Anda di halaman 1dari 11

HUBUNGAN PEMBERIAN SUSU

FORMULA DENGAN KEJADIAN


DIARE PADA BAYI USIA 0-6 BULAN.
Oleh :
Rizky Alhuda Rachman, Irawan Anasta
Putra, Benhard Asianto Purba
Abstrak
Penelitain ini bertujuan untuk
mengeahui hubungan pemberian susu
formula dengan kejadian diare pada bayi
usia 0-6 bulan di wilayah kerja
Puskesmas Kenali Besar tahun 2013 serta
mengetahui
gambaran
distribusi
pemberian ASI eksklusif dan pemberian
susu formula pada bayi usia 0-6 bulan.
Metode yang digunakan adalah metode
survei analitik. Populasi pada pada
penelitiam adalah seluruh bayi usia 0-6
bulan di wilayah kerja Puskesmas Kenali
Besar. Pada pnelitian ini digunakan
tehnik total sampling yang berarti seluruh
populasi dipilih menjadi sampel (128
orang). Dari 123 orang sampel yang
memenuhi
kriteria
inklusi,
yang
mendapakan susu formula sebanyak 48
orang
(39%)
sedangkan
yang
mendapatkan ASI eksklusif sebanyak 75
orang (61%).Bayi yang tidak pernah
diare sebanyak 78 orang (63,4%)
sedangkan bayi yang pernah mengalami
diare 45 orang (36,6%).
Kata Kunci : Diare ; Susu Formula
Pendahuluan
Makanan yang tepat bagi bayi
dan anak usia dini adalah Air Susu Ibu
(ASI) eksklusifyakni pemberian ASI saja
segera setelah lahir sampai usia 6 bulan
yang diberikan sesering mungkin. ASI
juga merupakan susu terbaik karena
mengandung nutrisi yang seimbang dan
sempurna untuk tumbuh kembang bayi.
Setelah usia 6 bulan, selain ASI bayi juga
diberi makanan pendamping ASI (MP-

ASI).1-3Organisasi Kesehatan Dunia atau


World Health Organization (WHO)
merekomendasikan agar bayi baru lahir
mendapatkan ASI eksklusif (tanpa
tambahan apapun) selama 6 bulan. Salah
satu alasannya karena ASI mengandung
nutrisi yang seimbang dan sempurna dan
ini juga sesuai dengan Resolusi World
Health Assembly(WHA 2001).2-4
Di dunia, sebanyak 6 juta anak
meninggal setiap tahun karena diare,
sebagian kematian tersebut terjadi di
negara berkembang. Menurut WHO
tahun 2005, di negara berkembang pada
tahun 2003 diperkirakan 1,87 juta anak
balita meninggal karena diare, 8 dari 10
kematian tersebut pada umur 2 tahun.
Rata-rata anak usia 3 tahun di negara
berkembang mengalami episode diare 3
kali dalam setahun.Dari hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, diare
merupakan penyebab kematian nomor 4
(13,2%) pada semua umur dalam
kelompok penyakit menular. Proporsi
diare sebagai penyebab kematian nomor
1 pada bayi postneonatal (31,4%) dan
pada anak balita (25,2%).5
Di Indonesia, diare merupakan
salah satu penyebab kematian dan
kesakitan tertinggi pada anak, terutama
usia dibawah 5 tahun. Sebagai gambaran
17% kematian anak di dunia disebabkan
oleh diare sedangkan di Indonesia,
hasilRiskesdas 2007 diperoleh bahwa
diare merupakan penyebab kematian bayi
yang terbanyak yaitu 42%.6,7
Berdasarkan Survei Demografi
dan Kesehatan Indonesia(SDKI) 20022003 diketahui bahwa bayi usia kurang
dari 4 dan 6 bulan yang telah diberikan
susu lain selain ASI masing-masing
sebesar 12,8% dan 8,4%. Begitu pula
dengan hasil penelitian yang dilakukan
Destritania (2007) di Kelurahan 2 Ilir
Kecamatan Ilir II Palembang, didapatkan
97% bayi usia kurang dari dua bulan
telah mengkonsumsi susu formula. 1

