Anda di halaman 1dari 41

Laboratorium Sedimentologi

BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Ekskursi praktikum sedimentologi ini merupakan rangkaian acara
praktikum yang wajib di tempuh oleh praktikan. Objek pengamatan pada ekskursi
ini yaitu singkapan batuan sedimen karbonat yang berada didaerah Panggang,
Wonosari Yogyakarta.
Sedimentologi adalah ilmu yang mempelajari sedimen atau endapan (Wadell,
1932). Sedangkan sedimen atau endapan pada umumnya diartikan sebagai hasil
dari proses pelapukan terhadap suatu tubuh batuan, yang kemudian mengalami
erosi, tertansportasi oleh air, angin, dll, dan pada akhirnya terendapkan atau
tersedimentasikan.
Batuan karbonat didefinisikan sebagai batuan dengan kandungan material
karbonat lebih dari 50 % yang tersusun atas partikel karbonat klastik yang
tersemenkan atau karbonat kristalin hasil presipitasi langsung (Reijers & 1986).
Bates & Jackson (1987) mendefinisikan batuan karbonat sebagai batuan yang
komponen utamanya adalah mineral karbonat dengan berat keseluruhan lebih dari
50 %. Sedangkan batugamping, menurut definisi Reijers & Hsu (1986) adalah
batuan yang mengandung kalsium karbonat hingga 95 %. Sehingga tidak semua
batuan karbonat merupakan batugamping.
I.2

MAKSUD DAN TUJUAN


Pada penyusunan laporan ini dimaksudkan agar praktikan mampu

mengaplikasikan langsung ilmu yang didapatkan dilapangan dan diperkuliahan


dalam mengamati serta menginterpretasi batuan sedimen yang tersingkap
dilapangan secara langsung. Tujuannya dari ekskursi ini kami dapat membuat
profil, deskripsi batuan, menginterpretasi lingkungan pengendapan.

Nama
Nim
Plug

: Dewi Fitri Anggraini


: 111130126
:5

Page 1

Laboratorium Sedimentologi

I.3

DASAR TEORI
1. Pengertian
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk sebagai hasil pemadatan

endapan yang berupa bahan lepas. Hutton (1875; dalam Sanders, 1981). Batuan
sedimen adalah batuan yang terbentuk oleh konsolidasi sedimen, sebagai material
lepas, yang terangkut ke lokasi pengendapan oleh air, angin, es dan longsoran
gravitasi, gerakan tanah atau tanah longsor. Batuan sedimen juga dapat terbentuk
oleh penguapan larutan kalsium karbonat, silika, garam dan material lain. Menurut
Tucker (1991), 70 % batuan di permukaan bumi berupa batuan sedimen. Tetapi
batuan itu hanya 2 % dari volume seluruh kerak bumi. Ini berarti batuan sedimen
tersebar sangat luas di permukaan bumi, tetapi ketebalannya relatif tipis. Batuan
karbonat merupakan salah satu jenis batuan sedimen non silisiklastik. Pada batuan
ini terkandung fraksi karbonat yang lebih besar jumlahnya daripada fraksi non
karbonat, jumlah fraksi karbonatnya lebih dari 50%. Selama pembentukannya,
batuan karbonat melalui serangkaian proses-proses yang disebut diagenesa.
Dengan kata lain diagenesa adalah perubahan yang terjadi pada sedimen secara
alami, sejak proses pengendapan awal hingga batas (onset) dimana metamorfisme
akan terbentuk. Setelah proses pengendapan berakhir, sedimen karbonat
mengalami proses diagenesa yang dapat menyebabkan perubahan kimiawi dan
mineralogi untuk selanjutnya mengeras menjadi batuan karbonat.
2. Klasifikasi Umum
Pettijohn (1975), ODunn & Sill (1986) membagi batuan sedimen berdasar
teksturnya menjadi dua kelompok besar, yaitu batuan sedimen klastika dan batuan
sedimen non-klastika.
Batuan sedimen klastika (detritus, mekanik, eksogenik) adalah batuan sedimen
yang terbentuk sebagai hasil pengerjaan kembali (reworking) terhadap batuan
yang sudah ada. Proses pengerjaan kembali itu meliputi pelapukan, erosi,
transportasi dan kemudian redeposisi (pengendapan kembali). Sebagai media
proses tersebut adalah air, angin, es atau efek gravitasi (beratnya sendiri). Media
Nama
Nim
Plug

