Disusun Oleh:
1. Abdillah Zunarito Omivar
31101300326
31101300347
31101300363
31101300366
31101300371
31101300372
31101300373
31101300375
31101300383
31101300390
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Laporan SGD LBM 2 Blok 18
Tanda tangan
..................................................
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrohim
Alhamdulillahirobbilalamin, segala puji bagi Allah SWT Rob yang telah
memberikan rahmat dan hidayah kepada kita semua. Patutlah kami bersyukur kepada
Allah SWT sehingga kami dapat menyelesaikan laporan LBM 2 dalam blok
Management of Oromaxillofacial Diseases and Disorder.
Penyusun
PENJABARANPEMBELAJARAN
UnitBelajar2
:PenatalaksanaanKistaOdontogen
Judul
:Bengkakyanglambatdansemakinbesar
Skenario
Seorangpasienperempuan29tahundibawakebagianrawatjalanpasiendengankeluhan
pembengkakanyangtidaknyeripadaregiobelakangbawahkirirahangsejak4bulanlalu.
I.
PENDAHULUAN
Kista adalah rongga patologis yang dibatasi epitelium. Kista berisi cairan atau
setengah cairan yang bukan akumulasi dari pus atau darah. Lapisan epitelium itu
sendiri dikelilingi oleh jaringan ikat fibrokolagen.
Infeksi gigi yang kronis dapat menjadi salah satu faktor terbentuknya kista.
Diagnosa kista ditentukan dengan rontgen photo dan pemeriksaan cairan untuk
menemukan kristalkolestrol (kolestrin). Kista ini dapat menjadi fokal infeksi dan
ada jenis kista yang dapat berubah menjadi maligna.
Pada stadium permulaan kista tidak menimbulkan keluhan-keluhan sehingga
kista yang kecil ditemukan secara kebetulan dari gambaran foto rontgen. Tetapi
lama-kelamaan kista ini akan bertambah dan akhirnya pasien mengeluh karena
adanya benjolan atau komplikasi-komplikasi yang terjadi. Di daerah mulut, kista
yang terjadi ada yang berasal dari jaringan gigi dan adapula yang bukan berasal
dari jaringan gigi.
Diagnosa ditegakkan melalui anamnesi, pemeriksaan klinis, radiografik,
pemeriksaan sitopatologis, pengamatan selama operasi pengangkatan kista, dan
pemeriksaan histopatologik. Secara garis besar kista dapat dibagi menjadi kista
developmental dan kista inflamatory. Kista developmental terbagi menjadi kista
odontogenik yaitu kista yang berasal dari sisa-sisa epitelium pembentuk gigi
(epitelium odontogenik) dan kista non odontogenik.
Kista dentigerous yaitu dari berkembangnya poliferasi enamel yang tersisa
atau pembentukan epitelium enamel, dapat bertambah besar dan menyebabkan
ekspansi sehingga meresorpsi tulang-tulang. Biasanya primordial timbul dari
pemecahan retikulum stelata organ enamel sebelum terbentuk struktur gigi.
Bermula adanya impaksi pada gigi akibat lengkung rahang yang terlalu sempit.
Adanya akumulasi cairan antara epitel email yang tereduksi dan mahkota gigi,
tekanan cairan akan mendorong dan terjadi poliferasi epitel email yang tereduksi
dalam kista. Email epitelium yang tereduksi yang berasal dari organ email dan
selubung gigi namun terbentuk sempurna
II.
RUMUSANMASALAH
1. Apa hubungannya pada daerah yang kehilangan sulcus
buccalis dengan pembengkakan dibawahnya (kista) ?
2. Apa penyebab pembengkakan tidak nyeri ?
3. Apa definisi dari kista ?
4. Apa klasifikasi kista odontogen ?
PEMBAHASAN
Kista adalah rongga patologis yang berisi cairan, dibatasi oleh
lapisan epitel dan jaringan ikat. Kista dapat menyebabkan
pembesaran intraoral atau ekstraoral yang secara klinis dapat
menyerupai tumor jinak. Kista banyak didapatkan pada regio
Oral dan Maksilofasial karena adanya sisa epitel odontogenik.
Kista berisi cairan kental atau semiliquid yang dapat berada di
jaringan lunak maupun jaringan keras. Cairan dalam kista
mengandung kristal kolesterol. Kristal kolesterol merupakan salah
satu kandungan isi kista. Selain itu kista juga mengandung serous
dan mucous. Serous muncul pada fase awal dan diikuti oleh
mucous yang muncul setelah terjadi proses inflamasi. Mucous
dibentuk oleh sel goblet yaitu sel panjang dan ramping yang
terbentuk dari molekuler dan dinding kista.
Etiologi kista pada umumnya terjadi karena adanya proliferasi
dari sisa epitel pada saat perkembangan gigi. Epitel yang
berperan pada proses terjadinya kista odontogen adalah sebagai
berikut : Epithelial rest of Malassez, reduced enamel epithelium,
dan glands of Serres. Epithelial rests of Malassez merupakan
epitel yang terbentuk
fragmentasi dari
epitel
yang
berasal
dari
enamel
organ
dan
terjadi
proses
inflamasi.
Saat
proses
inflamasi
factor
mengeliminasi
(EGF,
bakteri.
KGF,TGF-alfa,FGF,
Kolaborasi
dari
dan
HGF)
mediator
untuk
inflamasi,
berhubungan
dengan
adanya
dari
luar
kista
bisa
masuk
ke
lumen
yang
akan
Proinflammatory
cytokines,
interleukins,
lateral,
calcifying
odontogenic
cyst,
dan
kista
odontogen keratosis.
Pada Inflammatory cyst terdapat nyeri dan gejala inflamasi.
