Anda di halaman 1dari 11

makalah eklamsi

Donderdag 18 April 2013

makalah eklamsi

MAKALAH ASKEB IV
(EKLAMPSI)
D
I
S
U
S
U
N

Oleh: Kelompok 11
Tingkat : 2.A
1. Kurotul Aini
2. Lusi oktaviani
3. Marlina
4. Mita

(1104015)
(1104020)
(1104022)
(!104024)

Dosen Pengajar :
Maria Magdalena S.SiT, M.Kes

AKADEMI KEBIDANAN BINA HUSADA SERANG


TAHUN 2011-2012
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas izin dan kuasanya kami dapat
menyelesaikantu. Kami menyuhan kebidanan IV yang berjudul Eklampsi
Kami sadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak sedikit masalah yang dihadapi, namun berkat
kerja keras serta bantuan dari pihak, semua masalah tadi bisa teratasi dengan baik. Oleh karena itu,
kami banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah
ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan-kekurangan dalam penulisan makalah ini, untuk
itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna kesempurnaan
makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah khazanah cakrawala
pemikiran bagi para pembaca.

Serang, febr 2013

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

i
DAFTAR ISI
..
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang..
1
1.2 Tujuan ...

1
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1Pengertian
Eklampsi...................................................................................
2
2.2 Etiologi Eklampsi ................... 2
2.3 Klasifikasi
dan
Macam-macam
Eklampsi..............................................
..... 3
2.4 Tanda dan Gejala Eklampsi .................................................................................. 4
2.5 Komplikasi................................................................................................................ 4
2.6 Faktor predisposisi .................................................................................................. 5
2.7 Organ-organ yang mengalami perubahan akibat eklampsi ................................ 5

2.8 Pencegahan............................................................................................................... 6
2.9 Penatalaksaan .................. 7
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan 10
3.2 Saran.

11
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.
Eklampsi dalam bahasa yunani berarti halilintar karena serangan kejang-kejang timbul
tiba-tiba seperti petir.
Eklamsi adalah kelainan akut pada ibu hamil, persalinan atau masa nifas yang ditandai
dengan timbulnya kejang atau koma, dimana sebelumnya sudah menunjukkan gejala-gejala
pre eklamsi (hipertensi, edems, proteinuri).
Gejala klinis Eklamsi adalah sebagai berikut:
1. Terjadi pada kehamilan 20 minggu atau lebih
2. Terdapat tanda-tanda pre eklamsi ( hipertensi, edema, proteinuri, sakit kepala yang berat,
penglihatan kabur, nyeri ulu hati, kegelisahan atu hiperefleksi)
3. Kejang-kejang atau koma.
1.2 Tujuan.
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk memahami definisi Eklampsi.
b. Untuk memahami penyebab Eklampsi.
c. Untuk memahami Klasifikasi dan Macam-macam Eklampsi
d. Untuk memahami Tanda dan gejala Eklampsi.
e. Untuk memahami komplikasi yang terjadi pada Eklampsi.
f.
Untuk memahami bagaimana penatalaksanaan padaEklampsi.

BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
Eklampsi dalam bahasa yunani ialah halilintar karena serangan kejang-kejang
timbul tiba-tiba seperti petir.
Eklampsi merupakan kondisi lanjutan dari preeklampsi yang tidak teratasi dengan
baik. Selain mengalami gejala preeklampsi eklampsi merupakan penyakit akut dengan kejang
dan demam dalam wanita hamil dan wanita nifas, disertai dengan hipertensi, odem, protein
urine positif, eklampsi juga dapat menyebabkan koma atau bahkan kematian baik sebelum,
saat atau setelah melahirkan.
2.2 Etiologi Eklampsi

