Anda di halaman 1dari 15

BAB II

BAHAN KIMIA DARI SENYAWA C2

II. 3 . Vinyl Chloride


2.3.1. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Pertama kali ditemukan pada tahun 1872, ketika secara tidak
sengaja orang menemukan serbuk putih dalam botol berisi gas vinil
klorida yang terekspos oleh sinar Matahari. 54 tahun

berikutnya

hingga ditemukannya teknik pemanfaatan Polivinil Klorida, serbuk


putih yang biasa disebut dengan PVC. Usaha pemanfaatan PVC pada
awalnya banyak menemui jalan buntu karena sifatnya yang mudah
rusak jika dipanaskan, padahal pemanasan merupakan cara pengolahan
yang paling logis, mengikuti analogi pengolahan besi, gelas serta
beberapa bahan polimer organik yang ketika itu sudah ditemukan.
Pada tahun 1926, seorang peneliti pada perusahaan ban BFGoodyear
dalam usaha mencari formulasi lem untuk merekatkan karet ke logam
menemukan bahan elastomer thermoplastik pertama di dunia (bahan
elastis yang dapat diubah bentuknya jika dipanaskan) ketika
memanaskan PVC dalam cairan tricresyl phosphate atau dalam dibutyl
phthalate. Yang terjadi adalah bahwa PVC dapat bercampur secara
sempurna (miscible) dengan masing-masing zat yang kemudian lazim
disebut sebagai plasticizer itu. Serta menghasilkan bahan baru dengan
sifat yang dapat direkayasa, mulai dari yang keras, ketika hanya
sedikit plasticizer dicampurkan dengan PVC, hingga yang sangat
elastic. Komponen terbesar dalam campuran itu adalah plasticizer .

Terobosan teknis ini merupakan awal dari revolusi penggunaan PVC


sebagai commodity plastics, yang melibatkan penggunaan plasticizer
(misalnya tricresyl phosphate atau dibutyl phthalate seperti dalam
kisah diatas) guna mempermudah pemrosesannya serta memberinya
sifat elastis yang cocok untuk berbagai aplikasi seperti kulit imitasi,
plastik untuk alas meja, dan sebagainya. Terobosan teknis kedua
berupa berkembangnya teknologi formulasi PVC dengan penggunaan
zat-zat yang lazim disebut stabilizer, processing acid dan sebagainya.
Yang tak kalah penting, perkembangan teknologi mesin pemroses
PVC sehingga dimungkinkan pemrosesan PVC tanpa kandungan
plasticizer (rigid application). Kini mayoritas penggunaan PVC
adalah pada aplikasi tanpa plasticizer tersebut terutama di bidang
konstruksi, seperti berbagai jenis pipa untuk air bersih mau pun untuk
air limbah domestik, pembungkus (isolator) berbagai macam kabel.
Polivinil klorida (IUPAC : Poli (kloroetanadiol), biasa
disingkat PVC, adalah polimer termo plastik urutan ketiga dalam hal
jumlah pemakaian di dunia, setelah polietilena dan polipropilena. Di
seluruh dunia, lebih dari 50% PVC yang diproduksi dipakai dalam
konstruksi. Sebagai bahan bangunan, PVC relatif murah, tahan lama,
dan mudah dirangkai. PVC bisa dibuat lebih elastis dan fleksibel
dengan menambahkan plasticizer , umumnya ftalat.
PVC yang fleksibel umumnya dipakai sebagai bahan pakaian,
perpipaan, atap, dan insulasi kabel listrik. PVC diproduksi dengan
cara polimerisasi monomer vinil klorida (CH 2=CHCl). Karena 57%
massanya adalah klor , PVC adalah polimer yang menggunakan bahan
baku minyak bumi terendah di antara polimer lainnya. Proses produksi
yang dipakai pada umumnya adalah polimerisasi suspensi.

2.3.2. Sifat Fisika dan Kimia


a.

Sifat Fisika dan Sifat Kimia Bahan baku

1) Etylen Diklorida ( C2 H 4Cl2 )

Sifat sifat fisika Etylen Diklorida :


Berat molekul

98.96 gram/ml

Density

1,257 gram/mol

Titik leleh

-35 C (238 K)

Titik didih

83.584.0 C (357 K)

Titik Nyala

412C

Panas laten penguapan

113,39 kcal/g

Panas laten peleburan

28,547 kcal/g

Panas pembakaran

12.123,70 kcal/g

Konduktivitas Thermal

0,011 Btu/Jft2F

Kelarutan dalam pelarut

Dapat bercampur dengan

Cairan tak berwarna (20 C)

alkohol, eter, aseton, benzen.


