jumlah uang masuk mengalami peningkatan
yang relatif signifikan sebesar 318,51% (qtq) menjadi sebesar Rp1,86 Triliun. Sementara itu,
jumlah uang yang diedarkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat
mengalami kontraksi 74,54% (qtq) menjadi sebesar Rp629,83 Miliar. Perkembangan aliran
uang kartal tersebut menunjukkan posisi net inflow, dimana jumlah uang yang masuk lebih
besar dibandingkan jumlah uang yang diedarkan. Jika ditinjau secara tahunan, transaksi sistem
44

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat


Triwulan I 2014

pembayaran tunai di Kalimantan Barat mengalami kenaikan di sisi inflow yaitu sebesar 33,30%
(yoy), begitupula di sisi outflow juga mengalami kenaikan sebesar 20,30% (yoy).

3.6.1 Perkembangan Transaksi Melalui BI-RTGS


Selama triwulan I 2014, transaksi RTGS menunjukkan penurunan dibandingkan
triwulan sebelumnya, baik dari sisi nominal maupun volume transaksi. Total nominal
transaksi RTGS mengalami kontraksi 10,89% (qtq) menjadi sebesar Rp65,04 Triliun,
sementara total volume transaksi mengalami kontraksi 13,53% (qtq) menjadi sebesar
49.474 transaksi. Berdasarkan perputarannya, transaksi RTGS keluar dan transaksi RTGS
masuk Kalimantan Barat masing-masing mengalami penurunan sebesar 9,04% (qtq) dan
11,71% (qtq), menjadi sebesar Rp26,21 Triliun dan Rp26,72 Triliun. Hal yang sama juga terjadi
pada transaksi RTGS lokal Kalimantan Barat yang mengalami penurunan sebesar 12,95% (qtq)
menjadi sebesar Rp12,12 Triliun. Penurunan tersebut antara lain dipengaruhi oleh belum
optimalnya realisasi proyek-proyek pada awal tahun.
Secara tahunan, nominal total transaksi RTGS triwulan I 2014 mengalami kontraksi sebesar
0,83% (yoy) jika dibandingkan dengan triwulan I 2013 yang tercatat mencapai Rp65,58 Triliun.
Dari sisi volume transaksi, juga terjadi penurunan sebesar 14,51% (yoy) dibandingkan dengan
triwulan I 2013 yang tercatat 57.871 transaksi.
Dilihat dari nominal per transaksinya selama triwulan I 2014 mengalami peningkatan sebesar
3,05% (qtq) dengan nilai nominal sebesar Rp1,31 Miliar per transaksi apabila dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp1,28 Miliar. Secara tahunan nilai nominal
per transaksi juga mengalami peningkatan sebesar 16,00% (yoy) apabila dibandingkan dengan
triwulan I 2013 yang tercatat sebesar Rp1,13 Miliar per transaksi.
Tabel 3.7 Transaksi Melalui Real Time Gross Settlement (RTGS)
( Mi l i ar Rp)
Keterangan

2012

2013
Tw II

Tw III

Tw IV

2014
Tw I

Tw I

Tw II

Tw III

Tw IV

Tw I

R TGS Keluar
- J umlah T rans aks i
- Nominal

22.298
21.513

26.242
26.543

27.422
25.846

30.618
29.806

27.745
27.208

29.414
30.097

26.770
27.685

27.865
28.810

24.282
26.205

R TGS Mas uk
- J umlah T rans aks i
- Nominal

20.381
23.838

22.610
30.295

23.014
30.311

25.469
32.843

21.765
26.182

23.018
29.912

21.096
31.673

21.463
30.264

18.301
26.720

R TGS L okal
- J umlah T rans aks i
- Nominal

7.102
11.185

8.040
13.941

8.781
13.414

10.008
15.711

8.361
12.194

8.809
14.036

7.954
14.178

7.890
13.919

6.891
12.116

TOTAL
- J umlah Trans aks i
- Nominal

49.781
56.536

56.892
70.779

59.217
69.571

66.095
78.360

57.871
65.584

61.241
74.045

55.820
73.536

57.218
72.993

49.474
65.041

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat


Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat
Triwulan I 2014

45

3.6.2 Perkembangan Transaksi Melalui Kliring


Transaksi kliring selama triwulan I 2014 menunjukkan kontraksi dibandingkan triwulan
sebelumnya. Total nilai transaksi kliring penyerahan di Kalimantan Barat tercatat sebesar
Rp10,07 Triliun atau kontraksi 8,67% (qtq). Dari sisi jumlah warkat yang ditransaksikan, juga
terjadi kontraksi sebesar 12,16% (qtq) menjadi sejumlah 233.404 lembar warkat. Ditinjau dari
sisi kliring pengembalian atau penolakan cek dan bilyet giro kosong, nilai transaksi kliring
mengalami peningkatan, yaitu sebesar 4,15% (qtq) menjadi sebesar Rp138,52 Miliar. Namun
dari sisi jumlah warkat yang ditransaksikan mengalami kontraksi sebesar 4,74% (qtq) menjadi
sejumlah 3.253 lembar warkat.
Sementara itu, secara tahunan, total nilai transaksi kliring penyerahan di Kalimantan Barat
mengalami peningkatan sebesar 21,91% (yoy) jika dibandingkan dengan triwulan I 2013 yang
tercatat sebesar Rp8,26 Triliun. Dari sisi jumlah warkat yang ditransaksikan, juga terjadi
peningkatan sebesar 2,07% (yoy) yang pada triwulan I 2013 tercatat sebesar 228.669 lembar.
Dilihat dari nominal transaksi per warkat, selama triwulan I 2014 terjadi peningkatan sebesar
3,91% (qtq) dengan nilai nominal sebesar Rp43,16 Juta per warkat apabila dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp41,53 Juta per warkat. Secara tahunan
nilai nominal transaksi per warkat juga mengalami peningkatan sebesar 19,43% (yoy) apabila
dibandingkan dengan triwulan I 2013 yang tercatat sebesar Rp36,14 Juta per warkat.
Tabel 3.8 Transaksi Melalui Kliring
Keterangan
Kliring P enyerahan
- J umlah Warkat (lbr)
- Nominal
- R ata-R ata Warkat/Hari (lbr)
- R ata-R ata Nominal/Hari
Kliring P engembalian
- J umlah Warkat (lbr)
- Nominal
- R ata-R ata Warkat/Hari (lbr)
- R ata-R ata Nominal/Hari
TOTAL
- J umlah Warkat (lbr)
- Nominal

Tw I

Tw II

Tw III

( Mi l i a r Rp)
2014
Tw IV
Tw I

298.651
8.702
5.333
155

228.669
8.262
3.811
138

248.144
8.861
3.939
141

249.803
9.925
3.965
158

265.717
11.027
4.356
181

233.404
10.072
3.890
168

3.258
145
54
2,4

2.785
101
50
1,8

2.860
101
48
1,7

2.713
89
43
1,4

3.310
126
53
2,0

3.415
133
56
2,2

3.253
139
54
2,3

289.722
11.018

295.866
8.601

225.809
8.160

245.431
8.772

246.493
9.798

262.302
10.894

230.151
9.933

2012

2013

Tw I

Tw II

Tw III

Tw IV

234.028
7.629
3.715
121

259.685
8.566
4.188
138

292.980
11.163
4.883
186

1.910
86
30
1,4

2.402
196
39
3,2

232.118
7.543

257.283
8.370

Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat

3.6.3 Perkembangan Penyelenggaraan Transfer Dana Non Bank dan Pedagang


Valuta Asing (PVA)
Pada triwulan I 2014, jumlah Pedagang Valuta Asing (PVA) di Kalimantan Barat
tercatat

sebanyak 36 perusahaan atau tidak mengalami perubahan apabila

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Secara umum, perkembangan PVA di


46

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat


Triwulan I 2014

Kalimantan Barat selama triwulan I 2014 cenderung mengalami penurunan apabila


dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Dilihat dari sisi pembelian, selama triwulan I 2014
jumlah pembelian valuta asing mencapai sebanyak Rp107,47 juta atau mengalami kontraksi
sebesar 3,81% (qtq) apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebanyak
Rp111,73 juta. Selanjutnya dari sisi penjualan, jumlah penjualan valuta asing mencapai
sebanyak Rp106,69 juta atau juga mengalami kontraksi sebesar 6,50% (qtq) apabila
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebanyak Rp114,11 juta. Penurunan
tersebut antara lain dipengaruhi oleh penurunan jumlah wisatawan mancanegara yang
berkunjung ke Kalimantan Barat, dimana pada triwulan laporan tercatat 7.002 orang,
sementara pada triwulan IV 2013 mencapai 8.570 orang

3.6.4 Perkembangan Pengelolaan Uang


3.6.4.1 Perkembangan Aliran Uang Kartal Melalui BI
Selama triwulan I 2014, jumlah uang yang diedarkan (outflow) oleh Kantor Perwakilan
Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat mencapai Rp630,00 Miliar atau mengalami
kontraksi sebesar 74,54% (qtq) dibandingkan dengan triwulan IV 2013 yang tercatat
sebesar Rp2,47 Triliun. Secara tahunan, jumlah uang yang diedarkan tersebut mengalami
peningkatan sebesar 20,30% (yoy) dibandingkan dengan triwulan I 2013 yang tercatat sebesar
Rp524,00 Miliar. Berdasarkan denominasinya, uang yang diedarkan selama triwulan I 2014
didominasi oleh uang pecahan Rp2.000,00 yang mencapai 4,63 juta lembar (21,96% dari total
uang kertas yang diedarkan), diikuti oleh pecahan Rp50.000,00 yang mencapai 4,17 juta
lembar (19,78% dari total uang kertas yang diedarkan). Hal ini didorong oleh peningkatan
kebutuhan uang pecahan kecil seiring dengan perayaan Tahun Baru Imlek dan Cap Go Meh
dimana masyarakat Kalimantan Barat memiliki budaya saling memberi angpao. Selain itu,
peningkatan jumlah uang yang diedarkan antara lain didorong oleh adanya kenaikan gaji
sebesar 6% dan kompensasi guru yang baru dibayarkan pada bulan Maret 2014.

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat


Triwulan I 2014

47

35.000

Rp10.000

30.000

Rp5.000

25.000

Rp2.000

20.000

15.000
10.000
5.000

2012

2013

Mar

Jan

Nov

Sep

Jul

Mei

Mar

Jan

Nov

Sep

Jul

Mei

Mar

Jan

2014

Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat


Grafik 3.14 Perkembangan Jumlah Outflow Uang Kertas Pecahan Kecil

Sementara itu, jumlah uang yang masuk (inflow) ke khasanah Kantor Perwakilan Bank
Indonesia Provinsi Kalimantan Barat selama triwulan I 2014 tercatat sebesar Rp1,86
Triliun atau mengalami peningkatan yang relatif signifikan dibandingkan triwulan
sebelumnya, yaitu sebesar 318,51% (qtq). Peningkatan inflow tersebut terutama terjadi
pasca perayaan Imlek dan Cap Go Meh di akhir triwulan I 2014. Secara tahunan jumlah uang
masuk tersebut juga mengalami peningkatan sebesar 33,30% (yoy) dibandingkan dengan
triwulan I 2013 yang tercatat sebesar Rp1,4 Triliun. Berdasarkan denominasinya, uang masuk
selama triwulan I 2014 didominasi oleh uang kertas dengan pecahan Rp50.000,00 yang
mencapai 13,51 juta lembar (39,02% dari total uang kertas yang masuk), diikuti dengan
pecahan Rp100.000,00 yang tercatat sebanyak 11,20 juta lembar (32,36% dari total uang
kertas yang masuk).
Jumlah aliran uang masuk yang lebih besar dari aliran uang yang diedarkan oleh
KPwBI Provinsi Kalimantan Barat mengakibatkan posisi net inflow sebesar Rp1,23
Triliun. Kondisi Net Inflow tersebut merupakan pola historis di awal tahun pasca adanya
peningkatan outflow yang lebih besar dari pada peningkatan inflow di akhir tahun.