Tidak ada kehamilan tanpa risiko. Pembagiannya, risiko rendah dan risiko tinggi.
Eklampsia merupakan komplikasi yang berat dan mengancam nyawa seseorang. Tanda-tanda
serangan eklampsia ada tapi perubahannya sangat cepat dan ditandai dengan adanya kejang.
Sebelum kejang, ada tanda. Misalnya, ketegangan di daerah otot muka. Tetapi, itu terjadi
sekian detik sebelum kejang yang sifatnya kaku dan lemas.
Sebagian besar eklampsia adalah lanjutan perburukan, ada yang berat, ada juga yang
ringan. Eklampsia merupakan kumpulan gejala, yang utama tekanan darah tinggi dan adanya
protein dalam urin. Pada eklampsia ringan, tekanan darah 140/90 s.d. < 160/110 dan kadar
protein semikuantitatif positif 2; eklampsia berat, tekanan darah > 160/110 dan kadar protein
semikuantitatif lebih dari positif 2. Lebih dari positif dua berarti kebocoran protein lebih
banyak dan itu menunjukkan tingkat kebocoran ginjal lebih parah dibandingkan eklampsia
ringan,
Eklampsia selalu terjadi pada ibu hamil. Kalau terjadi darah tinggi di luar kehamilan,
bukan disebut eklampsia tapi hipertensi atau penyakit lain seperti nefrotik syndrom. Karena,
penyebab eklampsia adalah kehamilan itu sendiri, Jika ibu hamil mengalami darah tinggi
sebelum umur kehamilan 20 minggu disebut hipertensi dan kemungkinan ia menderita
hipertensi sebelum hamil. Tetapi, kalau mengalami darah tinggi pada usia kehamilan minimal
20 minggu atau lebih, kemungkinan eklampsia,
Ada teori yang mengatakan, eklampsia disebabkan karena kekurangan nutrisi. Pada
kelompok ibu-ibu yang mengalami kekurangan nutrisi, kasus meningkat lebih tinggi. Tetapi
lagi-lagi, tidak semua ibu yang kekurangan nutrisi mengalami eklampsia. Bahkan, ada juga
ibu-ibu dengan asupan nutrisi memadai, namun mengalami eklampsia.
Kasus eklampsia juga banyak terjadi pada ibu-ibu dengan kehamilan pertama
dibandingkan ibu pada kehamilan kedua atau ketiga. Hal itu diduga karena pengaruh sperma.
Masalahnya, sperma dianggap benda asing. Sistem imun ibu bekerja untuk melawannya,
Karena itu, dianjurkan pada pasangan yang baru menikah menunda kehamilan enam bulan
atau satu tahun agar tubuh ibu mengenal sperma ayah. Selain itu kan ada manfaat lain, bisa
saling mengenal kepribadian, membangun kebersamaan, dan mempersiapkan finansial
keluarga yang baik lebih dulu,
Selain itu, banyak kasus preeklampsia terjadi pada wanita berusia muda dan hamil pada
usia terlalu tua. Misalnya, hamil di bawah usia 20 tahun atau di atas 35 tahun. Pada usai
muda, sistem imun tubuh belum bagus, sedangkan pada usia terlalu tua, penyakit mulai
muncul seperti pembuluh darah mulai menyempit, kelainan metabolik, diabetes, gangguan
ginjal, hipertensi. Ini menyebabkan risiko pada ibu dan janin. Eklampsia sangat
membahayakan
Eklampsia bisa dicegah. Peluang terjadinya eklampsia meningkat pada orang yang
memunyai kelainan pembuluh darah menetap, punya penyakit hipertensi kronis, penyakit
diabetes, kelainan pada ginjal, penyakit trombopili, atau pada kehamilan kembar dan
kehamilan anggur. Karena ari-ari pada bayi kembar akan lebih besar daripada kehamilan
tunggal. Makin besar plasenta, makin besar peluang akar-akar plasenta rusak,
Meski demikian, pasien yang tidak memunyai riwayat ini juga bisa mengalami eklampsia.
Kita tak pernah tahu seseorang mengalami suatu kelainan atau tidak jika mereka tidak
pernah memeriksakan diri sebelumnya. Yang penting, siapkan kondisi ibu baik fisik, mental,
sosial dan ekonomi, edukasi yang baik, pengetahuan yang cukup sehingga melalui kehamilan
dengan baik, katanya menganjurkan. Jika mengalami eklampsia, segera ditangani dengan
benar agar dapat memberikan proses penyembuhan yang lebih baik.
2.3.Klasifikasi dan Macam-macam Eklampsi

KlasifikasiMenurut saat terjadinya eklampsia kita mengenal istilah:


