Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
Manusia dalam kehidupannya selalu berinteksi dan berinteralasi dengan
manusia lainnya. Hal tersebut manusia lakukan sebagai upaya untuk memenuhi
berbagai kebutuhan atau kepentingan dalam hidupnya. Interaksi dan interelasi
tersebut begitu penting bagi manusia, sehingga pada akhirnya dia menggabungkan
dirinya dengan suatu kelompok yang kemudian disebut masyarakat.
Manusia sebagai makhluk yang berbudaya tidak lain adalah makhluk yang
senantiasa mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan kebahagiaan, karena
yang membahagiakan hidup manusia itu hakikatnya sesuatu yang baik, benar dan
adil, maka hanya manusia yang selalu berusaha menciptakan kebaikan, kebenaran
dan keadilan sajalah yang berhak menyandang gelar manusia berbudaya.
Predikat tersebut menimbulkan potensi yang mencakup cipta (kemampuan
berpikir yang menimbulkan ilmu pengetahuan), rasa (karya seni /kesenian), dan
karsa (kehendak untuk hidup sempurna, mulia dan bahagia yang menimbulkan
kehidupan beragama dan kesusilaan). Kebudayaan itu hanya dimiliki oleh
masyarakat manusia, kebudayaan itu tidak diturunkan secara biologis melainkan
diperoleh melalui proses belajar; dan kebudayaan itu didapat, didukung dan
diteruskan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
Kebudayaan sebagai sebuah interaksi dan interelasi manusia tersebut
memiliki karakteristik antar satu masyarakat dengan masyarakat lainnya.
Kebudayaan memiliki fungsi yang sangat besar bagi manusia dan masyarakat.
Kebudayaan juga dapat menjadi pertanda dan penanda bagi suatu masyarakat
tertentu. Kebudayaan sebagai penciptaan dan perkembangan nilai meliputi segala
apa yang ada dalam alam fisik, personal dan sosial yang disempurnakan untuk
realisasi tenaga manusia dan masyarakat.
Setiap interaksi antarmanusia yang menghasilkan kebudayaan pasti akan
berbeda antara berbagai kelompok masyarakat. Perbedaan tersebut didasarkan
kepada kondisi demografis, karakter masyarakat serta tingkat perkembangan
1

kebutuhan hidup. Namun demikian setidaknya terdapat beberapa unsur-unsur


serta wujud-wujud kebudayaan yang sifatnya universal dan pasti ada di setiap
kelompok masyarakat manapun.
Oleh karenanya pengkajian mengenai berbagai hal mengenai kebudayaan
sangat menarik untuk dikaji. Hal ini sebagai upaya mengenali dan mendalami
berbagai fenomena kesosial-budayaan yang terjadi dalam kehidupan kita seharihari. Selain itu, kajian-kajian mengenai manusia dan kebudayaannya akan
memberikan gambaran mengenai dinamika kehidupan manusia yang memiliki
hubungan erat dengan lingkungan tempatnya hidup dan segala sesuatu yang
melekat padanya.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Masyarakat dan Kebudayaan
Masyarakat dan kebudayaan merupakan suatu sistem yang tidak dapat
dipisahkan satu dengan yang lain, karena tidak ada kebudayaan yang tidak
bertumbuh kembang dari suatu masyarakat. Sebaliknya, tidak ada masyarakat
yang tidak memiliki kebudayaan karena tanpa kebudayaan tidak mungkin
masyarakat dapat bertahan hidup , masyarakat adalah wadah, dan budaya adalah
isi.
Masyarakat adalah kesatuan kehidupan manusia yang berinteraksi menurt
suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinu dan terikat oleh suatu rasa
identitas bersama.
Kata "Masyarakat" sendiri berakar dari kata dalam bahasa Arab, musyarak
yang artinya adalah sebuah masyarakat adalah suatu jaringan yang menjalin
hubungan-hubungan antar individu yang memiliki ketergantungan satu sama
lain.Umumnya, istilah masyarakat digunakan untuk mengacu sekelompok orang
yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur. Kemudian menurut
Syaikh Taqyuddin An-Nabhani, sekelompok manusia dapat dikatakan sebagai
sebuah masyarakat apabila memiliki pemikiran, perasaan, serta sistem/aturan yang
sama. Dengan kesamaan-kesamaan tersebut, manusia kemudian berinteraksi
sesama mereka berdasarkan kemaslahatan.
Kebudayaan atau Budaya berasal dari bahasa Sansekerta Yaitu
buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal diartikan
sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.Dalam bahasa
Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Lati Colere, yaitu
mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan jug sebagai mengolah tanah atau
bertani.Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa
3