Kelarutan dalam air

0.87 gram/100 ml ( temp 20 C)

Viscosity

0.84 mPas ( temp 20 C)

Batas keracunan

75-100 ppm

Batas ledakan

terendah 6,2 %
tertinggi 15,9 %

sifat sifat kimia Etylen Diclorida :

Dehidroklorinasi/ pirolisis membentuk vinil klorida


Pirolisis etilen diklorida pada range temperatur 340-515C

membentuk vinil klorida dan hidrogen klorida. Reaksi yang terjadi :


ClCH2CH2Cl = CH2CHCl + HCl

Reaksi dengan sodium polisulfida membentuk polisulfida polimer ,


n ( ClCH2CH2Cl ) + Na2S ( CH2CH2S ) + 2n NaCl

Reaksi hidrolisis dalam larutan basa untuk membentuk etilen


glikol ,
ClCH2 = CH2Cl + 2NaOHHOCH2 = CH2OH + 2NaCl

Klorinasi termal
Membentuk perkloro etilen dan karbon tetraklorida pada

temperatur 600oC, menurut reaksi sebagai berikut :


3ClCH2CH2Cl + HCl2Cl2C = CCl2 + 2CCl4 + 12HCl

Reaksi dengan amonia untuk membentuk etilen diamin dan


poliamin ,

ClCH2 + 4NH4OHH2NCH2CH2NH2 + 2NH4Cl + 4H2O

Reaksi dengan garam dari asam organik untuk membentuk ester


Reaksi dengan alkohol dan oksida logam untuk membentuk ester
Adisi
Etilen klorohidrin terbentuk melalui reaksi adisi antara etilen

dengan asam hipoklorit pada suhu 20 30oC dan tekanan 2,5 atm.
Reaksi : HOCl + C2H4 CH2OHCH2Cl

Hidrogenasi
Etilen dapat dihidrogenisasi secara langsung dengan katalis

nikel pada suhu 300oC.


Reaksi : C2H4 + H2 C2H6
Atau direaksikan dengan katalis Platina pada suhu kamar.

Polimerisasi
Etilen dapat dipolimerisasikan dengan cara memutuskan ikatan

rangkapnya dan bergabung dengan molekul etilen yang membentuk


molekul yang lebih besar pada tekanan dan temperatur tertentu.
Reaksi : N (CH2=CH2) (-CH2-CH2-)n

Oksidasi
Etilen dapat dioksidasi sehingga akan menghasilkan senyawa-

senyawa etilen oksida, etilendioksida, etilen glikol.


Reaksi : CH2= CH2 + O2 C2H4O

Etilen dapat juga dioksidasi oleh asam asetat dan oksigen


menghasilkan vinil asetat dengan katalis Palasium, Alumina-Silika
pada temperatur 175 200 oC dan tekanan 0,4 1 Mpa.
Reaksi : CH2= CH2 + CH3COOH + O2 H2C=CHOCOCH3 + H2O

Alkilasi
Etilen dapat dialkilasi dengan katalis tertentu, misalnya alkilasi

fiedel-craft, mereaksikan etilen dengan benzena untuk menghasilkan


produk etilbenzen dengan katalis AlCl3 pada suhu 400oC.
Reaksi : CH2= CH2 +C6H6 C6H5C2H5

Klorinasi
Etilen dapat diklorinasi oleh klorine menjadi dikloro etan dan

dengan klorinasi lanjutan akan terbentuk trikloroetan.


Reaksi :
CH2= CH2 + Cl2 ClCH2CH2Cl
ClCH2CH2Cl + Cl2 CH2ClCHCl2 + HCl

Oligomerisasi
Etilen dapat dioligomerisasi, misalnya menjadi Linear Alfa

Olefini (LAO), C10 C14 dengan rantai lurus dan alifatik alkohol.
Reaksi dijalankan pada suhu 80 120oC dengan tekanan 20 Mpa.
Reaksi : Al(C2H5)3 + n C2H4 AlR1R2R3

b. Sifat Fisika dan Kimia Produk


1) Vinyl chloride
Sifat-sifat fisika Vinyl Chloride :
Nama lain

Vinyl chloride monomer (VCM),


Chloroethene, Cloroetylen

Rumus molekul

C2H3Cl

Berat Molekul

62.498 gram/mol

Density pada 20C

0,983 gram/ml

Titik Leleh

- 154 C (119 K)

Titik Didih

-13,81C (259 K)

Titik Nyala

-77C

Kelarutan dalam air

2.7 g/L (0.0432 mol/L)

Larut dalam CCl4 , alkohol.


