Anda di halaman 1dari 3

Begini Cara Mendapatkan Contoh

Dokumen Akreditasi Softcopy Secara


Gratis
Beberapa kali saya bersama tim Consultant berkeliling dari RS satu ke RS lain untuk
sharing pengalaman penyusunan dokumen akreditasi. Kalau di rata-rata dalam sebulan
kira-kira bisa 2 sampai 4 kali pertemuan dengan RS. Rata-rata respon dari tim Pokja
Akreditasi RS sangat positif. Cara pendampingan dan bonus contoh dokumen akreditasi
softcopy yang kami berikan dinilai sangat membantu proses persiapan akreditasi di RS
mereka. Bisa dikatakan, ini salah satu cara mendapatkan contoh dokumen akreditasi
softcopy secara gratis melalui program pendampingan.

Sering sekali saya mendapatkan pertanyaan dari para tim pokja peserta pendampingan
terkait contoh dokumen akreditasi softcopy. Seperti contoh kebijakan, pedoman,
panduan, SPO, program kerja, dan juga contoh format bukti dokumen implementasi.
Hal ini sebenarnya juga sering sekali ditanyakan oleh kawan-kawan saya yang bekerja
di RS atau fasilitas pelayanan kesehatan lain. Namun sayangnya peraturan di tempat
saya bekerja hanya membolehkan sharing dokumen melalui satu pintu. Yakni melalui
kerja sama antara RS dengan Lembaga Consultant kami. Jadi secara aturan saya tidak
diperkenankan sharing dokumen dalam konteks untuk kepentingan pribadi. Mohon
maaf, ya kawan?.

Ketika kerjasama pendampingan disepakati, maka sangat mungkin bisa sharing contoh
dokumen akreditasi softcopy bahkan sampai 15 bab. Pada prinsipnya sharing dokumen
akreditasi softcopy bukan poin penting dari program pendampingan yang kami
ditawarkan. Namun pendampingan lebih difokuskan pada cara memahami elemen
penilaian dalam standar akreditasi, cara menyusun regulasi, dan cara menyusun bukti
implementasi. Sedangkan contoh dokumen akreditasi softcopy diberikan sebagai bonus