: Dewi Fitri Anggraini


: 111130126
:5

Page 2

Laboratorium Sedimentologi

yang terakhir itu sebagai akibat longsoran batuan yang telah ada. Kelompok
batuan ini bersifat fragmental, atau terdiri dari butiran/pecahan batuan (klastika)
sehingga bertekstur klastika.
Batuan sedimen non-klastika adalah batuan sedimen yang terbentuk
sebagai hasil penguapan suatu larutan, atau pengendapan material di tempat itu
juga (insitu). Proses pembentukan batuan sedimen kelompok ini dapat secara
kimiawi, biologi /organik, dan kombinasi di antara keduanya (biokimia). Secara
kimia, endapan terbentuk sebagai hasil reaksi kimia, misalnya CaO +
CO2 CaCO3. Secara organik adalah pembentukan sedimen oleh aktivitas
binatang atau tumbuh-tumbuhan, sebagai contoh pembentukan rumah binatang
laut (karang), terkumpulnya cangkang binatang (fosil), atau terkuburnya kayukayuan sebagai akibat penurunan daratan menjadi laut.
Penaman batuan sedimen secara deskriptif, tergantung pada data pemerian
(data deskriptif) yang meliputi warna, tekstur, struktur dan komposisi. Pembagian
batuan sedimen silisiklastika umumnya berdasar ukuran butir, ditambah dengan
bentuk butir, struktur dan komposisi yaitu :
1. Rudit (f > 2 mm), termasuk breksi (fragmen meruncing), konglomerat (fragmen
membulat). Apabila komposisi fragmen batuan secara megaskopik dapat diamati,
maka penamaaan tambahan dapat diberikan berdasarkan komposisi utama
fragmen batuan tersebut. Misalnya breksi andesit, breksi batuapung, konglomerat
kuarsa.
2. Arenit, adalah batuan sedimen berbutir pasir (batupasir). Penamaan batupasir
ini dapat ditambahkan berdasar kenampakan struktur sedimen (contoh batupasir
berlapis, batupasir silangsiur), atau komposisi penyusun utamanya, misal
batupasir kuarsa.
3. Lutit, terdiri dari batulempung, batulanau, dan serpih. Batulempung berbutir
lempung, batulanau tersusun oleh mineral/fragmen batuan berbutir lanau. Serpih
adalah batulempung atau batulanau berstruktur laminasi.

Nama
Nim
Plug

: Dewi Fitri Anggraini


: 111130126
:5

Page 3

Laboratorium Sedimentologi

Gambar I.3 klasifikasi batuan karbonat menurut Dunham 1962

Klasifikasi batuan karbonat menurut Embry dan klovan ini merupakan modifikasi
dari klasifikasi yang diusulkan oleh Dunham (1962).

Gambar I.3 Klasifikasi Batuan Karbonat Menurut Embry & Klovan (1971)

Nama
Nim
Plug

: Dewi Fitri Anggraini


: 111130126
:5

Page 4

Laboratorium Sedimentologi

3. Proses Diagenesa
Proses diagnesa sangat berperan dalam menentukan bentuk dan karakter
akhir batuan sedimen yang dihasilkannya. Proses diagenesa akan menyebabkan
perubahan material sedimen. Perubahan yang terjadi adalah perubahan fisik,
mineralogi dan kimia. Pada batuan karbonat, diagenesa merupakan proses
transformasi menuju batugamping atau dolomit yang lebih stabil.

Faktor

yang menentukan karakter akhir produk diagenesa antara lain :


1.

Komposisi sedimen mula-mula

2.

Sifat alami fluida interstitial dan pergerakannya

3.

Proses kimia dan fisika yang bekerja selama diagenesa


Dengan melihat faktor-faktor tersebut dapat diketahui bahwa batuan

karbonat dengan komposisi utama kalsit akan mengalami proses diagenesa yang
berbeda dibandingkan dengan batuan karbonat yang berkomposisi dominan
aragonit maupun juga dolomit. Lingkungan pelarutan dan lithifikasi yang berbeda,
misal di lingkungan air laut dan air tawar akan menghasilkan batuan yang
berbeda. Demikian juga halnya dengan tekstur semen dan butiran batuan, juga
akan

bervariasi

bergantung

pada

tekanan

dan

temperatur

lingkungan

diagenesanya.
Lingkungan diagenesa yang berbeda akan memiliki proses kimia dan
fisika yang relatif berbeda pula, sehingga produk diagenesanya pun akan berbeda.
Hal inilah yang dapat dijadikan indikator untuk mengetahui lingkungan diagenesa
yang bersangkutan. Ada beberapa lingkungan diagenesa beserta produknya, yaitu:
1.

Marine (dicirikan oleh kehadiran semen aragonit, High Mg-Calcite)

2.

Lagoon (dicirikan oleh adanya dolomititsasi akibat proses evaporasi)

3.

Phreatic (dicirikan oleh kehadiran kalsit hasil pelarutan)

4.

Vadose (dicirikan oleh kehadiran kalsit hasil pelarutan)

5.

Burial (dicirikan oleh kehadiran kalsit hasil pelarutan tekanan/pressure


solution

Secara umum penggambaran diagenesa batuan karbonat adalah sebagai berikut:


Nama
Nim
Plug

: Dewi Fitri Anggraini


: 111130126
:5

Page 5

Laboratorium Sedimentologi

Gambar I.3 Diagenesa batuan karbonat

Sumber: http://www.geol.umd.edu/~hcui/Teaching/DiagenesisHuanCui.pdf
Proses-proses diagenesa batuan karbonat meliputi:

Pelarutan (Dissolution)

Merupakan proses melarutnya komponen karbonat yang terjadi saat fluida pori
tidak jenuh (undersaturated) oleh mineral-mineral karbonat. Pelarutan akan
terbantu oleh adanya mineral yang bisa larut (mineral karbonat yang tidak stabil
seperti aragonit dan Mg-calcite), serta nilai pH yang rendah (lingkungan menjadi
asam). Fluida air pori yang ada dalam ruang antar butiran pada batuan karbonat
biasanya akan sangat agresif melarutkan karbonat jika terkandung konsentrasi
gas CO2 yang disumbangkan oleh lingkungan sekitar (misalnya karbon dan
oksigen yang dilepaskan oleh jasad oganik). Pelarutan karbonat kurang banyak
terjadi di lingkungan laut. Tapi justru banyak terjadi pada lingkungan darat atau
manapun yang ada perkolasi (rembesan) dari air meteorik (air hujan maupun air
tawar). Bentang alam karst merupakan hasil dari proses pelarutan batuan
karbonat. Pembentukkannya dipengaruhi oleh proses pelarutan yang sangat tinggi
di bandingkan dengan batuan di tempat lainnya dimanapun. Proses pelarutan
tersebut umumnya dibarengi dengan proses-proses lainnya seperti runtuhan,
transport dalam bentuk larutan melalui saluran bawah tanah, juga longsoran dan
amblesan dipermukaan. Pelarutan yang terjadi secara terus menerus, pada
akhirnya menciptakan bentukan alam yang sangat beragam. Proses pelarutan
tersebut dapat digambarkan dalam reaksi kimia yaitu :
Nama
Nim
Plug