Gas yang tak berwarna pada suhu ruang (25C)
Batas Keracunan

500 ppm

Batas Ledakan

terendah 4 % , tertinggi 23 %

Sifat-sifat kimia Vinyl Chloride :


Vinil chlorida dihasilkan dari proses cracking atau pemecahan molekul
etilena diklorida.
Reaksinya :

CH2=CH2 + Cl2 CH2Cl CH2 Cl


etilena Etilena diklorida
CH2 Cl CH2 Cl CH2 =CHCl + HCl
Etilena diklorida Vinil klorida
c.

Sifat fisika dan kimia Produk samping


1) Asam Klorida ( HCl )

Sifat-sifat fisika Asam Klorida :


Berat Molekul

35,46 gram/ml

Titik Leleh

-26 C

Titik Didih

110 C

Spgr

1,268

Kelarutan

Air panas = 56,1cc/100 gr

Air dingin 82,3 cc/100 gr


Viskositas

1,9 mPa.s pada 25 C, 31,5% larutan

Densitas

1,18 g/cm 3 (variabel)

Kelarutan dalam air

Tercampur jenuh

Keasaman

(Pka) -8,0

Penampilan

Cairan tak berwarna sampai dengan


kuning pucat

Sifat-sifat kimia Asam Klorida :


Hidrogen klorida (HCl) adalah asam monoprotik, yang berarti
bahwa ia dapat berdisosiasi melepaskan satu H+ hanya sekali.
HCl + H2O H3O+ + Cl

Ion lain yang terbentuk adalah ion klorida, Cl. Asam klorida oleh
karenanya dapat digunakan untuk membuat garam klorida.

Asam monoprotik memiliki satu tetapan disosiasi asam, Ka, yang


mengindikasikan tingkat disosiasi zat tersebut dalam air.

2.3.3. Klasifikasi proses


Klasifikasi Proses pembuatan Vynyl Klorida ada 3 macam proses yaitu
:

Pyrolisis Thermal ethylene diklorida


Reaksi acetylen HCl
Reaksi etylen diklorida kaustik

Dari ketiga proses tersebut yang akan dibahas dalam makalah ini
adalah Vinyl Chloride via ethylene dichloride pyrolysis ( Ethylene
dichloride thermal pyrolysis).

2.3.4. Reaksi kimia


Metode Produksi Pyrolisis Thermal Ethylene diklorida
Reaksi Utama :

C2 H 4Cl2

CH 2CHCl

HCl

Reaksi samping :
C2 H 4Cl2

Polychloride

15 %

Metode Produksi Acetylene-HCl


Reaksi Utama :
C2 H 2

HCl

CH 2CHCl

65 %

Reaksi samping :
C2 H 4

2HCl

1
O2
2

10 %

CH 3CHCl2

H 2O
C2 H 2

CH 3 COH

H 2O

2.3.5. Data kuantitatif


Data Kuantitatif pada metode produksi Pyrolisis Thermal
Ethylene diklorida
Basis

1 ton vinyl chloride ( 95 % yield )

Ethylene dichloride

1,65 ton

Kapasitas pabrik

30-100 ton/hari

Data Kuantitatif pada metode produksi reaksi Acetylene-HCl


Basis

1 ton vinyl chloride ( 97 % yield )

Asetylene

0,462 ton

Asam Klorida

0,6 ton

2.3.6. Flowsheet ( terlampir )


2.3.7. Uraian Proses
Ethylene Dichloride yang berada di dalam storage, ditekan
pada tekanan 4 atm dengan menggunakan boiler yang sudah
dipanaskan oleh steam terlebih dahulu. Pemanasan boiler tersebut
bertujuan untuk menghasilkan Ethylene Dichloride dalam fase uap.
Uap Ethylene tersebut kemudian dikirim ke dryer untuk dikeringkan
dengan menggunakan media Silika Gel. Kemudian diteruskan menuju
Turbular Pyrolysis Furnace. Didalam Furnace tersebut akan terjadi
reaksi yang membutuhkan panas (bersifat endoterm) sehingga perlu
ditambahkan bahan bakar (flue gas) yang temperaturnya perlu
dikontrol antara 480-520 C dengan tekanan 4 atm. Selain
penambahan flue gas, pada furnace tersebut kemudian ditambahkan
juga katalis furnice atau charcoal dengan konversi reaksi sekitar 50 %
sedangkan % yield mencapai 95 96 %. Dari proses tersebut
kemudian dihasilkan produk berupa Vinyl klorida yang masih
bercampur dengan HCl, lalu campuran tersebut dikirim ke Quencher
untuk proses pendinginan dan dari bagian atas Quencher disemprotkan
media pendingin yang berupa Ethylene Dichloride dingin yang mana
proses ini dinamakan dengan proses quenching, selanjutnya produk
yang tidak terkondensasi yang dalam bentuk fase gas masuk menuju
Heat Exchanger untuk dilakukan pendinginan.
Pada saat pendinginan didalam HE, terjadi proses pemisahan,
yaitu HCl akan keluar melalui bagian atas HE sebagai produk
samping, sedangkan Ethylene Dichloride akan