48

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat


Triwulan I 2014

3.000

2.500
2.000

Miliar Rp

2.500

1.500

2.000

1.000

1.500

500
-

1.000

-500

500

-1.000

-1.500
Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw
I II III IV I II III IV I II III IV I

2011
Inflow

2012
Outflow

2013

2014

Net Outflow (RHS)

Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat


Grafik 3.15 Perkembangan Inflow dan Outflow Kalimantan Barat

3.6.4.2 Pelaksanaan Kebijakan Penyediaan Uang Layak Edar


Dalam rangka pelaksanaan

clean money policy , KPwBI Provinsi Kalimantan Barat

secara rutin melakukan pendistribusian uang hasil cetak sempurna (HCS) yang layak
edar untuk menggantikan uang lusuh dan sudah tidak layak edar melalui sarana: (1)
penarikan uang oleh perbankan; (2) penukaran uang di loket KPwBI Provinsi Kalimantan Barat;
dan (3) kegiatan kas keliling. Selain itu, KPwBI Provinsi Kalimantan Barat juga melakukan kerja
sama dengan perbankan di Kalimantan Barat, baik bank umum maupun BPR, untuk melayani
penukaran uang Rupiah bagi masyarakat. Kerja sama ini diharapkan dapat memenuhi
kebutuhan masyarakat akan uang layak edar dengan jangkauan yang lebih luas.
Kegiatan penukaran uang melalui loket penukaran KPwBI Provinsi Kalimantan Barat
selama triwulan I 2014 mencapai Rp29,88 Miliar, atau mengalami peningkatan sebesar
17,03% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat mengalami kontraksi
sebesar 9,28% (qtq). Hal ini didorong oleh adanya perayaan Tahun Baru Imlek dan Cap Go
Meh dimana masyarakat Kalimantan Barat memiliki budaya saling memberi angpao.
Berdasarkan denominasinya, sebagian besar uang yang ditukarkan adalah uang kertas dengan
denominasi Rp100.000,00 yang mencapai Rp19,56 Miliar atau sejumlah 195,55 ribu lembar
serta pecahan Rp50.000,00 yang mencapai Rp9,28 Miliar atau sejumlah 185,50 ribu lembar.
Berdasarkan data penukaran uang keluar, uang pecahan kecil yang paling diminati masyarakat
adalah pecahan Rp2.000,00 dengan nominal mencapai Rp4,07 Miliar atau sebanyak 2,03 juta
lembar serta pecahan uang logam Rp200,00 dengan nominal mencapai Rp310 Juta atau
sebanyak 1,56 juta keping. Sementara itu, secara tahunan jumlah uang yang masuk melalui
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat
Triwulan I 2014

49

penukaran langsung pada triwulan I 2014 meningkat 15,35% (yoy) dari triwulan I 2013 yang
tercatat sebesar Rp25,91 Miliar.
Tabel 3.9 Kegiatan Penukaran Uang Melalui Loket Penukaran Bank Indonesia (Uang Masuk)
(Ribu Rp)
P ec ahan
Uang Kertas
100.000
50.000
20.000
10.000
5.000
2.000
1.000
500
100
Uang L ogam
1.000
500
200
100
50
25

Tw I
21.682.933
11.453.300
9.423.900
221.960
243.140
118.035
51.816
169.966
679
137
20.610
5.499
9.274
2.368
2.119
1.037
314

2012
Tw II
Tw III
20.579.479 28.725.482
10.696.100 16.982.300
9.230.750 11.017.900
183.680
202.380
158.640
203.440
98.830
115.955
59.488
72.014
151.377
130.971
405
351
209
171
13.683
4.032
4.749
195
5.470
2.381
1.555
628
1.488
654
362
167
59
7

Tw IV
21.297.734
12.546.300
7.911.750
237.060
256.230
115.990
95.242
134.441
425
296
9.287
2.544
4.956
846
903
38
0

Total
92.285.627
51.678.000
37.584.300
845.080
861.450
448.810
278.560
586.755
1.859
813
47.612
12.987
22.080
5.397
5.164
1.604
380

Tw I
25.903.671
14.503.900
10.160.050
361.600
373.680
186.820
152.904
161.468
2.732
517
2.810
20
1.194
662
694
215
25

2013
Tw II
Tw III
22.286.540 28.142.138
12.299.500 17.089.300
9.091.000 10.328.350
228.120
158.020
301.240
239.310
115.695
107.465
128.912
122.358
121.470
97.159
357
73
246
103
2.142
3.489
8
60
1.002
2.020
273
627
712
754
147
28
0
0

Tw IV
25.528.309
15.878.300
8.464.100
206.600
263.880
469.750
154.656
90.673
186
164
6.527
210
3.552
1.230
1.373
163
0

Total
101.860.658
59.771.000
38.043.500
954.340
1.178.110
879.730
558.830
470.770
3.348
1.030
14.968
298
7.768
2.792
3.533
553
25

2014
Tw I
29.880.243
19.555.000
9.275.000
244.800
402.340
125.205
176.376
101.054
188
280
2.768
225
1.891
838
1.013
823
0

Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat

Selain melayani penukaran di loket pelayanan KPwBI Provinsi Kalimantan Barat, secara
rutin Bank Indonesia juga melakukan kegiatan kas keliling. Kegiatan kas keliling
bertujuan untuk menyediakan uan
langsung kepada masyarakat khususnya di wilayah kabupaten/kota selain Kota Pontianak.
Kegiatan kas keliling juga bertujuan untuk memenuhi kebutuhan uang Rupiah di wilayah
perbatasan, yang dalam pelaksanaannya KPwBI Provinsi Kalimantan Barat juga bekerja sama
dengan PT. BPD Kalimantan Barat untuk menjangkau sejumlah daerah di wilayah perbatasan
Kalimantan Barat dengan wilayah Sarawak, Malaysia.
Selama triwulan I 2014, jumlah uang yang ditukarkan oleh masyarakat melalui
kegiatan kas keliling mencapai Rp8,57 Miliar, atau mengalami kontraksi sebesar 4,82%
(qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh frekuensi kegiatan kas
keliling selama triwulan I 2014 yang lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya. Selama
triwulan I 2014, kegiatan kas keliling tidak hanya dilaksanakan di dalam kota saja, namun juga
dilaksanakan dibeberapa daerah antara lain yaitu di Kabupaten Sambas, Kabupaten Kubu Raya,
Kabupaten Mempawah, Kabupaten Ketapang dan Kabupaten Kayong Utara. Secara tahunan
jumlah uang yang ditukarkan melalui kegiatan ini juga mengalami kontraksi sebesar 44,38%
(yoy) dari triwulan I 2013 yang tercatat sebesar Rp15,4 Miliar.

50

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat


Triwulan I 2014

Tabel 3.10 Kegiatan Kas Keliling


(Ribu Rp)
Kas Keliling
Uang Kertas
100.000
50.000
20.000
10.000
5.000
2.000
1.000
500
100
Uang Logam
1.000
500
200
100
50
25

2011
Tw I
6.624.572
1.543.500
1.923.850
842.800
903.100
952.385
14.908
443.020
829
180
428
0
20
30
277
70
31

Tw II
7.918.414
2.303.400
2.467.650
1.219.420
909.640
723.795
27.420
266.543
506
41
120
0
0
0
100
20
0

2012

Tw III
13.200.800
4.178.500
5.136.000
1.164.240
1.200.070
1.043.825
120.336
355.985
1.446
399
0
0
0
0
0
0
0

Tw IV
3.436.625
1.561.200
706.850
442.140
386.470
219.785
33.408
86.705
39
29
0
0
0
0
0
0
0

Tw I
16.770.463
5.076.900
4.999.200
2.328.380
2.208.620
1.397.765
265.670
493.463
327
138
407
177
0
0
165
65
0

Tw II
11.599.900
3.241.700
3.390.650
1.317.820
1.478.080
1.215.055
471.798
484.137
69
591
100
0
0
0
100
0
0

2013
Tw III
14.572.079
6.138.199
3.645.500
1.802.480
1.595.600
875.555
177.712
337.030
3
0
310
100
150
0
50
10
0

Tw IV
6.491.400
1.675.500
1.609.300
964.240
1.128.880
528.390
316.404
268.234
378
74
0
0
0
0
0
0
0

Total
49.433.842
16.132.299
13.644.650
6.412.920
6.411.180
4.016.765
1.231.584
1.582.864
777
803
817
277
150
0
315
75
0

Tw I
15.400.000
5.028.000
3.521.200
2.485.980
2.400.280
1.093.310
514.880
356.334
14
3
0
0
0
0
0
0
0

Tw II
4.932.466
1.379.300
594.600
770.220
1.126.090
726.260
233.638
102.234
107
18
2.316
0
999
952
350
15
0

Tw III
18.750.000
9.772.700
3.431.100
1.869.360
2.071.590
953.670
362.664
288.916
0
0
0
0
0
0
0
0
0

Tw IV
8.993.981
2.484.000
3.211.200
1.051.060
1.252.100
635.025
247.456
113.004
121
15
6.019
508
3.808
664
915
124
0

2014
Tw I
8.565.873
3.068.900
3.109.000
803.540
851.790
394.205
252.584
85.815
19
20
27
0
0
0
27
0
0

Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat

Selain itu, untuk memenuhi kebutuhan uang tunai terutama di daerah terpencil, Bank
Indonesia bekerjasama dengan bank umum untuk melakukan kegiatan kas titipan.
Kegiatan Kas titipan dilaksanakan dalam rangka menjalankan misi Bank Indonesia di bidang
pengedaran uang yaitu memenuhi kebutuhan uang dalam jumlah nominal yang cukup, jenis
pecahan yang sesuai, tepat waktu dan dalam kondisi layak edar. Layanan kas titipan di Provinsi
Kalimantan Barat dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat
bekerja sama dengan PT. Bank Pembangunan Daerah Kalimantan Barat Cabang Sintang.
150.000,00

100.000,00

50.000,00

Jan

Feb

Mar

2014

2014

2014

(50.000,00)

(100.000,00)
Outflow

Inflow

Netflow

Grafik 3.16 Perkembangan Inflow dan Outflow melalui Kas Titipan

Selama triwulan I 2014, jumlah uang yang disetorkan (Outflow) melalui kas titipan
mencapai Rp149,50 Miliar. Berdasarkan denominasinya, selama triwulan I 2014 didominasi
oleh uang kertas dengan pecahan Rp100.000,00 yang mencapai 1,07 juta lembar (55,37% dari
total uang kertas yang disetorkan), diikuti dengan pecahan Rp50.000,00 yang tercatat
sebanyak 0,85 juta lembar (44,27% dari total uang kertas yang disetorkan).

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat


Triwulan I 2014

51

Sementara itu, jumlah uang yang ditarik (Inflow) melalui kas titipan selama triwulan I
2014 tercatat sebesar Rp232,76 Miliar. Berdasarkan denominasinya, selama triwulan I 2014
didominasi oleh uang kertas dengan pecahan Rp50.000,00 yang mencapai 1,54 juta lembar
(34,22% dari total uang kertas yang ditarik), diikuti dengan pecahan Rp100.000,00 yang
tercatat sebanyak 1,47 juta lembar (32,67% dari total uang kertas yang ditarik).