: Dewi Fitri Anggraini


: 111130126
:5

Page 6

Laboratorium Sedimentologi

CaCO3

(batu gamping)

CO2+H2O ==> Ca2- + 2HCO3(air hujan)

(larutan batu gamping)

Pelarutan karbonat lebih intensif terjadi di daerah permukaan, sedangkan


hal sebaliknya terjadi di daerah bawah permukaan. Hal ini disebabkan karena
peningkatan temperatur pada kedalaman cenderung akan menurunkan tingkat
kelarutan karbonat. Kelarutan karbonat akan meningkat di kedalaman atau
dimanapun asalkan ada penambahan gas CO2 dalam air pori (yang bisa saja
berasal dari hasil pembusukan jasad organisme yang tertimbun), maka meskipun
temperatur meningkat kalau terdapat konsentrasi gas CO2dalam air pori, mineralmineral karbonat yang ada tetap akan larut.
Sementasi (Cementation)

Merupakan proses presipitasi yang terjadi pada saat lubang antar pori batuan
karbonat terisi oleh fluida jenuh karbonat. Dalam proses ini butiran-butiran
sedimen direkat oleh material lain yang terbentuk kemudian, dapat berasal dari air
tanah atau pelarutan mineral-mineral dalam sedimen itu sendiri. Proses ini
merupakan proses diagenetik yang penting untuk semua jenis batuan sedimen,
termasuk didalamnya batuan karbonat. Di lantai laut, sementasi terjadi di air
hangat dalam pori dari butiran ruangan antar butiran karbonat. Di meteoric realm
(lingkungan meteorik dimana pengaruh air yang hadir hanya dari hujan saja)
sementasi juga hadir disini, semennya dominan kalsit. Meskipun kondisi yang
mengontrol sementasi pada kedalaman kurang dipahami pasti, tapi beberapa
faktor dapat diketahui mengontrol hal ini. Air pori, peningkatan temperatur, dan
penurunan tekanan parsial dari karbondioksida merupakan faktor-faktor yang
diperlukan untuk presipitasi semen kalsit ini. Pada proses sementasi ini diperlukan
suplai kalsium karbonat secara mutlak. Sifat sementasi ini berlawanan dengan
pelarutan, dimana sementasi membuat mineral semen (karbonat) terpresipitasi,
sementara pelarutan akan merusak struktur mineral yang telah terbentuk.

Nama
Nim
Plug

Dolomitisasi (Dolomitization)

: Dewi Fitri Anggraini


: 111130126
:5

Page 7

Laboratorium Sedimentologi

Merupakan proses penggantian mineral-mineral kalsit menjadi dolomit. Dolomit


mempunyai komposisi CaMg(CO3)2 dan secara kristalografi serupa dengan kalsit,
namun lebih besar densitasnya, sukar larut dalam air, dan lebih mudah patah
(brittle). Secara umum, dolomit lebih porous dan permeable dibandingkan
limestone. Dalam proses dolomitisasi, kalsit (CaCO3) ditransformasikan menjadi
dolomite (CaMg(CO3)2) menurut reaksi kimia :
2CaCO3 + MgCl3 ==> CaMg(CO3)2 + CaCl2
Menurut para ahli, batugamping yang terdolomitasi mempunyai porositas
yang lebih besar dari pada batugamping itu sendiri. Dolomitisasi bisa terjadi dilaut
dangkal-campuran fresh dan sea water, tidal flat, di danau, lagoon, dll, apalagi
kalau ada batuan yang mengandung Mg yang dilewati sungai-sungai dan
membawanya ke lingkungan dimana batu gamping berada atau terjadi.

Aktivitas Organisme (Microbial Activity)


Aktifitas organisme akan mempercepat atau memacu terjadinya proses

diagenesis lainnya. Organisme yang menyebabkan proses ini merupakan


organisme yang sangat kecil (mikrobia) dimana aktivitas jasad renik sangat
berhubungan dengan proses dekomposisi material organik. Proses dekomposisi
material organik akan mempengaruhi pH air pori sehingga mempercepat
terjadinya reaksi kimia dengan mineral penyusun sedimen. Aktifitas mikrobia
antara lain fermentasi, respirasi, pengurangan nitrat, besi, sulfat dan pembentukan
gas metana. Organisme dalam lingkungan pengendapan karbonat merework
sedimen dalam bentuk jejak boring, burrowing, dan sedimen-ingesting activity
(memakan dan mencerna sedimen). Aktivitas ini akan merusak struktur sedimen
yang berkembang pada sedimen karbonat dan meninggalkan jejak-jejak
aktivitasnya saat organisme ini beraktivitas. Kebanyakan bioturbasi terjadi pada
sedikit di bawah permukaan pengendapan, setelah pengendapan material sedimen
dengan kedalaman beberapa puluh sentimeter. Proses ini akan membentuk
kenampakan yang khas pada batuan sedimen yang disebut struktur sedimen.