Indonesia. masyarakat dan budayadalam hal ini sebagai keseluruhan sistem


gagasan atau tindakan dari hasil karya manusia dalam rangka kehidupan
masyarakat yang dijadikan milik diri manusia melalui proses belajar. Oleh karean
itu hampir seluruh tindakan manusia adalah kebuidayaan karena hanya sedikit
tindakan manusia yang berasal dari naluri tanpa melalui proses belajar.
kebudaayaan sering diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan akal dan
kebudayaan juga sering diartikan sebagai semua hasil karya rasa dan cipta.
Masyarakat karya menghasikan kebudayaan benda yang menjadikan norma dan
nilai social untuk mengatur kehidulpan masyarakat. Adapun cipta merupakan
kemampuan mental dan kemampuan berfikir manusia yang menghasilkan filsafat
dan ilmu pengetahuan rasa dan cipta disebut juga kebudayaan spiritual.
Hubungan Masyarakat dan Budaya. Dari pengertian diatas jelas dapat
ditarik kesimpualn bahwa masyarakat dan busaya memang pada dasarnya adalah
sebuah satu kesatuan tingkah laku, perbuatan dan kegiatan yang dilakuakn seiring
dengan proses dan tahapan belajar dan disertakan dengan adat dan kebiasaan yang
membaur dengan masyarakat kelak akan menjadi sebuah budaya yang indah,
ambil contoh saja saat hendak mekan ini adalah naluri manusia dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya namun karena dipengaruhi oleh adat dan kebiasaan
masyarakat sekitar sehingga menampilkan sebuah budaya atau cara mekan yang
baik, sopan pebuh tatakramah dan sebagainya itu akan menajdi budaya dengan
seiringnya waktu oleh karena itu budaya dan masyarakat saling memiliki
keterkaitan yang jelas.
Harus diakui bahwa keberadaan kultur minoritas tidak bisa dicap sebagai
suatu bahaya ataupun ancaman tertentu. Hal ini berangkat dari suatu fakta
sederhana, bahwa tidak ada satupun kultur di muka bumi ini yang sepenuhnya
homogeny Kultur, selalu bisa ditafsirkan sebagai suatu bentuk perjuangan kelas
(class struggle). Kelas pekerja telah membentuk semacam organisasi bersama
yang berbasiskan pada solidaritas sosial untuk kemudian menantang tatanan sosial
yang sudah mapan, sekaligus mempertanyakan otoritas kultur dominan yang
sudah lama memerintah sebelumnya. Tentu saja, konflik tidak terelakkan. Akan
4

tetapi, konflik disini adalah suatu proses yang harus ditempuh untuk merumuskan
suatu bentuk identitas kultural yang baru Semua bentuk kultur bisa hidup bersama
di dalam masyarakat multikultur. Hanya kultur yang menolak kesetaraan
kesempatan dari individu ataupun kelompoklah yang tidak bisa menjadi bagian
dari masyarakat multikultur. Selanjutnya, mempunyai tujuan bersama sangat
mempengaruhi keharmonisan dalam kehidupan bermasyarakat antara kelompok
minoritas dan dominan.
Terdapat hubungan timbal balik antara manusia dengan kebudayaan, yakni
manusia menciptakan budaya kemudian budaya memberikan arah dalam hidup
dan tingkah laku manusia. Kebudayaan merupakan hasil dari ide-ide dan gagasangagasan yang akhirnya mengakibatkan terjadinya aktivitas dan menghasilkan
suatu karya (kebudayaan fisik) sehingga manusia pada hakekatnya disebut
makhluk sosial.
Kebudayaan juga mencakup aturan, prinsip, dan ketentuan-ketentuan
kapercayaan yang terpelihara rapi yang secara turun temurun diwariskan kepada
generasi ke generasi selanjutnya.

