Anda di halaman 1dari 12

Malnutrisi pada anak-anak di wilayah sahel: penyebab,

konsekuensi dan pencegahan


G.O. Ayenigbara
Abstrak: Masa kanak-kanak merupakan masa pertumbuhan yang cepat. Penelitian
menunjukkan bahwa malnutrisi menghambat pertumbuhan, perkembangan retardasi mental
dan merupakan predisposisi individu yang meningkatkan berbagai masalah kesehatan.
Mengingat konsekuensi yang sangat merugikan ini, penulis meneliti penyebab dan
konsekuensi malnutrisi pada anak-anak di wilayah Sahel dan kemudian menyarankan strategi
yang dapat diterapkan untuk mencegah malnutrisi di negara-negara tersebut.
Keywords: Colostrum, Hipertensi, Kwashiokor, Malnutrisi, Marasmus, Obesitas
1. Pendahuluan
Nutrisi telah didefinisikan oleh [10] sebagai cabang ilmu yang berhubungan dengan
makanan, nutrient dan substansi lain mengenai aksi, interaksi dan keseimbangannya yang
berhubungan dengan kesehatan dan penyakit serta prosesnya ketika suatu organisme
mengingesti, digesti, absorbs, mengangkut, menggunakan, dan mengeksresikan bahan
makanan. Nutrisi lebih dari sekedar konsumsi makanan.
Hal ini meliputi faktor sosial, ekonomi, budaya dan psikologis yang berkaitan dengan
produksi pangan, distribusi pangan, pemeliharaan, persiapan dan konsumsi. Makanan
adalah substansi, padat atau cair yang bila tertelan, menyediakan bahan baku yang
diperlukan untuk struktur dan fungsi kehidupan, sehingga memungkinkan tubuh untuk
melaksanakan fungsi hidupnya [4]. Sebagai zat yang kompleks, makanan menyediakan
berbagai nutrisi dalam diet seseorang. Tidak ada bahan makanan tunggal, kecuali ASI
pertama (kolostrum), yang dapat memberikan diet lengkap [4].
Bagi seorang individu untuk mendapatkan nutrisi yang tepat dan memadai dari bahan
makanan, salah satunya harus dengan diet seimbang. Nutrisi adalah konstituen makanan
yang harus disediakan untuk tubuh dalam jumlah yang sesuai. Hal ini termasuk
karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air. Ketika diambil dalam jumlah yang

cukup, nutrisi, secara individu dan kolektif, sangat diperlukan dalam memastikan
kesehatan yang optimal, pertumbuhan dan fungsi setiap individu.
Ketika diet kurang dalam nutrisi tertentu, efek mungkin termasuk kurangnya kekuatan,
pertumbuhan terhambat, penyakit, metabolisme kurang nutrisi lain dan integritas yang
rendah dari sistem saraf. Di sisi lain, ketika beberapa nutrisi yang dikonsumsi secara
berlebihan dapat mengakibatkan obesitas, serta masalah kesehatan penyertanya. Oleh
karena itu, keseimbangan dalam nutrisi yang dikonsumsi harus dipukul melalui budaya
makan didapat untuk mencegah malnutrisi.
Malnutrisi adalah suatu kondisi patologis yang dibawa oleh kekurangan, atau kelebihan
konsumsi, dari satu atau lebih dari nutrisi penting yang diperlukan untuk pertumbuhan
kelangsungan hidup dan reproduksi, serta produktivitas di tempat kerja. Ada berbagai
jenis kekurangan gizi yang paling penting adalah Kekurangan Energi Protein (KEP), dan
kekurangan dalam mikronutrien penting seperti Vitamin A, Zat besi, Yodium dan Zinc.
Tipe lain dari gizi buruk adalah obesitas, dengan komplikasi seperti hipertensi, penyakit
jantung dan diabetes. Konsekuensi ini terjadi sebagai akibat dari lebih dari konsumsi jenis
makanan yang salah dan adopsi gaya hidup.
Bagi sebagian besar anak-anak, masa pendidikan formal juga merupakan masa
pertumbuhan yang cepat. Penelitian di banyak daerah telah meyakinkan menunjukkan
bahwa malnutrisi menghambat pertumbuhan [6], menghambat perkembangan mental dan
predisposisi individu untuk dan/atau memperburuk masalah kesehatan, terutama pada
anak-anak [4], [2]; [8], dan [7]. Hal ini dijelaskan dalam tulisan ini untuk meneliti
penyebab dan konsekuensi dari kekurangan gizi dan langkah-langkah pencegahan
terhadap malnutrisi pada anak-anak di wilayah Sahel.
2. Penyebab Malnutrisi pada Anak-Anak di Wilayah Sahel
Penyebab malnutrisi adalah multifaktorial. Etiologi malnutrisi mencerminkan apa yang
memperoleh di masyarakat. Hasil nutrisi yang tidak memadai dari beberapa
penyimpangan biologis, sosial budaya dan ekonomi di antaranya adalah kemiskinan,
pengetahuan memadai tentang gizi, penyediaan air yang tidak memadai dan tidak aman
yang menjadi predisposisi individu untuk diare dan water borne disease [4]. Urbanisasi
yang cepat dan migrasi sejumlah besar orang muda khususnya untuk daerah perkotaan
telah mengurangi tenaga kerja pertanian relatif terhadap ukuran pasar pangan domestik.
Oleh karena itu, produksi pangan dalam negeri jauh lebih rendah dari seharusnya.