Nama
Nim
Plug

: Dewi Fitri Anggraini


: 111130126
:5

Page 8

Laboratorium Sedimentologi

Mechanical Compaction
Merupakan proses diagenesa yang terjadi akibat adanya peningkatan

tekanan overburden. Seperti halnya pada batuan silisiklastik, kompaksi terjadi


karena adanya pembebanan sedimen yang berada diatasnya. Proses kompaksi ini
menyebabkan berkurangnya porositas batuan, karena terjadi juga thining
(penipisan) dari bed (perlapisan batuan) pada kedalaman dangkal. Seiring
bertambahnya kedalaman, tekanan juga akan bertambah, sedangkan porositas
karbonat berkurang sampai setengahnya atau lebih (porositas saat batuan
mengendap) sekitar 50-60% pada kedalaman sekitar 100 m (Boggs, 2006). Proses
kompaksi ini terjadi karena adanya gaya berat/gravitasi dari material-material
sedimen yang semakin lama semakin bertambah sehingga volume akan berkurang
dan cairan yang mengisi pori-pori akan bermigrasi ke atas, menyebabkan
hubungan antar butir menjadi lebih lekat dan juga air yang dikandung dalam pori
terperas keluar.. Kompaksi menyebabkan berkurangnya porositas batuan karena
adanya rearangement (penyusunan ulang) dari butiran butiran yang jarang (tidak
bersentuhan) menjadi saling bersentuhan atau makin rapat. Ketika sedimen
pertama kali terendapkan tentu saja berupa material lepas (loose) dan sifatnya
porous (berpori), ketika kompaksi terjadi material lepas ini akan menjadi lebih
rapat dan padat yang otomatis akan mengurangi porositasnya.
Berikut adalah gambaran butiran sedimen karbonat sebelum dan sesudah
mengalami kompaksi:

Nama
Nim
Plug

: Dewi Fitri Anggraini


: 111130126
:5

Page 9

Laboratorium Sedimentologi

Gambar I.3 Perubahan bentuk kompaksi

Chemical Compaction

Pada kedalaman burial sekitar 200-1500 m, kompaksi kimia dari sedimen


karbonat dimulai. Tekanan larutan pada kontak antar butiran seperti pada
diagenesa sedimen klastik lainnya akan melarutkan permukaan butiran mineral
dan pada karbonat dapat membentuk kontak bergerigi. Pada batuan karbonat
terkadang tidak mengalami semua proses diagenesa tersebut, namun biasanya
justru hanya melalui beberapa proses diagenesa saja. Proses diagnesa ini akan
sangat berperan dalam menentukan bentuk dan karakter akhir batuan sedimen
yang dihasilkannya.

Nama
Nim
Plug

: Dewi Fitri Anggraini


: 111130126
:5

Page 10

Laboratorium Sedimentologi

BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
II.1

STOPSITE 1 (Penjelasan, Deskripsi, Profil)


Pada stopsite 1 ini kami menjumpai bentukan bukit yang tersusun

dari batu gamping, yang diketahui bahwa termasuk pada formasi wonosari.
Dijelaskan bahwa stopsite ini merupakan suatu lingkungan pengendapan marine
yang batuannya terdiri dari biota-biota laut, untuk membuktikannya maka kita
melakukan pendeskripsian setiap batuan yang mempunyai struktur yang berbeda.

Gambar II.1 Foto Parameter Litologi lapisan 1 STA 1


Azimuth N 017 E
Nama
Nim
Plug

: Dewi Fitri Anggraini


: 111130126
:5

Page 11

Laboratorium Sedimentologi

Difoto oleh : Khoirun Nisa Tri Utami

Kontitusi Utama

: Klastik

Jenis Kerangka/Butir

: Alga, Coral

Kontitusi Detritus

: Mud=80%, Alga =10%,Coral= 10%

Masa Dasar

: Mikrite

Hubungi Butir Dengan Masa Dasar

: Mengambang

Besar Butir

:-

Pemilahan

: Buruk

Keadaan Butir

: Pecah = 90% Utuh 10 %

Susunan Butir

:-

Porositas (Choquette & Pray 1970)

: Moldic

Indeks Energi (Pumpley Et Al, 1962)

: Energi I

Nama Batuan
Dunham (1962)

: Mudstone

Keterangan

: batuan ini terbentuk pada energi

rendah dengan keadaan tenang karena kandungan yang dominan lumpur.

Nama
Nim
Plug

: Dewi Fitri Anggraini


: 111130126
:5

Page 12

Laboratorium Sedimentologi

Gambar II.1 Foto Parameter Litologi lapisan 2 STA 1


Azimuth N 342 E
Difoto oleh : Khoirun Nisa Tri Utami

Kontitusi Utama

: Klastik

Jenis Kerangka/Butir

: Alga, Coral, Foram

Kontitusi Detritus

: Mud 20%, Alga 30%, Coral 25%,

Foram 25%
Masa Dasar

: Sparite

Hubungi Butir Dengan Masa Dasar

: Mengambang Dan Bersentuhan

Besar Butir

: Lutit-Rudit

Pemilahan

: Buruk

Keadaan Butir

: Pecah 20% Utuh 80%

Susunan Butir

:-

Porositas (Choquette & Pray 1970)

: Moldic

Indeks Energi (Pumpley Et Al, 1962)

: Energi 1

Nama
Nim
Plug

: Dewi Fitri Anggraini


: 111130126
:5

Page 13

Laboratorium Sedimentologi

Nama Batuan
Dunham (1962)

: Packstone

Keterangan

: Batuan ini terbentuk pada energi

rendah dengan ditemukannya cangkang yang masih utuh.