Tidak ada yang dapat menandingi


keuntungan yang diberikan oleh ASI.
WHO dan UNICEF selalu menganjurkan
agar para ibu memberikan ASI eksklusif
untuk bayinya selama 6 bulan pertama
sehingga bayi mendapatkan semua
manfaat ASI, tetapi ada beberapa
keadaan saat ibu tidak dapat memberikan
ASI, misalnya dalam keadaan sakit berat,
gangguan jiwa, pengobatan jangka lama
yang menyebabkan ASI-nya dapat
membahayakan bayinya, atau ibu yang
bekerja dan berpergian jauh. Untuk
memenuhi kebutuhan bayinya digunakan
PASI ( pengganti air susu ibu) yang
dikenal dengan sebutan susu formula.3
Susu formula adalah produk yang
berasal dari susu sapi atau hewan
lainnya dan atau dari bahan lainnya yang
telah terbukti cocok untuk makanan
bayi.11Susu
formula
sebaiknya
dikomsumsi oleh anak berusia 1 tahun ke
atas. Susu formula boleh dikomsumsi oleh
bayi di bawah satu tahun hanya dalam
kondisi tertentu saja.12Ada beberapa
resiko
yang
diakibatkan
dari
mengkonsumsi susu formula pada bayi
yaitu, pelarut yang tidak tepat, apabila
terlalu encer berisiko gizi kurang dan
apabila
terlalu
kental
dapat
menyebabkan dehidrasi dan membebani
ginjal bayi. Susu formula juga mudah
terkontaminasi.14
Diare adalah buang air besar
pada bayi atau anak lebih dari 3 kali
perhari, disertai perubahan konsistensi
tinja menjadi cair dengan atau tanpa
lendir dan darah.Untuk bayi yang ASI
eksklusif
definisi
diare
adalah
meningkatnya frekuensi buang air besar
atau konsistensinya menjadi cair yang
menurut ibunya abnormal atau tidak
seperti biasanya.6,17,18
Terdapat beberapa pendapat
tentang definisi penyakit diare. Menurut
Hippocrates definisi diare yaitu sebagai
suatu keadaan abnormal dari frekuensi
dan kepadatan tinja, Menurut Ikatan
Dokter Anak Indonesia, diare atau
penyakit diare adalah bila tinja

mengandung air lebih banyak dari


normal. Menurut WHO diare adalah
buang air besar cair lebih dari tiga kali
dalam 24 jam, dan lebih menitik beratkan
pada konsistensi tinja dari pada
menghitung frekuensinya. Ibu biasanya
sudah tahu kapan anaknya menderita
diare, mereka biasanya mengatakan
bahwa tinja anaknya encer atau cair.
Menurut Direktur Jenderal Part per
Million (PPM) dan Program Latihan
Profesi (PLP) , diare adalah penyakit
dengan buang air besar lembek/cair
bahkan dapat berupa air saja yang
frekuensinya lebih sering dari biasanya
yaitu tiga kali atau lebih dalam sehari.19
Kejadian diare dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor, yaitu antara lain
dari faktor umur, infeksi asimtomatik,
faktor musim, epidemi dan pandemik,
pendidikan, pemberian ASI eksklusif,
status gizi, lingkungan, intoleransi
laktosa dan faktor lainnya.20-25Keadaan
bayi atau anak yang mengalami diare
mula-mula anak cengeng, gelisah, suhu
badan mungkin meningkat, nafsu makan
berkurang atau tidak ada, kemudian
timbul diare. Tinja semakin cair, mungkin
mengandung darah atau lendir, warna
tinja berubah menjadi kehijau-hijauan
karena tercampur empedu. Karena
seringnya defekasi, anus dan sekitarnya
lecet karena tinja makin lama menjadi
makin asam akibat banyaknya asam
laktat yang terjadi dari pemecahan
laktosa yang tidak dapat diabsorbsi oleh
usus.21
Departemen Kesehatan Republik
Indonesia yang didukung oleh Ikatan
Dokter Anak Indonesia (IDAI) dengan
rekomendasi WHO menetapkan lima pilar
penatalaksanaan diare atau Lima
Langkah Tuntaskan Diare (LINTAS
DIARE) bagi semua kasus diare yang
diderita anak balita, yaiturehidrasi
dengan menggunakan oralit, zinc
diberikan selama 10 hari berturut-turut,
ASI dan makanan tetap diteruskan,
antibiotik selektif dan nasihat kepada
orang tua.6,7,26