bercampur dengan

Vinyl klorida masuk kedalam Vinyl Still untuk dilakukan proses


pendinginan dan pemisahan kembali, akibatnya terjadilah

proses

pemisahan yaitu, Ethylene Dichloride akan keluar pada bagian dasar


dan akan dibawa menuju EDC still untuk dilakukan pemisahan
selanjutnya.
Dari hasil pemisahan tersebut dihasilkan 3 produk yaitu EDC
yang menghasilkan polychlorides yang juga merupakan hasil
samping, lalu EDC yang berbentuk uap yang akan direcycle kembali
menuju dryer dan EDC cair yang akan digunakan sebagai pendingin
pada quencher, untuk produk utama berupa Vynyl Klorida akan
dihasilkan melalui bagian atas dari proses pemisahan didalam vinil
still tadi tetapi sebelum itu produk tersebut di kondensasi terlebih
dahulu untuk mengubah fasenya dan distabilisasikan dengan
menggunakan stabilizer guna untuk menjaga kestabilan baik
temperatur maupun tekanan dari produk tersebut dan selanjutnya akan
dikirim menuju storage untuk disimpan kembali .
2.3.8. Fungsi Alat
Pada proses Pyrolisis Thermal Etilen diklorida ( EDC )
:
Tempat penyimpanan zat (bahan)
:
Sebagai pengering atau tempat
mengurangi kadar air dalam suatu bahan
Tubular Pyrolisis Furnace
:
Tempat terjadinya pembakaran zat
disertai terjadinya reaksi
Storage
Dryer

C2 H 4Cl2 CH 2CHCl + HCl

Quencher

Tempat pendinginan suatu zat setelah


mengalami pemanasan guna penurunan
suhunya. Proses ini sering disebut

Heat Exchanger

quenching
Tempat pertukaran panas dan

pendinginan

dari

suatu

zat,

baik

menaikan suhu maupun menurunkan


Vinyl Still

suhu.
Destilator / tempat yang memisahkan
Vinyl Klorida dengan Etylen Dichloride
ataupun senyawa lain (Polychloride)

EDC Still

Pompa

berdasarkan perbedaan titik didih.


Destilator yang memisahkan EDC
dengan senyawa (Polyclorides)
C2 H 4Cl2
15 % Polychlorides
Mempercepat energi mekanik fluida cair

2.3.9. Kegunaan Produk


Produk yang berupa Vinyl chloride apabila disimpan dalam fase cair
dapat digunakan sebagai bahan untuk polymerization reactors dimana
dikonvert dari monomer ke polimer PVC. Produk akhir dari proses
polymerization PVC adalah salah satu yang mengelupas atau bentuk pil. Dari
lempeng PVC bentuk pil tersebut dijual kepada perusahaan-perusahaan yang
besar dan lempeng PVC juga menjadi produk akhir seperti PVC pipa dan
botol. Monomer vinyl klorida digunakan untuk bahan baku pembuatan PVC.
Produknya beragam dan secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu
unplasticised PVC (uPVC atau PVC-U) yang bersifat rigid dan plasticised
PVC yang bersifat fleksibel.

2.3.10. Kesimpulan

Reaksi yang terjadi :

C2 H 4Cl2

Ethylene Dichloride

CH 2CHCl

HCl

Vinyl ChlorideAsam klorida

Dihasilkan 3 produk yaitu


1) EDC yang menghasilkan polychlorides yang juga merupakan
hasil samping,
2) EDC yang berbentuk uap yang akan direcycle kembali menuju
dryer dan,
3) EDC cair yang akan digunakan sebagai pendingin.
Kegunaan Monomer vinyl klorida digunakan untuk bahan baku
pembuatan PVC.

DAFTAR PUSTAKA
Charles E Dryden. 1990. Chemical Process. Second Adition. New York

Ir. Erlinawati, M.T. dkk. 2013. Modul Perkuliahan Proses Industri Kimia 2.
Politeknik Negeri Sriwijaya. Palembang.
http:/sifat-sifat-fisik-dan-kimia-EthyleneDichloride-Wikipedia bahasa
Indonesia, ensiklopedia bebas.htm
www.google.com
file:///G:/Sifat-sifat%20bahan%20kimia_files/aff-express.htm
http://en.wikipedia.org/wiki/Vinyl_chloride

Anda mungkin juga menyukai