Pertanian dilakukan hampir seluruhnya oleh petani, dengan menggunakan teknik dan alat
tradisional. Sekitar 95 persen dari total produksi pangan, menurut [13], berasal dari induk
kecil rata-rata sekitar 2 hektar. Hampir semua petani mengandalkan budidaya dan
persiapan lahan manual, dan hanya minoritas kecil memiliki akses ke pupuk anorganik
dan bibit unggul. Penyuluhan yang tidak memadai dan sistem kredit pedesaan yang lemah
menjadi kendala. Akibatnya, hasil tetap sangat rendah dan tanaman memiliki kapasitas
nutrisi yang relatif rendah dibandingkan dengan varietas unggul.
Selanjutnya, pertanian tadah hujan melanda di wilayah Sahel, sehingga menandai tahun
ke tahun fluktuasi dalam produksi pangan, khususnya untuk sereal. Potensi negara irigasi
masih hanya sedikit dimanfaatkan. Masalah penyakit dan hama juga menyebabkan
kerugian tanaman yang besar. Selain itu, munculnya sektor minyak yang mengakibatkan
pengabaian relatif sektor pertanian bersama dengan nilai tukar dan harga yang berefek
buruk pada produksi pangan dalam negeri. Distribusi dan pemasaran sistem yang tidak
memadai atau tidak cukup memperburuk kekurangan pasokan pangan domestik. Hal ini
tidak hanya membuat harga produk peternakan menjadi rendah, sehingga mengurangi
insentifitas produksi, tetapi juga mencegah bagian penting dari output mencapai
konsumen baik pada waktu yang tepat, harga maupun kualitas. Fasilitas pemasaran yang
buruk cenderung meningkatkan pembusukan produksi pangan sangat mudah busuk,
memperburuk pembuangan bahan lanjut sehingga tidak mencukupi pengolahan makanan
dan persiapan makanan. Karena anak-anak juga anggota masyarakat yang lebih luas,
mereka tidak kebal terhadap efek yang terjadi di masyarakat.
Secara spesifik, malnutrisi disebabkan oleh faktor berikut:
2.1. Kemiskinan
Orang-orang lenih sering mengalami malnutrisi karena ketiadaan makanan yang
dikarenakan ketidakmampuan untuk membelinya [9]. Harga makanan yang semakin
naik membuat orangtua memberikan makanan apapun yang tersedia untuk anakanaknya, tanpa memerhatikan apakah makanan tersebut memiliki nutrisi yang
cukup atau tidak. Karena kemiskinan banyak orang tua yang tidak dapat
memberikan anak-anaknya diet yang seimbang.
2.2. Kebutahurufan
Kurangnya pendidikan, pendidikana yang kurang sesuai atau tidak cukup
menyebabkan banyak individu yang mudah percaya terhadap mitos, tabu, dan
kepercayaan yang tidak rasional tentang beberapa makanan. Contohnya saja,
dipercaya bahwa daging yang besar adalah untuk kepala keluarga sehingga anaknya