Berdasarkan latar belakang yang


diuraikan di atas, maka penulis
termotivasi untuk melakukan penelitian
mengenai Hubungan PemberianSusu
Formula dengan Kejadian Diare Pada
Bayi Usia 0-6 Bulan di Wilayah Kerja
PuskesmasKenali Besar Tahun 2013.
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan
metode penelitian survei analitik.
Penelitian dilakukan di wilayah kerja
Puskesmas Kenali Besar tahun 2013.
Pengumpulan data dilakukan pada bulan
februari 2013, dengan meggunakan
kuesioner. Populasi penelitian ini adalah
seluruh bayi usia 0-6 bulan di wilayah
kerja Puskesmas Kenali Besar. Pada
penelitian ini, digunakan tehnik total
sampling yang berarti seluruh populasi
bayi usia 0-6 bulan di wilayah kerja
Puskesmas kenali Besar. Kriteria inklusi
pada penelitian ini adalah bayi berusia 06 bulan di wilayah kerja Puskesmas
Kenali Besar dan orang tua yang mau
diwawancarai.
Sedangkan
kriteria
eksklusi adalah bayi yang tidak
mengkonsumsi
susu
atau
hanya
mengkonsumsi air teh, atau air beras
(tajin), bayi yang mengkonsumsi susu
formula dan ASI, dan bayi dengan
penyakit berat dan komplikasi, misalnya:
TBC, pneumonia, mengalami kelainan
kongenital, dalam keadaan gizi buruk dan
sebagainya.Untuk memperoleh data yang
diperlukan, digunakan kusioner dan pada
kuesioner penelitian ini terdapat 24
pertanyaan.Sebelum instrumen penelitian
digunakan, dilakukan uji coba terhadap
25 orang responden yang tidak menjadi
subyek penelitian. Dimana sampel yang
digunakan dalam uji validitas ini
memiliki karakter yang hampir sama
dengan sampel dalam penelitian ini.
Sampel yang diambil adalah bayi usia 06 bulan di wilayah kerja Puskesmas
Simpang Sungai Duren.
Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan penelitian untuk


mengetahui hubungan pemberian susu
formula dengan kejadian diare pada bayi
usia 0-6 bulan di wilayah kerja
Puskesmas Kenali Besar tahun 2013,
didapatkan dari 123 orang sampel yang
memenuhi
kriteria
inklusi,
yang
mendapakan susu formula sebanyak 48
orang
(39%)
sedangkan
yang
mendapatkan ASI eksklusif sebanyak 75
orang (61%). Bayi yang tidak pernah
diare sebanyak 78 orang (63,4%)
sedangkan bayi yang pernah mengalami
diare 45 orang (36,6%).
Gambar 4.7 Deskripsi Sampel Menurut
Pemberian Susu

48
39,0%)

Berdasarkan hasil penelitian dari


123 sampel, jumlah tertinggi pada ASI
Eksklusif yaitu sebanyak 75 orang
(61,0%)
sedangkan
bayi
yang
menggunakan susu formula sebanyak 48
orang (39%). Yang menyatakan bahwa
diwilayah kerja Puskesmas Kenali Besar,
bayi usia 0-6 banyak yang mengkonsumsi
ASI eksklusif.

mengalami diare sebanyak 36 orang


(75%) dan yang mengkonsumsi susu
formula tapi tidak mengalami diare
sebanyak 12 orang (25%).
Gambar 4.10 Deskripsi Sampel Menurut
Pemberian ASI Eksklusif yang
Mengalami Diare dan Tidak Diare

Gambar 4.8 Deskripsi Sampel Menurut


Kejadian Diare

9
(12%)

45
(36,6%)

Deskripsi
sampel
yang
mengkonsumsi ASI eksklusif
yang
mengalami diare sebanyak 9 orang (12%)
dan yang mengkonsumsi ASI eksklusif
tapi tidak mengalami diare sebanyak 66
orang (88%).

Berdasarkan hasil penelitian dari


123 sampel, jumlah tertinggi pada sampel
yang tidak pernah diare sebanyak 78
orang (63,4%) sedangkan yang pernah
mengalami kejadian diare sebanyak 45
orang (36,6%).

Tabel 4.1 Hubungan Pemberian Susu


Formula dengan Kejadian Diare pada
Bayi Usia 0-6 Bulan di Wilayah Kerja
Puskesmas Kenali Besar Tahun 2013

Gambar 4.9 Deskripsi Sampel Menurut


Pemberian Susu Formula yang
Mengalami Diare dan Tidak Diare

Diare
Pemberia
n Susu

Susu
Formula
ASI
Eksklusif
Jumlah

12
(25%)

Deskripsi
mengkonsumsi

sampel
susu formula

yang
yang

Pernah

F
36
9
45

Tidak
Pernah

Total

P-Value

%
29,
3
7,3

F
12

%
9,8

F
48

%
39,0

66

53,7

75

61,0

36,
6

78

63,4

123

100

PR
(95%CI)

6.250
0,000

(3.31511.785)