3.6.4.3 Pemusnahan
Dari hasil penukaran uang di loket KPwBI Provinsi Kalimantan Barat, kegiatan kas keliling, dan
setoran uang dari perbankan, secara rutin KPwBI Provinsi Kalimantan Barat melakukan
pemusnahan terhadap uang tidak layak edar melalui peracikan dengan Mesin Racik Uang
Kertas (MRUK). Pelaksanaan pemusnahan uang dilakukan dengan memperhatikan aspek
keamanan,

pengawasan

melekat

dan

good

governance

sehingga

dapat

dipertanggungjawabkan hasilnya.
Selama triwulan I 2014, jumlah uang kartal tidak layak edar yang dimusnahkan KPwBI
Provinsi Kalimantan Barat mencapai Rp213,52 Miliar atau mengalami kontraksi
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 30,70% (qtq) dimana pemusnahan tercatat
sebesar Rp308,11 Miliar. Berdasarkan denominasinya, pecahan yang paling banyak
dimusnahkan adalah pecahan Rp2.000,00 yang mencapai 2,47 juta lembar, Rp50.000,00
mencapai 2,06 juta lembar, serta Rp10.000,00 dan Rp5.000,00 yang masing-masing mencapai
1,94 dan 1,89 juta lembar. Seiring dengan meningkatnya aliran uang masuk (cash inflow) dan
menurunnya jumlah pemusnahan uang tidak layak edar, ratio pemusnahan uang layak edar
terhadap aliran uang masuk mengalami kontraksi dari 69,25% pada triwulan IV 2013 menjadi
sebesar 11,47% pada triwulan laporan. Rasio tersebut juga lebih rendah jika dibandingkan
dengan triwulan I 2013 yang tercatat sebesar 13,16%.

52

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat


Triwulan I 2014

2.000

80%

1.800

70%

Miliar Rp

1.600

60%

1.400
1.200

50%

1.000

40%

800

30%

600

20%

400

10%

200

0%
Tw I

Tw II

Tw III

Tw IV

Tw I

Tw II

2012
Inflow

Tw III

Tw IV

2013
PTTB

Tw I

2014

Rasio PTTB thd Inflow (RHS)

Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat


Grafik 3.17 Perkembangan Inflow, Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar dan Rasio Pemusnahan Uang
Tidak Layak Edar Terhadap Inflow

3.6.4.4 Perkembangan Temuan Uang Rupiah Palsu


Seiring dengan salah satu upaya Bank Indonesia di bidang sistem pembayaran, yaitu memenuhi
kebutuhan masyarakat akan ketersediaan uang Rupiah yang layak edar, dalam pecahan yang
sesuai serta tepat waktu, muncul permasalahan yang berkembang di masyarakat, yaitu
maraknya peredaran uang palsu. Mengingat kebutuhan masyarakat akan uang yang sangat
tinggi, uang Rupiah kerap dipalsukan dan diedarkan kepada masyarakat, sehingga negara dan
masyarakat mengalami kerugian yang cukup besar. Sebagaimana diamanatkan Undangundang, Bank Indonesia adalah lembaga yang berwenang untuk menentukan keaslian uang
Rupiah. Oleh karena itu, masyarakat dapat meminta klarifikasi kepada Bank Indonesia terkait
uang Rupiah yang diragukan keasliannya. Bank Indonesia juga mewajibkan bank umum untuk
menyampaikan laporan penemuan uang palsu yang ditemukan dalam kegiatan operasional
bank.
Tabel 3.11 Penemuan Uang Palsu di Kalimantan Barat

PERIODE
2009
2010
2011
2012
2013
2014
Tw I

100.000
111
239
389
312
643
522
522

50.000
596
531
286
322
264
41
41

J ENIS PECAHAN
20.000
10.000
5.000
12
7
12
3
9
0
12
10
5
3
1
1
1
1

2.000
2
7
1
6
2
0
0

0
0
0
12
0
0
0

1.000
0
2
0
0
0
0
0

J UMLAH
(bilyet)
728
794
685
674
917
565
565

Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat

Selama triwulan I 2014, ditemukan 565 lembar uang Rupiah palsu di Kalimantan Barat,
yang sumber pelaporannya sebagian besar (96,99%) dilakukan oleh pihak perbankan.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat
Triwulan I 2014

53

Dilihat dari denominasinya, penemuan uang palsu didominasi oleh uang pecahan
Rp100.000,00 sebanyak 522 lembar lalu diikuti oleh uang pecahan Rp50.000,00 sebanyak 41
lembar. Apabila dibandingkan dengan jumlah uang yang di edarkan (outflow), jumlah uang
palsu yang ditemukan tersebut hanya sebesar 0,008% (8/1000) dari jumlah uang pecahan
Rp100.000,00 dan Rp50.000,00 yang diedarkan selama triwulan I 2014. Dalam rangka
pencegahan peredaran uang palsu, Bank Indonesia secara berkesinambungan bekerja sama
dengan instansi berwenang dalam pengungkapan kasus tindak pidana pemalsuan uang dan
melakukan kegiatan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang Rupiah secara intensif ke berbagai lapisan
masyarakat. Mengingat besarnya jumlah penemuan uang palsu yang beredar di masyarakat
tersebut, diharapkan masyarakat dapat lebih cermat dalam mengenal uang.

54

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat


Triwulan I 2014

IV.

PERKEMBANGAN KEUANGAN PEMERINTAH5

Kinerja keuangan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan I 2014


menunjukkan perkembangan yang baik terutama dari sisi realisasi belanja. Pada
triwulan I 2014, realisasi pendapatan Provinsi Kalimantan Barat mencapai 23,46% dari target
APBD, lebih rendah dibanding realisasi triwulan I 2013. Sementara itu realisasi penyerapan
belanja Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan I 2014 masih belum optimal karena baru
mencapai 6,88% dari target APBD 2014 meski rasio penyerapan tersebut lebih tinggi dari
triwulan I 2013 yang mencapai 6,49%.
Tabel 4.1 Realisasi APBD Provinsi Kalimantan Barat Tahun Anggaran 2013 (Rp Miliar)

Keterangan
Pendapatan
Belanja

Target Anggaran
2013
2014
3,307.93
3,729.90
3,469.97
3,754.90

Realisasi
I 2013
I 2014
809.37
874.98
225.37
258.37

% Realisasi
2013
2014
24.47 23.46
6.49
6.88

Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi Kalimantan Barat


30

25

Realisasi pendapatan Provinsi Kalimantan

%
24.47

Barat pada triwulan I 2014 tercatat

23.46

I 2013
I 2014

20
15

sebesar Rp874,98 miliar atau mencapai


23,46%

dari

target

APBD

Tahun

Anggaran 2014. Meskipun secara nilai

10
6.49

6.88

realisasi

pendapatan

lebih

tinggi

dibandingkan triwulan I 2013 yang

mencapai
Pendapatan

Belanja

Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi


Kalimantan Barat
Grafik 4. 1 Realisasi Belanja dan Pendapatan Triwulan I
2014

Rp809,37

miliar,

namun

kenaikan target pendapatan dalam APBD


2014

sebesar

12,76%

(yoy)

menyebabkan rasio realisasi pendapatan


mengalami penurunan dari triwulan I

2013 yang mencapai 24,47%. Sementara itu, realisasi penyerapan belanja pada triwulan I 2014
juga relatif belum optimal, tercermin dari realisasi penyerapan belanja pada triwulan I 2014
yang baru mencapai Rp258,37 triliun atau 6,88% dari target APBD. Kondisi tersebut
dikarenakan pencairan anggaran di awal tahun masih dalam proses persetujuan sehingga
mempengaruhi penyerapan anggaran belanja. Meskipun demikian, realisasi penyerapan belanja
tersebut, baik secara nilai dan rasio menunjukkan perkembangan yang positif, tercermin dari
realisasi penyerapan yang lebih tinggi dibanding triwulan I 2013 yang mencapai Rp225,37
miliar atau 6,49% terhadap target tahun anggaran 2013. Penyerapan belanja pada triwulan I

Dikarenakan ketersediaan data yang terbaru, maka data yang dianalisa pada periode laporan hanya
mencakup kinerja keuangan pemerintah provinsi.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat
Triwulan I 2014

55

2014 tersebut diharapkan dapat lebih dioptimalkan pada periode-periode berikutnya,


khususnya untuk belanja Modal serta Barang dan Jasa agar realisasi pembangunan proyek
infrastruktur yang telah direncanakan di awal tahun dapat terselesaikan tepat waktu dan sesuai
target serta memberikan multiplier effect yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi di
Kalimantan Barat.
4.1. Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
Berdasarkan komponennya, kenaikan

Lain-lain
Pendapatan
yang Sah
258.72

realisasi pendapatan pada triwulan I


2014

terutama

peningkatan

didorong

oleh

realiasasi

Dana

Perimbangan. Tercatat realisasi Dana


Perimbangan

pada

triwulan

2014

mencapai Rp 765,18 miliar meningkat


9,86% (yoy) dari triwulan I 2013 yang
mencapai Rp391,47 triliun. Selain itu,
komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD)
dan Lain-lain Pendapatan yang Sah juga
mengalami
triwulan

kenaikan
I

2014,

realisasi

pada

Dana
Perimbangan
765.18

Lain-lain
Pendapatan
yang Sah
128.85

Dana
Perimbangan
391.47

PAD
669.35

PAD
289.05

I 2013

I 2014

Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi


Kalimantan Barat
Grafik 4. 2 Realisasi Pendapatan Daerah (Rp Miliar)

masing-masing

mencapai 5,58% dan 8,44% (yoy). Dibandingkan dengan target APBD 2013, realisasi ketiga
komponen pendapatan tersebut relatif baik, masing-masing mencapai 18,42%, 28,46% dan
24,87%.
Secara

lebih

mendalam

dapat

diketahui bahwa realisasi PAD pada

282.84
244.68

triwulan I 2014 terutama didorong


oleh realisasi Pajak Daerah, sementara
Retribusi Daerah dan Lain-lain PAD
yang

Sah

Tercatat,

realisasi

masing-masing

komponen tersebut pada triwulan I


2014

22.76

21.61

mangalami penurunan.

mencapai

Rp282,84

miliar,

Rp11,80 miliar dan Rp10,53 miliar.

I 2013

11.80

10.53

I 2014

Pajak Daerah

Retribusi Daerah

Hsl Pengelolaan Kekayaan yg Dipisahkan

Lain-lain PAD yg Sah

Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi Kalimantan


Barat
Grafik 4. 3 Realisasi Pendapatan Daerah (Rp Miliar)

Kontribusi terbesar dimiliki oleh Pajak


Daerah mencapai 92,68% dengan tingkat kenaikan mencapai 15,60% dibandingkan triwulan I
56

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat


Triwulan I 2014

2013. Sementara kontribusi dan Retribusi Daerah dan Lain-lain PAD yang Sah masing-masing
mencapai 3,87% dan 3,45%. Jika dibandingkan dengan target tahun anggaran 2014, realisasi
komponen Pajak Daerah mencapai 19,78%. Kenaikan realisasi Pajak Daerah tersebut salah
satunya disebabkan oleh penyesuaian pajak tembakau daerah sebesar 10%.