Gambar II.1 Foto Parameter Singkapan lapisan 2 STA 1


Azimuth N 006 E
Difoto oleh : Khoirun Nisa Tri Utami

Nama
Nim
Plug

: Dewi Fitri Anggraini


: 111130126
:5

Page 14

Laboratorium Sedimentologi

Gambar II.3.1 Foto Parameter Litologi lapisan 3 STA 1


Azimuth N 298 E
Difoto oleh : Khoirun Nisa Tri Utami

Kontitusi Utama

: Klastik

Jenis Kerangka/Butir

: Alga, Coral, Foram

Kontitusi Detritus

: Alga 40%, Coral 20%,Foram 20%


Mud 20%

Masa Dasar

: Sparit

Hubungi Butir Dengan Masa Dasar

: Mengambang Dan Bersentuhan

Besar Butir

: Lutit-Rudit

Pemilahan

: Buruk

Keadaan Butir

: Baik

Susunan Butir

:-

Porositas (Choquette & Pray 1970)

: vuggy dan moldic

Indeks Energi (Pumpley Et Al, 1962)

: energi I

Nama
Nim
Plug

: Dewi Fitri Anggraini


: 111130126
:5

Page 15

Laboratorium Sedimentologi

Nama Batuan
Dunham (1962)

: Wackestone

Keterangan

: Batuan ini terbentuk pada energi

rendah dengan ditemukannya cangkang yang masih utuh.

Gambar II.1 Foto Parameter Singkapan lapisan 3 STA 1


Azimuth N 320 E
Difoto oleh : Khoirun Nisa Tri Utami

Nama
Nim
Plug

: Dewi Fitri Anggraini


: 111130126
:5

Page 16

Laboratorium Sedimentologi

Gambar II.3.1 Foto Parameter Singkapan lapisan 4 STA 1


Azimuth N 002 E
Difoto oleh : Khoirun Nisa Tri Utami

Kontitusi Utama

: Kerangka

Jenis Kerangka/Butir

: Pecahan : Coral, Alga, Foram

Kontitusi Detritus

: Mud 20%, Coral 30%, Alga 30%,


Foram 20%

Masa Dasar

: Sparite

Hubungi Butir Dengan Masa Dasar

: Mengambang

Besar Butir

: Lutit-Rudit

Pemilahan

: Buruk

Keadaan Butir

: Baik

Susunan Butir

:-

Porositas (Choquette & Pray 1970)

: Moldic, Vuggy

Indeks Energi (Pumpley Et Al, 1962)

: Energi 1

Nama Batuan
Dunham (1962)

: Boundstone

Embry & Clovan (1971)

: Bafflestone

Keterangan

: Batuan ini terbentuk pada energi

rendah dengan ditemukannya cangkang yang masih utuh.

Nama
Nim
Plug

: Dewi Fitri Anggraini


: 111130126
:5

Page 17

Laboratorium Sedimentologi

PROFIL

Gambar II.1 Profil STA 1

Nama
Nim
Plug

: Dewi Fitri Anggraini


: 111130126
:5

Page 18

Laboratorium Sedimentologi

Gambar II.1 Foto Bentang Alam STA 1


Azimuth N 047 E
Difoto oleh : Khoirun Nisa Tri Utami

Nama
Nim
Plug

: Dewi Fitri Anggraini


: 111130126
:5

Page 19

Laboratorium Sedimentologi

II.2.

STOPSITE 2 (Penjelasan, Deskripsi, Profil)


Pada stopsite 2 ini kami

menjumpai singkapan berupa bukit yang

ditumbuhi oleh beberapa macam vegetasi, singkapan ini diketahui pula


merupakan batuan sedimen karbonat, dari kejauhan terlihat kenampakan struktur,
bagian bawah memperlihatkan strutur perlapisan dan diatasnya tidak menampakan
struktur, berupa massif dengan ketebalan lebih dari 1 meter. Diketahui pada
kenampakan struktur ini salah satu adanya perbedaan formasi, yang perlapisan
adalah formasi oyo dan yang massif adalah formasi wonosari.
Pada stopsite ini kita melakukan pendeskripsian batuan serta membuat
profil untuk membuktikan bahwa singkapan ini merupakan batuan sedimen
karbonat.

Gambar II.2 Foto Parameter singkapan STA 2


Azimuth N 021 E
Difoto oleh : Khoirun Nisa Tri Utami

Nama
Nim
Plug

: Dewi Fitri Anggraini


: 111130126
:5

Page 20

Laboratorium Sedimentologi

Gambar II.2 Foto Parameter Litologi lapisan 4 STA 2


Azimuth N 025 E
Difoto oleh : Khoirun Nisa Tri Utami

Jenis Kerangka/Butir

: Alga, Coral

Kontitusi Detritus

: Mud=80%, Alga =10%Coral= 10%

Masa Dasar

: Sparite

Hubungi Butir Dengan Masa Dasar

: Mengambang

Besar Butir

:-

Pemilahan

: Buruk

Keadaan Butir

: Pecah = 90% Utuh 10 %

Susunan Butir

:-

Porositas (Choquette & Pray 1970)

: Moldic

Indeks Energi (Pumpley Et Al, 1962)

: Energi I

Nama Batuan
Nama
Nim
Plug

: Dewi Fitri Anggraini


: 111130126
:5

Page 21

Laboratorium Sedimentologi

Dunham (1962)

: Mudstone

Keterangan

: Batuan ini terbentuk pada energi

rendah dengan ditemukannya cangkang yang masih utuh.