1.Eklampsia ante partum ialah eklampsi yang terjadi sebelum persalinan (paling sering
setelah 20 minggu kehamilan)
2.Eklampsia intrapartum ialah eklampsia sewaktu persalinan.
3.Eklampsia postpartum, eklampsia setelah persalinan.
2.4.Tanda dan Gejala Eklampsi.
Gejala klinis Eklamsi adalah sebagai berikut:
1. Terjadi pada kehamilan 20 minggu atau lebih
2. Terdapat tanda-tanda pre eklamsi ( hipertensi, edema, proteinuri, sakit kepala yang berat,
penglihatan kabur, nyeri ulu hati, kegelisahan atu hiperefleksi)
3. Kejang-kejang atau koma
Kejang dalam eklamsi ada 4 tingkat, meliputi:
aTingkat awal atau aura (invasi). Berlangsung 30-35 detik, mata terpaku dan terbuka tanpa
melihat (pandangan kosong) kelopak mata dan tangan bergetar, kepala diputar kekanan dan
kekiri.
b. Stadium kejang tonik
Seluruh otot badan menjadi kaku, wajah kaku tangan menggenggam dan kaki membengkok
kedalam, pernafasan berhenti muka mulai kelihatan sianosis, lodah dapat trgigit, berlangsung
kira-kira 20-30 detik.
c. Stadium kejang klonik
Semua otot berkontraksi dan berulang ulang dalam waktu yang cepat, mulut terbuka dan
menutup, keluar ludah berbusa dan lidah dapat tergigit. Mata melotot, muka kelihatan
kongesti dan sianosis. Setelah berlangsung selama 1-2 menit kejang klonik berhenti dan
penderita tidak sadar, menarik mafas seperti mendengkur.
d. Stadium koma
Lamanya ketidaksadaran ini beberapa menit sampai berjam-jam. Kadang antara kesadaran
timbul serangan baru dan akhirnya penderita tetap dalam keadaan koma.
e. Kadang kadang disertai dengan gangguan fungsi organ.
2.5 Komplikasi.
Pada Ibu:
1. CVA ( Cerebro Vascular Accident )
2. Edema paru
3. Gagal ginjal
4. Gagal hepar
5. Gangguan fungsi adrenal
6. DIC ( Dissemined Intrevasculer Coagulopaathy )
7. Payah jantung.
8. Lidah tergigit (kejang)
9. Merangsang persalinan
10. Gangguan pernafasan
Pada Anak :
1. Prematuritas
2. Gawat janin
3. IUGR (Intra.Uterine Growth Retardation)
4. Kematianjanin dalam rahim.