B. Unsur-unsur Kebudayaan dan Masyarakat


Kebudayaan dari setiap masyarakat terdiri dari beberapa unsur, baik
unsur-unsur besar maupun unsur-unsur kecil. Unsur-unsur tersebut merupakan
bagian-bagian dari suatu kebulatan yang bersifat sebagai kesatuan. Menurut
Soekanto (1988 : 157-158) unsur kebudayaan tersebut oleh para ahli dibedakan
menjadi dua, yakni yang bersifat universal (cultural universale) dan unsurunsur yang lebih kecil.
Unsur universal menurut Kluckhokn (dalam Soekanto, 1988 : 158)
meliputi :
1. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia (pakaian, perumahan,
alat-alat rumah tangga senjata, alat-alat produksi, transport dan
sebagainya).
5

2. Mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi (pertanian,


peternakan, sistem produksi, sistem distribusi dan sebagainya).
3. Sistem kemasyarakatan (sistem kekerabatan, organisasi politik,
sistem hukum, sistem perkawinan).
4. Bahasa (lisan maupun tertulis).
5. Kesenian (seni rupa, seni suara, seni gerak dan sebagainya).
6. Sistem pengetahuan.
7. Religi (sistem kepercayaan).
Sedangkan unsur-unsur yang lebih kecil dijabarkan oleh Lincoln (dalam
Soekanto, 1988 : 158) sebagai kegiatan-kegiatan kebudayaan (cultural activity)
yang dirincinya sebagai trait-complex. Misalnya kegiatan pertanian menetap
meliputi unsur-unsur irigasi, sistem mengolah tanah dengan bajak, sistem hak
milik atas tanah dan sebagainya.
Di lain pihak, Koentjaraningrat (1990 : 2-3) mengemukakan unsur-unsur
kebudayaan yang sifatnya universal (pasti ditemukan dalam seluruh budaya di
dunia) yang tersusun berdasarkan kemungkinan-kemungkinannya untuk
berubah dalam perkembangannya. Unsur-unsur tersebut ialah :
1) Sistem religi dan upacara keagamaan ;
a. sistem kepercayaan
b. sistem nilai dan pandangan hidup
c. komunikasi keagamaan
d. upacara keagamaan
2) Sistem dan organisasi kemasyarakatan ;
a. kekerabatan
b. asosiasi dan perkumpulan
c. sistem kenegaraan
d. sistem kesatuan hidup
e. perkumpulan
3) Sistem pengetahuan ;
a. flora dan fauna
6

b. waktu, ruang dan bilangan


c. tubuh manusia dan perilaku antar sesama manusia
4) Bahasa ;
a. lisan
b. tulisan
5) Kesenian ;
a. seni patung/pahat
b. relief
c. lukis dan gambar
d. rias
e. vokal
f.

musik

g. bangunan
h. kesusastraan
drama
6) Sistem mata pencaharian hidup ;
a. berburu dan mengumpulkan makanan
b. bercocok tanam
c. peternakan
d. perikanan
e. perdagangan
7) Sistem teknologi dan masyarakat ;
a. produksi, distribusi, transportasi
b. peralatan komunikasi
c. peralatan konsumsi dalam bentuk wadah
d. pakaian dan perhiasan
e. tempat berlindung dan perumahan
f.

senjata

1. Bahasa
Bahasa merupakan alat atau perwujudan budaya yang digunakan
manusia untuk saling berkomunikasi atau berhubungan, baik lewat tulisan,
lisan, ataupun gerakan (bahasa isyarat), dengan tujuan menyampaikan
maksud hati atau kemauan kepada lawan bicaranya atau orang lain. Melalui
bahasa, manusia dapat menyesuaikan diri dengan adat istiadat, tingkah
laku, tata krama masyarakat, dan sekaligus mudah membaurkan dirinya
dengan segala bentuk masyarakat.
Bahasa memiliki fungsi-fungsi tertentu yang digunakan berdasarkan
kebutuhan seseorang, yakni sebagai alat untuk mengekspresikan diri,
sebagai alat untuk berkomunikasi, sebagai alat untuk mengadakan integrasi
dan beradaptasi sosial dalam lingkungan atau situasi tertentu, dan sebagai
alat untuk melakukan kontrol sosial. komunikasi tadi mengandung banyak
segi yang lemah. Bahasa memberikan kemungkinan yang jauh lebih luas
dan kompleks daripada yang dapat diperoleh denganmempergunakan media
tadi. Bahasa haruslah merupakan bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap
manusia. Bukannya sembarang bunyi. Dan bunyi itu sendiri haruslah
merupakan simbol atau perlambang.
Fungsi bahasa secara umum adalah sebagai alat berekspresi, alat
komunikasi, alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial.
Sedangkan fungsi bahasa secara khusus adalah untuk mengadakan
hubungan dalam pergaulan sehari-hari (fungsi praktis), mewujudkan seni
(fungsi artistik), mempelajari naskah-naskah kuno (fungsi filosofis), untuk
mengeksploitasi ilmu pengetahuan dan teknologi.
2. Sistem Pengetahuan
Ilmu