DAU
430.07

DAU
381.57

Sementara

itu,

Perimbangan

realisasi

pada

Dana

triwulan

2014 didorong oleh tingginya


realisasi
(DAU).
Dana Bagi Hasil
Pajak & Non
Pajak
9.90

Dana
Pada

Alokasi
triwulan

Umum
laporan,

realisasi DAU di Provinsi Kalimantan


Barat tercatat mencapai Rp430,07

I 2013
I 2014
Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi Kalimantan
Barat
Grafik 4. 4 Realisasi Komponen Dana Perimbangan
(Rp Miliar)

miliar,

meningkat

12,71%

dari

realisasi triwulan I 2013. Kenaikan


realisasi DAU tersebut tidak terlepas
dari persiapan pelaksanaan pemilu

legislatif yang dilaksanakan pada awal triwulan II 2014. Selain itu, penyaluran DAU juga
dimaksudkan untuk mengurangi ketimpangan fiskal daerah dalam membiayai urusan
pemerintahan daerah dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan publik dan kesejahteraan
masyarakat di daerah. Lebih lanjut, tingginya realisasi Dana Perimbangan yang lebih
tinggi dibandingkan PAD pada triwulan I 2013 mengindikasikan bahwa tingkat
kemandirian daerah masih belum optimal. Tercatat rasio PAD terhadap total penerimaan
daerah pada triwulan I 2014 mencapai 39,53%, sementara rasio Dana Perimbangan mencapai
45,19%.
Tabel 4.2 Indikator Kemandirian Fiskal Provinsi Kalimantan Barat 2013 (Rp Miliar)

PAD

Dana
Perimbangan

669.35

765.18

Lain-lain
Pendapatan yang
Sah
258.72

Total
Penerimaan
Daerah
1,693.25

PAD/TPD

Dana
Perimbangan/TPD

Lainlain/TPD

39.53%

45.19%

15.28%

Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi Kalimantan Barat

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat


Triwulan I 2014

57

Realisasi Belanja Daerah

4.2.

14

12,48

Realisasi

12,37

penyerapan

belanja

pemerintah Provinsi Kalimantan

12
I 2013

10

Barat

I 2014

pada triwulan I

2014

relatif lebih baik dari periode

sebelumnya.

4,59

4,12

penyerapan

Tercatat
anggaran

rasio
Provinsi

Kalimantan Barat pada triwulan I

Belanja Tidak Langsung

2014 mencapai 8,92% dari target

Belanja Langsung

Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi Kalimantan


Barat
Grafik 4. 5 Pangsa Realisasi Belanja Per Komponen

anggaran
tersebut

belanja

2014.

relatif

Rasio

meningkat

dibanding triwulan I 2013 yang

mencapai 8,47%. Realisasi penyerapan belanja tersebut masih didorong oleh Belanja Tidak
Langsung (Belanja Rutin). Tercatat pangsa Belanja Tidak Langsung pada triwulan I 2014
mencapai 77,17% dari total belanja, dengan rasio realisasi Belanja Tidak Langsung terhadap
target anggaran 2014 mencapai 12,37%. Sementara pangsa realisasi Belanja Langsung (Belanja
Non-Rutin), yang digunakan untuk membiayai berbagai proyek pemerintah, mencapai 22,83%
dari target anggaran 2014. Rasio realisasi Belanja Langsung terhadap target anggaran 2014
mencapai 4,59%. Besarnya gap realisasi komponen belanja yang relatif besar tersebut
mengindikasikan bahwa pelaksanaan proyek khususnya pembangunan infrastruktur masih
dapat lebih dioptimalkan.
Secara lebih mendalam, diketahui

180

Rp. Miliar

bahwa tingginya realisasi Belanja

160

I 2013

Tidak Langsung/rutin salah satunya

140

I 2014

didorong oleh penyerapan belanja


hibah.

Kondisi

tersebut

relatif

120

100
60

persiapan

pemilu

40

legislatif yang dilaksanakan pada

20

awal

triwulan

II

triwulan I 2014,

2014.

Pada

nilai realisasi

belanja hibah mencapai Rp160,39

97,98
82,92

80

sejalan dengan alokasi DAU, terkait


pelaksanaan

160,39
142,45

0
Belanja Pegawai

Belanja Hibah

Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi Kalimantan


Barat
Grafik 4. 6 Realisasi Belanja Tidak Langsung (Rutin)

miliar, atau 23,93% dari target


tahun anggaran 2014. Sementara itu, realisasi belanja pegawai (gaji) mencapai Rp97,98 miliar
58

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat


Triwulan I 2014

atau 16,99% dari target tahun 2014. Nilai realisasi belanja gaji pada triwulan I 2014 berada di
level yang cukup tinggi, terutama dipengaruhi oleh kenaikan gaji PNS sebesar 6% dan
pembayaran kompensasi guru.
Sementara

Rp. Miliar

Belanja
Modal
6,86

Belanja
Modal
2,28
Belanja
Barang &
Jasa
53,85

Belanja
Barang &
Jasa
54,30

Belanja
Pegawai
12,53

Belanja
Pegawai
15,27

I 2013

I 2014

Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi


Kalimantan Barat
Grafik 4. 7 Realisasi Belanja Langsung (Non Rutin)

itu,

realisasi

komponen

Belanja Langsung yang digunakan untuk


pelaksanaan

proyek

masih

belum

optimal, mencapai 4,59% dari target


APBD Tahun Anggaran 2014. Realisasi
Belanja Langsung tersebut terutama
didorong

oleh

penyerapan

Belanja

Barang dan Jasa yang secara nilai


mencapai Rp54,30 miliar, atau 5,56%
dari

target

tahun

anggaran

2014.

Penyerapan Belanja Barang dan Jasa


tersebut

salah

satunya

dipicu

oleh

realisasi proyek pembangunan jalan lingkar bandara sepanjang 2,16 km dengan biaya
pembangunan mencapai Rp10,7 miliar. Meskipun mengalami kenaikan dibandingkan dengan
triwulan I 2013, rasio penyerapan belanja Barang & Jasa pada triwulan I 2014 masih berada di
level yang relatif rendah sebesar 5,56%, naik dari triwulan I 2013 yang mencapai 5,53%.
Sementara itu, nilai realisasi belanja Modal pada triwulan I 2014 mencapai Rp6,86 miliar, atau
1,27% dibanding target 2014. Relatif kurang optimalnya penyerapan belanja Modal dan
belanja Barang dan Jasa pada triwulan I 2014 tersebut perlu mendapat perhatian mengingat
kedua komponen belanja ini berperan besar terhadap kelancaran pelaksanaan proyek
pembangunan daerah.

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat


Triwulan I 2014

59

Halaman ini sengaja dikosongkan

60

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat


Triwulan I 2014

V.

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

5.1 Ketenagakerjaan
Berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) BPS bulan Februari 2014,
jumlah angkatan kerja Provinsi Kalimantan Barat adalah sebanyak 2.369 ribu orang,
atau mengalami peningkatan sebesar 0,89% (yoy) jika dibandingkan hasil survei pada
bulan Februari 2013. Dengan jumlah penduduk usia kerja (usia 15 tahun ke atas) yang
tercatat meningkat 1,61% (yoy) menjadi sebanyak 3.280 ribu orang, maka Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja (TPAK) yang merupakan rasio antara jumlah angkatan kerja dengan jumlah
penduduk usia kerja menurun dari 72,74% pada Februari 2013 menjadi 72,21% pada Februari
2014.
Jumlah penduduk bekerja mengalami peningkatan 1,45% (yoy) dibandingkan Februari
2013 menjadi sebanyak 2.309 orang. Namun demikian, jumlah pengangguran mengalami
penurunan sebesar 17,81% (yoy) dibandingkan Februari 2013, menjadi sebanyak 60 ribu
orang. Secara keseluruhan, penurunan tersebut mengakibatkan Tingkat Pengangguran Terbuka
Kalimantan Barat pada Februari 2013 menurun menjadi sebesar 2,53%, dibandingkan Februari
2012 sebesar 3,09%.
Tabel 5.1 Indikator Ketenagakerjaan Kalimantan Barat (ribu jiwa)
Ket er angan
J uml ah Penduduk Us i a Ker j a
Angkat an Ker j a
a. Beker j a
b. Penganggur an
Ti ngkat Par t i s i pas i Angkat an Ker j a ( %)
Ti ngkat Penganggur an Ter buka ( %)

2012
Feb
Ags
3. 031
3. 041
2. 258
2. 183
2. 182
2. 107
76
76
74, 50
71, 77
3, 36
3, 48

2013
Feb
3. 228
2. 348
2. 276
73
72, 74
3, 09

Ags
3. 068
2. 140
2. 054
86
69, 75
4, 03

2014
Feb
3. 280
2. 369
2. 309
60
72, 21
2, 53

Per ubahan Feb ' 14 Thdp


Ags ' 13 ( %) Feb ' 13 ( %)
6, 91
1, 61
10, 69
0, 89
12, 42
1, 45
- 30, 51
- 17, 81

Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Barat, diolah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat


Triwulan I 2014

61

Penyerapan tenaga kerja terbesar terjadi


pada sektor informal, yaitu mencapai 1.514
ribu orang, atau 65,57% dari total jumlah

381
536

penduduk yang bekerja. Penduduk yang

Berusaha sendiri

bekerja di sektor informal tersebut terdiri

Berusaha dibantu buruh tidak tetap


Berusaha dibantu buruh tetap

penduduk yang berusaha sendiri, penduduk

Buruh/ karyawan

103

Pekerja bebas

yang berusaha dibantu buruh tidak tetap,

494

Pekerja keluarga

pekerja bebas serta pekerja keluarga, yang


jumlahnya masing-masing mencapai 25,17%,
32,63%,

6,80%

dan

35,40%

dari

81
714

total

penduduk yang bekerja di sektor informal.


Sumber : BPS Prov. Kalimantan Barat, diolah

Sementara jumlah penduduk yang bekerja di


sektor formal, baik yang berstatus sebagai
pengusaha

yang

memiliki

Grafik 5.1 Jumlah Penduduk Yang Bekerja


Menurut Status Pekerjaan (Ribu Jiwa)

buruh/karyawan

tetap, maupun sebagai buruh/karyawan, mencapai 795 ribu jiwa, atau 34,43% dari total
penduduk yang bekerja.

Ditinjau
1,91% 1,17%

dari

sisi

sektoral,

tingkat

penyerapan tenaga kerja tertinggi terjadi

12,65%
14,77%
57,21%

di

sektor

pertanian,

dengan

pangsa

sebesar 57,21% dari total penduduk yang


4,68%

bekerja di Kalimantan Barat, diikuti oleh

3,16%
4,20%

oleh sektor perdagangan dan jasa-jasa

Pertanian

Pertambangan dan Penggalian

Industri

LGA

Konstruksi

Perdagangan

Transportasi

Lembaga Keuangan

Jasa-jasa

yang

masing-masing

tercatat

sebesar

14,77% dan 12,65%. Tingginya penyerapan


tenaga kerja di sektor pertanian sejalan
dengan struktur perekonomian Kalimantan

Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Barat, diolah


Grafik 5.2 Tingkat Penyerapan Tenaga Kerja
Kalimantan Barat Berdasarkan Sektor

62

Barat yang masih ditopang oleh sektor


pertanian, perburuan dan kehutanan.