Dari table 4.1 berdasarkan


analisa hubungan pemberian susu
formula dengan kejadian diare pada bayi
usia 0-6 bulan di wilayah kerja
Puskesmas Kenali Besar tahun 2013,

diperoleh sebanyak 9 orang (7,3%) ASI


eksklusif mengalami diare dan 36 orang
(29,3%) susu formula yang mengalami
diare.
Setelah diuji secara statistik
dengan Chi Squere diperoleh nilai pvalue 0,000 yang berarti p < 0,05
sehingga dapat disimpulkan bahwa H0
ditolak atau ada hubungan yang
bermakna antara pemberian susu formula
dengan kejadian diare pada bayi usia 0-6
bulan di wilayah kerja Puskesmas Kenali
Besar tahun 2013.
Dari hasil perhitungan PR =
6.250( Confidence Interval (CI) 95% =
3.315 11.785 ) dapat diartikan bahwa
bayi yang diberikan susu formula
memiliki risiko 6,250 kali terkena diare
dari pada bayi yang diberikan ASI
eksklusif.
Berdasarkan hasil penelitian
diketahui bahwa bayi dengan susu
formula sebanyak 48 orang (36%).
Jumlah ini lebih kecil bila dibandingkan
bayi yang ASI eksklusif yaitu sebanyak
75 orang (61%).
Hal ini berbeda dengan penelitian
Roesli U yang mengatakan bahwa alasan
ibu-ibu yang menghentikan pemberian
ASI eksklusif kepada bayinya yang paling
sering dikemukakan oleh masyarakat
tidak memberikan ASI eksklusif karena
merasa ASI tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan bayinya walaupun sebenarnya
hanya sedikit sekali (2-5%) yang secara
biologis memang kurang produksi
ASInya. Alasan berikutnya yaitu karena
ibu bekerja, takut ditinggal suami, tidak
di beri ASI tetap berhasil jadi orang,
takut bayi akan tumbuh menjadi anak
yang manja, susu formula lebih praktis
dan takut badan tetap gemuk.24
Berdasarkan hasil penelitian
diketahui bayi yang tidak pernah diare
sebanyak 78 orang (63,4%), jumlah ini
lebih besar bila dibandingkan dengan

bayi yang pernah mengalami kejadian


diare yaitu sebanyak 46 orang (36,6%).
Tingginya presentasi bayi yang
tidak mengalami kejadian diare ini
dikarenakan beberapa faktor yang
mendukung diantaranya banyaknya bayi
yang mendapatkan ASI eksklusif, karena
ASI eksklusif merupakan susu terbaik
untuk bayi usia 0-6 bulan karena ASI
tidak terkontaminasi dengan lingkungan
di luar.2
Faktor lain yang mendukung yaitu
karena bayi yang dijadikan sampel dalam
penelitian ini semuanya berstatus gizi
baik. Dalam keadaan yang demikian
tubuh mempunyai cukup kemampuan
untuk mempertahankan diri terhadap
penyakit infeksi (diare). Hal ini sesuai
dengan teori dari Sitorus (2008) yang
mengatakan bahwa anak yang tidak
kurang gizi akan tahan terhadap
serangan penyakit, sedangkan yang
kurang gizi akan mudah sakit. Gizi dan
infeksi diare sangat erat kaitannya. Anak
yang mengalami diare dapat menjadi
kurang gizi sehingga mudah terkena
infeksi. Infeksi dapat pula menyebabkan
diare. Hubungan ini membentuk siklus
yang berbentuk lingkaran karena saling
berhubungan
dan
masing-masing
memberi pengaruh negatif.33
Dari hasil analisis bivariat
diperoleh bahwa adanya hubungan yang
signifikan antara pemberian susu formula
dengan kejadian diare pada bayi usia 0-6
bulan di wilayah kerja Puskesmas Kenali
Besar tahun 2013. Bila dilihat dari hasil
tabulasi silang bahwa bayi yang diberi
susu formula lebih sering terkena diare
dibandingkan bayi yang mendapatkan
ASI eksklusif. Jadi pemberian susu
formula meningkatkan angka kejadian
diare.
Di negara berkembang, 75%
masyarakatnya memberikan susu botol
kepada balita. Indonesia sebagai negara
berkembang juga merupakan salah satu

konsumen susu botol. Botol susu yang


tidak seril amat berbahaya sehingga
menjadi media berkembang biaknya
mikroorganisme yang bersifat patogen
seperti bakteri, virus dan parasit, yang
dapat menyebabkan penyakit, salah
satunya diare.34
Hasil penelitian ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan di wilayah
kerja Puskesmas Balai Agung Sekayu,
disimpulkan bahwa terdapat hubungan
antara pemberian susu formula dengan
kejadian diare pada bayi usia 0-24 bulan
di wilayah kerja Puskesmas Balai Agung
Sekayu tahun 2009.1
Hal
ini
diperkuat
dengan
penelitian yang dilakukan Kamalia D
(2005) dan Wijayanti W (2010) yaitu
terdapat hubungan yang signifikan antara
pemberian ASI eksklusif dengan kejadian
diare.Penelitian Fatmawati H (2003)
juga menunjukkan ada hubungan
pemberian ASI Eksklusif dengan kejadian
diare. 25, 35, 36
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan dapat dibuat kesimpulan
antara lain sebagai berikut:
1. Pemberian susu formula pada ibuibu di wilayah kerja Puskesmas
Kenali Besar adalah rendah, yaitu
sebanyak 48 orang (39%) sedangkan
ASI eksklusif sebanyak 75 orang
(61%).
2. Kejadian diare pada bayi 0-6 bulan
di wilayah kerja Puskesmas Kenali
Besar yaitu sebanyak 78 orang
(63,4%)
tidak
pernah
diare
sedangkan yang pernah mengalami
kejadian diare sebanyak 46 orang
(36,6%)
3. Ada hubungan yang bermakna
antara pemberian susu formula
dengan kejadian diare pada bayi usia
0-6 bulan di wilayah kerja
Puskesmas Kenali Besar tahun 2013,
dimana bayi yang mengkonsumsi