pengetahuan

bertujuan

untuk

mengonseptuaisasikan

fenomenon-fenomenon alam dalam sebab-sebabnya, dalam urutan-urutan


sebab akibat dan mencari asas-asas umum. Bakker (1984 : 39) mengatakan
bahwa ilmu pengetahuan meliputi science (ilmu-ilmu eksakta) dan
8

humanities (sastra, filsafat, kebudayaan, sejarah dan lain-lain). Nilai-nilai


masing-masing ditentukan bukan saja oleh mutu masing-masing
melainkan juga oleh kedudukan dalam seluruh pola kebudayaan.
Secara sederhana, pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui
manusia tentang benda, sifat, keadaan, dan harapan-harapan. Pengetahuan
dimiliki oleh semua suku bangsa di dunia. Mereka memperoleh
pengetahuan melalui pengalaman, intuisi, wahyu, dan berpikir menurut
logika, atau percobaan-percobaan yang bersifat empiris (trial and error).
Sistem pengetahuan tersebut dikelompokkan menjadi :
1) Pengetahuan tentang alam.
2) Pengetahuan tentang tumbuh-tumbuhan dan hewan di sekitarnya.
3) Pengetahuan tentang tubuh manusia.
4) Pengetahuan tentang sifat dan tingkah laku sesama manusia.
5) Pengetahuan tentang ruang dan waktu.
3. Organisasi Sosial
Sebagai makhluk yang selalu hidup bersama-sama, manusia
membentuk organisasi sosial untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang
tidak dapat mereka capai sendiri. Organisasi sosial adalah perkumpulan
sosial yang dibentuk oleh masyarakat, baik yang berbadan hukum maupun
yang tidak berbadan hukum, berfungsi sebagai sarana partisipasi
masyarakat dalam pembangunan bangsa dan negara.
Lebih lanjut Soekanto (1988 : 106-108) mengklasifikasikan berbagai
organisasi sosial dalam hubungan individu dengan individu yang lainnya
yang meliputi kategori wilayah, kepentingan yang sama dengan organisasi
yang tidak tetap, serta kepentingan yang sama dengan organisasi yang
tetap. Pembeda daripada organisasi-organisasi sosial tersebut didasarkan
pada factor kesadaran akan jenis yang sama, hubungan sosial, dan orientasi
pada tujuan yang sudah ditetapkan.
Klasifikasi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
9

No
1

Kategori

Kriteria

Kategori utama : kesatuan-kesatuan Kriteria utama :


wilayah.

1. Kepentingan

Tipe umum : community

2. Bertempat tinggal di suatu

Tipe khusus : suku, bangsa, daerah,

wilayah tertentu

kota, desa, rukun tetangga.


2

Kategori utama : kesatuan-kesatuan Kriteria utama :


atas dasar kepentingan yang sama,
tanpa organisasi yang tetap.

1. Sikap

yang

sama

dari

anggota-anggota kelompok
yang bersangkutan.
2. Organisasi sosial yang tidak
tetap (temporer).

