Anda di halaman 1dari 13

TUGAS MATAKULIAH

Geologi Indonesia

Gunungapi Ruang Sulawesi Utara

Dosen Pengampu:
Bapak Dr. Didit Hadi Barianto, S.T., M.Si.

Disusun Oleh:
Mahwarti Novelli Purba

(13/346751/TK/40607)

YOGYAKARTA
MEI
2016

Gunungapi Ruang Sulawesi Utara


Indonesia juga merupakan salah satu negara yang berpotensi tinggi mengalami bencana,
karena selain terletak antara dua benua dan dua samudra Indonesia juga merupakan tempat
bertemunya jalur pegunungan berapi, yaitu Sirkum Pasifik dan Sirkum Mediterania.Karena
dilewati oleh dua jalur pegunungan berapi Indonesia memiliki 129 gunung berapi yang
sekaligus menjadikan Indonesia negara dengan gunung berapi terbanyak di dunia.Indonesia
juga merupakan tempat pertemuan tiga lempeng tektonik, yaitu Lempeng Indo-Australia,
Lempeng Eurasia dan Lempeng Pasifik.Jalur pertemuan lempeng berada di laut, sehingga
Indonesia berpotensi mengalami gelombang Tsunami. Dengan adanya pertemuan jalur gunung
berapi dan lempeng, Indonesia tentu berpotensi tinggi mengalami bencana berupa letusan
gunung berapi dan gempa yang tidak menutup kemungkinan memiliki bencana bawaan berupa
longsor, gelombang pasang, dan bahaya sekunder berupa kebakaran.

Menurut Koesoemadinata (1979) akibat benturan ketiga lempeng itu, di Indonesia terdapat
129 buah gunungapi atau kurang lebih 13% dari jumlah gunungapi di seluruh dunia yang
tersebar memanjang dari Aceh sampai Sulawesi Utara melalui Pegunungan Bukit Barisan,
Jawa, Bali, Nusa Tenggara, dan Maluku. Gunungapi tersebut terbagi atas3 golongan yang
berdasarkan timgkat
aktivitasnya, yaitu :
1. Golongan A, gunungapi yang pernah meletus atau memperlihatkan kenaikan aktivitas
magmatik dihitung sejak tahun 1600, jumlahnya 76.

2. Golongan B, gunungapi yang memperlihatkan aktivitas fumarola tetapi sejak tahun 1600
tidak meletus, jumlahnya 29.
3. Golongan C, lapangan solfatar atau fumarola tetapi tidak memperlihatkan bentuk
gunungapi, jumlahnya 24.
Propinsi Sulawesi Utara memiliki 9 gunung berapi aktif, hal ini menyebabkan Sulawesi
berpotensi tinggi mengalami letusan gunung berapi. Propinsi Sulawesi Utara juga
tergolongdaerah berpotensi tinggi/rawan gempa bumi. Hal ini akibat dari kegiatan Lempeng
Halmahera, dan kegiatan pergerakan Lempeng Maluku ke arah barat di bawah busur
Minahasa-Sangihe yang masih aktif sampai sekarang dapat mengakibatkan terjadinya gempa
tektonikSulawesi merupakan wilayah yang sangat rentan terhadap aspek kebencanaan,
dikarenakan kondisi geografis dan geologi wilayah. Pulau Sulawesi memiliki topografi yang
sangat bervariasi dan cenderung curam. Wilayah Sulawesi dikepung oleh lempeng Eurasia dan
lempeng Indo-Australia. Sewaktu-waktu lempeng ini akan bergeser patah menimbulkan
gempa bumi. Selanjutnya jika terjadi tumbukan antar lempeng tektonik dapat menghasilkan
tsunami. Catatan dari Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (DVMBG)
Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral menunjukan bahwa ada 28 wilayah di
Indonesia yang dinyatakan rawan gempa dan tsunami. Di antaranya Sulut, Sulteng dan Sulsel.
Selain dikepung oleh lempeng tektonik, Sulawesi juga merupakan jalur The Pasific Ringof
Fire (Cincin Api Pasifik), yang merupakan jalur rangkaian gunungapi aktif di dunia. Indonesia
memiliki gunung berapi dengan jumlah kurang lebih 240 buah, di mana hamper 70 di
antaranya masih aktif dan sebagian besar berada di wilayah Timur. Kejadian alam yang
mendatangkan bencana ada yang bisa diduga dan ada yang sukar/memang tidak bisa diduga
kapan terjadinya.