diberikan makanan yang mengandung tinggi karbohidrat dan berair (Pap),


kecukupan makanan seringkali ditentukan oleh penuhnya perut. Ketika seorang
anak memiliki perut yang penuh, anak tersebut dianggap telah tercukupi
makanannya, tanpa melihat kualitas dan kuantitas nutrien yang ada di dalamnya.
2.3. Pemeliharaan, Distribusi dan Persiapan Makanan yang Buruk
Penyimpanan, distribusi, dan persiapan makanan yang buruk menyebabkan masalah
malnutrisi di Nigeria. Karena komunikasi yang buruk dan akses jalan yang jelek
sehingga ikan yang diproduksi di Calabar tidak dapat sampai ke Sokoto, dan ayam
yang diproduksi di Sokoto tidak dapat sampi ke Lagos [4].
Terlebih lagi, sebagian besar sayuran diproduksi secara musiman. Banyak keluarga
yang tidak dapat membeli kulkas dan ketika terdapat kulkas, persediaan listrik tidak
memadai. Pemeliharaan makanan yang tradisional sepeti pengasinan dan
pengeringan tidak dapat diandalkan. Sehingga pengolahan makanan yang buruk
seperti yang dijelaskan di atas telah terjadi tidak kurang dari 50% makanan mentah
yang diproduksi di wilayah Sahel hilang sebelum sampai di meja makan.
2.4. Pengaturan Keluarga yang Buruk
Pengaturan keluarga yang buruk tidak menjamin jarak yang tepat dari anak-anak,
dan hal ini dapat menyebabkan kekurangan gizi. Keluarga berencana dengan
interval kelahiran yang memadai sangat penting untuk pertumbuhan dan
perkembangan anak-anak, karena memungkinkan kecukupan waktu pemulihan
penuh ibu setelah melahirkan anak. Ketika hal ini tidak terjadi, kekurangan gizi ibu
sebelum atau selama kehamilan dapat menyebabkan bayi lahir dengan berat badan
rendah. Kondisi ini dapat diperparah lebih lanjut setelah lahir oleh asupan makanan
tidak mencukupi. Ketika terlalu banyak anak yang lahir, dan berada di luar
kemampuan orang tua untuk memberi makan secara memadai, pasti akan
menyebabkan kekurangan gizi di antara masalah kesehatan lainnya.
2.5. Persediaan Air yang Inadekuat
Persediaan air yang tidak memadai, yang umum di wilayah Sahel mudah
memfasilitasi kondisi sanitasi yang buruk yang memicu infeksi, dengan konsekuensi
gizi yang merugikan. Penyakit infeksi, terutama di kalangan anak-anak dapat
berkontribusi dan memicu kekurangan gizi. Referensi [4] mengamati bahwa
penyakit diare, campak, pernafasan dan infeksi lain yang sering mengakibatkan

protein dan energi menjadi kurang akibat anoreksia, muntah, penurunan penyerapan
dan proses katabolik.
2.6. Bencana Alam dan Buatan Manusia
Bencana alam dan buatan manusia seperti perang, gempa bumi, banjir, kekeringan
berkepanjangan dan migrasi paksa yang mudah menyebabkan kelangkaan makanan
siklik atau berkepanjangan, dapat menyebabkan kekurangan gizi pada seluruh
penduduk dengan mengganggu proses produksi, distribusi, pemeliharaan, persiapan
dan konsumsi makanan. Banjir saat ini di Kamerun, Ghana dan Nigeria; konflik
militer di Mali, Republik Afrika Tengah dan Nigeria dan kekeringan di Republik
Niger misalnya akan berdampak negatif terhadap kegiatan pertanian dan akhirnya
mengakibatkan kekurangan gizi.
2.7. Produksi Makanan yang Kurang
Kurangnya produksi makanan, sebagai hasil penurunan tenaga kerja di pertanian
merupakan penyebab penting malnutrisi. Terdapa banyak pria dan wanita muda dari
pedesaan berpindah ke perkotaan untuk mencari pekerjaan yang lebih baik, terutam
di sector perminyakan. Juga, produksi makanan yang tidak adekuat disebabkan
karena metode yang tidak efisien dari produksi makanan seperti penggunaan alat
primitive, penggunaan varietas tanaman yang rendah dan kekurangan metode
pertanian secara umum.
2.8. Faktor Politik
Pemerintah baik pemerintah pusat ataupun pemerintah daerah mengatur dan
membayar produksi pangan. Sebaliknya, mereka memulai proyek palsu yang
merugikan produksi pangan dalam jumlah yang cukup untuk rakyat. Daripada
mendorong produksi pangan lokal, mereka lebih memilih impor makanan dari
negara-negara di luar negeri. Pada saat kedatangan, beberapa makanan ini lebih
sering telah kehilangan nilai gizinya.
2.9. Persiapan dan Konsumsi Makanan
Pemilihan makanan tergantung terhadap ketersediaan, edukasi dan preferensi atau
prinsip yang diterima. Metode persiapan makanan terkadang meningkatkan kualitas
makanan. Pada lain pihak, terkadang terdapat efek samping. Misalnya, fermentasi
sereal meningkatkan ketersediaan berbagai vitamin, dimana sayuran dan buah yang
terpotong dan dimasak kehilangan vitamin C. Pencucian sereal berlebih
membuatnya menjadi makanan yang berkualitas buruk [8]. Pada beberapa rumah,
makanan tertentu tidak dianggap sebagai makanan, padahal mungkin makanan