1. a. Tipe umum : kelas

Kriteria tambahan untuk tipe-

b.Tipe khusus ; kasta, elit,


kelas

dasar

persaingan,

kelas atas dasar kerjasama.

tipe khusus :
1. Kemampuan

untuk

berpindah
kelompok

dari
ke

satu

kelompok

lainnya (mobilitas).
2. Perbedaan

dalam

kedudukan,
kesempatan

prestise,
dan

tingkat

ekonomis.
2. a. Tipe umum ; kelompok etnis Kriteria tambahan untuk tipedan ras.

tipe khusus : asal kelompok,

b. Tipe khusus : kelompok atas golongan (stock), luas wilayah


dasar
kulit,

perbedaan

warna tempat

tinggal,

ciri-ciri

kelompok-kelompok badaniah.

10

imigran,

kelompok-

kelompok nasional.
3. a. Tipe umum : kerumunan

Kriteria tambahan untuk tipe-

b.Tipe khusus : kerumunan tipe khusus :


dengan kepentingan yang
sama

dan

dengan

kepentingan umum.
3

1. Kepentingan-kepentingan
yang sementara.
2. Sifat kelompok sementara.

Kategori utama : kesatuan-kesatuan Kriteria utama :


atas dasar kepentingan yang sama
dengan organisasi yang tetap :
associations.

1. Kepentingan-kepentingan
yang terbatas.
2. Organisasi

sosial

yang

tertentu
a. Tipe umum : primary group

Kriteria tambahan untuk tipe-

Tipe khusus : Keluarga, tipe khusus :


kelompok

permainan,

clique, club.

1. Jumlah keanggotaan yang


terbatas.
2. Organisasi

sosial

yang

formal.
3. Pentingnya
hubungan

hubunganyang

tidak

bersifat pribadi.
4. Jenis

kepentingan

yang

dikejar.
b. Tipe umum : association
yang besar.
Tipe

khusus

Kriteria tambahan :
1. Jumlah anggota yang secara

negara,

relatif terbatas.

11

gereja, perkumpulan atas

2. Organisasi

dasar ekonomi, persatuan

formal.

buruh dan sebagainya.

sosial

3. Pentingnya
hubungan

yang

hubunganyang

tidak

bersifat pribadi.
4. Jenis

kepentingan

yang

dikejar.

Soekanto

juga

mengutip

berbagai

pendapat

ahli

mengenai

organisasi-organisasi sosial seperti yang dikatakan oleh Cooley (primary


group dan secondary group), Tonnies (gemeinschaft dan gesellscahft),
serta Merton (membership group dan reference group). Sedangkan ia
sendiri mengklasifikasikan organisasi sosial kedalam formal group dan
informal group serta in-group dan out-group.
G.P. Murdock mengatakan bahwa suatu kelompok adalah suatu
kesatuan individu yang terikat oleh unsur :
1. Suatu siste norma-norma yang mengatur kelakuan warga
kelompok
2. Suatu

rasa

kepribadian

kelompok

yang

disadari

semua

anggotanya
3. Kegiatan-kegiatan berkumpul dari anggota kelompok secara
berulang-ulang
4. Suatu sistem hak dan kewajiban yang mengatur interaksi antara
anggota kelompok
5. Suatu pimpinan atau pengurus yang mengorganisasi kegiatan
kelompok
6. Suatu sistem hak dan kewajiban bagi para individunya terhadap
sejumlah harta produktif, harta konsumtif atau harta pusaka
tertentu.
12

Selain itu organisasi sosial juga dalam masyarakat yang berbudaya


menghasilkan sebuah sistem kekerabatan. Sistem kekerabatan merupakan
bagian

yang

sangat

penting

dalam

struktur

sosial.

M,

Fortes

mengemukakan bahwa sistem kekerabatan suatu masyarakat dapat


dipergunakan untuk menggambarkan struktur sosial dari masyarakat yang
bersangkutan. Kekerabatan adalah unit-unit sosial yang terdiri dari
beberapa keluarga yang memiliki hubungan darah atau hubungan
perkawinan. Anggota kekerabatan terdiri atas ayah, ibu, anak, menantu,
cucu, kakak, adik, paman, bibi, kakek, nenek dan seterusnya. Di
masyarakat umum kita juga mengenal kelompok kekerabatan seperti
keluarga inti, keluarga luas, keluarga bilateral, dan keluarga unilateral.
Koenjaraningrat (1992 : 108) mengatakan bahwa rumah tangga
(household) terjadi akibat dari adanya perkawinan. Sedangkan keluarga
inti (nuclear family) terjadi juga akiba dari perkawinan dengan anggota
terdiri dari seorang suami, seorang istri dan anak-anak mereka yang belum
kawin. Keluarga-keluarga inti itu merupakan suatu kesatuan manusia yang
disebut kingroup atau kelompok kekerabatan.
G.P.

