Pengertian
Dispepsia adalah rasa nyeri atau tidak enak di perut bagian ulu hati (NN, 2004).
Pendapat lain menyebutkan bahwa dispepsia adalah kelainan di dalam tubuh
akibat reaksi tubuh terhadap keadaan sekeliling yang menimbulkan gangguan
ketidakseimbangan metabolisme yakni makanan di dalam saluran pencernaan,
terutama menyerang usia produktif 30 - 50 tahun (NN, 2002). Sedangkan
menurut Mansjoer, Triyanti, Savitri, Wardhani dan Setiowulan, (1999:488)
dispepsia merupakan kumpulan keluhan gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak
enak atau sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami
kekambuhan. Ahli lain berpendapat bahwa dispepsia adalah keluhan yang
diasosiasikan sebagai akibat dari kelainan saluran makanan bagian atas yang
berupa nyeri perut bagian atas, perih, mual, yang kadangkadang disertai rasa
panas di dada dan perut, lekas kenyang, anoreksia, kembung, regurgitasi,
banyak mengeluarkan gas asam dari mulut (Hadi, 1995:153).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa dispepsia merupakan kumpulan keluhan
yang meliputi rasa nyeri pada ulu hati, perih, mual, rasa panas di dada ,
anoreksia, lekas kenyang, kembung, dan regurgitasi akibat gangguan sistem
pencernaan.
2. Penyebab
Menurut Hadi (1995), penyebab dispepsia dibedakan menjadi dua jenis, yaitu
dispepsia organik dan dispepsia fungsional.
a. Dispepsia organik (dispepsia yang penyebabnya sudah pasti)
Jarang ditemukan pada usia lebih dari 40 tahun. Penyebabnya antara lain
sebagai berikut.
1). Dispepsia tukak (ulcus like dyspepsia)
Gejala yang ditemukan biasanya nyeri ulu hati pada waktu tidak makan (night
pain)
5). Karsinoma
a). Kanker esofagus
Keluhan berupa disfagia, tidak bisa makan, perasaan penuh di perut, penurunan
berat badan, anoreksia, adenopati servikal, dan cegukan setelah makan.
b). Kanker lambung
Yang paling umum adalah adenokarsinoma yaitu tumor epitel. Keluhan berupa
rasa tidak nyaman pada epigastrik, tidak bisa makan dan perasaan kembung
setelah makan.
c). Kanker pankreas
Gejala yang paling umum antara lain penurunan berat badan, ikterik, dan nyeri
daerah punggung atau epigastrik.
d). Kanker hepar
Gejala berupa nyeri hebat pada abdomen dan mungkin menyebar ke skapula
kanan, penurunan berat badan, epigastrik terasa penuh, dan anoreksia.
6). Obat-obatan
Golongan Non Steroid Inflammatory Drugs (NSID) dengan keluhan berupa rasa.
sakit atau tidak enak di daerah ulu hati, disertai mual dan muntah.
7). Pankreatitis
Keluhan berupa mendadak yang menjalar ke punggung, perut terasa makin
tegang dan kencang.
8). Sindrom malabsorpsi
Keluhan berupa nyeri perut, nausea, anoreksia, sering flatus dan perut kembung.
3.
Patofisiologi
Hipersekresi
Hiperasiditas
Tukak lambung
5. Pemeriksaan K1inis
Pemeriksaan klinis menurut Selamihardja (1997) adalah sebagai berikut. Untuk
mengetahui adanya kuman H. pylori dapat dilakukan pemeriksaan melalui
beberapa cara.
a. Pemeriksaan non invasif
Pemeriksaan ini dilakukan melalui pemeriksaan serologi (pemeriksaan serum
darah; positif atau tidak). Hasil positif menunjukkan adanya infeksi oleh H. Pylori.
b. Pemeriksaan invasif
Berupa pemeriksaan histologi atau patologi anatomi serta pemeriksaan CLO
(Campylobacter Like Organism). Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara
pencampuran hasil biopsi jaringan pencernaan dengan zat khusus. Selang 24
jam campuran tersebut akan menunjukkan hasil negatif dalam warna kuning dan
hasil positif jika berwarna merah. Hasil positif menunjukan adanya kuman H.
