Contoh lain yang tak kalah penting pada desain minimalis dari negara lain yang
sering diterapkan di Indonesia adalah tidak adanya perpanjangan atap yang
melindungi jendela dari sinar matahari dan air hujan, atau yang sering disebut
dengan teritisan/kanopi. Untuk mendapatkan sinar matahari yang maksimal,
bangunan-bangunan minimalis di negara empat musim cenderung mengurangi
ukuran atau bahkan menghilangkan teritisan yang memang tidak diperlukan.
Apabila hal tersebut diterapkan pada desain arsitektur minimalis di Indonesia,
maka akan berdampak pada pengeluaran biaya tak terduga, seperti biaya
perawatan yang meningkat akibat perabot yang ada di dalam bangunan menjadi
cepat rusak dan lebih cepat pudar karena paparan sinar matahari. Selain itu,
panas matahari berlebih yang masuk ke dalam bangunan dapat menyebabkan
tambahan beban pendingin buatan seperti kipas angin maupun AC (Air
Conditioner). Hal tersebut tentunya menyebabkan beban biaya listrik menjadi
lebih bertambah.
Dari paparan diatas maka
dapat disimpulkan bahwa
sebenarnya
mengadaptasi
tren
desain
arsitektur
minimalis pada bangunan
seperti
rumah
tinggal
ataupun bangunan komersial
lainnya di Indonesia tidak
TROPIS MINIMALIS Salah satu contoh rumah
sepenuhnya
salah
atau
dengan konsep minimalis yang telah disesuaikan
dilarang. Tetapi masyarakat
dengan karakteristik bangunan tropis.
Indonesia sebaiknya lebih jeli
dalam mengadopsi desain arsitektur yang berasal dari negara dengan iklim yang
berbeda. Menyesuaikan desain arsitektur minimalis dengan karakteristik
bangunan tropis/tradisional merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan
untuk mengasilkan bangunan minimalis yang sesuai dengan iklim di Indonesia.