Gambar II.2 Foto Parameter Litologi lapisan 3 STA 2


Azimuth N 050 E
Difoto oleh : Khoirun Nisa Tri Utami

Kontitusi Utama

: Klastik

Jenis Kerangka/Butir

: Alga, Coral, Foram

Kontitusi Detritus

: Alga 40%, Coral 20%, Foram 20%

Mud 20%
Masa Dasar

: Sparit

Hubungi Butir Dengan Masa Dasar

: Mengambang Dan Bersentuhan

Besar Butir

: Lutit-Rudit

Pemilahan

: Buruk

Keadaan Butir

: Baik

Nama
Nim
Plug

: Dewi Fitri Anggraini


: 111130126
:5

Page 22

Laboratorium Sedimentologi

Susunan Butir

:-

Porositas (Choquette & Pray 1970)

: moldic dan vuggy

Indeks Energi (Pumpley Et Al, 1962)

: energy I

Nama Batuan
Dunham (1962)

: Wackestone

Keterangan

: Batuan ini terbentuk pada energi

rendah dengan ditemukannya cangkang yang masih utuh.

Gambar II.2 Foto Parameter Litologi lapisan 2 STA 2


Azimuth N 020 E
Difoto oleh : Khoirun Nisa Tri Utami

Kontitusi Utama

: Klastik

Jenis Kerangka/Butir

: Alga, Coral, Foram

Nama
Nim
Plug

: Dewi Fitri Anggraini


: 111130126
:5

Page 23

Laboratorium Sedimentologi

Kontitusi Detritus

: Mud 20%, Alga 30%, Coral 25%,


Foram 25%

Masa Dasar

: Sparite

Hubungi Butir Dengan Masa Dasar

: Mengambang Dan Bersentuhan

Besar Butir

: Lutit-Rudit

Pemilahan

: Buruk

Keadaan Butir

: Pac Ah 20% Utuh 80%

Susunan Butir

:-

Porositas (Choquette & Pray 1970)

: Moldic

Indeks Energi (Pumpley Et Al, 1962)

: Energi 1

Nama Batuan
Dunham (1962)

: Packstone

Keterangan

: Batuan ini terbentuk pada energi

rendah dengan ditemukannya cangkang yang masih utuh.

Nama
Nim
Plug

: Dewi Fitri Anggraini


: 111130126
:5

Page 24

Laboratorium Sedimentologi

Gambar II.2 Foto Parameter Litologi lapisan 1 STA 2


Azimuth
Difoto oleh : Khoirun Nisa Tri Utami

Jenis Kerangka/Butir

: Alga, Coral

Kontitusi Detritus

: Mud=80%, Alga =10%,Coral= 10%

Masa Dasar

: Sparite

Hubungi Butir Dengan Masa Dasar

: Mengambang

Besar Butir

Pemilahan

: Buruk

Keadaan Butir

: Pecah = 90% Utuh 10 %

Susunan Butir

:-

Porositas (Choquette & Pray 1970)

: Moldic

Indeks Energi (Pumpley Et Al, 1962)

: Energi I

Nama Batuan
Dunham (1962)

: Mudstone

Keterangan

: Batuan ini terbentuk pada energi

rendah dengan ditemukannya cangkang yang masih utuh.

Nama
Nim
Plug

: Dewi Fitri Anggraini


: 111130126
:5

Page 25

Laboratorium Sedimentologi

Gambar II.2 Foto parameter litologi STA 2


Azimuth N 021 E
Difoto oleh : Dewi Fitri Anggraini
Foto ini merupakan singkapan chrystalline
karbonat yang hampir seluruhnya terdiri dari
mineral kalsit.

PROFIL

Nama
Nim
Plug

: Dewi Fitri Anggraini


: 111130126
:5

Page 26

Laboratorium Sedimentologi

Gambar II.2 Profil STA 2

Nama
Nim
Plug

: Dewi Fitri Anggraini


: 111130126
:5

Page 27

Laboratorium Sedimentologi

Gambar II.2 Foto Bentang Alam STA 2


Azimuth N 032 E
Difoto oleh : Khoirun Nisa Tri Utami

II.3.
Nama
Nim
Plug

STOPSITE 3 (Penjelasan, Deskripsi, Profil)


: Dewi Fitri Anggraini
: 111130126
:5

Page 28

Laboratorium Sedimentologi

Pada stopsite tiga ini singkapan yang teliti berada di sepanjang jalan raya
masih berada didaerah panggang, singkapan yang kami teliti dari kejauhan
membentuk susunan batu gamping berlapis pada bagian bawah dan masif pada
bagian atas, hal ini juga menunjukkan kontak formasi antara formasi oyo dan
wonosari.

Gambar II.3 Foto Parameter Litologi lapisan 3 STA 3


Azimuth N 204 E
Difoto oleh : Khoirun Nisa Tri Utami

Kontitusi Utama

: Klastik

Jenis Kerangka/Butir

: Foram, Coral

Kontitusi Detritus
20%

: Grain=60%, Foram= 20%, Coral =

Masa Dasar

: Sparite

Hubungi Butir Dengan Masa Dasar

: Mengambang

Besar Butir

: Arenit

Pemilahan

: Terpilah Buruk

Keadaan Butir

: Pecah = 65%, Utuh = 35%

Susunan Butir

:-

Nama
Nim
Plug

: Dewi Fitri Anggraini


: 111130126
:5

Page 29

Laboratorium Sedimentologi

Porositas (Choquette & Pray 1970)

: Vuggy

Indeks Energi (Pumpley Et Al, 1962)

: Indeks Energi IV

Nama Batuan
Embry & Clovan (1971)

: Floatstone

Keterangan
: Batuan ini terbentuk pada keadaan
bergelombang sedang karena diketahui butirannya banyak yang pecah-pecah.