Murdock

(dalam

Koentjaraningat,

1992

113-114)

mengkategorikan kelompok kekerabatan berdasarkan fungsi sosial dari


kelompok kekerabatannya menjadi :
1. Corporate kingroup atau kelompok kekerabatan berkorporasi.
Kelompok ini biasanya bersifat eksklusif, jenis anggotanya tidak
banyak.
2. Occasional kingroup atau kelompok kekerabatan kadangkala.
Kelompok ini biasanya dengan anggota banyak sehingga tidak
mungkin terjadi pergaulan terus-menerus dan intensif.
3. Circumsciptive kingroup atau kelompok kekerabatan menurut
adat.
4. Sistem Teknologi
13

Teknologi

menyangkut

cara-cara

atau

teknik

memproduksi,

memakai, serta memelihara segala peralatan dan perlengkapan. Teknologi


muncul dalam cara-cara manusia mengorganisasikan masyarakat, dalam
cara-cara mengekspresikan rasa keindahan, atau dalam memproduksi
hasil-hasil kesenian.
Bakker (1984 : 40) mengaitkan antara kondisi alam, penggunaan
teknologi dan kebudayaan suatu masyarakat. Menurutnya teknologi
terhitung antara sikap dan hasil budaya yang penting. Teknik bertujuan
untuk memfaedahkan sumber-sumber alam agar terjaminlah makanan,
perumahan, komunikasi dan lain-lain hal yang perlu untuk derajat hidup
yang layak. Penerapan hukum alam dapat menghasilkan teknik, yaitu
keperluan dan dorongan idealisme bersama-sama dalam creative vision.
Masyarakat kecil yang berpindah-pindah atau masyarakat pedesaan
yang hidup dari pertanian paling sedikit mengenal delapan macam
teknologi tradisional (disebut juga sistem peralatan dan unsur kebudayaan
fisik), yaitu sebagai berikut.
1) Alat-alat produktif.
2) Senjata.
3) Wadah.
4) Alat-alat untuk menyalakan api.
5) Makanan.
6) Pakaian.
7) Tempat berlindung dan perumahan.
8) Alat-alat transportasi.
5. Sistem Ekonomi
Ekonomi meliputi pola kelakuan dan lembaga-lembaga yang
melaksanakannya dalam bidang produksi, dan konsumsi keperluankeperluan hidup serta pelayanannya. Ekonomi bersifat ambivalen dan
merugikan bila tujuan yang dikejar tidak mengindahkan nilai-nilai budaya.
14

Menurut Bakker (1987 : 45) lapangan ekonomi dibagi ke dalam tiga sector
yang mencerminkan corak sesuatu kebudayaan dan orientasi pokoknya.
Sektor primer mencurahkan tenaga ekstraksi, yaitu menghasilkan
bahan mentah dari alam bumi dan dari kehidupan di bumi, laut dan
angkasa. Pekerjaan ekstraksi terdiri atas pertambangan, pertanian,
peternakan dan perikanan.
Sektor sekunder mengolah bahan menah yang diproduksi dalam
sektor primer dan meliputi industri, kerajinan dan pembangunan.
Keduanya menuntut kerja tangan.
Sektor tersier meliputi segala macam pelayanan kepada masyarakat.
Secara optimal terdiri dari sixservice standard yaitu pencaharian, distribusi
dan komunikasi, hukum dan keamanan, pendidikan dan perguruan,
kesehatan, kesenian dan hiburan.
6. Sistem Religi
Ada kalanya pengetahuan, pemahaman, dan daya tahan fisik
manusia dalam menguasai dan mengungkap rahasia-rahasia alam sangat
terbatas. Secara bersamaan, muncul keyakinan akan adanya penguasa
tertinggi dari sistem jagad raya ini, yang juga mengendalikan manusia
sebagai salah satu bagian jagad raya. Sehubungan dengan itu, baik secara
individual maupun hidup bermasyarakat, manusia tidak dapat dilepaskan
dari religi atau sistem kepercayaan kepada penguasa alam semesta.
Hal tersebut di atas ditegaskan oleh Koentajaraningrat (1987 : 78)
yang menyatakan bahwa keyakinan yang paling awal yang menyebabkan
terjadinya religi dalam masyarakat adalah keyakinan akan adanya
kekuatan sakti dalam hal-hal yang luar biasa dan gaib. Lebih lanjut
Koenjaraningrat (1987 : 80) menyebutkan lima komponen religi yang
meliputi emosi keagamaan, sistem keyakinan, sistem ritus dan upacara,
peralatan ritus dan upacara, umat agama.