susu formula memiliki risiko 6,250


kali terkena diare dari pada bayi
yang diberi ASI eksklusif.
Saran
Berdasarkan
kesimpulan
hasil
penelitian diatas, saran-saran yang dapat
diberikan adalah sebagai berikut:
1. Disarankan dan di harapkan tidak
menggunakan susu formuula kecuali
dengan indikasi tertentu atau dalam
keadaan terpaksa.
2. Bagi ibu-ibu di wilayah Puskesmas
Kenali Besar harus terus berusaha
memberikan ASI eksklusif sampai
bayi berumur 6 bulan dan
melanjutkan pemberian ASI sampai
umur bayi 2 tahun.
3. Bagi Puskesmas Kenali Besar untuk
terus
berusaha
meningkatkan
pemberian ASI eksklusif.
4. Bagi Dinkes Provinsi Jambi dan
Dinkes
Kota
Jambi
dapat
melaksanakan
pengembangan
program posyandu yang salah
satunya kegiatan yaitu penyuluhan
tentang ASI eksklusif.
5. Bagi peneliti perlu penelitian lebih
lanjut mengenai variabel-variabel
Counfoundinglain yang berhubungan
dengan
kejadian
diare
serta
penelitian
lebih
lanjut
untuk
penelitian
kualitatif
tentang
pengetahuan ibu terhadap ASI.
Ucapan Terima Kasih
1. dr. Yogi Prawira, Sp.A dan dr.Irawan
Anasta
Putra
Sp.A,
selaku
pembimbing substansi PBR Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
yang telah banyak membantu dan
memberikan
bimbingan
selama
penyusunan PBR ini.
2. dr.Benhard Asianto Purba M.Kes
AIFO,
selaku
pembimbing
metodologi
PBR
Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
yang telah banyak membantu dan

memberikan
bimbingan
selama
penyusunan PBR.
3. dr. H. Mustarim, Sp.A.,Msi.Med
selaku pemrasaran penelitian dan
penguji utama.
4. dr. Azwar Djauhari M.Sc selaku
penguji ujian PBR.
5. Dr. dr. H. Yuwono, M.Biomed selaku
dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Jambi.
6. dr. Nining selaku Kepala Puskesmas
Kenali Besar Kota Jambi dan seluruh
staf Puskesmas Kenali Besar yang
telah membantu pembuatan dan
penyelesaian PBR.
7. Seluruh staf Akademik dan Tata
Usaha Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan UNJA atas bantuannya
mengurus semua keperluan akademis
dan administrasi selama penulisan
laporan.
8. Kedua orang tua tercinta yaitu ibu
Hj.Islahunnufus Am.Keb M.Pd , ayah
Drs.H.A.Rachman, kakak saya Putri
Ulya Rachman dan adik saya Fadhil
Akbar Rachman yang saya sayangi
yang
telah
memberikan
doa,
dukungan, semangat dan nasehat.
9. Sahabat-sahabatku
yang
telah
membantu
dalam
penyelesaian
laporan ini.
10. Teman-teman seangkatan di kampus
Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehata UNJA.
11. Semua pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian laporan ini.
Daftar Pustaka
1. Suherni C. Febri F. Mutahar R.
HubunganAntaraPemberianSusu
Formula
DenganKejadianDiarePadaAnakUsi
a
0-24
Bulan
Di
Wilayah
KerjaPuskesmasBalaiAgungSekayuT
ahun 2009 (online). Palembang 2009
(diakses
15
Maret
2012).
Diunduhdari:
URL:
http://eprints.unsri.ac.id
/
61/3/Abstrak5.pdf.