2.6. Faktor predisposisi


Primigravida, kehamilan ganda, diabetes melitus, hipertensi essensial kronik, mola
hidatidosa, hidrops fetalis, bayi besar, obesitas, riwayat pernah menderita preeklampsia atau
eklamsia, riwayat keluarga pernah menderita preeklampsia atau eklamsia, lebih sering
dijumpai pada penderita preeklampsia dan eklampsia.
2.7 Organ-organ yang mengalami perubahan akibat eklampsi.
1. Otak
Pada eklampsi, resistensi pembuluh darah meninggi, ini terjadi pula pada pembuluh darah
otak. Edema yang terjadi pada otak dapat menimbulkan kelainan serebral dan gangguan
visus, bahkan pada keadaan lanjut dapat terjadi perdarahan.
2. Plasenta dan rahim.
Aliran darah menurun ke plasenta dan menyebabkan gangguan plasenta, sehingga terjadi
gangguan pertumbuhan janin dan karena kekurangan oksigen terjadi gawat janin. Pada
penyakit eklampsi sering terjadi peningkatan tonus rahim dan kepekaannya terhadap
rangsangan, sehingga terjadi paertus prematurus.
3. Ginjal.
Filtrasi glomelurus berkurang oleh karena aliran ke ginjal menurun. Hal ini menyebabakan
filtrasi natrium melalui glomelurus menurun, sebagai akibatnya terjadilah retensi garam dan
air. Filtasi glomerulus dapat turun sampai 50% dari normal sehingga pada keadaaan lanjut
dapat terjadi oliguria dan anuria.
4. Paru-paru
Kematian ibu dalam masalah eklampsi lebih sering disebabkan oleh edema paru yang
meninbulkan drkompensasi kordis. Bisa pula karena terjadinya aspirasi pnemonia, atau abses
paru.
edema paru :
(Kardio genik) Hipertensi > peningkatan afterload > payah jantung ventrikel kiri > darah
kembali ke pulmo > hipertensi pulmo > edema paru.
(Nonkardiogenik) sel endotel pembuluh darah kapiler rusak > pengeluaran trobomboksan
> hipertensi > permebialaitas kapiler paru turun > edema.
5. Mata
Dapt dijumpai adanya edema retina dan spasem pembuluh darah. Bila terdapat hal-hal
tersebut, maka harus dicurigai terjadinya eklampsi atau preeklampsi berat. Pada eklampsi
ablasio retina yang disebabkan edema intra-olu;er dan merupakan salah satu indikasi untuk
melakukan terminasi kehamilan. Gejala lain yang menandakan adanya eklampsi adalah
ditemukanya skotoma, diplopia, dan ambliopia. Hal ini desebabkan oleh adanya perubahan
pembulah darah dalam pusat penglihatan di korteks serebri atau di dalam retina.
6. Keseimbangan air dan elektrolit.
Pada preeklampsii berat dan eklampsi , kadar gula darah naik sementara, asam laktat dan
asam organic lainya naik, sehingga cadangan alkali akan turun. Keadaan ini biasanya
disebabkan oleh kejang-kejang. Setelah konvulsi selesai, zat-zat organik dioksidasi, dan
dilepaskan natrium yang lalu bereaksi dengan karbonik sehingga terbentuk natrium
bikarbonat. Dengan demikian cadangan alkali dapat kembali pulih normal.
Oleh beberapa penulis atau ahli kadar asam urat dalam darah dipakai untuk menentukan arah
preeklamsi menjadi baik atau tidak selesai setelah diberikan penanganan.
2.8 Pencegahan

Mencegah timbulnya eklampsi jauh lebih penting dari mengobatinya, karena sekai ibu
mendapat serangan, maka prognosis akan jauh lebih buruk. Pada umumnya eklampsi dapat
dicegah atau frekuensinya dapat diturunkan. Upaya-upaya untuk menurunkannya adalah
dengan ;
1. Memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat, bahwa eklampsi bukanlah suatu
penyakit kemasukan (magis), seperti banyak disangka oleh masyarakat awam.
2. Meningkatkan jumlah poliklinik (balai) pemeriksaan ibu hamil serta mengusahakan agar
semua ibu hamil memeriksakan kehamilannya sejak hamil muda.
3. Pelayanan kebidanan bermutu, yaitu pada tiap-tiap pemeriksaan kehamilan diamati
tanda-tansa preeklampsi dan mengobatinya sedini mungkin.
2.8 Penatalaksaan
Tujuan utama pengobatan eklampsi adalah menghentikan berulangnya serangan
kejang dan mengakhiri kehamilan secepatnya dengan cara yang aman setelah keadaan ibu
mengijinkan.
Pengawasan dan perawatan yang intensif sangat penting bagi penanganan penderita eklampsi,
sehingga ia harus dirawat di rumah sakit. Pada pengangkutan ke rumah sakit diperlukan obat
penenang yang cukup untuk menghindarkan timbulnya kejang, penderita dalam ha ini dapat
diberi diazepam 20 mg 1 M. selain itu, penderita harus disertai oleh seorang tenaga yang
terampil dalam resusitasi dan yang dapat mencegah terjadinya trauma apabila terjadi
serangan kejang.
Tujuan pertama pengobatan eklampsi adalah menghentikan kejangan, mengurangi
vasovasmus, dan meningkatkan dieresis. Pertolongan yang perlu diperhatikan jika timbul
kejang ialah mempertahankan jalan pernafasan bebas, menghindarkan tergigitnya lidah,
pemberian oksigen, dan menjaga agar penderita tidak mengalami trauma. Untuk menjaga
jangan sampai terjadi kejangan lagi yang selanjutnya.
Prinsip penatalaksanaan :
1. Penderita eklampsi harus dirawat inap di rumah sakit.
2. Pengangkutan ke rumah sakit.
Sebelum dikirim, berikan obat penenang untuk mencegah serangan kejang-kejang selama
dalam perjalanan, yaitu pethidin 100 mg atau luminal 200 mg atau morfin 10 mg.
3. Tujuan perawatan di rumah sakit ialah menghentikan konvulsi, mengurangi vasospasme,
meningkatkan dieresis, mencegah infeksi, memberikan pengobatan yang cepat dan tepat,
serta melakukan terminasi kehamilan setelah 4 jam serangan kejang yang terakhir, dengan
tidak memperhitungkan tuanya kehamilan.
4. Sesampainya di rumah sakit, pertolongan pertama adalah :
a) Membersihkan dan melapangkan jalan pernapasan.
b) Menghindarkan lidah tergigit dengan mennberikan tough spatel.
c) Pemberian oksigen
d) Pemasangan infuse dektrosa atauglukosa 10%,20%,40%.
e) Menjaga agar jangan sampai terjadi trauma, serta dipasang kateter tetap(dauer catheter).
5. Observasi penderita
Observasi penderita dilakukan di dalam kamar isolasi yang tenag, dengan lampu redup(tidak
terang), jauh dari kebisingan dan rangsangan . kemudian dibuat catatan setiap 30 menit berisi
tensi, nadi, respirasi, suhu badan. Reflex, dan dieresis. Bila memungkinkan dilakukan
funduskopi sekalli sehari. Juga dicatat tingkat kesadaran danjumlah kejang yang terjadi.
Pemberiaan cairan disesuaikan dengan jumlah dieresis, pada umumnya 2 liter dalam 24 jam.
Kadar protein urin diperiksa dalam 24 jam kuantatif.

