DISUSUN OLEH
KELOMPOK VI:
NURINSAN JUNIARTI 1414140003
OLA MULYA
1414141002
1414142004
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
TAHUN 2015-2016
KATA PENGANTAR
1
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
segala berkat, rahmat, karunia, kemudahan dan kelancaran-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Alkaloid.
Makalah ini telah dibuat dengan beberapa bantuan dari berbagai pihak
untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan
makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah
ini.
Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangan.
Oleh karena itu, diharapkan adanya kritik dan saran yang bisa menunjang untuk
perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh
pembaca dan juga penulis khususnya.
Kelompok VI
DAFTAR ISI
JUDUL..................................................................................................................i
KATA PENGANTAR..........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................3
A.
B.
C.
D.
E.
F.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara beriklim tropis yang terdiri dari
beribu-ribu pulau yang kaya sumber alam terutama tumbuh-tumbuhan yang
sangat beraneka ragam. Beberapa jenis tumbuhan digunakan sebagai ramuan
obat yang penggunaanya didasarkan secara turun-temurun, maka para peneliti
kimia telah melakukan penyelidikan terhadap kandungan kimia berbagai
tanaman.
Salah satu senyawa organik yang paling banyak ditemukan di alam
ialah alkaloid, yaitu senyawa organik yang bersifat basa atau alkali dan sifat
basa ini disebabkan karena adanya atom N (Nitrogen) dalam molekul senyawa
tersebut dalam struktur lingkar heterosiklik atau aromatis, dan dalam dosis
kecil dapat memberikan efek farmakologis pada manusia dan hewan.
Sejarah alkaloid hampir setua peradan manusia. Manusia telah
menggunakan obat-obatan yang mengandung alkaloid dalam minuman. Obatobat yang pertama ditemukan secara kimia adalah opium, getah kering
Apium Papaver somniferum. Opium telah digunakan sebagai obat-obatan dan
sifatnya sebagai analgetik dan narkotik sudah diketahui. Pada tahun 1803,
Derosne mengisolasi alkaloid semi murni dari opium dan diberi nama
narkotin. Selain itu, pada tahun 1817-1820 di Laboratorium Pelletier dan
Caventon di Fakultas Farmasi di Paris, melanjutkan penelitian dibidang kimia
alkaloid dan dalam waktu singkat diperoleh Stikhnin, Emetin, Brusin, Piperin,
kaffein, Quinin, Sinkhonin dan Kolkhisin.
Alkaloida umumnya ditemukan dalam kadar yang kecil dan harus
dipisahkan dari campuran senyawa. Hampir seluruh alkaloid berasal dari
tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan. Secara
organoleptik,
daun-daunan
yang
berasa
sepat
dan
pahit,
biasanya
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Senyawa Alkaloid
Istilah "alkaloid" (mirip alkali, karena dianggap bersifat basa) pertama
kali dipakai oleh Carl Friedrich Wilhelm Meissner (1819), seorang apoteker
dari Halle (Jerman) untuk menyebut berbagai senyawa yang diperoleh dari
ekstraksi tumbuhan yang bersifat basa (pada waktu itu sudah dikenal,
misalnya, morfina, striknina, sertasolanina).
Suatu Alkaloid secara umum mengandung paling sedikit satu buah
atom nitrogen yang bersifat basa dan merupakan bagian dari cincin
heterosiklik. Kebanyakan alkaloid berbentuk padatan kristal dengan titik
lebur tertentu atau mempunyai kisaran dekomposisi. Alkaloid dapat juga
berbentuk amorf atau cairan. Dewasa ini telah ribuan senyawa alkaloid yang
ditemukan dan dengan berbagai variasi struktur yang unik, mulai dari yang
paling sederhana sampai yang paling sulit. Sebagian besar alkaloid terdapat
pada tumbuhan dikotil. Alkaloid tidak sering terdapat dalam gymospermae,
paku-pakuan, lumut dan tumbuhan rendah.
Dalam Meyers Conversation Lexicons tahun 1896 dinyatakan bahwa
alkaloid terjadi secara karakteristik di dalam tumbuh- tumbuhan, dan sering
dibedakan berdasarkan kereaktifan fisiologi yang khas. Senyawa ini terdiri
atas karbon, hidrogen, dan nitrogen, sebagian besar diantaranya mengandung
oksigen. Sesuai dengan namanya yang mirip dengan alkali (bersifat basa)
dikarenakan adanya sepasang elektron bebas yang dimiliki oleh nitrogen
sehingga dapat mendonorkan sepasang elektronnya.