2. Prasetyono DS. BukuPintar ASI


Ekslusif. Yogyakarta: DIVA Press,
2009; 24-79.
3. Suririnah. BukuPintarMerawatBayi
0-12
Bulan.
Jakarta:
GramediaPustakaUtama, 2009; 17220.
4. Baskoro A. ASI Panduan Praktis Ibu
Menyusui. Yogyakarta: Banyu Media,
2008; 1-24.
5. Direktorat Jendral Pengendalian
Penyakit
dan
Penyehatan
Lingkungan. Pedoman Pengendalian
Penyakit
Diare.
Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia; 2011. 1-65.
6. Subagyo B, Santoso NB. DiareAkut.
Dalam: Buku Ajar GastroenterologiHepatologi.
Jilid 1. Jakarta:
BadanPenerbit IDAI, 2011; 87-27.
7. DirektoratJendralPengendalianPeny
akitdanPenyehatanLingkungan.
PanduanSosialisasiTatalaksanaDiare
padaBalita. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia; 2011.
1-19.
8. Dinas Kesehatan Kota Jambi. Profil
Kesehatan Kota Jambi Tahun 2011.
Jambi: Dinkes Kota Jambi, 2011
9. DinasKesehatan
Kota
Jambi.
RekapitulasiLaporan Program P2
DiareTahun 2011. Jambi: Dinkes
Kota Jambi, 2011.
10. PuskesmasKenaliBesar.
LaporanTahunandan
PuskesmasKenaliBesarTahun
2011.

EKP
2011,

11. Koletzko, Berthold, Baker. Global


Standard for the Composition of
Infant Formula: Recommendations of
an
ESPGHAN
Coordinated
International Expert Group (online).
2008 (diakses 22 juli 2012).
Diunduhdari:
URL:
http://journals.lww.com/jpgn/fulltext/
2005/11000/global_standard_for_the
_composition_of_infant.6.aspx.
12. KementrianPendidikan
Dan
KebudayaanRepublik
Indonesia.
Pentingya ASI danSusu Formula
(online). Jakarta: 2010 (diakses 18
maret
2012).
Diunduhdari:
URL:http://kemdiknas.go.id/index7.p
hp?
display=view&mod=script&cmd=Ba
han%20Belajar/Pengetahuan
%20Populer/view&id=185&uniq=14
22.
13. RoesliU.
PngenalanKodePemasaranPengganti
ASI Internasional (online). Jakarta:
2009 (Diakses 18 maret 2012).
Diunduhdari:
URL:
http://www.idai.or.id/asi/artikel.asp?
q=201132394022.
14. Sjarif DR. Susu Formula Bayi.
Dalam:
Seminar
IlmiahSrikandiKesehatan
Sari
Husada,2010; Jambi; 2010. 1-14.
15. Schultz ST, Klonoff HS, Wingard DL,
Akshoomoff NA, Macera CA, Ji M,
Bacher C. Breastfeeding, infant
formula
supplementation,
and
Autistic Disorder: the results of a
parent survey (online). September
2006 (diakses 22 juli 2012).
Diunduhdari:
URL:http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pm
c/articles/PMC1578554/.
16. SepuluhlangkahMenujuKeberhasilan
Menyusui (Online). Jakarta: 2012.
(diakses 12 april 2013) Diunduhdari:
URL:
http://www.idai.or.id/asi/artikel.asp?
q=2009811103335
17. Suraatmaja S. AspekGizi Air
SusuIbu. Dalam: Seri Gizi Klinik ASI

Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan.


Jakarta: EGC, 1997; 17-3.
18. Ulshen M. Manifestasi Klinis
Penyakit
Saluran
Pencernaan.
Dalam: Ilmu Kesehatan Anak Nelson
Vol 2.Edisi 15. Jakarta: EGC, 2000.
1273.
19. Sinthamurniwaty.
Faktor-faktor
Risiko Kejadian Diare Akut Pada
Balita (online).2006 (diakses 22 juli
2012).
Diunduh
dari:
URL:
http://eprints.undip.ac.id/15323/1/
SINTAMURNIWATYE4D002073.pdf
20. KementerianKesehatanRepublik
Indonesia.
SituasiDiare
di
Indonesia(online). Jakarta: 2011
(diakses
13
maret
2012).
Diunduhdari:
URL:
http://www.depkes.go.id/
downloads/Buletin
%20Diare_Final(1).pdf.
21. Suraatmaja S. Diare. Dalam: Kapita
Selekta
Gatroenterologi
Anak.
Jakarta: Sagung Seto, 2010; 1-22.
22. Mustarim. Hubungan Gangguan
Fungsi Enteral Terhadap Kejadian
Diare Berulang pada Anak Umur 124 Bulan. Semarang: Program
Pascasarjana
Universitas
Diponegoro, 2005; 1-19.
23. Saputra MF. Hubungan status gizi
dengan penyakit diare pada balita
yang dirawat di bangsal anak RSUD
Raden Mataher Jambi. Jambi: PSPD
UNJA, 2009; 14.
24. Roesli U. Mengenal ASI Eksklusif.
Jakarta: PT Elex Komputindo, 2010;
3-44
25. Kamalia
D.Hubungan
antara
Pemberian ASI secara Eksklusif