Gambar II.3 Foto Parameter Litologi lapisan 2 STA 3


Azimuth N 221 E
Difoto oleh : Khoirun Nisa Tri Utami

Kontitusi Utama

: Klastik

Jenis Kerangka/Butir

: Foram, Alga

Kontitusi Detritus
20%

: Grain=60%, Alga = 20%, Foram=

Masa Dasar

: Sparite

Hubungi Butir Dengan Masa Dasar

: Mengambang Dan Bersentuhan

Besar Butir

: Arenit

Nama
Nim
Plug

: Dewi Fitri Anggraini


: 111130126
:5

Page 30

Laboratorium Sedimentologi

Pemilahan

: Tepilah Buruk

Keadaan Butir

: Pecah = 55% Utuh = 45%

Susunan Butir

: Tidak Beraturan

Porositas (Choquette & Pray 1970)

: Vuggy

Indeks Energi (Pumpley Et Al, 1962)

: Indeks Energi IV

Nama Batuan
Embry & Clovan (1971)

: Rudstone

Keterangan
: Batuan ini terbentuk pada keadaan
bergelombang sedang karena diketahui butirannya banyak yang pecah-pecah.

Gambar II.3 Foto Parameter Litologi lapisan 1 STA 3


Azimuth N 205 E
Difoto oleh : Khoirun Nisa Tri Utami

Kontitusi Utama

: Klastik

Jenis Kerangka/Butir

: Alga, Foram

Nama
Nim
Plug

: Dewi Fitri Anggraini


: 111130126
:5

Page 31

Laboratorium Sedimentologi

Kontitusi Detritus
20%

: Grain=60%, Alga = 20%, Foram=

Masa Dasar

: Sparite

Hubungi Butir Dengan Masa Dasar

: Mengambang

Besar Butir

: Arenit

Pemilahan

: Terpilah Buruk

Keadaan Butir

: Pecah = 60% Utuh = 40%

Susunan Butir

: Tidak Beraturan

Porositas (Choquette & Pray 1970)

: Vuggy

Indeks Energi (Pumpley Et Al, 1962)

: Indeks Energi IV

Nama Batuan
Embry & Clovan (1971)

: Rudstone

Keterangan
: Batuan ini terbentuk pada keadaan
bergelombang sedang karena diketahui butirannya banyak yang pecah-pecah.

Gambar II.3 Foto Parameter Singkapan STA 3


Azimuth N 210 E
Nama
Nim
Plug

: Dewi Fitri Anggraini


: 111130126
:5

Page 32

Laboratorium Sedimentologi

Difoto oleh : Khoirun Nisa Tri Utami

Kontitusi Utama

: Klastik

Jenis Kerangka/Butir

: Alga, Coral

Kontitusi Detritus

: Mud=80%, Alga = 10%,Coral=10%

Masa Dasar

: Sparite

Hubungi Butir Dengan Masa Dasar

: Mengambang

Besar Butir

:-

Pemilahan

: Buruk

Keadaan Butir

: Pecah = 90% Utuh 10 %

Susunan Butir

:Tidak Beraturan

Porositas (Choquette & Pray 1970)

: Moldic

Indeks Energi (Pumpley Et Al, 1962)

: Energi I

Nama Batuan
Dunham (1962)

: Mudstone

PROFIL

Nama
Nim
Plug

: Dewi Fitri Anggraini


: 111130126
:5

Page 33

Laboratorium Sedimentologi

Gambar II.3 Profil STA 3

Nama
Nim
Plug

: Dewi Fitri Anggraini


: 111130126
:5

Page 34

Laboratorium Sedimentologi

Gambar II.3 Foto Bentang Alam STA 3


Azimuth N 032 E
Difoto oleh : Khoirun Nisa Tri Utami

II.4.
Nama
Nim
Plug

STOPSITE 4
: Dewi Fitri Anggraini
: 111130126
:5

Page 35

Laboratorium Sedimentologi

Stopsite 4 ini merupakan tempan penelitian terakhir, singkapan ini berada


dipimggir jalan daerah pantai baron yang merupakan tempan penambangan batu
gamping, pad stopsite ini kami melakukan pengamatan mengenai urutan litologi
dari bagian bawah sampai bagian atas disesuaikan dengan pedogenesis soil pada
batu gamping. Demikian urutan pembentukannya dari yang paling bawah :
hostrock, transition, chalky, nodular chalky, nodular, platy, hardpan, soil aktif.

Gambar II.4 Foto Parameter litologi STA 4


Azimuth N 266 E
Difoto oleh : Dewi Fitri Anggraini

Kontak antara aktif soil dan nodular chalky

Nama
Nim
Plug

: Dewi Fitri Anggraini


: 111130126
:5

Page 36

Laboratorium Sedimentologi

Gambar II.4 Foto Parameter litologi STA 4


Azimuth N 165 E
Difoto oleh : Dewi Fitri Anggraini
Nodular chalky

Gambar II.4 Foto Parameter litologi STA 4


Azimuth N 160 E
Difoto oleh : Dewi Fitri Anggraini
Transition

Nama
Nim
Plug

: Dewi Fitri Anggraini


: 111130126
:5

Page 37

Laboratorium Sedimentologi

Gambar II.4 Foto Parameter singkapan STA 4


Azimuth N 175 E
Difoto oleh : khoirunisa tri utami

II.5.

