PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Agar dapat membangkitkan tenaga listrik dari cahaya
matahari kita mengenal istilah sel surya. Namun tahukah kita
bahwa sel surya itu sebenarnya memanfaatkan konsep efek
fotolistrik. Efek ini akan muncul ketika cahaya tampak atau
radiasi UV jatuh ke permukaan benda tertentu. Cahaya
tersebut mendorong elektron keluar dari benda tersebut yang
jumlahnya dapat diukur dengan meteran listrik. Konsep yang
sederhana ini tidak ditemukan kemudian dimanfaatkan begitu
saja, namun terdapat serangkain proses yang diwarnai
dengan perdebatan para ilmuan hingga ditemukanlah definisi
cahaya yang mewakili pemikiran para ilmuan tersebut, yakni
cahaya dapat berprilaku sebagai gelombang dapat pula
sebagai pertikel. Sifat mendua dari cahaya ini disebut
dualisme gelombang cahaya.
Meskipun
diaplikasikan
sifat
sekitar
gelombang
akhir
cahaya
telah
ke-19,
ada
abad
berhasil
beberapa
positif,
maka
tidak
terjadi
kehilangan
muatan.
fotolistrik
adalah
peristiwa
terlepasnya
sebagian
pada
Karenanya
tahapan
baru
pemahaman
yang
efek
melahirkan
fotolistrik
yang
fisika
kuantum.
optimal
pada
B. Tujuan Percobaan
1. Mengamati dan mendiskusikan gejala yang menunjukkan
bahwa cahaya berperilaku sebagai gelombang menurut
teori klasik.
2. Mengamati dan mendiskusikan gejala yang menunjukkan
bahwa cahaya dapat berperilaku sebagai partikel menurut
teori kuantum
3. Menentukan konstanta Planck.
C. Manfaat Percobaan
1. Mahasiswa mampu mengetahui gejala yang menunjukkan
bahwa cahaya berperilaku sebagai gelombang menurut
teori klasik
2. Mengetahui gejala yang menunjukkan bahwa cahaya dapat
berperilaku sebagai partikel menurut teori kuantum
3. Mengetahui cara penentuan konstanta planck
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam
studi
eksperimental
terhadap
efek
agar
electron
tidak
kehilangan
energinya
karena
Laju pancaran electron diukur sebagai arus listrik pada rangkaian luar
dengan menggunakan sebuah Ammeter, sedangkan energi kinetiknya
ditentukan dengan mengenakan suatu potensial perlambat (retarding
potential) pada anoda sehingga electron tidak mempunyai energi yang
cukup untuk memanjati bukit potensial yang terpasang. Secara
eksperimen tegangan perlambat terus diperbesar hingga pembacaan
arus pada ammeter menurun ke nol. Tegangan yang bersangkutan ini
disebut potensial henti (V ). karena electron yang berenergi tertimggi
tidak
dapat
melewati
potensial
henti
ini,
maka pengukuran
mak
e.Vs
Gambar II.2 Arus fotolistrik sebanding dengan intensitas cahaya untuk semua
rentang potensial.
Vo
sebagai
fungsi
frekuensi
cahaya,
panas
untuk
bisa
memancarkan
gelombang
Sifat yang dapat diamati dari radiasi benda hitam ini penamaan
serupa itu akan dikemukakan alasannya pada bab 9, di situ
pembahasan lengkap persoalan dan pemecahannya diberikan
tidak dapat diterangkan berdasrkan prinsip fisis yang dapat
diterima pada waktu itu. Planck dapat menurunkan rumus yang
dapat menerangkan radiasi spectrum ini (yaitu kecerahan relatif
dari berbagai panjang gelombang yang terdapat) sebagai fungsi
dari temperature dari benda yang meradiasikannya kalau ia
menganggap kalau radiasi yang dipancarkan terjadi secara tak
malar (diskontinu), dipancarkan dalam caturan kecil, suatu
anggapan yang sangat asing dalam teori electromagnet. Catuan
K mak
hv0
elektron
memerlukan
separuh
dari
dari
permukaan
energi
yang
logam
biasanya
diperlukan
untuk
BAB III
METODE PERCOBAAN
A. Identifikasi Variabel
1. Percobaan I
a. Variabel Manipulasi
% transmisi
b. Variabel Respon
c. Variabel Kontrol
a. Variabel Respon
b. Variabel Kontrol
hijau)
2. Percobaan II
