Anda di halaman 1dari 7

Jenis-jenis Penelitian

Di atas dikemukakan bahwa penelitian adalah suatu cara sistematik untuk


mendapatkan suatu pengetahuan. Sama halnya dengan cara sistematik untuk
membuat kue atau mendapatkan kesembuhan. Lebih jauh dapat dikemukakan
secara garis besar langkah-langkah untuk membuat dua kursi atau dua kue yang
berbeda sama, tetapi pada langkah-langkah tertentu akan berbeda. Setiap langkah
mempunyai variasi yang berbeda-beda. Misalkan untuk membuat kue bolu kukus
dan bolu biasa langkah-langkah garis besarnya sama, tetapi pada langkah terakhir,
misalkan langkah mematangkan adonan, akan berbeda. Untuk bolu kukus, langkah
terakhirnya dikukus, sedangkan untuk bolu bakar, langkah terakhirnya adalah
dibakar. Hal ini menunjukkan bahwa kue bolu meskipun sama tetapi mempunyai
jenis yang berbeda karena dibuat melalui langkah yang sama tetapi berbeda pada
langkah akhir.

Hal yang terjadi pada pembuatan kue tersebut dapat juga terjadi pada suatu
penelitian, sehingga dikenal beberapa jenis penelitian, misalkan penelitian
penggalian (exploratory), penjelasan (explanatory), pemaparan (descriptive),
penerapan (applied), atau pun penelitian dasar atau murni (basic). Penelitian
exploratory, explanatory, dan descriptive adalah jenis-jenis penelitian yang
dibedakan berdasarkan tujuannya (Neuman, 2000: 21). Sedangkan penelitian
terapan dan dasar atau murni adalah jenis-jenis penelitian yang dibedakan
berdasarkan kegunaannya (Sekaran, 2003: 7). Selanjutnya akan dibahas mengenai
jenis-jenis penelitian tersebut.

1.1.Penelitian Exploratory

Penelitian exploratory adalah Penelitian yang bertujuan menggali / mencari


variabel-variabel atau faktor-faktor yang terdapat pada suatu fenomena / kondisi /
setting sosial tertentu. Misalkan pemerintah ingin tahu faktor-faktor penyebab
kenakalan remaja, atau seorang pengusaha ingin tahu faktor-faktor motivasi di
9 perusahaannya. Metode yang digunakan dalam penelitian-penelitian eksploratori
umumnya adalah metode kualitatif atau menggunakan metode kategorisasi,
abstraksi, komparasi, dimensionalisasi, integrasi, iterasi, dan refutasi (Spiggle,
1994).
Kategorisasi adalah proses pengklasifikasian atau penamaan (labeling) data, hal ini
biasanya dilakukan ketika teradi proses coding data. Abstraksi adalah kegiatan
meningkatkan kategori-kategori data empirik yang diperoleh menjadi konstrak yang
lebih terkonsep. Komparasi adalah menggali perbedaan-perbedan dan kesamaan-