Kesulitan mendefinisikan alkaloid sudah berjalan bertahun-tahun.
Definisi tunggal untuk alkaloid belum juga ditentukan. Trier menyatakan
bahwa sebagai hasil kemajuan ilmu pengetahuan, istilah yang beragam
senyawa alkaloid akhirnya harus ditinggalkan (Hesse, 1981). Garam alkaloid
dan alkaloid bebas biasanya berupa senyawa padat, berbentuk kristal tidak
berwarna (berberina dan serpentina berwarna kuning). Alkaloid sering kali
optik aktif, dan biasanya hanya satu dari isomer optik yang dijumpai di alam,
meskipun dalam beberapa kasus dikenal campuran rasemat, dan pada kasus
lain satu tumbuhan mengandung satu isomer sementara tumbuhan lain
mengandung enantiomernya (Padmawinata, 1995).
Ada juga alkaloid yang berbentuk cair, seperti konina, nikotina, dan
higrina. Sebagian besar alkaloid mempunyai rasa yang pahit. Alkaloid juga
mempunyai sifat farmakologi. Sebagai contoh, morfina sebagai pereda rasa
sakit, reserfina sebagai obat penenang, atrofina berfungsi sebagai
antispamodia, kokain sebagai anestetik lokal, dan strisina sebagai stimulan
syaraf. Hingga sekarang dikenal sekitar 10.000 senyawa yang tergolong
alkaloid dengan struktur sangat beragam, sehingga hingga sekarang tidak ada
batasan yang jelas untuknya (Ikan, 1969).
Dari segi biogenetik, alkaloid diketahui berasal dari sejumlah kecil
asam
amino
yaitu
ornitin
dan
lisin yang
menurunkan
alkaloid
emetat),
atau
dari
nama
pakar
kimia
alkaloid
yang
asam
amino
tidak
terdapat
dalam
cincin
heterosiklik.
Reduksi
N
H
Piperidin
Piridin
sedatif.
Turunan Asam Nikotinan, meliputi arekolin yang diperoleh
dari Areca Semen; yang berasal dari tumbuhan Areca catechu
CH3
10
sebagainya.
Atropin, Apotropin, dan Belladonina
Atropa dari bahasa Yunani yaitu terdiri dari kata Atropos
yang berarti tidak dapat dibengkokkan atau disalahgunakan, ini
disebabkan karena belladona merupakan obat yang sangat
N
Golongan ini dibagi dalam 4 sub golongan:
11
limpoid.
Viridicatin
Merupakan
subtansi
antibiotik
dari
mycelium
jamur
Morfin
Morfin diperoleh dari biji dan buah tumbuhan Papaver
somniferum dan P. Bracheatum (famili: Papaveraceae)
Emetina
Senyawa ini berfungsi sebagai emetik dan ekspektoran,
diperoleh dari akar tumbuhan Cephaelis ipecacuanha dan C.
12
5) Alkaloid Indol
Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 cincin indol.
Struktur inti:
N
H
Reserpina
Merupakan hasil ekstraksi dari akar tumbuhan Rauwolfia
serpentine dari suku Apocynaceae yang terkadang bercampur
dengan fragmen rhizima dan bagian batang yang melekat
13
Kurare
Diperoleh dari kulit batang Stricnos crevauxii, C. Castelnaci,
C.
Toxifera
(fam:
Loganiaceae)
dan
Chondodendron
N
N
H
Lingkaran Imidazol merupakan inti dasar dari pilokarpin yang
berasal dari daun tumbuhan Pilocarpus jaborandi atau Jaborandi
rermambuco, P. Microphylus atau J. marashm, dan P. Pinnatifolius
14
N
Alkaloid ini ditemukan pada Lunpinus luteus, Cytisus scopartus
(famili:
Leguminocaea)
dan
Anabis
aphylla
(famili:
Golongan
I:
Sevadina,
Jervina, Rubijervina,
Germidina,
Germetrina,
Isoveratromina, Banyak
15
9) Alkaloid Amina
Golongan ini tidak mengandung N heterosiklik. Banyak yang
merupakan tutrunan sederhana dari feniletilamin dan senyawasenyawa turunan dari asam amino fenilalanin atau tirosin.
Struktur inti:
HO
NH2
NH2
COOH
Feniletilamin
Fenilalanin
Efedrina
Berasal dari herba tumbuhan Ephedra distachya, E. Sinica dan
E.