Walaupun dalam perhitungan geologi, kejadian itu dipastikan akan terjadi, seperti tsunami
yang diakibatkan oleh pergeseran lempeng-lempeng batuan bumi di bagian barat dan selatan
Indonesia. Kondisi-kondisi ini menyebabkan diperlukannya sumber data yang baru dan akurat
terkait kondisi kebencanaan di Pulau Sulawesi, guna penyelenggaraan penataan ruang wilayah
nasional khususnya wilayah pulau sulawesi yang dilakukan secara komprehensif, holistik,
terkoordinasi, terpadu, efektif, dan efisien dengan berbasiskan mitigasi bencana. Berkaitan
dengan hal tersebut di atas, maka perlu adanya pemahaman terkait dengan Kawasan Rawan
Bencana di Pulau Sulawesi.

Gambar. Cincin Api Dunia

Gunung Ruang Sulawesi Utara


Lokasi
a. Geografis Puncak

: 2 18 LU dan 125 22 BT

b. Administratif

: Kabupaten Sitaro, Propinsi Sulawesi Utara

Ketinggian

: 725 m dpl

Kota Terdekat

: Tagulandang

Tipe Gunungapi

: Strato dengan kubah lava

Pos Pengamatan Gunungapi

: Geografis : 2o19' 18,30 LU dan 125o 24' 30,42 BT

Administratif

: Desa Tulusan, Kecamatan Tagulandang,


Kabupaten Sitaro, Propinsi Sulawesi Utara

Gambar. Posisi Gunungapi Raung

Gunung Ruang di Sulawesi Utara merupakan sebuah gunung yang sering disebut pula
dengan G. Ruwang, Aditinggi, Duang atau Duwang. Secara administratif berada di Kabupaten
Sitaro (Siau, Tagulandang, Biaro), Provinsi Sulawesi Utara. Puncak G. Ruang memiliki
ketinggian lk. 725 m di atas permukaan laut. Aktivitas vulkanik Gunungapi Ruang dicirikan
terekamnya gempa-gempa jenis Vulkanik Dalam (VA), gempa Vulkanik Dangkal (VB), dan
gempa Hembusan.
Pertama kali gunung ini meletus adalah pada tahun 1808. Erupsi yang terjadi di Gunungapi
Ruang, pada beberapa kejadian dipicu oleh gempa tektonik dangkal yang kuat, seperti yang
terjadi pada tahun 1871. Gunungapi Ruang (+714 m dpl) yang merupakan gunungapi strato soliter
berbentuk kerucut terpancung (dibangun oleh aliran lava dan endapan piroklastik), merupakan sebuah
gunungapi yang tumbuh di lingkungan laut membentuk pulau yang tingginya 1700 m dari dasar laut
(dalam Kusumadinata, 1979). Gunungapi Ruang terletak di sebelah baratdaya pulau Tagulandang,
termasuk dalam Kecamatan Tagulandang, Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara. Di puncaknya terdapat
kawah dengan kedalaman sekitar 150 meter. Di dasar kawah ada sebuah kubah lava yang terbentuk
pada tahun 1889. Letusan tahun 1915 menghancurkan bagian selatan kubah dan membentuk kawah
sedalam 100 meter. Sedangkan kegiatan tahun 1904 dan tahun 1949 ditandai oleh adanya aliran lava.

Secara umum kegiatan Gunungapi Ruang dibagi ke dalam 9 periode letusan. Masing-masing periode
letusan diawali dengan erupsi eksplosif (yang menghasilkan endapan aliran dan jatuhan piroklastik)
dan diakhiri dengan erupsi efusif yang menghasilkan leleran lava atau kubah lava. Kesembilan periode
letusan ini enghasilkan dua buah kawah, dan satu kubah lava (Mulyana dkk.,1999). Pulau Ruang dan
Tagulandang adalah bagian dari gugusan Kepulauan Sangir-Talaud, merupakan daerah sebaran gempa
tektonik dangkal (kurang dari 60 km). Karena itu bencana yang terjadi bukan hanya karena letusan
gunungapi, tetapi bisa juga disebabkan oleh gempa tektonik dangkal yang kuat, seperti yang terjadi
pada tahun 1871. Gempa tektonik tersebut juga dapat memicu kegiatan vulkanik Gunungapi
Ruang.Dari informasi yang diperoleh adalah bahwa Gunung Ruang sudah meletus enam kali,