kesamaan diantara data yang diperoleh dan mungkin menjadi dasar untuk kegiatan
penambahan data. Dimensionalisasi adalah kegiatan mengidentifikasi tanda-tanda
yang dimiliki beberapa kategori dan konstrak yang telah diperoleh. Integrasi adalah
menggabungkan konstrak yang terkonseptual melalui suatu paradigma, teori, atau
cara pandang tertentu. Iterasi adalah kegiatan analisis berulang-ulang terhadap
langkah-langkah yang telah dilakukan maupun yang akan dilakukan oleh peneliti
(berupa penelaahan ulang terhadap langkah-langkah yang telah dan akan
dilakukan). Refutasi adalah kegiatan menguji secara sengaja apa yang diperoleh
dalam proses kategorisasi, konstruksi, proposisi, atau kerangka konseptual kedalam
kondisi empirik. Contoh penelitian eksploratif penulis kemukakan dibawah ini.
Seorang walikota menelaah lapran-laporan (observasi) mengenai kondisi kotanya,
lalu dia menemukan bahwa sebagian besar kejahatan di mal-mal dalam kota
dilakukan oleh anak-anak (remaja) berusia 15 sampai 25 tahun. Seorang peneliti
diberi tugas oleh Walikota itu utuk menelaah faktor-faktor yang patut diduga
melatarbelakangi munculnya kenakalan remaja. Peneliti tersebut selanjutnya
mendatangi tempat yang diasumsikan sebagai terkumpulnya anak-anak nakal,
yaitu penjara khusus anak-anak nakal. Misalkan di Tangerang. Langkah kedua
peneliti tersebut adalah mengumpulkan sejumlah anak-anak nakal di penjara
khusus tersebut, misalkan sebanyak 100 orang secara acak.
10Langkah ketiga peneliti tersebut adalah mengumpulkan data melalui wawancara
terhadap keseratus anak-anak nakal tersebut dan mencatatnya. Misalkan hasil
wawancara tersebut menunjukkan hal-hal sebagai berikut:
- 20 orang anak mempunyai adik lebih dari 3, 10 orang mempunyai kakak lebih dari
2, 70 orang anak tidak mempunyai adik maupun kakak (anak tunggal);
- 5 orang Ibu maupun Bapaknya tidak bekerja, 80 orang kedua orangtuanya bekerja,
dan 15 orang hanya Bapaknya yang bekerja;
- 75 orang masih duduk dikelas 2 SMP, 10 orang kelas 3 SMP, 5 orang kelas 1 SMA,
dan 10 orang kelas 3 SMA; dan
- rata-rata usia keseratus anak tersebut adalah 19 tahun.
- 20 orang anak pegawai negeri (pemda), 25 orang anak pengusaha, 10 orang anak
dokter, 20 orang anak petani, dan 25 orang anak pengacara.
Langkah keempat peneliti adalah mengklasifikasi data-data tersebut di atas. Data di
atas menunjukkan suatu klasifikasi bahwa faktor-faktor penyebab kenakalan remaja
adalah: anak tunggal, kedua orang tua pekerja, dan pendidikan rendah. Ketiga
faktor tersebut adalah jumlah terbesar dari masing-masing klasifikasi yang
ditanyakan. Misalkan sebesar 70 orang (70%) adalah anak tunggal, sehingga
peneliti tersebut dapat disimpulkan bahwa anak tunggal adalah salah satu
penyebab kenakalan remaja. Selanjutnya peneliti itu pun akan menyimpulkan

bahwa faktor kedua yang patut diduga sebagai penyebab kenakalan remaja adalah
kedua orang tua pekerja, karena dari seratus orang anak, sebanyak 80 anak (80%),
kedua orang tuanya bekerja.
11
1.2. Penelitian Explanatory
Penelitian explanatory adalah penelitian yang bertujuan menelaah kausalitas antar
variabel yang menjelaskan suatu fenomena tertentu. Misalkan penelitian mengenai
hubungan antara uang dengan motivasi, hubungan antara jumlah wanita karir
dengan kenakalan remaja, hubungan antara gaji dengan bellboy turnover seperti
contoh di atas, atau hubungan antara gaji dengan kinerja. Perbedaan antara
penelitian explanatory dengan exploratory adalah: pada penelitian exploratory
peneliti tidak berusaha membuktikan atau menjelaskan hubungan atau pengaruh
antar variabel, sedangkan dalam penelitian explanatory peneliti berusaha untuk
menjelaskan atau membuktikan hubungan atau pengaruh antar variabel.

1.3. Penelitian Descriptive


Penelitian descriptive adalah penelitian yang bertujuan menggambarkan suatu
kondisi atau fenomena tertentu, tidak memilah-milah atau mencari faktor-faktor
atau variabel tertentu. Misalkan seorang peneliti yang menjelaskan prosedur
pengambilan keputusan di sebuah perusahaan, atau peneliti menjelaskan mengenai
adat istiadat perkawinan disebuah suku.

1.4. Penelitian Terapan


Penelitian yang hasil penemuannya digunakan untuk memecahkan masalah dalam
suatu organisasi. Misalkan sebuah perusahaan menghadapi tiga alternatif strategi
untuk memperbaiki produktivitasnya, yaitu: (1) continuous improvement, (2) fokus
hanya terhadap pengembangan produk, dan (3) secara simultan meraih keduanya.
Strategi mana yang paling sesuai dengan kondisi perusahaan? Mengingat
kapabilitas dan sumberdaya yang dimiliki perusahaan tersebut.
12
Contoh lain adalah sebuah perusahaan yang mempunyai alternatif memindahkan
jam kerja karyawannya untuk mengganti libur dihari jumat pada musim panas.
Mereka berhasil mengubah jam kerja menjadi pulang jam 1.00 pagi. Apakah hal
yang sama dapat diterapkan pada perusahaan lain? Mengingat kebutuhan
karyawan untk berlibur berbeda-beda.
1.5. Penelitian Dasar atau Murni

Penelitian yang hasil penemuannya untuk memperdalam atau mengembangkan


pemahaman terhadap suatu masalah tertentu dalam organisasi. Tujuan utama
penelitian dasar adalah menghasilkan pengetahuan dan pemehaman terhadap
fenomena yang terjadi dan membangun teori-teori berdasarkan hasil-hasil
penelitian. Contoh: Eksperimen GE berkaitan dengan berbagai macam penerapan
energi listrik, bagaimana memperbaiki keefektivan sistem informasi sebuah
organisasi, mengintegrasikan berbagai macam teknologi untuk memperbaiki kondisi
organisasi.