tersebut memiliki nutrisi yang diperlukan. Contohnya saja, daging, ikan dan telur,
pada bebagai daerah di Afrika tidak dianggap sebagai makanan yang baik untuk
anak-anak. Pada beberapa daerah, telur dan kacang-kacangan dilarang untuk wanita
hamil.
2.10. Penyakit
Malnutrisi pada anak-anak dapat disebabkan oleh berbagai penyakit. Efek
malnutrisi dan infeksi pada kesehatan sistem tubuh manusia berdasarkan [11] dan
[12] adalah sinergis, sinergisme adalah aksi gabungan yang meberikan efek
gabungan yang lebih besar daripada efek masing-masingnya. Malnutrisi menuunkan
resistensi terhadap infeksi, dan penyakit infeksi memperburuk malnutrisi yang ada.
Infeksi menurunkan nafsu makan dan meningkatkan metabolism dan kehilangan
nitrogen dan nutrient penting lainnya, selama konvalesen, kebutuhan protein
menjadi tinggi [4] dan jika tidak tersedia secara adekuat, terjadilah malnutrisi.
Adanya malnutrisi dan infeksi yang bersamaan menghasilkan interaksi dengan efek
yang lebih besar sehingga lebih parah daripada hanya malnutrisi atau infeksi saja.
Selain iu, infeksi lebih parah pada gizi kurang dan adanya infeksi berat
memperburuk malnutrisi yang ada [4].
3. Akibat Malnutrisi pada Anak-Anak di Wilayah Sahel
Nutrisi yang baik sangat penting untuk kesehatan. Setiap individu membutuhkan nutrisi
yang cukup dalam kualitas dan kuantitasnya untuk energi, perbaikan tubuh, pertumbuhan,
pemeliharaan suhu tubuh dan untuk proses metabolisme. Adapun pada anak-anak, nutrisi
yang cukup diperlukan untuk melakukan semua fungsi-fungsi ini. Namun, malnutrisi
memiliki efek merusak yang serius pada kesehatan anak-anak. Malnutrisi menurunkan
resistensi terhadap infeksi dan juga memperbesar masalah gizi buruk yang ada.
Kekurangan gizi meningkatkan risiko infeksi yang telah ada dan memperburuk tingkat
keparahannya. Sehingga, anak yang kekurangan gizi tidak dapat membuat dirinya
berkesempatan untuk berhasil dan efektif di sekolah.
Menurut [4], malnutrisi terutama kekurangan energi protein (KEP), menghasilkan
penurunan progresif berat badan, kelemahan dan apatis yang menyebabkan penurunan
asupan makanan dan eksaserbasi malnutrisi. Juga, efek metabolik dari KEP dapat didasari
oleh proses penyakit yang mendasarinya mencegah pemulihan awal dari infeksi, operasi
dan cedera, bahkan pada individu yang sebelumnya sehat. Selanjutnya, hasil dari KEP
mungkin seperti gangguan penyembuhan luka. Selain itu, kekurangan protein yang lama