pylori.
c. Pemeriksaan dengan sistem PCR (Polymerase Chain Reaction) Dilakukan
dengan cara penyedotan cairan perut melalui selang yang dimasukkan lewat
lubang hidung. Kemudian cairan tersebut diperiksa menggunakan mikroskop. Jika
penderita terinfeksi H. pylori maka pada mikroskop akan tampak kuman
tersebut.
d. Entero test
Menggunakan kapsul bertali nilon yang ditelan dengan bantuan air, tepi ujung
tali tetap ditahan di luar mulut. Tali nilon tersebut akan menyerap cairan dari
perut. Setengah jam kemudian pasien dapat menarik tali nilon secara perlahan
keluar dari mulut. Cairan yang menempel pada tali dites di laboratorium. Hasil
positif terinfeksi akan ditunjukkan oleh adanya kumpulan kuman H. pylori pada
sampel cairan perut.
Pemeriksaan klinis lain yang dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan pada
organ-organ tubuh antara lain :
a. Endoskopi
Untuk mengetahui ada tidaknya luka di orofaring, warna mukosa menentukan
ada tidaknya refluks esofagitis.
b.
c.
7. Pencegahan
a. Pola makan yang normal dan teratur, pilih makanan yang seimbang dengan
kebutuhan dan jadwal makan yang teratur, tidak mengkonsumsi makanan yang
berkadar asam tinggi, cabe, alkohol., dan pantang rokok, gunakan obat: secara
wajar dan tidak mengganggu fungsi lambung (NN, 2002)
b. Hindari makan bakmi berlebihan, khususnya dalam keadaan perut kosong
karena air abu yang menguningkan bakmi sangat tajam bagi lambung (Manan,
1997).
I. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS
IDENTITAS KLIEN
Nama
: Tn. H
Jenis kelamin
: Laki-laki
Umur
: 27 tahun
Alamat
: Jl. Veteran
Pekerjaan
: Swasta
Status perkawinan
: Kawin
Agama
: Islam
Tanggal masuk RS
: 22 Agustus 2010
Tanggal Pengkajian
: 23 Agustus 2010
Diagnosa Medis
: Dispepsia
No. RM
: 17 19 71
: Tn. M
Jenis kelamin
: Laki-laki
Umur
: 38 tahun
Pekerjaan
: Swasta
Alamat
: kaka klien
B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama
Pada saat pengkajian tanggal 23 Agustus 2010, klien mengeluh nyeri pada
abdomen atas dan merasa mual.
2. Riwayat Kesehatan/ penyakit Sekarang
Keluarga klien mengatakan sebelum kien masuk rumah sakit pada tanggal 22
Agustus 2010 klien sedang berpusa, kemudian ketika klien berbuka puasa
dengan minum penyegar berupa Adam sari (cairan yang asam), klien tidak ada
makan dan merasa nyeri pada abdomen, kemudian klien minum obat puyer dan
nyerinya bertambah dan rasanya sangat hebat, lalu klien langsung dibawa ke
Rumah Sakit Islam Banjarmasin diruang Al Biruni Al Kindi pada tanggal 22
Agustus 2010.
: 100 x/menit
: 20 x/menit
: 38C
Data Antropmetrik
BB : 50 kg
TB : 165 cm
LLA
: 23 cm
BBI
: 58.5 kg
2. Kulit
ur kulit tampak simetris, kebersihan kulit baik, kulit teraba agak lembab, tidak
terdapat lesi atau luka pada kulit, turor kulit kembali 2 detik, kulit teraba hagat
dengan suhu 38C, warna kulit kuning langasat.
3. Kepala dan Leher
Tekstur kepala dan leher tampak simetris, kebersihan kulit kepala baik tidak
terapat ketombe, persebaran rambut merata, warna rambut hitam, tidak ada
benjolan pada kepala, pada leher tidak ada pembeasran kelenjar tiroid dan
kelenjar limfe, leher dapat digerakkan ke kanan dan ke kiri.