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat


Triwulan I 2014

5.2 Kesejahteraan
5.2.1 Nilai Tukar Petani (NTP)
Salah satu indikator kesejahteraan adalah Nilai Tukar Petani (NTP) yang menggambarkan
indikator relatif tingkat kesejahteraan petani. Nilai tukar petani diperoleh dengan cara
membandingkan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani.
NTP juga mengukur daya tukar produk pertanian terhadap barang dan jasa yang dikonsumsi
maupun untuk biaya produksi. Dengan demikian, semakin tinggi NTP menunjukkan semakin
tinggi tingkat kesejahteraan petani.
Berdasarkan pemantauan harga di pedesaan pada akhir triwulan I 2014, atau bulan
Januari 2013, NTP Gabungan Kalimantan Barat tercatat sebesar 96,40. Nilai tersebut
mengalami peningkatan sebesar 0,15% (qtq) dibandingkan NTP gabungan bulan Desember
2013 yang tercatat sebesar 96,26. Peningkatan NTP pada periode laporan dipengaruhi oleh
peningkatan indeks harga yang diterima petani lebih besar dari peningkatan indeks harga yang
dibayar petani. Peningkatan indeks harga yang dibayar petani sebesar 1,63% (qtq)
dibandingkan dengan bulan Desember 2013 yang tercatat sebesar 108,02. Sementara indeks
harga yang diterima petani juga meningkat lebih besar, yaitu sebesar 1,77% (qtq) dibandingkan
dengan posisi Desember 2013 yang tercatat sebesar 103,99.
Secara tahunan, pergerakan NTP gabungan di Kalimantan Barat menunjukkan
kecenderungan yang menurun dibandingkan tahun 2013. NTP bulan Maret 2014
mengalami penurunan sebesar 0,40% (yoy) dibandingkan NTP bulan Maret 2013 yang tercatat
sebesar 96,78. Hal ini dipengaruhi oleh indeks harga yang dibayar petani meningkat lebih besar
dari indeks harga yang diterima petani. Peningkatan indeks harga yang dibayar petani sebesar
5,12% (yoy) dibandingkan dengan bulan Maret 2013 yang tercatat sebesar 104,44. Sementara
indeks harga yang diterima petani juga meningkat lebih kecil yaitu sebesar 4,70% (yoy)
dibandingkan dengan posisi Maret 2013 yang tercatat sebesar 101,08.
Dari sisi pendapatan, indeks yang diterima petani di Kalimantan Barat pada bulan
Maret 2014 sebesar 105,83, atau meningkat 1,77% (qtq) dibandingkan bulan Desember
2013 yang tercatat sebesar 103,99. Peningkatan tersebut juga diikuti oleh adanya
peningkatan pada indeks yang dibayar petani, meskipun tidak sebesar peningkatan indeks yang
diterima petani. Pada bulan Maret 2013 indeks yang dibayar petani tercatat sebesar 109,78,
atau meningkat 1,63% (qtq) dibandingkan dengan indeks yang dibayar petani periode
Desember 2013 sebesar 108,02. Namun demikian, jika dilihat dari pertumbuhan indeks yang
diterima petani (It) dan indeks yang dibayar petani (Ib), sebagaimana terlihat pada grafik 5.4,
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat
Triwulan I 2014

63

laju pertumbuhan It mengalami perlambatan, sementara pertumbuhan Ib cenderung lebih


tinggi. Kondisi sektor pertanian yang kurang optimal menjadi salah satu penyebab
melambatnya indeks yang diterima petani (lihat Bab I). Hal ini mengindikasikan bahwa laju
kenaikan penghasilan yang diterima petani lebih lambat dibandingkan dengan laju peningkatan
biaya yang harus dibayarkan untuk konsumsi dan pembelian barang modal.
112

101

110

100

108

99

106

98

104

97

102

2,50%

Pertumbuhan It

Pertumbuhan Ib

2,00%
1,50%

96

100

95

98

2012
NTP Indeks Diterima

2013

Mar

Des

Sep

Jun

Mar

92

Des

92

Sep

93

Jun

94

Mar

96

94

0,50%
0,00%
Mar

2014

NTP Indeks Dibayar

1,00%

-0,50%
NTP

Sumber : BPS Prov. Kalimantan Barat, diolah


Grafik 5.3 NTP Petani Kalimantan Barat

Jun

Sep

2012

Des Mar

Jun

Sep

Des Mar

2013

2014

-1,00%

Sumber : BPS Prov. Kalimantan Barat, diolah


Grafik 5.4 Indeks Dibayar dan Indeks Diterima
Petani

5.2.1.1 Pergerakan NTP Bulan Maret 2014


Pergerakan NTP gabungan Provinsi Kalimantan Barat pada bulan Maret 2014 tercatat
mengalami peningkatan dibandingkan dengan bulan Desember 2013. Periode Maret
2014 tercatat sebesar 96,40, atau meningkat 0,15% (qtq) apabila dibandingkan dengan
periode Desember 2013 sebesar 96,26. Pada sisi pendapatan, secara keseluruhan subsektor
Indeks Harga yang Diterima Petani (It) mengalami peningkatan dibandingkan posisi bulan
Desember 2013. It yang mengalami peningkatan terbesar yaitu It subsektor Padi Palawija yang
mengalami peningkatan sebesar 3,43% (qtq), diikuti It subsektor Hortikultura sebesar 2,76%
(qtq), dan It subsektor Perikanan Tangkap sebesar 2,43% (qtq). Pada sisi penggunaan, secara
keseluruhan subsektor Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) juga mengalami peningkatan. Ib
yang mengalami peningkatan terbesar yaitu Ib subsektor Perkebunan Rakyat sebesar 1,81%
(qtq), lalu diikuti oleh subsektor Perikanan Tangkap sebesar 1,63% (qtq), dan subsektor Padi
Palawija sebesar 1,53% (qtq).

64

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat


Triwulan I 2014

Tabel 5.2 Nilai Tukar Petani Per Sektor


2012
Mar
J un
Sep
1. I ndeks Har ga Yang Di t er i ma Pet ani
99, 57 99, 25 100, 23
1. 1.
Padi Pal awi j a
99, 07 99, 22 100, 48
1. 2.
Hor t i kul t ur a
102, 91 104, 73 105, 69
1. 3.
Per kebunan Raky at
101, 62 99, 59 100, 18
1. 4.
Pet er nakan
96, 47 96, 44 96, 72
1. 5.
Per i kanan
100, 68 101, 08 102, 69
1. 5. 1. Per i kanan Tangkap
1. 5. 2. Per i kanan Budi day a
2. I ndeks Har ga Yang Di bayar Pet ani99, 30 100, 25 101, 78
2. 1.
Padi Pal awi j a
99, 68 100, 65 102, 29
2. 2.
Hor t i kul t ur a
99, 45 100, 41 102, 14
2. 3.
Per kebunan Raky at
99, 45 100, 39 101, 79
2. 4.
Pet er nakan
98, 78 99, 68 100, 97
2. 5.
Per i kanan
100, 49 101, 39 102, 73
2. 5. 1. Per i kanan Tangkap
2. 5. 2. Per i kanan Budi day a
3. Ni l ai Tukar Pet ani
100, 27 99, 01 98, 47
3. 1.
Padi Pal awi j a ( NTPP)
99, 38 98, 58 98, 23
3. 2.
Hor t i kul t ur a ( NTPH)
103, 48 104, 31 103, 49
3. 3.
Per kebunan Raky at ( NTPR)
102, 17 99, 19 98, 42
3. 4.
Pet er nakan ( NTPT)
97, 66 96, 75 95, 80
3. 5.
Per i kanan ( NTPN)
100, 17 99, 67 99, 95
3. 5. 1. Per i kanan Tangkap
3. 5. 2. Per i kanan Budi day a
No

Ur ai an

Des
100, 74
102, 75
106, 15
98, 15
97, 34
102, 62

Mar
101,
103,
106,
98,
97,
103,

08
24
20
28
64
60

2013
J un
Sep
100, 44 102, 00
102, 72 103, 97
105, 70 111, 35
96, 77
97, 08
98, 09 100, 68
104, 58 105, 90

102,
103,
103,
102,
101,
103,

74
17
27
90
82
58

104,
105,
104,
104,
103,
104,

44
05
97
45
52
49

104,
105,
105,
104,
103,
105,

88
49
48
92
82
02

107,
108,
107,
106,
105,
107,

98,
99,
102,
95,
95,
99,

05
60
80
38
61
06

96,
98,
101,
94,
94,
99,

78
28
17
09
33
12

95,
97,
100,
92,
94,
99,

76
37
22
22
50
56

95, 19
96, 22
103, 32
91, 03
95,09
98, 38

15
07
78
64
89
62

Des
103, 99
103, 83
112, 11
102, 71
101, 45
105, 74
107, 75
102, 73
108, 02
109, 08
108, 78
107, 39
106, 65
108, 32
108, 47
108, 10
96, 26
95, 19
103, 07
95, 64
95,13
97, 61
99, 33
95, 04

2014
Per t umbuhan t hd
Mar
Des 2013 ( qt q) Mar 2013 ( yoy)
105, 83
1, 77%
4, 70%
107, 39
3, 43%
4, 02%
115, 20
2, 76%
8, 48%
102, 93
0, 21%
4, 73%
102, 66
1, 19%
5, 14%
108, 04
2, 18%
4, 29%
110, 37
2, 43%
104, 56
1, 78%
109, 78
1, 63%
5, 12%
110, 75
1, 53%
5, 43%
110, 43
1, 52%
5, 20%
109, 33
1, 81%
4, 68%
108, 19
1, 44%
4, 51%
109, 97
1, 52%
5, 24%
110, 24
1, 63%
109, 57
1, 36%
96, 40
0, 15%
- 0, 40%
96, 97
1, 87%
- 1, 33%
104, 33
1, 22%
3, 12%
94, 15
- 1, 56%
0, 06%
94,89
- 0, 25%
0, 59%
98, 24
0, 65%
- 0, 89%
100, 12
0, 80%
95, 43
0, 41%

Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Barat, diolah

Pada bulan Maret 2014 sebagian besar NTP subsektor mengalami peningkatan, kecuali
NTP subsektor Perkebunan Rakyat dan subsektor Peternakan dimana masing-masing
mengalami kontraksi sebesar 1,56% (qtq) dan 0,25% (qtq). Peningkatan paling besar
terjadi pada NTP subsektor Padi Palawija yaitu sebesar 1,87% (qtq) diikuti dengan kontraksi NTP
subsektor Hortikultura dan NTP subsektor Perikanan Tangkap masing-masing sebesar 1,22%
(qtq) dan 0,80% (qtq).
NTP subsektor Tanaman Padi dan Palawija pada Maret 2014 sebesar 96,97 atau
mengalami peningkatan sebesar 1,87% (qtq) dibandingkan Desember 2013 yang
tercatat sebesar 95,19. Relatif kecilnya NTP subsektor Tanaman Padi dan Palawija pada
triwulan I 2014 (<100) disebabkan level indeks harga yang dibayar (Ib) petani Tanaman Padi
dan Palawija lebih besar dari level indeks harga yang diterima (It) petani. Indeks harga yang
dibayar petani padi palawija sebesar 110,75 atau meningkat sebesar 1,53% (qtq) dibandingkan
Desember 2013. Sementara indeks harga yang diterima petani padi palawija mengalami
peningkatan sebesar 3,43% (qtq) menjadi 107,39.
NTP subsektor Tanaman Hortikultura pada Maret 2014 sebesar 104,33 atau mengalami
peningkatan 1,22% (qtq) dibandingkan Desember 2013 yang tercatat sebesar 103,07.
Hal ini diindikasikan dengan adanya peningkatan indeks harga yang dibayar petani hortikultura
lebih kecil dari peningkatan yang terjadi pada indeks harga yang diterima petani hortikultura.
Indeks harga yang dibayar petani hortikultura sebesar 110,43 atau meningkat sebesar 1,52%
(qtq) dibandingkan Desember 2013 yang tercatat sebesar 108,78. Sedangkan indeks harga
yang diterima petani hortikultura mengalami peningkatan sebesar 2,76% (qtq) menjadi 115,20.