d. Variabel Manipulasi
merkuri
B. Prosedur Kerja
Susunan alat h/e apparatus diperlihatkan seperti gambar
berikut:
waktu
pemuatan
(recharge)
setelah
tombol
EKSPERIMEN II
Percobaan
ini
bertujuan
untuk
menyelidiki
hubungan
Melanjutkan
pengukuran
untuk
orde
dua
dengan
Eksperimen 1I
Tabel Hubungan antara Panjang Gelombang, Frekuensi dan Potensial Penghenti
Warna Orde
Pertama
Panjang
Gelombang
(nm)
Frekuensi
( x1033 Hz)
Potensial
Penghenti (volt)
Panjang
Gelombang
(nm)
Frekuensi
( x1033 Hz)
Potensial
Penghenti (volt)
Kuning
Hijau
Biru
Violet
Ultraviolet
Warna Orde
Pertama
Kuning
Hijau
Biru
Violet
Ultraviolet
2. Analisis Perhitungan
BAB IV
HASIL, ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Eksperimen I
Tabel 1. Hubungan Antara Potensial Penghenti dan Perkiraan Waktu
%
Potensial penghenti
Perkiraan Waktu
Warna
Transmisi
(Volt)
Pemuatan (Detik)
100
0,08
1066
80
0,65
388
Hijau
60
0,62
68
40
0,57
48
20
0,50
17
100
0,63
264
80
0,62
71
Kuning
60
0,60
56
40
0,58
37
20
0,53
30
Eksperimen II
Tabel 2.Hubungan antara Panjang Gelombang, Frekuensi dan Potensial Penghenti
Warna Orde
Pertama
Kuning
Hijau
Biru
Violet
Ultraviolet
Warna Orde
Pertama
Panjang
Gelombang
(nm)
578
546,074
435,835
404,656
365,483
Panjang
Gelombang
(nm)
Frekuensi
( x1033 Hz)
Potensial
Penghenti (volt)
5,18672
5,48992
6,87858
7,40858
8,20264
1,06
1,07
1,37
1,47
1,68
Frekuensi
( x1033 Hz)
Potensial
Penghenti (volt)
Kuning
Hijau
Biru
Violet
Ultraviolet
578
546,074
435,835
404,656
365,483
5,18672
5,48992
6,87858
7,40858
8,20264
B. Analisis Perhitungan
Eksperimen I
a. Warna Hijau
Transmisi 100%
Kmaks = e . Vs
= (1,602 x 10-19C) . (0,68 volt)
= 1,09 x 10-19CV
Transmisi 80%
Kmaks = e . Vs
= (1,602 x 10-19C) . (0,65 volt)
= 1,04 x 10-19 CV
Transmisi 60%
Kmaks = e . Vs
= (1,602 x 10-19C) . (0,62 volt)
= 0,99x 10-19 CV
Transmisi 40%
Kmaks = e . Vs
= (1,602 x 10-19C) . (0,57 volt)
= 0,91 x 10-19CV
Transmisi 20%
Kmaks = e . Vs
= (1,602 x 10-19C) . (0,50 volt)
= 0,80 x 10-19CV
b. Warna Kuning
0,78
0,93
1,10
1,20
1,49
Transmisi 100%
Kmaks
= e . Vs
Transmisi 80%
Kmaks
= e . Vs
Transmisi 60%
Kmaks
= e . Vs
Transmisi 40%
Kmaks
= e . Vs
Transmisi 20%
Kmaks
= e . Vs
Eksperimen II
a. Orde Pertama
Warna Kuning
h=
h=
e .V s+ w0
f
h=0,91 1033 Js
Warna Hijau
h=
h=
e .V s+ w0
f
5,49 10
Hz
h=0,87 1033 Js
Warna Biru
h=
h=
e .V s+ w0
f
6,88 10
Hz
h=0,76 1033 Js
Warna Violet
h=
h=
e .V s+ w0
f
7,41 10
Hz
h=0,73 1033 Js
Warna Ultraviolet
h=
h=
e .V s+ w0
f
h=0,70 1033 Js
33
8,20 10
Hz
>>
Nilai h rata-rata:
h 1+h 2+h 3+h 4+h 5
h=
5
33
3,97 10
h=
5
Js
Js
33
h=0,79
10 Js
b. Orde Kedua
Warna Kuning
h=
h=
e .V s+ w0
f
5,19 10
Hz
h=0,83 1033 Js
Warna Hijau
h=
h=
e .V s+ w0
f
h=0,83 1033 Js
Warna Biru
33
5,49 10
Hz
h=
h=
e .V s+ w0
f
6,88 10
Hz
h=0,70 1033 Js
Warna Violet
h=
h=
e .V s+ w0
f
h=0,67 10
Js
Warna Ultraviolet
h=
h=
e .V s+ w0
f
h=0,66 10
>>
Js
Nilai h rata-rata:
h 1+h 2+h 3+h 4+h 5
h=
5
33
3,69 10
h=
5
Js
h=0,74
1033 Js
Js
C. Analisis Grafik
Eksperimen II
Analisis data untuk eksperimen II diperoleh melalui analisis
grafik
a. Orde I
Hubungan antara Frekuensi (f) dengan Potensial Henti (v) untuk Orde I
2
1.5
potensial penghenti
1
0.5
0
5
5.5
6.5
7.5
b. Orde II
8.5
Hubungan antara Frekuensi (f) dengan Potensial Henti (v) untuk Orde II
1.2
1
0.8
potensial penghenti
0.6
0.4
0.2
0
5
5.5
6.5
7.5
4. Analisis Grafik
8.5
Hubungan antara Frekuensi (f) dengan Potensial Henti (v) untuk Orde I
2
1.5
1
0.5
0
5 5.5 6 6.5 7 7.5 8 8.5
frekuensi (x 10-14 Hz)
D. Analisis Ketidakpastian
h teorih praktek
100
h teori
%diff =
%diff =
%diff =47,43
E. Pembahasan
Gejala foto listrik adalah munculnya arus listrik atau