4. Penglihatan dan Mata
Struktur mata tampak simetris, kebersiahn mata baik (tidak ada secret yang
menempel paa mata), konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, tidak ada
kelainan pada mata seperti strabismus (juling), mata dapat digerakan kesegala
arah, tidak ada kelainan dalam penglihatan, kilen tidak menggunakan alat bantu
penglihatan seperti kacamata
5. Penciuman dan Hidung
Struktur hidung tampak simetris, kebersiahn hidnubg baik, tidak ada secret
didalam hidung, tidak ada peradangan, perdarahan, dan nyeri, fungsi
penciuman baik (dapat membedakan bau minyk kayu putih denga alkohol)
6. Pendengaran dan Telinga
Struktur telinga simetris kiri dan kanan, kebersihan telinga baik, tidak ada
serumyang keluar, tidak ada peradangan, perdarahan, dan nyeri, klien
mengtakan telinganya tidak berdengun, fungsi pendengaran baik(kilen dapat
menjawab pertanyaan dengan bai tanpa harus mengulang pertanyaan), klien
tidak menggunakan alat bantu pendengaran.
7. Mulut dan Gigi
Struktur mulut dan gigi tampak simetris, mukosa bibir tampak kering, kebersihan
mulut dan gigi cukup baik, tidak terapat peradangan dan perdarahan pada gusi,
lidah tapak bersih dan klien tidak meggunakan gigi palsu.
8. Dada, Pernafasan dan Sirkulasi
Bentuk dada simetris, frekuensi nafas 20x/menit, tidak ada nyeri tekan pada
dada, klien bernafas melalui hidung, tidak ada terdengar bunyi nafas tambahan
seperti wheezing atau ronchi, CRT kembali 3 detik.
9. Abdomen
Struktur abdomen simetris, abdomen tampak datar(tidak ada benjolan), saat
diperkusi terdenagr bunyi hipertimpani.Klien mengatakan perutnya terasa
kembung, saat dipalpasi terdapat nyeri tekan, klien mengatakan nyeri didaerah
abdomen pada bagin atas. Klien mengatakn skala nyerinya 3 dan seperi disuktusuk, serta nyerinya bisa berjam-jam.
10. Genetalia dan Reproduksi
Klien berjenis kelamin laki-laki dan klien tida ada keluhan atau gangguanpada
sistem reproduksi.
11. Ekstremitas Atas dan Bawah
Struktur ekstermitas atas dan bawah (kiri dan kanan) simetris, tidak ada kelainan
bentuk, pada tangan kanan terpasang infis RL 20 ttpm, klien tampak lemah,
skala kekuatan otot
Ket :
0
: Parlisis total
Skala aktivitas 2
Ket :
0
6. Seksulitas
Klien mengatakan sudah menikah dan mempunyai anak.
7. Psikososial
Psikologi klien tampak ramah dan sopan, hubungan klien dengan keluarga,
perawat, dokter dan tim medis lainnya baik
8. Spiritual
Klien beragama Islam dan klien selalu berdoa untuk kesembuhannya.