dapat menyebabkan gangguan mekanisme kekebalan yang menyebabkan peningkatan


infeksi luka, peningkatan kejadian pneumonitis dan infeksi saluran kemih dan gangguan
respon kemoterapi [4].
Otak menjadi rentan selama percepatan awal pertumbuhan. Nutrisi yang tidak memadai
sebelum kelahiran dan dalam beberapa tahun pertama kehidupan yang serius dapat
mengganggu perkembangan otak dan menyebabkan gangguan neurologis dan perilaku
seperti ketidakmampuan belajar [5] di antara anak-anak sekolah.
Anak yang kekurangan gizi akan menjadi kerdil dalam pertumbuhan. Pertumbuhan
terhambat mempengaruhi kinerja akademik. Sebuah studi di kalangan anak-anak sekolah
di Ibadan yang dilakukan oleh [3] menemukan bahwa tinggi badan per umur adalah
prediktor yang baik dari kinerja mental; dengan anak-anak terhambat berkinerja buruk
pada berbagai tes bakat skolastik. Wasting karena kekurangan gizi juga berkorelasi
dengan skor yang buruk [1].
Juga, kekurangan gizi, terutama pada anak usia dini, dapat mengakibatkan cacat
penglihatan atau pendengaran, atau bahkan gangguan mental. Anak-anak yang kelaparan
kurang mampu berkonsentrasi di sekolah, dan gizi buruk mengekspos anak-anak dengan
risiko tinggi infeksi, sehingga lebih sering sakit dan tidak hadir di sekolah daripada dalam
kasus anak-anak bergizi baik.
Selain itu, jika malnutrisi dibiarkan dalam waktu yang lama, mungkin dapat berubah
menjadi Kwashiorkor, Marasmus dan bahkan Obesitas dengan konsekuensi penyertanya.
Kwashiorkor, misalnya, dapat memicu edema, gangguan pertumbuhan, dan pengurangan
masa otot, sementara obesitas diketahui mempengaruhi individu untuk hipertensi dan
penyakit kardiovaskular lainnya, diabetes, kanker, arthritis, kesulitan dalam kehamilan
dan kelahiran anak di kemudian hari. Orang obesesitas biasanya canggung. [7]
mengamati bahwa individu yang gendut sangat rawan kecelakaan di rumah dan lebih
sering daripada kematian kecelakaan bermotor.
Beberapa efek dari gizi buruk pada kesehatan dan status ekonomi, seperti yang dilaporkan
oleh [4] dijelaskan di bawah ini:
Tabel 1. Beberapa efek malnutrisi terhadap kesehatan dan status ekonomi
Pada Bayi dan Anak-Anak
Berkurangnya kemampuan

Pada Dewasa dan Wanita Usia Subur


melawan Peningkatan risiko komplikasi selama

infeksi
kehamilan
Gangguan sistem imun dan peningkatan Peningkaran risiko aborsi spontan, lahir
risiko beberapa infeksi

mai, gangguan perkembangan otak janin

Gangguan pertumbuhan

dan kematian janin


Peningkatan risiko kematian karena aborsi
spontan, stres melahirkan dan komplikasi

Peningkatan

kemungkinan

melahirkan
kematian Peningkatan

kemungkinan

melahirkan

bayi/anak
bayi dengan berat lahir rendah
Meningkatkan kelelahan dan apatis
Menurunkan produktivitas kerja
Menghambat perkembangan kognitif/ Peningkatan risiko beberapa

infeksi,

mental

termasuk

saluran

Menurunkan kapasitas belajar

reproduksi
Lebih banyak hari sakit dan hilangnya

HIV

dan

infeksi

produkivitas
Diadopsi dari Alade (2001) pendekatan berkelanjutan pada nutrisi di Afrika tahun 1999.
Selain itu, kekurangan gizi merupakan faktor lain yang berkontribusi terhadap tingginya
angka morbilitas, mortalitas, dan kecacatan pada anak-anak di Nigeria. Malnutrisi pada
awal kehidupan dapat memiliki bahaya yang serius di kemudian hari. Misalnya,
perempuan yang terhambat pada masa kanak-kanak akan lebih rentan untuk memiliki
bayi berat lahir rendah. Contoh lain adalah dampak seumur hidup kekurangan zat gizi
mikro yang serius tertentu, seperti kebutaan dalam kasus yodium. Bagi sebagian besar
anak-anak, masa pendidikan sebelumnya merupakan periode pertumbuhan yang cepat.
Referensi