Equisetina
(famili:
Gnetaceae)
berguna
sebagai
bronkodilator.
Kolkisina
Alkaloid ini berasal dari biji tumbuhan Colchicum autumnalei
(famili: Liliaceae) berguna sebagai antineoplasmik dan
stimulan SSP, selain pada biji kormus (pangkal batang yang
ada di dalam tanah) tumbuhan ini juga mengandung alkaloid
yang sama.
d-Norpseudo Efedrina
Alkaloid ini diperoleh dari daun-daun segar tumbuhan Catha
edulis (famili: Celastraceae). Nama lain dari tumbuhan ini
adalah Khat atau teh Abyssina, tumbuhan ini berupa pohon
kecil atau semak-semak yang berasal dari daerah tropik Afrika
N
H
Susunan inti heterosiklik yang terdiri dari cincin pirimidin yang
tergabung dengan Imidazole.
Golongan ini dibagi dalam 3 sub golongan:
caffein
seperti
camellia
sinensis
juga
(famili:
O
H3C
CH3
N
N
N
CH3
Kafeina
17
CH3
N
HN
O
N
CH3
Theobromina
H3C
H
N
N
N
CH3
Theofilina
18
N
H
N
H
Pirolidin
Piperidin
Isokuinolin
N
H
N
Indol
Kuinolin
19
20
2. Reaksi Mannich
Komponen
integral
dari
reaksi
adalah carbanion ,
Mannich,
yang
selain
amina
memainkan
peran
menyerupai
bentuk
enol
dari
senyawa
karbonil.
Tirosin
Histidin
22
Lisin
Triptopan
dari
atom
oksigen
menghasilkan gugus metoksil dan metilasi nitrogen menghasilkan gugus Nmetil ataupun oksidasi dari gugus amina. Keragaman struktur alkaloid
23
24
Skema 1
Ringkasan jalur biosintesis dari L-tirosin ke morfin menununjukkan
alkaloid isoquinolin, (S)-norlaudanosolin, perubahan konfigurasi dari (S)ke (R) reticulin dan terbagi atas dua jalur dari tebain dan morfin.
(Boettcher.C. et al, 2005)
25
Skema 2
Penggabungan
unit
feniletil
menjadi
feniletilamina
menyebabkan
sebagaimana
yang
ditunjukkan
Skema 3
27
pada
modifikasi
Skema 4
Heroin; pada umumnya berupa diasetat morfin dan merupakan analgesik
dan hipnotik yang sangat bersifat adiktif. Peningkatan sifat lipofilik dari
heroin dibandingkan dengan morfin menyebabkan meningkatnya kelarutan
dan laju absorpsi. Komponen aktifnya berupa 6-asetat, 3-asetat yang
merupakan hasil hidrolisa oleh enzin esterase pada otak. Heroin disintesis
pada awalnya sebagai pereda batuk akan tetapi ditemukan adanya efek
yang kurang baik berupa sifat adiksinya, dengan pemakaian pada penyakit
yang berhubungan dengan masalah kejiwaan. Penggunaannya yang lain
pada pengobatan pada kanker. Penyalahgunaan heroin dalam bentuk
injeksi sangat banyak digunakan dan telah menjadi persoalan
internasional.
28
diendapkan
baik
dengan
pereaksi
Mayer
atau
dengan
Siklotungstat. Bila hasil tes positif, maka konfirmasi tes dilakukan dengan
cara larutan yang bersifat asam dibasakan, alkaloid diekstrak kembali ke
dalam larutan asam. Jika larutan asam ini menghasilkan endapan dengan
pereaksi tersebut di atas, ini berarti tanaman mengandung alkaloid.
2. Kromatografi
Dengan penyerap yang cocok merupakan metode yang lazim untuk
memisahkan alkaloid murni dan campuran yang kotor. Seperti halnya
pemisahan dengan kolom terhadap bahan alam selalu dipantau dengan
kromatografi lapis tipis. Untuk mendeteksi alkaloid secara kromatografi
digunakan sejumlah pereaksi. Pereaksi yang sangat umum adalah pereaksi
Dragendorff, yang akan memberikan noda berwarna jingga untuk senyawa
alkaloid. Namun demikian perlu diperhatikan bahwa beberapa sistem tak
jenuh, terutama koumarin dan -piron, dapat juga memberikan noda yang
berwarna jingga dengan pereaksi tersebut. Pereaksi umum lain tetapi
kurang digunakan adalah asam fosfomolibdat, jodoplatinat, uap jood, dan
antimon (III) klorida.