agar memudahkan tim pokja untuk mendapatkan gambaran wujud dokumen yang akan
disusun, atau sebagai pembanding untuk menyusun regulasi yang sesuai dengan RS
masing-masing.
Ada beberapa metode pendampingan yang kami ditawarkan. Metode workshop, study
lapangan, atau pendampingan intensif selama 6 bulan. Masing-masing dilakukan sesuai
kebutuhan dan perjantian kerjasama antara RS dengan tim Consultant.
Rekomendasi saya untuk RS yang masih baru pertama kali menyiapkan akreditasi
adalah pendampingan dengan metode intensif atau 6 bulan pendampingan. Metode ini
dilakukan dengan 6 kali pertemuan. Pertemuan pertama adalah pemaparan penyusunan
tim akreditasi, cara menyusun dokumen regulasi, dan sharing pengalaman RS
menghadapi akreditasi. Pertemuan pertama bisa dilakukan di RS atau tempat lain yang
disepakati.
Pertemuan pertama ini di setting seperti seminar dan workshop. Tim Consultant akan
memaparkan materi melalui presentasi dan diskusi. Pada penyampaian materi
penyusunan dokumen regulasi, akan disimulasikan bagaimana membuat dokumen
regulasi secara umum. Belum membahas detil perstandar atau pendalaman elemen
penilaian. Harapannya tim pokja memahami prinsip dasar cara penyusunan dokumen
regulasi. Setelah itu tim Pokja akan dibagi kedalam beberapa kelompok untuk
pendalaman perstandar atau elemen penilaian. Masing-masing kelompok akan
didampingi oleh satu orang tim Consultant untuk workshop penyusunan dokumen
regulasi. Workshop disini difokuskan perbab atau standar akreditasi sesuai pokja yang
telah dibentuk. Kemudian di akhir sesi, akan diadakan forum bersama dan masingmasing perwakilan pokja diminta mempresentasikan regulasi yang telah dibuat ketika
praktik saat workshop. Presentasi ini sebagai bentuk simulasi bagaimana nantinya
proses penyusunan regulasi dijalankan.
Pertemuan kedua, ketiga, dan keempat dilakukan penialaian ketersediaan dokumen
regulasi oleh tim Consultan. Targetnya pada pertemuan kedua 30% regulasi sudah
tersusun, pertemuan ketiga 60% regulasi tersusun, dan pertemuan keempat 100%
regulasi tersusun. Pada proses penialain ini tujuannya adalah melatih pokja menjadi
surveyor internal yang nantinya bisa mengawal proses penyusunan dokumen akreditasi
di RS masing-masing. Tim pokja akan dibekali satu instrumen monitoring dokumen
untuk mempresentasekan capaian pekerjaan penyusunan dokumen regulasi. Sehingga
tim pokja akan tahu betul di elemen penilaian mana akan lulus dan yang belum bisa
terpenuhi.
Detil.Pertemuan kelima disetting layaknya study banding. Tim pokja akan dibawa study
banding ke RS kami untuk melihat langsung implementasi regulasi. Tim pokja akan
dipertemukan langsung dengan orang-orang di unit pelayanan, diskusi, dan
membandingkan mana implementasi yang sudah sesuai standar dan yang belum. dari
pertemuan kelima ini diharapkan tim pokja akan mendampatkan gambaran bagaimana
mengimplementasikan regulasi di lapangan.
Pertemuan terakhir atau keenam tim Consultant akan melakukan mock survey penilaian
implementasi. Disini setting pertemuannya dibuat semirip mungkin dengan momen
penilaian akreditasi oleh KARS. Agenda survey disesuaikan, mulai dari presentasi
direktur, telusur dokumen, telusur implementasi, hingga pelaporan hasil survey. Dari
pertemuan ini diharapkan masing-masing RS akan mendapatkan gambaran bagaimana
proses penilaian akreditasi dilakukan dan dibagian mana saja yang masih perlu

perhatian untuk memenuhi implementasi akreditasi.


Nah, semoga informasi yang singkat ini bisa jadi salah satu alternatif solusi yang bisa
ambil untuk menyelesaikan persoalan rumit dalam mempersiapkan akreditasi. Pada
prinsipnya tim Consultant kami ada bukan untuk menggantikan peran KARS dalam
pembimbingan akreditasi, melainkan sebagai bentuk dukungan terhadap program
akreditasi RS dengan cara sharing pengalaman dan pengetahuan terkait penyusunan
dokumen regulasi. Oleh karena itu pembimbingan dengan KARS juga sangat penting
untuk dilakukan. Tim Consultant kami hanya mengambil peran substitusi saja sebagai
tim pendamping teknis penyiapan dokumen akreditasi.
Contoh dokumen akreditasi softcopy memang penting, namun lebih penting lagi
pemahaman standar akreditasi yang baik, sampai kepada cara pemenuhan elemen
penilaian. Sehingga jika suatu saat ada perubahan standar atau elemen penilaian, tim
pokja tidak akan kesulitan menyiapkan dokumen regulasinya. Berbeda ketika hanya
mendapatkan dokumen akreditasi softcopy, mungkin kita bisa langsung edit dan cetak.
Namun tidak akan tahu elemen penilaian mana yang bisa dipenuhi, regulasi apa yang
harus disusun, dan bukti implementasi apa yang harus disiapkan. Atau lebih parah lagi,
dokumen regulasi lengkap tercetak dan disyahkan namun susah atau tidak dapat
diimplementasikan. Inilah mengapa pemahaman terhadap standar dan elemen penilaian
sangat penting bagi tim pokja akreditasi.
Untuk informasi detil terkait informasi ini silakan menghubungi kami via email. Insya
Allah akan kami follow up dengan informasi dan teknis pelaksanaan.
Salam sejawat!

Anda mungkin juga menyukai