15

Agama atau religi menurut Haviland dapat dipandang sebagai


kepercayaan dan pola perilaku yang diusahakan oleh manusia untuk
menangani masalah-masalah peting yang tidak dapat dipecahkan dengan
menggunakan teknologi dan teknik organisasi yang diketahuinya. Untuk
mengatasi keterbatasan itu orang berpaling kepada kekuatan supernatural.
Anthony F.C Wallace mendefinisikan agama sebagai seperangkat upacara
yang diberi rasionalisasi mitos dan yang menggerakkan kekuatan-kekuatan
supernatural dengan maksud untuk mencapai atau untuk menghindarkan
suatu perubahan keadaan pada manusia atau alam.
Kelompok keagamaan menurut Koentjaraningrat merupakan suatu
kesatuan sosial yang berwujud sebagai :
(1) Keluarga inti atau kelompok-kelompok kekerabatan yang lain,
(2) Kelompok kekerabatan yang lebih besar, seperti keluarga luas,
klen, suku, marga, dan lain-lain,
(3) Kesatuan komunitas, seperti desa, gabungan desa, dan lain-lain,
(4) Organisasi atau gerakan religi, seperti organisasi penyiaran
agama, organisasi gereja partai politik yang berideologi agama,
gerakan agama, orde-orde rahasia dan lain-lain.
7. Sistem Kesenian
Kesenian mengacu pada nilai keindahan (estetika) yang berasal dari
ekspresi hasrat manusia akan keindahan yang dinikmati dengan mata
ataupun telinga. Sebagai makhluk yang mempunyai cita rasa tinggi,
manusia menghasilkan berbagai corak kesenian mulai dari yang sederhana
hingga perwujudan kesenian yang kompleks.
Kesenian mewujudkan nila rasa dalam arti luas dan wajib diwakili
dalam kebudayaan lengkap. Kedwisatuan manusia yang terdiri atas budi
dan badan tak dapat mengungkapkan pengalamannya secara memadai
dengan akal murni saja. Rasa mempunyai kepekaan terhadap kenyataan

16

yang tidak ditemukan oleh akal. Kesenian selalu melukiskan sebuah unsur
atau aspek alam kodrat ditambah tanggapan atau pengolahan manusia.
Berdasarkan jenis nilai estetika yang ditampilkan kesenian (budaya
seni) dapat dibedakan menjadi 4 macam, yaitu:
1) Seni rupa,

yaitu

benda-benda

seni yang

menampilkan

keindahannya dalam bentuk wujud atau bentuk misalnya


lukisan, seni patung, seni lukis, atau seni fotografi.
2) Seni suara, yaitu seni yang menampilkan keindahannya dalam
bentuk suara, seni suara ini terdiri dari seni suara vokal
(manusia), seni suara instrumental (alat musik), dan seni suara
campuran (perpaduan antara suara manusia dengan alat musik).
3) Seni gerak, yaitu seni yang menampilkan keindahannya dalam
bentuk gerakan atau aktivitas. Misalnya seni tari, gerak dan
lagu, senam berirama dan sebagainya.
4) Seni drama, yaitu seni yang menampilkan keindahannya dalam
bentuk visualisasi pementasan adegan cerita. Misalnya ketoprak,
wayang orang, lenong, ludruk, dan sebagainya.
Benda-benda seni memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Mengandung nilai estetika.
2) Berfungsi memberikan penghiburan.
3) Melekat dengan unsur-unsur kebudayaan yang lain seperti seni
rupa melekat pada model rumah, model mobil, sepeda motor, dan
lain-lain.
4) Berfungsi sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan pesan
atau harapan dari kelompok masyarakat yang satu kepada
kelompok masyarakat yang lain.