dengan Kejadian Diare pada Bayi


Usia 1-6 Bulan di Wilayah Kerja
Puskesmas
Kedungwuni
I
Pekalongan padaTahun 2004/2005
(online) (diakses 13 Maret 2012.).
Diunduh
dari:
URL:
http://www.scribd.com.
26. Direktorat Jenderal Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan Linkungan.
Penanganan Anak Diare di rumah.
Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia; 2011.
27. Masri SH. Diare Penyebab Kematian
4 Juta Balita Per Tahun (online).
2004 (diakses 13 maret 2012).
Diunduh
dari:
URL:
http://www.waspada.co.id/serbaserbi/kesehatan /artikel.
28. Depkes RI. Diare (online). 2002
(diakses 18 Maret 2012)Diunduh
dari: URL:
http://www.Depkesri.go.id.
29. Sastroasmoro
S.
Dalam
:
Sastroasmoro S, S ismael, editor.
Dasar-dasar Metodologi penelitian
klinis.
Jakarta:
Bagian
ilmu
kesehatan anak FKUI, 1995. 43-1
30. Upah Minimum Regional 2011
(online). 2011 (Diakses pada tanggal
tanggal 18 Maret 2012). Diunduh
dari:
URL:
http://www.theaz.com/upah-minimum-regional2011/.
31. Prasetyono DS. Buku Pintar ASI
Eksklusif. Yogyakarta: DIVA Press,
2009; 24-79.
32. Nilai Menyusui 2013 (online).2013
(Diakses pada tanggal 11 Maret
2013).
Diunduh
dari:
URL:
www.idai.or.id/asi.asp.

33. Sitorus
RH.
PedomanPerawatanKesehatanAnak.
Bandung: YramaWidya, 2008; 84-9.
34. Paramita GW. Soprima M. Haryanto
B.
PerilakuIbuPenggunaBotolSusuDeng
anKejadianDiarePadaBalita
(online). Juni 2010 (diakses 4 Juli
2012).
Diunduhdari:
URL:
http://journal.ui.ac.id/upload/artikel/
646-1307-2-PB.pdf.
35. Wijayanti W. Hubungan antara
Pemberian ASI Eksklusif dengan
Angka Kejadian Diare pada Bayi
Umur 0-6 Bulan di Puskesmas
Gilingan
Kecamatan
Surakarta
(0nline).(diakses 11 Maret 2013).
Diunduh
dari:
URL:
http://eprints.uns.ac.id/103/.
36. Fatmawati H. Hubungan Pemberian
ASI Eksklusif, MPASI, Higiene
Perorangan dan Sanitasi Lingkungan
dengan Kejadian Diare Bayi 4-12
Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas
Purwosari Kudus (Online).(diakses
10 Maret 2013). Diunduh dari: URL:
http://www.fkm.undip.ac.id.
37. Quigley MA. Breastfeeding and
Hospitalization for Diarrheal and
Respiratory Infection in the United
Kingdom Millennium Cohort Study
(Online). (diakses 10 Maret 2013).
Diunduhdari:
URL:
http://pediatrics.aappublications.org/
content/119/4/e837.short.
38. Mohammad S. Protective Effect of
Breastfeeding on Diarrhea Among
Children in a Rapidly Growing
Newly Developed Society (Online),
(diakses 8 Maret 2013. Diunduhdari:
URL:
http://www.turkishjournalpediatrics.o
rg/?fullTextId=705&lang=eng.
39. Arifeen S, Black RE, Antelman A,
Baqui
A,
Caulfield
L,
S
Becker.Exclusive
Breastfeeding
Reduces Acute Respiratory Infection
and Diarrhea Deaths Among Infants
in Dhaka Slums (Online). (diakses 11

Maret 2013). Diunduhdari: URL:


http://www.mendeley.com/research.
40. Lamberti LM. Breastfeeding and the
Risk for Diarrhea Morbidity and
Mortality (Online).(diakses 8 Maret
2013)Diunduh
dari:
URL:http://www.biomedcentral.com/
1471-2458/11/S3/S15.

41. RekomendasiMengenai
Air
SusuIbudanMenyusui
(Online).
Jakarta: 2010. (diakses 4 Maret
2013)
Diunduh
dari:
URL:
http://www.idai.or.id/rekomendasi.as
p.