6. Regim-regim pengobatan :
a) Regim sufas magnesikus.
Kegunaan MgSO4 adalah untuk mengurangi kepekaan syaraf pust agar dapat
mencegah konvulsi, menurunkan tekanan darah, menambah deuresis, kecuali bila ada anuria,
dan untuk menurunkan pernafasan yang cepat.
Dosis inisial yang diberikan ialah 8 g dalam larutan 40 % secara IM ; selanjutnya tiap
6 jam 4 g, dengan syarat, refleks patella masih (+), pernafasan 16 / lebih per menit, diuresis
harus melebihi 600 ml / hari ; selain IM, sulfas magnesicus dapat diberikan secara intravena;
dosis inisial yang diberikan adalah 4 g 40% MgSO4 dalam larutan 10 ml intravena secara
perlahan-lahan, diikuti 8 g IM dan selalu disediakan kalsium glukonas 1 g dalam 10 ml
sebagai antidotum.
b) Regim sodium pentotal.
Kerja pentotal sodium adalah untuk menghentikan kejang dengan segera. Obat ini hanya
diberikan di rumah sakit, karena cukup berbahaya, dapat menghentikan nafas (apnea). Dosis
inisial suntikan intravena perlahan-lahan sodium pentotal 2,5% adalah sebanyak 0,2-0,3 gr.
Dengan infus secara tetes (drips) .
c) Regim valium (diazepam).
Dengan dosis 40 mg dalam 500 cc glukosa 10% dengan tetesan 30 tetes per menit.
Seterusnya diberikan setiap 2 jam 10 mg dalam infuse atau suntikan i.m, sampai tidak ada
kejang. Obat ini cukup aman.
d) Regim litik koktil (lytic cocktail)
Pethidin (100 mg) + chlorpromazine(50 mg) + promezathin (50 mg),
dilarutkan dalam glukosa 5 % 500 ml dan diberikan secara infus IV. Jumlah tetesan
disesuaikan dengan keadaan dan tensi penderita. Maka dari itu, tensi dan nadi diukur tiap 5
menit dalam waktu setengah jam pertama dan bila keadaan sudah stabil, pengukuran dapat
dijarangkan menurut keadaan penderita.
e) Regim stroganoff
Pertama kali
morfin 20 mg
subkutan.
jam setelah langkah 1
MgSO4 15%
40 cc subcutan.
2 jam setelah langkah 1
morfin 20
mg subcutan.
5 jam setelah langkah 1
MgSO4 15%
20-40cc subcutan.
11 jam setelah langkah 1 MgSO4 15%
10 cc subcutan.
19 jam setelah langkah 1
MgSO4 15%
10 cc subcutan.
Lama pengobatan ini adalah 19 jam, cara ini sekarang sudah jarang dipakai.
7. Pemberian antibiotika
Untuk mencegah infeksi diberikan antibiotika dosis tinggi setiap hari yaitu penisilin prokain
1.2-2,4 juta satuan.
8. Penanganan obtetrik
Setelah
pengobatan
terdahulu,
dilakukan
penilaian
tentang
status
obstetrikuspenderita : keadaan janin, keadaan serviks dan sebagainya. Setelah kejang dapat
diatasi, keadaan umum penderita diperbaiki, kemudian direncanakan untuk mengakhiri
kehamilan atau mempercepat jalannya persalinan dengan cara yang aman. Langkah-langkah
yang dapat diambil adalah :