lepasnya elektron yang bermuatan negatif dari permukaan
sebuah logam akibat permukaan logam tersebut disinari
dengan berkas cahaya yang mempunyai panjang gelombang
atau frekuensi tertentu. Dalam percobaan ini, didapatkan data bahwa
semakin kecil nilai relatif transmision (yang diunjukkan dengan penurunan
dengan range dari 100% hingga 20%), maka nilai potensial penghenti untuk
masing-masing warna semakin membesar. Misalnya untuk warna kuning, dari
bernilai 0,63 volt pada relatif transmision 100% menjadi 0,53 volt pada relatif
transmision 20%. Penurunan nilai potensial penghenti tersebut juga berlaku untuk
jenis warna hijau. Sehingga disini dapat diketahui bahwa nilai relatif transmision
berbanding terbalik dengan nilai potensial penghenti untuk masing-masing warna,
yaitu semakin besar nilai potensial penghenti maka nilai relatif transmision akan
semakin kecil. Demikian juga, semakin kecil nilai potensial penghenti maka nilai
relatif transmision akan semakin besar. Dari tabel pengamatan yang pertama
dapat dilihat bahwa intensitas transmisi sangat berpengaruh pada potensial
penghentinya hal ini sesuai dengan teori bahwa cahaya itu bersifat sebagai
partikel seperti yang diungkapkan oleh fisika klasik. Dan pada tabel pengamatan
kedua dapat dilihat pula bahwa frekeunsi dan panjang gelombang setiap warna
juga mempengaruhi potensial penghentinya hal ini hal ini sesuai dengan teori
bahwa cahaya itu bersifat sebagai gelombang seperti yang diungkapkan oleh
fisika kuantum. Pada eksperimen II, kita menyelidiki hubungan antara energi,
panjang gelombang, frekuensi dan potensial penghenti. Pada eksperimen ini,
ditentukan konstanta Planck melalui analisis grafik yang menunjukkan hubungan
antara frekuensi dengan potensial penghenti. Berdasarkan hasil percobaan,
kenaikan nilai frekuensi cahaya disertai kenaikan potensial penghentinya atau
frekuansi yang tinggi menghasikan fotoelektron dengan energi yang besar. Hal ini
sesuai dengan teori kuantum, bahwa kenaikan frekuensi cahaya akan
mempengaruhi besar potensial penghenti dan fotoelektron. Dari grafik diperoleh
bahwa kemiringan, m=h/e, sehingga dengan mengethui nilai muatan elektron
(e=1,602 x 10-19), maka kita memperoleh konstanta Planck sebesar 3,48 . 10 -34 Js.
Berdasarkan analisis grafik dari percobaan yang telah dilakukan diperoleh nilai
konstanta planck yaitu sebesar 3,48 . 10 -34 Js. Hal ini berbeda sedikit dengan teori
yaitu sebesar 6,62 x 10-34 Js. Hal itu disebabkan mungkin karena kekurang hatihatian dalam pengamatan warna baik itu pada orde pertama maupun pada orde
kedua. Dan pada percobaan ini pula diperoleh nilai fungsi kerjanya yang
tergantung pada frekuensi dan potensial penghenti pada setiap warna.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kenaikan
intensitas
cahaya
menyebabkan
maksimum
membuktikan
fotoelektron.
bahwa
cahaya
Hal
ini
berperilaku
sebagaigelombang.
2. Kenaikan frekuensi cahaya menyebabkan kenaikan
nilai potensial penghenti dan energi maksimum
fotoelektron. Hal ini membuktikan bahwa cahaya
berperilaku sebagai partikel.
3. Konstanta
Planck
dapat
ditentukan
dengan
dengan
diperoleh
h/e.
konstanta
Berdasarkan
Planck
orde
percobaan
1
adalah
harus
terlebih
dahulu
memahami
DAFTAR PUSTAKA
Beiser, Arthur. 1999. Konsep Fisika Modern. Jakarta: Erlangga.
Krane, Kenneth. 1992. Fisika Modern. Jakarta: Universitas
Indonesia.
Malago, Jasruddin daud. 2005. Pengantar Fisika Modern.
Makassar: Badan Penerbit UNM.
Tim Eksperimen Fisika I. 2012. Penuntun Praktikum Eksperimen
Fisika Modern. Makassar: Laboratorium Fisika FMIPA UNM
Unit Fisika Modern.