[6] telah

meyakinkan

menunjukkan

bahwa malnutrisi

menghambat

perumbuhan. Malnutrisi kronis menurut ahli dapat menghambat dan mengurangi


pertumbuhan dan menghasilkan individu yang pendek.
4. Pencegahan Malnutrisi pada Anak-Anak
Malnutrisi merupakan masalah yang mempengaruhi baik orang muda dan tua. Namun,
konsekuensinya lebih jelas pada anak-anak yang sedang tumbuh. Karena etiologi gizi
buruk adalah multi-faktorial, pencegahan harus multidimensi. Oleh karena itu langkahlangkah berikut harus diambil untuk mencegah kekurangan gizi umumnya, tetapi dengan
penekanan pada anak-anak di wilayah Sahel.
4.1. Menurunkan Angka Kemiskinan
Pemerintah, baik pemerintah daerah maupun pusat Pemerintah harus menyediakan
suasana politik serta sosial-ekonomi yang kondusif sehingga memungkinkan

seluruh warga negara untuk dapat bekerja sehingga memiliki mata pencaharian.
Harga bahan makanan harus rendah dan dalam daya beli setiap anggota masyarakat
melalui kebijakan pangan yang direncanakan, seperti yang dilakukan di banyak
negara maju. Kebijakan pangan yang tepat dapat meningkatkan dan memfasilitasi
asupan makanan yang cukup.
4.2. Program Pemberian Makanan Tambahan
Pemberian makanan tambahan dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pada
populasi berisiko. Program-program tersebut, menurut [8], dapat dilakukan secara
lokal atau didukung dari Bantuan Internasional. Makanan seperti susu skim, jagung,
kedelai, persiapan susu, sereal dan lain-lain dapat digunakan dalam program ini.
Program pemberian makanan tambahan yang baik, terutama pada saat bencana,
seperti saat banjir, kelaparan, kekeringan, gempa bumi atau perang. Pemberian
makanan tambahan juga dapat dimasukkan ke dalam program kesehatan sekolah di
sekolah dasar. Dalam hal ini, makan siang yang akan melengkapi apa yang murid
lakukan di rumah harus diperkenalkan. Pemerinah, baik pemerintah daerah maupun
pusat harus didorong untuk memberikan makan siang gratis untuk siswa.
4.3. Edukasi Nutrisi
Sebagai bagian dari program pendidikan kesehatan umum, pendidikan gizi harus
ditekankan. Orang tua perlu dididik pada kebutuhan dan bagaimana cara
memberikan anak-anak mereka diet seimbang menggunakan dengan bahan yang
tersedia secara lokal. Pendidikan gizi dapat dilakukan melalui seminar yang
diselenggarakan khusus untuk orang tua atau presentasi selama pertemuan Parents
and Teachers Association (PTA).
4.4. Edukasi Kesehatan
Pendidikan kesehatan sangat penting dalam mengendalikan malnutrisi pada anakanak sekolah. Murid sekolah dasar perlu dididik tentang higienitas, pemeliharaan
dan konsumsi makanan dan kebutuhan untuk menyeimbangkan diet dengan banyak
buah-buahan. Orang tua juga membutuhkan pendidikan kesehatan karena kebutuhan
untuk memberikan diet seimbang bagi anak-anak mereka dan juga untuk mencegah
infeksi. Penjual makanan dan penjamah makanan juga harus dididik tentang
kesehatan karena dapat berperan sebagai sumber infeksi dalam makanan yang
dijualnya. Pemeriksaan kesehatan rutin harus menjadi faktor dalam pendidikan
kesehatan dan mewajibkannya bagi penjual makanan dan pembelinyanya.