1.6. Penelitian tindakan (action research)


Grenhaug dan Olson (1999) mengutip Rapoport, mengungkapkan mengenai definisi
penelitian tindakan sebagai penelitian yang bertujuan memberikan kontribusi baik
terhadap dunia praktek untuk pemecahan masalah dalam situasi tertentu maupun
terhadap tujuan-tujuan ilmu social melalui kolaborasi didalam suatu kerangka kerja
etika yang dapat diterima secara imbal balik (mutually acceptable ethical
framework).
Sekaran (2003: 36) mengungkapkan bahwa action research adalah penelitian yang
dilakukan oleh para konsultan yang mempunyai inisiatif untuk mengubah prosesproses didalam organisasi. Dalam penelitian ini, peneliti memulai penelitian
13
dengan suatu masalah yang sudah teridentifikasi dengan jelas, dan mengumpulkan
data relevan untuk mendapatkan pemecahan masalah yang bersifat tentatif.
Pemecahan masalah tersebut selanjutnya diimplementasikan, dengan pemahaman
kemungkinan terjadinya suatu akibat implementasi yang tidak diperkirakan
sebelumnya. Akibat atau efek tersebut selajutnya dievaluasi, didefinisikan, dan di
diagnosis ulang. Selanjutnya penelitian dilanjutkan sampai masalah yang
diidentifikasi terpecahkan dengan baik.
Definisi penelitian tindakan tersebut memberikan gambaran bahwa action research
mempunyai ciri-ciri (Grenhaug dan Olson, 1999):
1. penekanan terhadap pentingnya kontribusi ilmiah maupun pemecahan masalah
secara praktis dan nyata, terutama terkait dengan tindakan masa mendatang
setelah hasil penelitian diperoleh.
2. memfokuskan pada nilai-nilai umum dan standar-standar hubungan antara
peneliti dan klien
3. mencerminkan suatu strategi penelitian intensif. Mirip dengan studi kasus tetapi
juga terkait erat dengan metode penelitian secara tradisional

4. melibatkan beberapa aspek kolaborasi antara peneliti dank klien


5. bersifat longitudinal dan menekankan pada pembelajaran dan perbaikan secara
bertahap (gradual learning and improvements)
6. asumsi-asumsi bahwa peneliti membutuhkan kontak dan interaksi dengan klien
untuk memahami secara benar masalah yang dihadapi dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
I.5.
Manajer dan Penelitian
Cooper dan Schindler (2003) dan Sekaran (2003) mengungkapkan beberapa alasan
kenapa manajer perlu memahami proses penelitian. Alasan-alasan itu menunjukkan
bahwa penelitian mempunyai posisi yang penting bagi seorang manajer. Alasanalasan tersebut adalah:
1.
Penelitian dapat memberikan pemahaman, pengendalian, dan memprediksi
kejadian atau fenomena yang mungkin tidak dapat diperkirakan sebelumnya.
Misalkan: apakah suatu produk baru akan laku terjual? Apakah investasi yang
dilakukan akan memberi keuntungan?
2.
Proses penelitian merupakan langkah awal dalam merumuskan atau menganalisis
suatu masalah (memberikan cara berpikir atau logika berpikir)
3.
Dapat membedakan penelitian yang baik dan buruk yang dilakukan oleh konsultan
atau pihak diluar organisasi
4.
Penelitian dapat merupakan alat untuk pengambilan keputusan bagi manajer
5.
Dapat memahami berbagai macam faktor yang mempengaruhi suatu situasi
tertentu dalm organisasi.
I.6.
Penelitian Ilmiah dan Non-Ilmiah