17

BAB III
KESIMPULAN
Dari berbagai pemaparan yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat
ditarik beberapa kesimpulan mengenai kebudayaan sebagai suatu sistem yakni
mencakup :
1. Kebudayaan terdiri atas 3 wujud yaitu: 1. Wujud kebudayaan sebagai
suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, dan
sebagainya. 2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas
serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat.

3. Wujud

kebudayaan sebagai benda- benda hasil karya manusia.


2. Nilai-nilai budaya merupakan tahap filosofis atau ideologis yang
terbentuk karena pengalaman manusia, tahap ini merupakan hasil
pemikiran yang biasanya memiliki bentuk tekstual tersurat maupun
tersirat dalam norma, aturan adat, cerita rakyat atau karya seni.
3. Sistem budaya berupa gagasan dan konsep juga merupakan manifestasi
hasil pemikiran. Tahap wujud ini juga memiliki bentuk tertulis tersurat
dan beberapa dapat berbentuk gambar atau konfigurasi.
4. Sistem sosial sebagai tahap wujud selanjutnya merupakan tindakan
dalam rangka mewujudkan konsep. Tahap wujud

ini dapat

berbentuk tulisan, gambar, konfigurasi maupun kegiatan.


5. Kebudayaan fisik merupakan wujud hasil dalam sebuah kebudayaan.
Sehingga pada wujud terakhir ini kebudayaan memiliki bentuk paling
nyata diantara bentuk yang lain. Pada wujud inilah kebudayaan
seringkali sudah memiliki bentuk benda, sehingga dapat dilihat,
disentuh dan dirasakan.
6. Unsur kebudayaan tersebut oleh para ahli dibedakan menjadi dua,
yakni yang bersifat universal (cultural universale) dan unsur-unsur
yang lebih kecil.
7. Unsur universal meliputi :
18

1. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia (pakaian, perumahan,


alat-alat rumah tangga senjata, alat-alat produksi, transport dan
sebagainya).
2. Mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi (pertanian,
peternakan, sistem produksi, sistem distribusi dan sebagainya).
3. Sistem kemasyarakatan (sistem kekerabatan, organisasi politik,
sistem hukum, sistem perkawinan).
4. Bahasa (lisan maupun tertulis).
5. Kesenian (seni rupa, seni suara, seni gerak dan sebagainya).
6. Sistem pengetahuan.
7. Religi (sistem kepercayaan).
8. Sedangkan unsur-unsur yang lebih kecil sebagai kegiatan-kegiatan
kebudayaan (cultural activity) yang dirinci sebagai trait-complex.
Misalnya kegiatan pertanian menetap meliputi unsur-unsur irigasi,
sistem mengolah tanah dengan bajak, sistem hak milik atas tanah dan
sebagainya.
9. Unsur-unsur kebudayaan yang sifatnya universal (pasti ditemukan
dalam seluruh budaya

di dunia) yang tersusun berdasarkan

kemungkinan-kemungkinannya

untuk

berubah

dalam

perkembangannya. Unsur-unsur tersebut ialah : Sistem religi dan


upacara keagamaan, Sistem dan organisasi kemasyarakatan, Sistem
pengetahuan, Bahasa, Kesenian, Sistem mata pencaharian hidup,
Sistem teknologi dan masyarakat.

19

DAFTAR PUSTAKA

Bakker, J.W.M. 1984. Filsafat Kebudayaan, Sebuah Pengantar. Yogyakarta :


Kanisius.
Jhonson, Doyle Paul. 1986. Teori Sosiologi Klasik dan Modern Jilid 1. Jakarta :
Gramedia.
Kaplan, D dan Robert A. Manners. 2002. Teori Budaya. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar
Koentjaraningrat. 2005. Pengantar Antropologi I. Jakarta : Rineka Cipta.
Koentjaraningrat. 1990. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta :
Gramedia.
Koentjaraningrat. 1987. Sejarah teori Antropologi 1. Jakarta : UI Press.
Soekanto, Soerjono. 1988. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Rajawali Press.
Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar Sosiologi. Jakarta : UI Press.

20

Anda mungkin juga menyukai