E. DATA FOKUS
a. Data Subjektif
Klien mengatakan nyeri pada abdomen atas (epigastrium)
Klien mengatakan nyeri pada abdomen karena tidak ada makan
Klien mengatakan nyerinya seperti ditusuk-tusuk
Klien mengatakan nyerinya bisa berjam-jam
Klien mengatakan nyeri saat abdomennya ditekan
Klien mengatakan tidak nafsu makan
Klien mengatakan hanya menghabiskan 5 sendok makan
Klien mengatakan mual
Keluarga klien mengatakan klien tidak dapat beraktivitas sendiri
Klien mengatkan skala nyerinya 3
b. Data Objektif
Inspeksi :
Klien tampak meringis kesakitan
Skala nyeri 3 (berat)
Klien tampak lemah dan terbaring ditempat tidur
Mukosa bibir klien tampak kering
Skala aktivitas 2
Auskultasi :
TD : 110/60 mmHg
Perkusi :
Abdomen terdengar hipertimpani
Palpasi :
Kulit klien teraba hangat dngan suhu 38C
Nadi : 100x / menit
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil Laboratorium
Pemeriksaan Hasil
Satuan
GDS Test faal hati
SGOP
SGPT
Test faal ginjal
Creatinina
Blood urea
115.8 31.5
28.7
0.6
16.6
Up to 120 L Up to 37, P Up to
Up to 37
1.1-0.6
10-50 Mg/dl m/l
m/l
Coba Result
Normal
WBC LYM
MID
GRA
LY%
MI%
GR% 17.2 0.59
0.30
16.4
3.4
1.8
94.8
103 / ml 103 / ml
103 / ml
103 / ml
%
%
%
RBC HGB
HCT
MCV
MCH
MCHC
RDWc 4.79 13.9
43.9
92
29
31.6
17.3
106 / ml g/ dl
%
fl
pg
g/ dl
%
PLT PCT
MPV
PDWc 296 0.27
9
35.3
103 / ml %
fl
%
DATA MASALAH
ETIOLOGI
1.
DS :
Klien mengatakan nyeri pada abdomen atas (epigastrium)
Klien mengatakan nyeri pada abdomen karena tidak ada makan
Klien mengatakan nyerinya seperti ditusuk-tusuk
Klien mengatakan nyerinya bisa berjam-jam
Klien mengatakan nyeri saat abdomennya ditekan
DO:
Klien tampak meringis kesakitan
Skala nyeri 3 (berat)
Nyeri akut
2.
DS :
DS :
Anoreksia
Prioritas Masalah:
Nyeri akut berhubungan dengan iritsi pada mukosa lambung.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
Anoreksia.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Tirah baring/ imobilisasi.
III. PERENCANAAN
NO
HARI/ TANGGAL
TUJUAN
1.
DIAGNOSA KEPERAWATANPERENCANAAN
INTERVENSI RASIONAL
Senin, 23 Agustus
2.
Senin, 23 Agustus
Senin, 23 Agustus
IV. IMPLEMENTASI
NO
HARI/ TANGGAL
PUKULNO. DX
1.
IMPLEMENTASI
EVALUASI TINDAKAN
PARAF
Senin, 23 Agustus
: 110/ 60 mmHg
: 100 x/menit
: 20 x/menit
: 38C
2.
Senin, 23 Agustus
3.
Senin, 23 Agustus
V. EVALUASI
NO
HARI/ TANGGAL
Evaluasi hasil
1.
PUKULNO. DX
PARAF
Senin, 23 Agustus
2010 09.00 I
S : klien mengatakan nyeri pada abdomen dan nyerinya
seperti ditusuk-tusuk selama berjam-jam. O : klien tampak meringis kesakitan.
A : maslah nyeri akut belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
kaji status nyeri
observasi ttv
berikan kompres hangat
08.15 II
S : klien mengatakan hanya dapat menghabiskan 5 sendok makan
O : Mukosa bibir klien tampak kering dan abdomen terdengar hipertimpani
A: masalah Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh belum
teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
kaji status nutrisi
anjurkan makan sedikit tapi sering
08.45 III
S : klien mengatakan klien tidak dapat beraktivitas O: klien tampak
lemah dan terbaring ditempat tidur
A: masalah intoleransi aktivitas belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
kaji skala aktivitas
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, M.E., Moorhouse, M.F., dan Geissler, A.C. (1999). Rencana asuhan
keperawatan : Pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan
asien. Edisi 3. Jakarta: EGC
Mansjoer, A., Triyanti, K., Savitri, R., Wardhani, W.L, dan Setiowulan, W. (1999).
Kapita selekta kedokteran. Jilid 1. Edisi 1. Jakarta: Media Aesculapius
Soeparman dan Waspadji. (1990). Ilmu penyakit dalam. Jilid 2. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI
Tucker, S.M., Canobbio, M.M., Paquette, E.V., dan Wells, M.F. (1998). Standar
perawatan Qasien : Proses keperawatan , diagnosis, dan evaluasi. Volume 2. Alih
bahasa Yasmin.Asih. Jakarta: EGC