4.5. Pengendalian Infeksi


Ada kebutuhan untuk mengendalikan penyakit menular pada anak-anak dengan
metode yang tepat seperti pendidikan kesehatan, instruksi, imunisasi, pemeriksaan
kesehatan rutin, penilaian, isolasi dan rujukan. Penyakit menular, menurut [4],
bertindak secara sinergis sebagai kontribusi dan mempercepat faktor pada gizi
kurang.
4.6. Diagnosis dan Penanganan Awal
Terdapat kebutuhan untuk penilaian rutin dan periodic terhadap kesehatan anakanak untuk mendeteksi tanda-tanda dan gejala malnutrisi seperti Kwashiorkor,
Marasmus, obesitas dan lain-lain. Oleh karena itu, setiap guru di sekolah dasar harus
teliti terhadap perubahan murid mereka. Murid yang ditemukan menderita gizi
buruk harus dirujuk ke rumah sakit untuk perawatan yang tepat. Guru harus
melakukan follow up, dan baik kedua orang tua maupun guru harus bekerja sama
untuk memastikan kesehatan yang optimal dari murid mereka.
4.7. Perencanaan Keluarga
Ketika terdapat terlalu banyak anak yang lahir berjarak dekat dalam keluarga,
mungkin terdapat kecenderungan untuk terjadi malnutrisi. Oleh karena itu,
pemberian informasi yang tepat dalam pendidikan keluarga tentang memiliki anak
karena pilihan, bukan karena kebetulan, dengan jarak yang cukup di antara
kelahiran, harus didorong. Keluarga berencana dapat mencegah kekurangan gizi ibu
sebelum kehamilan; mencegah bayi kekurangan berat badan dan diet tidak cukup
pada anak-anak.
4.8. Perkembangan dalam Agrikultur
Untuk membendung gelombang malnutrisi pada anak-anak, harus ada perbaikan
dalam praktik agrikultur, terutama di bidang penggunaan lahan, praktek pertanian
yang lebih baik dan pemilihan bibit yang lebih baik. Harus ada produksi sereal
unggul seperti lisin jagung dan sereal berprotein tinggi. Penyimpanan yang lebih
baik dari hasil pertanian, terutama sereal, sayuran dan umbi-umbian akan membantu
untuk mengurangi kerugian makanan dengan persentase yang cukup besar dan
dengan demikian menyebabkan peningkatan dalam penyimpanan makanan yang
tersedia. Silo yang terletak strategis, serta penyimpanan sereal desa dan akar
tanaman, meningkatkan pemasaran dan distribusi makanan akan memberikan
beberapa ukuran insentif untuk usaha produksi pangan yang lebih besar.
4.9. Kebijakan Keuangan

Seharusnya terdapat kebijakan nasional yang memiliki tujuan di bidang produksi


makanan, penyimpanan makanan, proses, pemasaran, impor dan ekspor, distribusi
harga, komsumsi, undang-undang pangan, perlindungan dan promosi kesehatan
melalui saran pendidikan yang juga sebagai pengendalian penyakit. Sehingga harus
dibuat juga ketentuan untuk melatih personil untuk manajemen rumah tangga,
perluasan pendidikan dan program pemberian makanan khusus.
4.10. Mengakhiri Perang
Persatuan Bangsa Bangsa, Uni Afrika dan Economic Community of West African
States (ECOWAS) seharusnya mengintensifkan usaha mereka untuk membuat
konflik Inter-Communal, Civil dan Internasional berakhir di wilayah Sahel.
Pemerintahan yang stabil dan demokrasi seharusnya digunakan di wilayah ini
sehingga aktivitas agrikultural tidak akan terganggu.
Referensi
1. Aina, T.A Etta, F.E; and Zeitlin, M.F. (1992). Child development and Nutrition in Nigeria:
A Textbook for Educational, health and Social Service professionals Federal Ministry of
Education and UNICEF Lagos.
2. Ajala, J.A. (2006). Understanding Food and Nutrition. Ibadan, may Best Publications
3. Akimokun, O.O. (1989). The Impact of Nutrition on Intelligence Performance of School
Age Children in Ibadan, Ph.D Thesis Department of Human Nutrition University of
Ibadan, Ibadan.
4. Alade, Ibukun Olu (2001), Public health Nutrition (2nd ed.) Ilori, S.O.A. Fosco Venture
press
5. Begley, S. (1996), Your Childs Brain Newsweek, New York, 19 February
6. Durojaiye, M.O.A. (1976), A New Introduction to Educational Psychology, Ibadan, Evans
Brothers Limited.
7. Fleck, H. (1976, In Introduction to Nutrition, 3rd ed., New York, Macmillan Publishing
co. Inc
8. Lucas, A.O. and Gilles, H.M. (2003), A short Textbook of Preventive Medicine for the
tropics. London, Holder and Stoughton.
9. Pellet, P.I. (1983), Commentary: Changing Concept on World Malnutrition, Ecal. Ed.
Nutr. 13
10. Robinson, W.D. (1966), In proceedings, Western hemisphere Nutrition Congress, 1965,
American Medical Association, Chicago, P. 206
11. Scrimshaw, N.S. (1964), Ecological Factors in Nutritional Diseases Am J. Clin Nitri.
14:112-122.
12. Scrimshaw, N.S. (1964), Causes of Malnutrition. In: G.H. Beaton, ed.,
13. Nutrition, A Comprehensive Treatise, Academic Press, New York.

14. UNICEF, (2001), Childrens and Womens Rights in Nigeria: A Wake up call. National
Planning Commission, Abuja, Nigeria.

Anda mungkin juga menyukai