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat


Triwulan I 2014

65

NTP subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat pada Maret 2014 sebesar 94,15 atau
mengalami kontraksi sebesar 1,56% (qtq) dibandingkan dengan Desember 2013 yang
tercatat sebesar 95,64. Indeks harga yang diterima petani perkebunan rakyat mengalami
peningkatan sebesar 0,21% (qtq) dari posisi Desember 2013 yang tercatat sebesar 102,71.
Indeks harga yang dibayar petani perkebunan rakyat pada bulan Maret 2014 sebesar 109,33
atau mengalami peningkatan sebesar 1,81% (qtq).
NTP subsektor Peternakan pada Maret 2014 sebesar 94,89 atau mengalami kontraksi
sebesar 0,25% (qtq) dibandingkan dengan Desember 2013 yang tercatat sebesar 95,13.
Indeks harga yang diterima petani subsektor peternakan pada Maret 2014 sebesar 102,66 atau
meningkat sebesar 1,19% (qtq). Indeks harga yang dibayar petani subsektor peternakan juga
mengalami peningkatan sebesar 1,44% (qtq) dibandingkan dengan Desember 2013 yang
tercatat sebesar 106,65.
NTP subsektor Perikanan pada Maret 2014 sebesar 98,24 atau mengalami peningkatan
sebesar 0,65% (qtq) dibandingkan Desember 2013 yang tercatat 97,61. Hal ini
disebabkan oleh adanya peningkatan indeks harga yang diterima petani subsektor perikanan
sebesar 2,18% (qtq) yang tercatat 108,04, begitupula dengan indeks harga yang dibayar petani
subsektor perikanan yang juga mengalami peningkatan sebesar 1,52% (qtq) yang tercatat
109,97 dibandingkan dengan Desember 2013.

5.2.1.2 Perbandingan Dengan Provinsi Lain di Kalimantan


Pada bulan Maret 2014, seluruh provinsi di wilayah Kalimantan mengalami
peningkatan NTP gabungan dibandingkan dengan posisi Desember 2013. Peningkatan
terbesar terjadi pada Provinsi Kalimantan Timur dengan peningkatan NTP sebesar 1,19% (qtq),
selanjutnya diikuti oleh Provinsi Kalimantan Selatan sebesar 0,77% (qtq), Provinsi Kalimantan
Barat sebesar 0,15% (qtq) dan Provinsi Kalimantan Tengah sebesar 0,08% (qtq). Namun
apabila dibandingkan dengan Bulan Maret 2013, sebagian provinsi di wilayah Kalimantan
mengalami kontraksi kecuali Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan yang masing-masing
mengalami peningkatan sebesar 1,22% (yoy) dan 0,02% (yoy). Kontraksi terbesar terjadi pada
Provinsi Kalimantan Barat sebesar 0,40% (yoy), lalu diikuti oleh Kalimantan Timur sebesar
0,16% (yoy).
Apabila dibandingkan dengan provinsi lainnya di Kalimantan, NTP gabungan Provinsi
Kalimantan Barat berada di bawah angka dasar indeks (100) yaitu sebesar 96,40,
bahkan Kalimantan Barat merupakan provinsi dengan NTP gabungan terendah apabila
dibandingkan dengan seluruh provinsi di wilayah Kalimantan. NTP gabungan tertinggi
66

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat


Triwulan I 2014

dimiliki oleh Provinsi Kalimantan Tengah yang tercatat sebesar 102,49, lalu diikuti oleh
Kalimantan Selatan sebesar 101,21 dan Kalimantan Timur sebesar 99,71.
Tabel 5.3 Perbandingan NTP dengan Provinsi Lain di Kalimantan
No
1
2
3
4

Ur ai an
Kal i mant an
Kal i mant an
Kal i mant an
Kal i mant an

Bar at
Tengah
Sel at an
Ti mur

Mar
100, 27
102, 97
103, 10
102, 75

2012
2013
2014
Per t umbuhan t hd
J un
Sep
Des
Mar
J uni
Sep
Des
Mar Des 2013 ( qt q) Mar 2013 ( yoy)
99, 01 98, 47 98, 05 96, 78 95, 76 95, 19 96, 26
96, 4
0, 15%
- 0, 40%
102, 37 102, 05 101, 75 101, 25 101, 49 100, 26 102, 41 102, 49
0, 08%
1, 22%
102, 66 102, 46 101, 92 101, 19 101, 29 99, 31 100, 44 101, 21
0, 77%
0, 02%
102, 42 102, 22 101, 30 99, 87 99, 32 98, 14 98, 54 99, 71
1, 19%
- 0, 16%

Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Barat, diolah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat


Triwulan I 2014

67

Halaman ini sengaja dikosongkan

68

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat


Triwulan I 2014

VI.

PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

6.1 Prospek Perekonomian Daerah


Perekonomian Kalimantan Barat

7.00%

pada triwulan II 2014 diperkirakan

6.50%

6.00%

mengalami

akselerasi

dibandingkan

triwulan

jika
I

2014

5.50%

yang

5.00%

Perekonomian Kalimantan Barat

4.50%

pada

4.00%

diperkirakan tumbuh pada kisaran


Q1

Q2

Q3

Q4

Q1

Q2

2012

Q3

Q4

2013

Q1 Q2P

5,1

tumbuh

triwulan

5,6%

diperkirakan

2014

4,69%

(yoy).

mendatang

(yoy).

Akselerasi

didorong

oleh

meningkatnya aktivitas bisnis pada

Sumber : BPS Prov. Kalbar, diolah


Grafik 6.1 Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi
Kalimantan Barat (yoy)

triwulan

mendatang.

terhadap

perkembangan

Optimisme
ekonomi

pada triwulan mendatang juga ditunjukan oleh hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)
dimana terdapat peningkatan SBT pada triwulan II 2014 sebesar 8,65% dibandingkan dengan

Q4

konsumsi

pemerintah, sebagai dampak dari pelaksanaan

Q1

Pemilihan Umum Calon Anggota Legislatif pada

akhir

triwulan

II

2014.

Peningkatan konsumsi juga ditunjukkan oleh

Q1

pada

2012

sekolah

Q4

April 2014. Konsumsi swasta juga diperkirakan


meningkat seiring dengan periode liburan

Q3

maupun

baik

Q2

swasta

konsumsi,

Q3

konsumsi

oleh

Q2

didorong

2013

terutama

2014

Di sisi permintaan, peningkatan pertumbuhan

Q1 Q2

triwulan I 2014.

Perkiraan
Realisasi
Perkiraan
Realisasi
Perkiraan
Realisasi
Perkiraan
Realisasi
Perkiraan
Realisasi
Perkiraan
Realisasi
Perkiraan
Realisasi
Perkiraan
Realisasi
Perkiraan
Realisasi
Perkiraan

100

perkiraan Indeks Tendensi Konsumen (ITK) pada


triwulan

II

menunjukkan

2014

sebesar

optimisme

115,14,

yang

masyarakat

akan

kondisi ekonomi dibandingkan triwulan I 2014,

115.14
114.80
108.54
111.47
111.50
114.58
111.56
108.12
108.05
107.47
109.25
108.86
108.74
111.70
111.61
109.62
110.13
107.47
109.06
105

110

115

120

Sumber : BPS Prov. Kalbar, diolah


Grafik 6.2 Indeks Tendensi Konsumen
Kalimantan Barat

dimana realisasi ITK tercatat sebesar 114,80. Komponen permintaan lainnya, yaitu investasi,
juga diperkirakan mengalami akselerasi khususnya di sektor perkebunan dan sektor industri
pengolahan. Sementara itu, kinerja sisi eksternal diperkirakan masih belum optimal. Ekspor
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat
Triwulan I 2014

69

Kalimantan Barat diperkirakan masih tumbuh lambat sebagai dampak terhentinya ekspor
bauksit dan masih rendahnya ekspor karet. Permintaan karet diperkirakan relatif menurun
seiring dengan tren perlambatan ekonomi yang terjadi di negara eksportir karet utama
Kalimantan Barat, yaitu Tiongkok.
USD
cent/kg

USD/metric
ton

1200
1000

Dari

600

CPO

Karet (RHS)

perekonomian di triwulan II 2014

II

III

IV

2012

II

III

2013

IV

akselerasi

300

adalah sektor angkutan dan jasa seiring

250

dengan pelaksanaan Pemilihan Umum


Calon

Anggota

Legislatif.

Sektor

100

industri pengolahan juga diperkirakan

50

akan tumbuh lebih baik, khususnya

0
I

mendorong

yang

400

150

200

sektor

diperkirakan

200

400

sektoral,

450
350

800

sisi

II P

didorong oleh industri kelapa sawit,


dimana

2014

permintaan

akan

CPO

diperkirakan meningkat, antara lain

Sumber : Bloomberg

didorong oleh permintaan CPO sebagai


Grafik 6.3 Harga Internasional Karet dan Crude Palm Oil

bahan baku biodiesel. Dari sisi harga

internasional, harga CPO juga diperkirakan masih akan berada pada tren peningkatan.
Sementara itu, kinerja industri pengolahan karet diperkirakan masih belum optimal seiring
dengan melemahnya permintaan Tiongkok. Di sisi lain, sektor pertanian diperkirakan akan
tumbuh moderat, dimana sub sektor tabama, khususnya padi, sudah melewati masa panen,
sehingga kinerja pada triwulan mendatang diperkirakan tidak akan optimal. Dari sisi sub sektor
perkebunan, perkebunan karet juga diperkirakan tidak akan tumbuh optimal akibat
berlangsungnya periode wintering tanaman karet pada awal triwulan mendatang.
Secara umum, kinerja perekonomian Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2014 diperkirakan
relatif melambat dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu dalam kisaran 5,4%-5,9% (yoy). Dari
sisi penggunaan, perlambatan diperkirakan dipengaruhi oleh perlambatan di sisi ekspor, akibat
kontraksi pada ekspor komoditas utama bauksit dan perlambatan ekspor karet seiring dengan
melambatnya

permintaan

dari

negara

Tiongkok.

Sementara

itu,

faktor

pendorong

perekonomian diperkirakan bersumber dari konsumsi yang antara lain didorong oleh
pelaksanaan Pemilihan Umum. Kegiatan investasi juga masih tumbuh seiring dengan
pengerjaan proyek-proyek MP3EI dan pembangunan pabrik CPO serta smelter. Dari sisi sektoral,
perlambatan diperkirakan dipengaruhi oleh sektor pertambangan. Sementara, faktor
pendorong perekonomian Kalimantan Barat diperkirakan didorong oleh sektor pertanian dan
sektor industri pengolahan, yang diperkirakan dipengaruhi oleh kinerja perkebunan kelapa
sawit dan industry pengolahannya.
70

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat


Triwulan I 2014

6.2 Perkiraan Inflasi Daerah


Inflasi

190
180

Provinsi

Kalimantan

Barat

pada triwulan II 2014 diperkirakan

170

masih berada pada level yang cukup

160
150

tinggi. Kondisi tersebut diperkuat oleh

140

I-2014

III-2013

II-2013

I-2013

120

IV-2013

Ekspektasi Inflasi Jangka Pendek


Ekspektasi Inflasi Jangka Panjang

130

Sumber : Survei Konsumen BI, diolah


Grafik 6.4 Perkembangan Ekspektasi Harga Konsumen

hasil Survei Konsumen pada triwulan I


2014, ekspektasi masyarakat terhadap
inflasi

baik

untuk

jangka

pendek

maupun jangka panjang berada di level


yang relatif tinggi. Tercatat, indeks
ekspektasi

inflasi

masyarakat

dalam

jangka pendek (3 bulan yang akan datang) mencapai level 176, sementara ekspektasi jangka
panjang (6 bulan yang akan datang) mencapai level 180. Kedua indeks ekspektasi tersebut lebih
tinggi dibanding triwulan IV 2013 yang masing-masing mencapai 154,8 dan 162,5.
Beberapa hal yang diperkirakan berpotensi menjadi faktor pemicu inflasi pada triwulan II 2014
diantaranya adalah kenaikan tarif listrik khususnya untuk industri yang akan direalisasikan mulai
bulan Mei 2014 berpotensi memberikan tekanan inflasi, meskipun lebih bersifat second round
effect. Selain itu, rencana kenaikan tarif angkutan kapal laut sebesar 10%-27% berpotensi
memicu kenaikan tekanan inflasi kelompok transportasi. Kondisi tersebut berpotensi semakin
tinggi mengingat pada triwulan II 2014 berlangsung musim liburan sekolah yang dapat
membuat tekanan permintaan jasa transportasi.
Dari sisi produksi, masa tanam yang diperkirakan berlangsung pada awal triwulan II 2014
diperkirakan membuat ketersediaan pasokan bahan pangan khususnya beras menjadi lebih
terbatas sehingga dapat berpengaruh terhadap kestabilan harga. Selain itu, kondisi cuaca yang
diperkirakan mengalami fenomena El Nino menambah potensi tekanan produksi dan distribusi
komoditas.
Di sisi lain, beberapa faktor yang berpotensi menjadi peredam inflasi di triwulan II 2014, antara
lain pengaruh pelaksanaan pemilu yang relatif minimal. Kondisi tersebut tercermin dari laju
inflasi April 2014 yang mengalami deflasi sebesar 0,01% (mtm), dimana pada bulan April 2014
berlangsung pemilu legislatif.