Anda mungkin juga menyukai

  • Isi Borang Anak
    Isi Borang Anak
    Dokumen8 halaman
    Isi Borang Anak
    Ari Pato Goziano 'eloran'
    Belum ada peringkat
  • Latar Belakang
    Latar Belakang
    Dokumen30 halaman
    Latar Belakang
    Ari Pato Goziano 'eloran'
    Belum ada peringkat
  • RISIKO BAYI BGM DENGAN ANEMIA
    RISIKO BAYI BGM DENGAN ANEMIA
    Dokumen2 halaman
    RISIKO BAYI BGM DENGAN ANEMIA
    Ari Pato Goziano 'eloran'
    Belum ada peringkat
  • Latar Belakang
    Latar Belakang
    Dokumen30 halaman
    Latar Belakang
    Ari Pato Goziano 'eloran'
    Belum ada peringkat
  • BAB 1 Adekku Ari
    BAB 1 Adekku Ari
    Dokumen5 halaman
    BAB 1 Adekku Ari
    Ari Pato Goziano 'eloran'
    Belum ada peringkat
  • Refrensi tentang gizi dan anemia
    Refrensi tentang gizi dan anemia
    Dokumen3 halaman
    Refrensi tentang gizi dan anemia
    Ari Pato Goziano 'eloran'
    Belum ada peringkat
  • Refrensi
    Refrensi
    Dokumen3 halaman
    Refrensi
    Ari Pato Goziano 'eloran'
    Belum ada peringkat
  • Refrensi
    Refrensi
    Dokumen3 halaman
    Refrensi
    Ari Pato Goziano 'eloran'
    Belum ada peringkat
  • Latar Belakang
    Latar Belakang
    Dokumen30 halaman
    Latar Belakang
    Ari Pato Goziano 'eloran'
    Belum ada peringkat
  • RISIKO BAYI BGM DENGAN ANEMIA
    RISIKO BAYI BGM DENGAN ANEMIA
    Dokumen2 halaman
    RISIKO BAYI BGM DENGAN ANEMIA
    Ari Pato Goziano 'eloran'
    Belum ada peringkat
  • RISIKO BAYI BGM DENGAN ANEMIA
    RISIKO BAYI BGM DENGAN ANEMIA
    Dokumen2 halaman
    RISIKO BAYI BGM DENGAN ANEMIA
    Ari Pato Goziano 'eloran'
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen4 halaman
    Bab Iii
    Ari Pato Goziano 'eloran'
    Belum ada peringkat
  • Materi 3
    Materi 3
    Dokumen3 halaman
    Materi 3
    Ari Pato Goziano 'eloran'
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen5 halaman
    Bab 1
    Ari Pato Goziano 'eloran'
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen8 halaman
    Bab Ii
    Ari Pato Goziano 'eloran'
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi Fix
    Daftar Isi Fix
    Dokumen1 halaman
    Daftar Isi Fix
    Ari Pato Goziano 'eloran'
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen4 halaman
    Bab Iii
    Ari Pato Goziano 'eloran'
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen8 halaman
    Bab Ii
    Ari Pato Goziano 'eloran'
    Belum ada peringkat
  • PTERIGIUM
    PTERIGIUM
    Dokumen19 halaman
    PTERIGIUM
    Ari Pato Goziano 'eloran'
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kasus Apendisitis
    Laporan Kasus Apendisitis
    Dokumen28 halaman
    Laporan Kasus Apendisitis
    Ari Pato Goziano 'eloran'
    100% (1)
  • Materi 2
    Materi 2
    Dokumen4 halaman
    Materi 2
    Ari Pato Goziano 'eloran'
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen5 halaman
    Bab 1
    Ari Pato Goziano 'eloran'
    Belum ada peringkat
  • Lapsus Stroke Hemoragik Ari
    Lapsus Stroke Hemoragik Ari
    Dokumen37 halaman
    Lapsus Stroke Hemoragik Ari
    Ari Pato Goziano 'eloran'
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kasus Fixxxxx
    Laporan Kasus Fixxxxx
    Dokumen21 halaman
    Laporan Kasus Fixxxxx
    Ari Pato Goziano 'eloran'
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen2 halaman
    Cover
    Ari Pato Goziano 'eloran'
    Belum ada peringkat
  • Caper Referat
    Caper Referat
    Dokumen1 halaman
    Caper Referat
    Ari Pato Goziano 'eloran'
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen1 halaman
    Kata Pengantar
    Ari Pato Goziano 'eloran'
    Belum ada peringkat
  • Bab I Referat
    Bab I Referat
    Dokumen54 halaman
    Bab I Referat
    Ari Pato Goziano 'eloran'
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen4 halaman
    Kata Pengantar
    Ari Pato Goziano 'eloran'
    Belum ada peringkat
  • Ari Ahdiatul Gozian - Laporan Kasus
    Ari Ahdiatul Gozian - Laporan Kasus
    Dokumen24 halaman
    Ari Ahdiatul Gozian - Laporan Kasus
    Ari Pato Goziano 'eloran'
    Belum ada peringkat