Seperti dikemukakan dibagian awal Bab ini, penelitian adalah cara untuk
mendapatkan suatu ilmu pengetahuan, sehingga penelitian ilmiah dapat dikatakan
sebagai cara-cara mendapatkan suatu ilmu pengetahuan dengan cara yang ilmiah
atau sistematik. Pada hakekatnya cara mendapatkan ilmu pengetahuan dapat
dibedakan menjadi dua cara, yaitu cara mendapatkan ilmu pengetahuan yang
ilmiah (sistematik), sehingga ilmu pengetahuan yang diperoleh dapat
dipertanggung jawabkan, dan cara
15
mendapatkan ilmu pengetahuan yang tidak ilmiah (tidak sistematik), yang ilmu
pengetahuannya tidak dapat dipertanggung jawabkan.
Kerlinger dan Lee (2000) mengungkapkan bahwa penelitian ilmiah tidak dilakukan
berdasarkan dugaan, pengalaman, atau intuisi semata, tetapi juga melalui suatu
langkah terarah dan tegas atau teliti (rigorous), yang tidak dipengaruhi oleh
kepentingan atau pemikiran seseorang. Kerlinger dan Lee (2000) lebih jauh
mengungkapkan empat cara memperoleh ilmu pengetahuan, yaitu berdasarkan
keyakinan (tenacity), berdasarkan wewenang (authority), berdasarkan a priori , dan
berdasarkan langkah-langkah metode ilmu pengetahuan (method of science).
Mendapatkan pengetahuan atau menarik kesimpulan berdasarkan keyakinan adalah
ketika seseorang menarik kesimpulan berdasarkan apa yang dia pegang sebagai
yang paling benar. Misalkan, seorang manajer yang yakin, tanpa alasan apapun
juga bahwa meningkatkan gaji akan meningkatkan motivasi. Kesimpulan atau
pengambilan pengetahuan meningkatkan gaji tersebut tanpa didasari apapun juga,
baik berdasarkan teori atau hasil penelitian.
Mendapatkan pengetahuan berdasarkan wewenang, adalah ketika seseorang
mengambil pengetahuan atau menarik kesimpulan melalui wewenang orang lain
atau pihak yang berwenang. Misalkan seorang konsumen yang akan meminum
minuman dalam kemasan. Ketika konsumen tersebut meminum minuman dalam
kemasan, dia merasa yakin bahwa minuman yang diminum adalah minuman yang
menyehatkan. Kesimpulan bahwa minuman yang diminum adalah minuman yang
menyehatkan, bukan berdasarkan penelitian konsumen yang bersangkutan, tetapi
berdasarkan label atau catatan yang tertera dikemasan minuman tersebut yang
menunjukkan bahwa minuman yang diminum sudah terdapaftar di Departemen
Kesehatan. Karena minuman kemasan tersebut sudah terdaftar di Departemen
Kesehatan, maka konsumen yang membeli minuman kemasan akan menyimpulkan
bahwa minuman
16
kemasan yang diminum adalah sehat. Pengambilan kesimpulan atau pengetahuan
berdasarkan wewenang tertentu, misalkan contoh di atas adalah pengambilan

kesimpulan (pengetahuan) berdasarkan wewenang Departemen Kesehatan,


dinamakan pengambilan kesimpulan atau pengetahuan berdasarkan wewenang.
Pengambilan kesimpulan atau ilmu pengetahuan yang ketiga adalah pengambilan
kesimpulan berdasarkan a priori. A priori adalah kondisi tindakan atau pemikiran
yang setuju hanya berdasarkan alasan saja, tanpa suatu cara atau bukti-bukti yang
jelas. Misalkan seorang manajer menyimpulkan atau berpandangan bahwa setiap
permasalah dalam organisasi akan diselesaikan melalui kenaikan gaji atau
pemberian uang. Manajer tersebut menyimpulkan bahwa semua permasalahan
dalam organisasi dapat diselesaikan dengan uang karena manajer tersebut
beralasan bahwa uang adalah benda yang dibutuhkan oleh siapapun juga. Alasan
bahwa uang adalah benda yang dibutuhkan oleh siapapun juga adalah yang
melatar belakangi manajer tersebut menarik suatu kesimpulan bahwa semua
urusan dalam organisasi akan dapat diselesaikan melalui uang. Kesimpulan yang
ditarik oleh manajer tersebut adalah kesimpulan atau pengambilan keputusan yang
bersifat a priori.
Pengambilan kesimpulan atau penetahuan yang keempat adalah melalui suatu cara
yang sistematika, terarah, dan dapat dipertanggungjawabkan. Cara pengambilan ini
dinamakan sebagai pengambilan ilmu pengetauan yang ilmiah. Yaitu mendapatkan
pengetahuan atau menarik kesimpulan berdasarkan langkah-langkah tertentu, yaitu
diawali dari langkah observasi sampai dengan langkah penarikan kesimpulan.
Berdasarkan keempat cara pengambilan kesimpulan atau mendapatkan ilmu
pengetahuan tersebut di atas, maka dapat dilihat bahwa pencarian ilmu
pengetahuan yang ilmiah, melalui langkah-langkah sistematik adalah cara yang
paling dapat dipertanggung jawabkan. Karena sistematik dan dapat dilacak sumber
pengetahuan
17
tersebut. Oleh karenanya memahami ciri-ciri penarikan kesimpulan atau penarikan
kesimpulan yang sistematik (ilmiah) sangatlah pe

Anda mungkin juga menyukai