dan yang terakhir merupakan pada tahun 2002. Pada saat itu Gunung Raung menghasilkan
Erupsi eksplosif disertai awan panas. Mengakibatkan kerusakan lahan dan pemukiman serta
mengharuskan pengungsian penduduk. Erupsi terakhir Gunungapi Ruang terjadi pada 25
September 2002 dan bersifat eksplosif dengan ketinggian kolom letusan mencapai lk. 20 km
yang disertai dengan aliran awanpanas utamanya ke arah tenggara dan melanda wilayah seluas
lk 1.6 km2.
Bahaya erupsi gunungapi Ruang terutama berupa hempasan awan panas dan aliran lava yang
dapat melanda seluruh pulau. Sedangkan bahaya terhadap pulau di sekitarnya yang berdekatan
dapat berupa jutuhan bom vulkanik, lapili sampai abu yang mungkin masih panas. Bahaya
lahar hanya terbatas di Pulau Ruang saja.

Morfologi
Gunungapi Ruang merupakan gunungapi strato yang menjulang tinggi mulai dari batas pantai
sekaligus membentuk satu pulau tersendiri yang terpisah dengan pulau yang

lainnya

(Tagulandang). Pada bagian puncak terdapat beberapa tonjolan yang merupakan sisa dari
kegiatan gunungapi masa lampau. Tonjolan tersebut membentuk dinding kawah atau kaldera
kecil, sedang di bagian barat laut terdapat bekas kegiatan yang telah tertutup hasil rempah.
Di dalam kawah terdapat tonjolan kubah lava dengan ketinggian sekitar 709,170 m. Pada
bagian lereng dari tubuh gunungapi ini terdapat beberapa bukit bergelombang yang
merupakan sisa dari beberapa ujung lava seperti di lereng tenggara, diantaranya Bukit KuraKura, di lereng baratnya tidak mempunyai nama. Kawah pada bagian puncak tersebut
menyerupai tapal kuda dengan mulutnya terbuka ke arah selatan.

Petrografi
Batuan G. Ruang dan kerucut Gunung Siwoke di P. Tagulandang umumnya berkomposisi
andesit besaltis dengan tekstur porfiritik dan vitrovirik. Fenokris umumnya terdiri dari
plagioklas orto, clino piroksen, mineral opak dan sebagian ditemukan horblende. Jumlah
fenokris dalam batuan berkisar antara 25 sampai 40% dari volume total batuan. Dapat
disimpulkan bahwa G. Ruang lebih dominan terdiri dari batuan Andesit Basaltis. Secara
keseluruhan kandungan SiO2 berkisar antara 54,31 - 56,94 %. K2O berkisar antara 0.59 - 0,78
%, dan 45 % termasuk seri kalk-alkali. Sedangkan kerucut Siwoke di Pulau Tagulandang yang
lebih tua mempunyai komposisi antara 56,42 - 57,73%, dan kandungan K2O antara 0,88 0,91 %. Dari data tersebut diatas diketahui sejarah evolusi G. Ruang dan P. Tagulandang yang
telah terjadi perubahan komposisi yaitu dari komposisi Andesit ke Andesit Basaltis.
Disamping itu terjadi pula penurunan unsur silika.
Erupsi ataupun aliran lava tahun 1949 mempunyai kandungan silika antara 55,39% 55,44 % berkomposisi Andesit Basaltis. Sedangkan lava dome yang diperkirakan muncul pada
tahun 1889 yang lebih tua berkomposisi sama yaitu Andesit Basaltis dengan kandungan silika
antara 54,31% - 54,59 %. Jika dibandingkan dengan erupsi terakhir berupa aliaran lava 1949,
terlihat ada peningkatan unsur silika, walaupun hanya sedikit, sedangkan komposisi tetap
sama.