Mengidentifikasi dan penentuan struktur pada senyawa bahan alam ini
kita dapat juga menggunkan berbagai metode, yaitu :
a. Metode KLT (Kromatografi Lapis Tipis)
KLT (Kromatografi Lapis Tipis) adalah salah satu metode
pemisahan komponen menggunakan fasa diam berupa plat dengan
lapisan bahan adsorben inert. KLT merupakan salah satu jenis
kromatografi analitik. KLT sering digunakan untuk identifikasi awal,
29
30
31
untuk
mengetahui
gugus
fungsional
menggunakan
disimpan dalam alat soxhlet dan tidak dicampur langsung dengan pelarut
dalam wadah yang di panaskan, yang dipanaskan hanyalah pelarutnya,
pelarut terdinginkan dalam kondensor dan pelarut dingin inilah yang
selanjutnya mengekstraksi sampel.
Prinsip soxhletasi :
Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara serbuk
simplisia ditempatkan dalam klonsong yang telah dilapisi kertas saring
sedemikian rupa, cairan penyari dipanaskan dalam labu alas bulat sehingga
menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola menjadi molekulmolekul cairan penyari yang jatuh ke dalam klonsong menyari zat aktif di
dalam simplisia dan jika cairan penyari telah mencapai permukaan sifon,
seluruh cairan akan turun kembali ke labu alas bulat melalui pipa kapiler
hingga terjadi sirkulasi. Ekstraksi sempurna ditandai bila cairan di sifon
tidak berwarna, tidak tampak noda jika di KLT, atau sirkulasi telah
mencapai 20-25 kali. Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan.
Keuntungan metode ini adalah :
a. Dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak dan tidak
tahan terhadap pemanasan secara langsung.
b. Digunakan pelarut yang lebih sedikit
c. Pemanasannya dapat diatur
Kerugian metode ini adalah:
a. Karena pelarut didaur ulang, ekstrak yang terkumpul pada wadah di
sebelah bawah terus-menerus dipanaskan sehingga dapat menyebabkan
reaksi peruraian oleh panas.
b. Jumlah total senyawa-senyawa yang diekstraksi akan melampaui
kelarutannya dalam pelarut tertentu sehingga dapat mengendap dalam
wadah dan membutuhkan volume pelarut yang lebih banyak untuk
melarutkannya.
c. Bila dilakukan dalam skala besar, mungkin tidak cocok untuk
menggunakan pelarut dengan titik didih yang terlalu tinggi, seperti
metanol atau air, karena seluruh alat yang berada di bawah kondensor
33
perlu berada pada temperatur ini untuk pergerakan uap pelarut yang
efektif.
narkotika
(menghilangkan
rasa
sakit
sekaligus
juga
35
36
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengertian senyawa alkaloid
Alkaloid adalah senyawa metabolid sekunder yang bersifat basa,
yan mengandung satu atau lebih atom nitrogen, biasanya dalam cincin
heterosiklik, dan bersifat aktif biologis menonjol.
2. Penamaan dan sifat-sifat fisika serta kimia
Alkaloid tidak mempunyai tatanama sistematik, oleh karena itu,
suatu alkaloid dinyatakan dengan nama trivial, misalnya kuinin, morfin,
dan stiknin. Hampir semua nama trivial ini berakhiran in yang
mencirikan alkaloid.
Sifat alkaloid yaitu Kebanyakan tidak berwarna, tetapi beberapa
senyawa yang
37
DAFTAR PUSTAKA
Achmad. S.A. 1986. Kimia Organik Bahan Alam. Universitas Terbuka : Jakarta.
Boettcher.C. et all. 2005. How human neuroblastoma cells make morphine.
PNAS: New York.
Dewick.P.M. 2009. Medicinal Natural Products : A Biosynthetic Approach 3rd ed.
John Wiley & Sons Ltd. : United Kingdom.
Harborne dan Turner (1984). Fisiologi Tumbuhan. Jilid 3. Edisi 4. ITB. Bandung.
Hesse. 1918. Card System dan Reaksi Warna. ARS-PRAEPARANDI Institut
Teknologi Bandung : Bandung.
Ikan. 1969. Galenika I-II. HMF ARS-PRAEPARANDI. Bandung.
38
39