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat


Triwulan I 2014

71

Dari

sisi

imported

penurunan
seperti

harga

emas

inflation,

tren

komoditas

global

diperkirakan

dapat

memberikan pengaruh positif terhadap


inflasi. Harga minyak secara global
berada pada tren menurun disebabkan
oleh

pasokan

khususnya

yang

bersumber

meningkat,
dari

negara-

negara OECD. Selain itu, nilai tukar

Sumber : BI, diolah

Rupiah berada di level yang relatif stabil


Grafik 6.5 Perkembangan Harga Komoditas Global

pada

kisaran

Rp11.000

per

USD.

Berdasarkan beberapa faktor yang mungkin terjadi tersebut, inflasi Provinsi


Kalimantan Barat pada triwulan II 2014 diperkirakan berada pada kisaran 8,0%-8,5%
(yoy). Sementara untuk keseluruhan tahun 2014, inflasi Kalimantan Barat diperkirakan
berada pada kisaran 7%+1% (yoy). Beberapa faktor yang diperkirakan menjadi peredam
(down side risk) tekanan inflasi hingga akhir tahun 2014 antara lain (1) relatif minimalnya
wacana terkait kebijakan penyesuaian harga energi strategis sehingga diperkirakan shock akibat
lonjakan inflasi administered price cenderung terkendali. (2) Ekspektasi masyarakat terhadap
inflasi relatif terkelola dengan baik. Kondisi tersebut didukung dengan pemahaman pemerintah
daerah terhadap inflasi yang semakin tinggi, seiring penguatan koordinasi pengendalian inflasi
melalui pembentukan TPID di berbagai Kab./Kota. (3) Relatif meredanya kondisi supercycle
harga komoditas internasional, ditandai dengan perkembangan harga komoditas yang
cenderung melandai, seperti emas. (4) Berdasarkan perkiraan BMKG, kondisi cuaca pada 2014
cenderung stabil sehingga dapat mendukung produksi pangan dan menjaga ketersediaan
pasokan, meskipun dibayangi potensi terjadinya El Nino dan (5) Berlalunya pengaruh kenaikan
harga BBM yang telah direalisasi pada 2013. Namun demikian, masih terdapat beberapa faktor
resiko yang berpotensi memicu (up side risk) inflasi 2014 menjadi lebih tinggi dari perkiraan,
antara lain (1) Disparitas harga antar daerah dan pelaku ekonomi (produsen dan konsumen)
masih relatif lebar. (2) Nilai tukar cenderung rentan terhadap kondisi eksternal sehingga
berpotensi mengalami fluktuasi dan memicu tekanan imported inflation dan (3) kondisi sosial
politik pasca pemilu presiden.

72

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat


Triwulan I 2014

LAMPIRAN
Inflasi Triwulanan Menurut Kota
2012

Kelompok

Tw I
Ptk

2013

Tw II

Skw

Ptk

Tw III
Skw

Ptk

Tw IV

Skw

Ptk

Tw I

Skw

Ptk

2014

Tw II

Skw

Ptk

Tw III

Skw

Ptk

Skw

4.51

Ptk

Tw I

Skw

Ptk

Skw

5.24 -1.66 -2.15

5.30

-1.28

Bahan Makanan

4.29

6.26

2.17

1.74

1.46

-1.19

1.77

0.52

3.60

4.56

Makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau

1.06

-0.09

1.06

0.71

0.15

0.33

0.32

1.20

3.23

2.52

2.07

2.34

0.43

1.31

1.22

0.72

3.09

0.06

Perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar

1.84

1.03

1.46

0.77

2.18

0.18

1.22

0.10

3.15

0.74

0.97

0.41

4.96

1.62

3.04

0.78

1.23

0.65

Sandang

0.90

0.73

0.68

-0.39

0.63

1.45

2.11

0.45

0.39

0.19

0.49 -1.07

3.23

1.16 -2.15

1.70

1.74

0.20

Kesehatan

0.78

0.06

1.42

1.33

2.06

-0.84

3.69

1.39

3.62

-0.43

1.23

1.91

2.39

2.33

2.63

1.53

2.84

1.05

Pendidikan, rekreasi dan olahraga

0.21

0.79

0.09

-0.74

0.76

4.77

-0.24

0.16

0.48

0.67

0.17

0.11

7.68

7.18

0.38

0.92

1.15

0.39

Transpor, komunikasi dan jasa keuangan

2.26

-0.88

1.51

2.98

8.30

5.14

-3.66

-2.16

-2.73

1.19

9.18

3.20

5.90 -1.08

3.99

6.00 -1.89

-1.76

2.20

1.95

1.45

1.30

2.34

0.80

0.47

0.11

2.08

2.15

1.91

0.63

4.09

1.10

0.79

-0.34

Umum

-0.48 -1.34

Tw IV

2.45

1.97

Sumber: Badan Pusat Statistik

Andil I-2014

Umum

Inflasi Triwulanan Kota Pontianak dan Kota Singkawang Menurut Kelompok Bahan
Transpor
Makanan

-0.66

Pendidikan
2012
Kelompok

Tw I
Ptk

2013

Tw II
Ptk

Skw

Tw IV

Tw I

Skw

Ptk

2014

Tw II

Skw

Tw III

Tw IV

Skw

Ptk

Kesehatan Tw I

Ptk

Skw

Ptk

Ptk

Skw

Ptk

Bahan Makanan

4.29

6.26

2.17

1.74

1.46

-1.19

1.77

0.52

3.60

4.56

-0.48

-1.34

4.51

5.24

-1.65

-2.15

5.30

6.74

Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya

3.75

4.60

0.03

0.01

5.26

0.26

1.00

0.05

0.94

0.02

1.56

0.70

3.82

4.52

-1.10

2.66

1.31

1.67

12.10

5.88

-9.48

-7.29

-1.99

-3.20

8.27

-1.69

1.15

3.49

-4.26

-2.50

18.27

11.78

-12.32

-9.30

1.32

1.68

9.33 10.90 16.82

-1.97

-4.30

-0.26

8.61

4.38

5.02

-1.60

-1.13

4.31

4.67

0.24

-11.07

3.46

12.45

Andil I-2014
-0.65

Daging dan Hasil-hasilnya

Skw

Tw III

Skw

Ptk

Skw

Sandang

Perumahan

Ikan Segar

2.22

Ikan Diawetkan

3.19

-0.12

0.95 10.97

1.13

1.91

0.16

-3.87

1.69

2.00

13.20

8.47

2.43

3.63

5.53

Telur, Susu dan Hasil-hasilnya

2.00

1.26

0.15

-1.04

0.71

-0.53

-1.75

-0.07

6.33

9.05

-0.22

-4.17

2.70

4.60

-2.08

Sayur-sayuran

6.98 14.48

5.33

0.24

4.36

0.16

8.14

-5.57

4.01 11.16

-2.23

-4.47

-6.30

7.35

4.12

1.91

0.04

1.62

0.06

4.93

1.68

2.92

2.78

-1.30

7.00

-0.28

-0.31 12.44

6.60

2.87

-0.44

-4.61

3.59

5.60

4.77

4.65

1.24

1.84

% (qtq)6.54
2.37

3.88

2.66 27.71 14.98

-7.90

-8.49

7.74

2.55

0.51

4.56

-8
12.34

-6
12.36

Kacang - kacangan
Buah - buahan
Bumbu - bumbuan

-0.24

2.95

0.19

4.82

3.12

4.91

-1.62

1.66 12.94

Lemak dan Minyak

4.22 11.37

Bahan Makanan Lainnya

0.55

0.00

3.34

2.92

-0.39

8.22

-3.12

-0.19

15.97

29.33

Bahan4.05
Makanan3.27
2.16

0.87

Makanan Jadi

5.69

-8.57

-4.75

1.46

-0.35

-1.92

1.62

-3.43

-5.29

-3.91

1.01

2.43

-0.85

-0.87

-4.00

2.05

5.02

0.04

3.67

2.14

2.76

0.00

-0.77

0.41

0.00

2.96

6.46

0.25

1.37

0.25

0.57

0.48

1.11

3.75

9.51

2.40

Sumber: Badan Pusat Statistik

Inflasi Triwulanan Kota Pontianak dan Kota Singkawang Menurut Kelompok Makanan
Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau
2012
Kelompok

Tw I
Ptk

Skw

Tw II
Ptk

2013
Tw III

Skw

Ptk

Skw

Tw IV
Ptk

Tw I

Skw

Ptk

Tw II

Skw

Ptk

2014
Tw III

Tw IV

Tw I

Skw

Ptk

Skw

Ptk

Skw

Ptk

Skw

Makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau

1.06 -0.09 1.07 0.59 0.15

0.47 0.32 0.92 3.31 2.85 2.09

2.34

0.43

1.31

1.23

0.72

3.09

- Makanan jadi

0.61

0.15 0.00 0.52 2.44 2.78 1.60

2.46

0.17

0.77

0.74

0.48

1.99

0.70

- Minuman tidak beralkohol

2.86 -3.01 2.04 0.81 0.17 -0.45 1.55 2.42 4.88 3.81 2.12 -2.07

1.26

2.92

2.26

1.68

6.43

-0.43

- Tembakau dan minuman beralkohol

0.69

0.37

1.38

1.57

0.62

3.63

1.88

0.00 0.00 0.19 0.05


1.65 3.05 1.11 0.39

1.54 0.04 0.69 4.17 2.16 3.37

4.86

0.87

Sumber: Badan Pusat Statistik

Inflasi Triwulanan Kota Pontianak dan Kota Singkawang Menurut Kelompok


Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar
2012
Kelompok

Tw I
Ptk

Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar


- Biaya tempat tinggal
- Bahan bakar, penerangan dan air
- Perlengkapan rumah tangga
Penyelenggaraan rumah tangga