(a)

(a)

(b)

(c)
Gambar. Penampilan secara megaskopis tiga conto batuan Gunungapi Ruang.
(a) Lava andesitis, abu-abu, sangat keras, tekstur porfiritik, magnetis, masif, kuarsa
berbutir agak kasar, sedikit oksida besi
(b) Lava andesitis, abu-abu, sangat keras, tekstur porfiritik, masif, magnetis, kuarsa
berbutir agak kasar, terdapat fenokris plagioklas (2-3 cm) pada masa dasar berbutir
sedang, sedikit oksida besi.
(c) Lava andesitis, hitam-abu, sangat keras, tekstur afanitik, magnetis, kuarsa berbutir
agak kasar, berongga, sedikit oksida besi.

Tabel 1. Hasil analisis senyawa geokimia batuan terhadap lava Gunungapi Ruang

Setting Tektonik

Menurut Hamilton (1978) Gunungapi Ruang terletak di Lempeng Sangihe yang jarak
antara gunungapi dan tumbukan tektoniknya tidak begitu dalam. Data perhitungan K2O
SiO2 sebenarnya menguatkan pendapatnya bahwa Gunungapi Ruang terletak tidak begitu jauh
dengan tumbukan Lempeng Sangihe dan Lempeng Molucca yaitu pada kedalaman dangkal
sekitar 130 km . Tatanan tektonik Gunungapi Ruang menurut Hamilton (1979) .

Gambar. Posisi tektonik Gunungapi Ruang yang terletak pada Lempeng Sangihe yang
posisinya sekitar 130 km dengan zone subduksi (Hamilton, 1978).
Kemudian dari penamaan batuan berdasarkan diagram TAS klasifikasi LeBas et.al 1986, IUGS
chemical clasification of volcanic rock, lava tertua Gunungapi Ruang (a) termasuk ke dalam klasifikasi

Trachy-Andesite yaitu batuan beku ekstrusif yang didominasi oleh alkali feldsfar dan sodic plagioklas
yang umumnya diikuti oleh mineral mafic seperti amphibole, biotit dan piroksen, sedangkan lava
pertengahan (b) dan lava termuda (c) Gunungapi Ruang termasuk kedalam klasifikasi Andesite.

Potensi

Gambar. Peta Kawasan Rawan Bencana G. Ruang


Gunungapi Ruang mempunyai sumberdaya berupa cadangan pasir dan batu gunungapi yang
jumlahnya sangat melimpah dan digunakan sebagai bahan bangunan oleh penduduk
sekitarnya. Kondisi tanahnya sangat subur, sebagai penghasil sayur-mayur dan buah-buahan.
Sedangkan potensi negatif dari aktivitas gunungapi ini adalah Secara historis letusan-letusan
yang terjadi di G. Ruang bersifat magmatik-eksplosif disertai dengan aliran awanpanas,
utamanya ke arah timur hingga baratdaya. Ancaman bahaya letusan Gunungapi Ruang bagi

penduduk utamanya yang bermukim di Pulau Ruang dan Tagulandang cukup besar, karena
permukiman dan aktivitas penduduk berada didalam radius 5 km dari puncak gunungapi.
Menurut catatan sejarah aktivitas letusan G. Ruang umumnya bersifat eksplosif dengan pusat
aktivitas di puncak. Tercatat beberapa kejadian aliran lava, hujan abu lebat, dan awan panas.
Wilayah yang paling terancam bahaya jatuhan maupun aliran piroklastik sehingga perlu
sangat diwaspadai utamanya adalah tubuh gunungapi bagian timur, tenggara, selatan hingga
baratdaya. Namun demikian, wilayah di bagian barat, utara dan timurlaut juga memiliki
ancaman bahaya, utamanya jatuhan piroklastik. Dalam kondisi dimana tingkat aktivitasnya
terus meningkat, wilayah ini juga berpotensi terlanda aliran piroklastik.

DAFTAR PUSTAKA

A.R. Mulyana, dkk. 2008. Peta Kawasan Rawan Bencana G. Ruang, Provinsi Sulawesi Utara.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.
http://www.vsi.esdm.go.id/index.php/gunungapi/aktivitas-gunungapi/753-peningkatantingkat-aktivitas-gunungapi-ruang-dari-normal-level-i-menjadi-waspada-level-ii-12-maret2015
http://www.volcanodiscovery.com/sangihe_islands/ruang.html

Anda mungkin juga menyukai