Interpretasi Lingkungan Pengendapan


Batuan sedimen karbonat adalah batuan sedimen yang mengandung

mineral karbonat lebih dari 50%. Sedangkan mineral karbonat adalah mineral
mengandung CO3 dan satu atau lebih kation Ca, Mg, Fe, dan Mn. Pembagian dan
penentuan lingkungan pengendapan batuan karbonat sangat tergantung pada
lokasi dan aspek-aspeknya, yang antara lain aspek-aspek tersebut meliputi tingkat
pertumbuhan dari organisme penyusunnya, ukuran dan kondisi dari lingkungan
tempat batuan karbonat tersebut diendapkan.
Endapan-endapan karbonat laut dangkal (shallow marine) dapat terbentuk
pada tiga macam lokasi pengendepan (fasies), yaitu pada Platform, Shelves dan
Ramps. Fasies karbonat Ramp merupakan suatu tubuh karbonat yang sangat besar
yang dibangun disepanjang daerah yang positive hingga daerah paleoslope. Fasies
karbonat Platform merupakan suatu tubuh karbonat yang sangat besar dan bagian
top yang horizontal dan berbatasan langsung dengan self margin. Karbonat shelf
merupakan suatu daerah yang hampir datar (semiflat) pada bagian top dari
karbonat ramp atau bottom dari karbonat platform.
Nama
Nim
Plug

: Dewi Fitri Anggraini


: 111130126
:5

Page 38

Laboratorium Sedimentologi

Berdasarkan batuan batuan karbonat yang telah kami deskripsi pada acara
praktikum Karbonat di daerah Panggang dan sekitarnya termasuk dalam
lingkungan pengendapan karbonat daerah Shelves (M.E. Tucker, 1985). Shelf
adalah lokasi pengendapan karbonat yang relative sempit. Endapan karbonat pada
daerah ini dicirikan oleh adanya break slope pada daerah tepi paparan, terdapatnya
terumbu dan sand body karbonat.

Gambar II.5 Lingkungan pengendapan

Kompleks terumbu yang terdapat pada daerah ini dapat memperlihatkan


fasies-fasies terumbu muka (fore reef), inti terumbu (reef core) dan terumbu
belakang (back reef).
Pada batuan karbonat yang berjenis Boundstone (Bafflestone, Bindstone
dan Framestone) terendapkan pada inti terumbu (reef core) karena pada tempat ini
merupakan tempat yang paling sesuai untuk organisme seperti foram dan algae
untuk tumbuh hidup.
Sedangkan pada batuan karbonat klastik seperti Wackestone, Packstone,
Grainstone, Rudstone dan Floatstone kemungkinan bias terbentuk di back reef dan
fore reef dikarenakan material dari inti terumbu mengalami perombakan sehingga
bias berpindah tempat ke fore reef maupun back reef lalu mengalami lithifikasi.
Nama
Nim
Plug

: Dewi Fitri Anggraini


: 111130126
:5

Page 39

Laboratorium Sedimentologi

BAB III
KESIMPULAN
III.1. Kesimpulan
Nama
Nim
Plug

: Dewi Fitri Anggraini


: 111130126
:5

Page 40

Laboratorium Sedimentologi

Dari penelitian dan pembuktian dari stopsite 1-4 yang berupa


pendeskripsian litologi, pembuatan profil, interpretasi lingkungan pengendapan
serta analisa mengenai lingkungan pengendapannya kami menyimpulkan bahwa
kegiatan ekskursi sedimen karbonat di daerah Panggang, Wonosari Yogyakarta ini
merupakan singkapan yang termasuk dari formasi wonosari yang diketahui bahwa
ciri khas dari formasi wonosari ini adalah batu gamping terumbu, terdapat pula
kontak antara kontak formasi oyo dan wonosari pada stopsite 2 yang diperlihatkan
struktur perlapisan merupakan formasi oyo dan struktur massif pada formasi
wonosari biota yang kami jumpai pada sampel batuan yang kami ambil adalah
coral, foram, alga serta adapula dijumpai crystalline karbonat yang terdiri dari
mineral kristalin.
Berdasarkan lingkungan pengendapannya pada daearah telitian ini kami
menyimpulkan ada dua lingkungan pengendapan yaitu pada batuan karbonat yang
berjenis Boundstone (Bafflestone, Bindstone dan Framestone) terendapkan pada
inti terumbu (reef core) karena pada tempat ini merupakan tempat yang paling
sesuai untuk organisme seperti foram dan algae untuk tumbuh hidup. Sedangkan
pada batuan karbonat klastik seperti Wackestone, Packstone, Grainstone,
Rudstone dan Floatstone kemungkinan bias terbentuk di back reef dan fore reef
dikarenakan material dari inti terumbu mengalami perombakan sehingga bias
berpindah tempat ke fore reef maupun back reef lalu mengalami lithifikasi.

III.2. Saran
Pembagian waktu setiap stopsite harus ditambahin lagi serta para asisten
lebih membimbing praktikannya lagi karena dilapangan masih bingung
melakukan deskripsi.

Nama
Nim
Plug

: Dewi Fitri Anggraini


: 111130126
:5

Page 41

Anda mungkin juga menyukai