Tw II

Skw

Ptk

Skw

2013
Tw III
Ptk

Skw

Tw IV

Tw I

Ptk

Skw

Ptk

Skw

Tw II
Ptk

Skw

2014
Tw III

Ptk

Skw

Tw IV
Ptk

Skw

Tw I
Ptk

Skw

1.84

1.03 1.46 0.77 2.18 0.18

1.22

0.10

3.15 0.74

0.97 0.41

4.96 1.62

3.08 0.78

1.23 4.78

3.07

1.27 1.64 1.24 3.41 0.27

1.77

0.04

4.12 0.62

0.60 0.06

6.42 1.68

3.46 0.47

0.34 6.05

-0.11

0.08 0.07 0.03 0.13 0.01

0.07 -0.01

1.18 1.10

1.41 1.18

3.29 1.44

1.41 1.40

1.91 3.66

1.83

2.59 1.75 0.61 1.47 0.01

2.33

1.13

2.25 0.54

2.23 0.15

1.96 3.05

4.95 0.04

5.26 1.61

0.11

1.50 3.06 0.27 0.93 0.41

0.01 -0.16

2.86 0.14

1.07 0.28

3.21 0.25

3.21 1.59

1.62 3.27

Sumber: Badan Pusat Statistik

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat


Triwulan I 2014

xiii

-4

-2

Inflasi Triwulanan Kota Pontianak dan Kota Singkawang Menurut Kelompok Sandang
2012
Kelompok

Tw I

2013

Tw II

Ptk

Skw

Ptk

Sandang

0.90

0.73

- Sandang laki-laki

1.25

- Sandang wanita

Tw III

Skw

Tw IV

Tw I

2014

Tw II

Ptk

Skw

Ptk

Skw

Ptk

Skw

Ptk

0.68 -0.39

0.63

1.45

2.11

0.45

0.39

0.19

0.97

1.60 -0.61

0.25

0.10

2.29

0.49 -0.15

1.24

0.23

0.51

0.11

1.06

0.46

0.21

0.01

- Sandang anak-anak

0.04

0.00

0.51 -0.19

0.33

0.52

6.75

- Barang pribadi dan sandang lain

0.82

1.94

0.14 -1.02

0.82

5.70

0.78

Tw III

Skw

Tw IV

Ptk

Skw

0.49 -1.07

3.23

1.26

0.39

0.35

1.37

0.54

0.22

0.11

0.09

0.10

1.30

1.31

0.33 -1.49

Ptk

Tw I

Skw

Ptk

Skw

1.16 -2.09

1.70

1.74

0.57

1.87

0.07

1.02

3.84

1.26

0.00

0.12

1.09

0.60

0.71

0.99

3.73

0.24

0.03

1.56

0.10

1.80

2.77

2.64

0.15

0.27 -5.70

6.97

4.71 -8.32 -1.43

0.20

3.30

Sumber: Badan Pusat Statistik

Inflasi Triwulanan Kota Pontianak dan Kota Singkawang Menurut Kelompok


Kesehatan
2012
Kelompok

Tw I
Ptk

2013

Tw II

Skw

Ptk

Tw III

Skw

Tw IV

Ptk

Skw

Ptk

Skw

Tw I

2014

Tw II

Ptk

Skw

Ptk

Tw III

Skw

Ptk

Tw IV

Skw

Ptk

Skw

Tw I
Ptk

Skw

Kesehatan

0.78

0.06

1.42

1.33

2.06

-0.84

3.69

1.39

3.62

-0.43

1.23

1.91

2.39

2.33

2.65

1.53

2.84

2.26

- Jasa kesehatan

0.05

0.00

0.00

0.04

5.38

0.00

7.93

0.00

4.02

0.00

1.33

0.17

2.78

1.73

1.56

0.53

3.86

2.53

-0.12

0.38

1.45

0.13

0.27

-5.13

0.89

5.67

5.11

-7.22

0.05

6.54

1.00

-0.11

3.12

3.00

0.29

1.20

- Jasa perawatan jasmani

3.74

0.00

0.00

0.00

0.89

5.25

5.87

0.00

4.85

2.41

0.86

0.00

9.48

1.13

9.47

9.24

9.86

0.25

- Perawatan jasmani dan kosmetik

0.98

-0.11

2.62

3.62

0.91

0.41

1.50

0.10

2.52

3.37

1.71

0.91

1.04

4.63

1.66

0.32

1.49

2.78

- Obat-obatan

Sumber: Badan Pusat Statistik

Inflasi Triwulanan Kota Pontianak dan Kota Singkawang Menurut Kelompok


Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga
2012
Kelompok

Tw I
Ptk

2013

Tw II

Skw

Tw III

Ptk

Skw

Ptk

Tw IV

Skw

Ptk

Tw I

Skw

Ptk

Tw II

Skw

Ptk

2014
Tw III

Skw

Ptk

Tw IV

Skw

Ptk

Tw I

Skw

Ptk

Skw

Pendidikan, rekreasi dan olahraga

0.21

0.79

0.09

-0.74

0.76

4.77

-0.24

0.16

0.48

0.67

0.17

0.11

7.68

7.18

5.17

0.92

1.15

0.77

- Jasa pendidikan

0.00

0.37

0.00

0.00

0.48

0.00

0.00

0.00

0.00

1.29

0.00

0.05

11.81

5.95

16.51

0.82

0.00

0.52

- Kursus-kursus/pelatihan

0.83

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.82

0.00

0.00

0.28

3.40

0.00

5.77

1.22

- Perlengkapan/peralatan pendidikan

0.09

0.31

-1.15

-3.55

-0.53

2.12

-0.38

-0.26

0.53

0.47

1.33

-0.09

0.44

0.35

1.09

3.16

2.64

3.04

- Rekreasi

0.67

1.50

1.26

-0.27

2.83

17.14

-1.15

0.72

1.61

-0.32

-0.33

0.50

2.93

14.85

12.87

0.00

1.52

-0.14

- Olahraga

0.89

8.22

0.03

0.00

0.00

1.27

1.39

0.00

5.16

2.27

0.93

-1.48

0.27

0.00

0.18

0.00

5.62

0.00

Sumber: Badan Pusat Statistik

Inflasi Triwulanan Kota Pontianak dan Kota Singkawang Menurut Kelompok Transpor,
Komunikasi dan Jasa Keuangan
2012
Kelompok

Tw I
Ptk

Tw II

Skw

2013
Tw III

Ptk

Skw

Ptk

Skw

Tw IV
Ptk

Skw

Tw I
Ptk

Tw II

Skw

Ptk
9.61

Transpor, komunikasi dan jasa keuangan

2.26 -0.88

1.58

0.99

8.65

1.83 -2.95 -0.71 -1.03

1.86

- Transpor

2.93 -1.40

2.15

1.64 12.65

2.99 -3.83 -1.24 -0.52

- Komunikasi dan pengiriman

0.03

0.00

0.00

0.00

0.29

0.00 -0.57

0.00

0.00

- Sarana dan penunjang transpor

2.45

0.00

1.23

0.09

0.08

0.00

1.79

- Jasa keuangan

0.00

0.00

0.00

0.00

0.79

1.15

0.00

2014
Tw III

Skw

Skw

Ptk

Skw

Skw

4.86

6.00

-1.89

-0.91

3.91 14.13

4.91 11.65 -1.77

7.04

9.15

-2.96

-1.54

0.00

0.05

0.00

0.29

0.00

0.19

0.00

-0.12

0.00

0.34

1.48 -0.51

0.23

0.02

1.76

0.80

0.31

-0.04

1.26

0.78

0.00

0.45

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

Sumber: Badan Pusat Statistik

xiv

Tw I
Ptk

7.87 -1.08

0.66

3.20

Ptk

Tw IV

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat


Triwulan I 2014

DAFTAR ISTILAH
PDB- PDRB

Produk

Domestik

Bruto

adalah

sebuah

analisis

perhitungan

pertumbuhan ekonomi dengan menghitung seluruh nilai tambah


yang terjadi di sebuah wilayah tertentu pada waktu tertentu. Untuk
skala nasional disebut PDB dan untuk skala daerah disebut PDRB
(Produk Domestik Regional Bruto).
Inflasi

Adalah peningkatan harga barang dan jasa secara umum dalam satu
periode.

Umumnya

inflasi

diukur

dengan

perubahan

harga

sekelompok barang dan jasa yang dikonsumsi oleh sebagian besar


masyarakat, seperti tercermin pada perkembangan Indeks Harga
Konsumen (IHK).
Inflasi month to month

adalah perbandingan harga (nisbah) perubahan harga Indeks Harga


Konsumen bulan bersangkutan dibandingkan IHK bulan sebelumnya.
Atau sering disingkat (mtm).

Inflasi Year to Date

atau sering disebut inflasi kumulatif, adalah inflasi yang mengukur


perbandingan harga (nisbah) perubahan Indeks Harga Konsumen
bulan bersangkutan dibandingkan IHK bulan Desember tahun
sebelumnya. Atau sering disingkat (ytd).

Inflasi Year over Year

atau sering disebut inflasi tahunan, adalah inflasi yang mengukur


perbandingan harga (nisbah) perubahan

Indeks Harga Konsumen

bulan bersangkutan dibandingkan IHK bulan yang sama tahun


sebelumnya. Atau sering disingkat (yoy)
Inflasi Quarter to quarter

atau sering disebut inflasi secara triwulanan, adalah inflasi yang


mengukur perbandingan harga (nisbah)/perubahan

Indeks Harga

Konsumen pada akhir bulan triwulan bersangkutan dibandingkan IHK


akhir bulan triwulan sebelumnya. Atau sering disingkat (qtq).
BI Rate

adalah suku bunga yang diumumkan oleh Bank Indonesia secara


periodik untuk jangka waktu tertentu yang berfungsi sebagai sinyal
(stance) kebijakan moneter. BI Rate merupakan tingkat suku bunga
indikatif yang hanya merupakan reference rate sebagai sinyal respon
kebijakan moneter Bank Indonesia.

BOPO

Rasio efisiensi bank yang mengukur beban operasional terhadap


pendapatan operasional. Semakin tinggi nilai BOPO maka semakin
tidak efisien operasi bank.

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat


Triwulan I 2014

xv

NIM

Singkatan dari Net Interest Margin, adalah selisih nominal antara


pendapatan bunga dengan biaya bunga dibagi dengan rata-rata
jumlah asset dalam satu periode.

NII

Singkatan dari Net Interest Income, adalah selisih nominal antara


pendapatan bunga dengan biaya bunga yang harus dikeluarkan oleh
bank.

NPLs

Singkatan dari: Non Performing Loans, adalah kredit-kredit di


perbankan yang tergolong kolektibilitas non lancar, yaitu kurang
lancar, diragukan dan macet berdasarkan ketentuan Bank Indonesia.

LDR

Singkatan dari: Loan to Deposit Ratio, adalah perbandingan antara


jumlah kredit yang disalurkan dengan jumlah dana yang dikumpulkan
bank.

ROA

Singkatan dari Return on Assets, adalah perbandingan laba bersih


dengan rata-rata jumlah asset dalam satu periode

Inflow

adalah uang kartal yang masuk ke Bank Indonesia, misalnya melalui


kegiatan setoran yang dilakukan oleh bank umum.

Outflow

adalah uang kartal yang keluar dari Bank Indonesia melalui proses
penarikan tunai bank umum dari Giro di Bank Indonesia atau
pembayaran tunai melalui Bank Indonesia.

Net Flow

Adalah selisih antara inflow dan outflow.

PTTB

Pemberian Tanda Tak Berharga, adalah kegiatan pemusnahan uang,


sebagai upaya Bank Indonesia untuk menyediakan uang kartal yang
Fit For Circulation untuk bertransaksi.

xvi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat


Triwulan I 2014

Anda mungkin juga menyukai