Nyeri terjadi karena terdesaknya saraf sensorik di sekitar kista.
Pada umumnya pada kista developmental tidak terasa nyeri,
asimtomatik, dan tidak diketahui penyebabnya. Namun apabila
ukuran kista membesar 10-15 cm atau terdapat infeksi sekunder
maka akan terasa nyeri.
Kista residual adalah kista yang terbentuk setelah sebelumnya
terdapat kista periapikal atau granuloma atau kista kecil namun
ketika perawatan, sel-sel malassez tertinggal sehingga terbentuk
sel-sel
malassez,
dan akan ada asimetri wajah. Pada pemeriksaan intra oral akan
teraba benjolan keras, tidak merasakan nyeri, dapat ditemukan
setelah mengetahui adanya gigi yang tidak tumbuh atau impaksi,
berkembang secara perlahan, bisa terjadi nyeri apabila terdapat
infeksi, tidak tumbuh gigi pada daerah yg membengkak, terdapat
pergeseran letak
pemeriksaan
sitologi
yang
pertama
yaitu
pemngambilan sampel.
pengambilan sampel adalah spatel kayu atau sikat yang dapat dimasukkan ke
rongga mulut, objek glass, pensil kaca, dan alkohol 95% untuk fiksasi. Antiseptik
oral seperti povidone iodine solution atau chlorhexidine dapat disiapkan untuk
sterilisasi sesudah pengambilan sampel. Untuk pembuatan sediaan, diperlukan
bahan pewarnaan Papanicolaou, entelan dan cover glass.
Pengambilan sediaan dilakukan dengan mengerok atau menyikat mukosa yang
akan diambil sampelnya. Spatel kayu dapat digunakan untuk pengambilan sediaan
dengan cara scraping. Cara scraping dilakukan dengan cara mengerok mukosa oral
secara berulangulang dan dilakukan dalam satu arah sampai terlihat kemerahan di
daerah mukosa yang menandakan lamina propria sudah mulai terekspos.
Sedangkan dengan metode brushing, penyikatan mukosa dapat dilakukan
menggunakan cytobrush atau sikat gigi yang telah disterilisasi dengan
merendamnya dalam cairan Chlorhexidine 0,2%. Teknik penyikatan juga dilakukan
secara berulang dan dengan arah yang sama. Setelah dilakukan pengambilan
sampel, spatel kayu atau sikat diapus pada objek glass yang sudah bersih dan sudah
ditandai terlebih dahulu dengan nomor pasien atau regio pengambilan sampel di
rongga mulut.
Objek glass yang sudah diapus harus segera dimasukkan ke larutan fiksasi dan
tidak boleh dikeringkan untuk mencegah pembusukan spesimen, perubahan sel,
dan kontaminasi. Bahan fiksasi untuk pewrnaan rutin yaitu alkohol 95%. Fiksasi
juga berguna untuk mengkondisikan struktur sel agar dapat diwarna. Fiksasi
dilakukan minimal selama 20-30 menit. Perendaman di larutan yang dilakukan
kurang dari 20 menit akan menyebabkan sampel mudah lepas dari objek glass.
Preparat yang sudah difiksasi kemudian dikeluarkan dari alkohol dan dibilas
and resection. Sedangkan konservatif dibagi menjadi part 1 dan part 2. Part 1 yaitu
marsupualisasi. Di Eropa, marsupialisasi dilakukan dengan teknik membuka kista
untuk dekompresi sehingga tidak akan ada tekanan di dalam kista
kemudian tepi nya dijhit dengan mukosa sebelahnya. Di Amerika
Serikat, marsupialisasi dilaukan dengan teknik eksternalisasi,
yaitu melarutkan kista dengan cara memasang tube di kista agar
cairan di dalam kista dapat keluar. Part 2 yaitu enukleasi,
enukleasi adalah pengangkatan kista tanpa pemecahan kista.
Dilakukan dengan menggunakan michel treamer dimana bagian
yang halus mengahadap kista, dan bagian yang seperti sendok
menghadap tulang agar tidak merusak kista. Enukleasi dilakukan
dengan cara dikorek.
IV.
KONSEP MAPING
Kista
odontogenik
Inflamatory
Non
odontogenik
Developmental
Macam-Macam
Gambaran klinis,
radiografi, dan
V.
KESIMPULAN
Macam-macam
Pemeriksaan
klinis dan
sitopatologis
Penatalaksana
an
meliputi Kista Odontogenik yaitu kista yang berhubungan dengan mahkota dan akar gigi,
yang termasuk dalam kista odontogenik adalah kista dentigerous, kista erupsi dan kista
lateral periodontal sedangkan kista non odontogen yaitu kista yang tidak berhubungan
dengan gigi, misalnya kista fisural (kista nasolabial, kista median, kista globulo maxilaris
dan juga kista retensi yang terdiri dari mukokel karena adanya obstruksi kelenjar minor
dan ranula karena adanya obstruksi kelenjar mayor). Yang kedua adalah Kista Inflamatory
yaitu Kista Residual dan Kista Radikular. Pembesaran kista meliputi poliferasi epitel,
pembesaran volume dan adanya resorbsi tulang.
Kista Dentigerous bisa terjadi komplikasi, apabila tidak dirawat dan tidak
ditransformasi dari sel epitel lining sehingga dapat menjadi ameloblastoma dan
kemungkinan lagi bisa bertransformasi menjadi karsinomatous. Penanganan kista
Dentigerous sebaiknya dilakukan bedah enukleasi. Pemeriksaan menunjang yang
dilakukan dalam menangani kista dentigerous adalah dengan rontgen, cek laborat
histopatologi, biopsi, selain itu juga dapat dilakukan aspirasi cairan.
DAFTAR PUSTAKA