a) Apabila pada pemeriksaan, syarat-syarat untuk mengakhiri persalinan pervaginam


dipenuhi maka dilakukan persalinan tindakan dengan trauma yang minimal.
b) Apabila penderita sudah inpartu pada fase aktif langsung dilakukan amniotomi selanjutnya
diikuti sesuai dengan kurva dari Friedman, bila ada kemacetan dilakukan seksio sesar.
c) Kala II harus dipersingkat dengan ekstrasi vacuum atau forceps. Bila janin mati dilakukan
embriotomi.
d) Bila serviks masih tertutup dan lancip (pada primi),serta kepala janin masih tinggi atau ada
kesan terdapat disproporsi sefalovelvik, atau ada indikasi obstetric lainnya, sebaiknya
dilakukan seksio sesarea(bila janin hidup). Anastesi yang dipakai local atau umum
dikonsultasikan dengan ahli anestesi.
e) Selain itu tindakan seksio sesar dikerjakan pada keadaan-keadaan:
o Penderita belum inpartu
Fase laten dan gawat janin.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Eklampsia adalah bentuk kelanjutan dari preeclampsia yang disertai dengan keadaan
kejang tonik-klonik (grand mal ) yang disusul dengan koma. Kejang di sini bukan akibat
kelainan neurologis (saraf) dan dapat muncul sebelum, selama, dan setelah kehamilan.
Namun kejang yang timbul lebih dari 48 jam postpartum, terutama pada nulipara, dapat
dijumpai sampai 10 hari postpartum. Sedangkan yang dimaksud dengan preeclampsia adalah
hipertensi disertai proteinuridan edema (penimbunan cairan dalam cairan tubuh sehingga ada
pembengkakan pada tungkaidan kaki) akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu
atau segera setelah persalinan.Gejala ini dapat timbul sebelum 20 minggu bila terjadi
penyakit trofoblastik (kelainan plasenta).Fatal coma tanpa kejang juga bisa diartikan sebagai
eclampsia. Tetapi perlu ada batasan untuk mendiagnosis wanita dengan kejang dan
memperhatikan kematian tanpa kejang yang disebabkanoleh preeklampsia berat (PEB).
Eklampsia merupakan kumpulan gejala, yang utama tekanan darah tinggi dan adanya
protein dalam urin. Pada eklampsia ringan, tekanan darah 140/90 s.d. <160/110 dan kadar
protein semikuantitatif positif 2; eklampsia berat, tekanan darah > 160/110 dan kadar protein
semikuantitatif lebih dari positif 2. Lebih dari positif dua berarti kebocoran protein lebih
banyak dan itu menunjukkan tingkat kebocoran ginjal lebih parah dibandingkan eklampsia
ringan.
Seluruh kejang eklampsia didahului dengan pre eklampsia. Eklampsia digolongkan
menjadi kasus antepartum, intrapartum atau postpartum tergantung saat kejadiannya sebelum
persalinan, pada saat persalinan atau sesudah persalinan. Tanpa memandang waktu dari onset
kejang, gerakan kejang biasanya dimulai dari daerah mulut sebagai bentuk kejang di daerah
wajah.
Tanda dan gejala eklampsi didahului dengan memburuknya pre eklampsia dan timbul
gejala2 nyeri kepala frontal, nyeri epigastrium, gangguan penglihatan, mual, hiperrefleksia.
Gejala klinisnya yaitu hipertensi, edema dan proteinuria, kejang-kejang dan/atau koma,
kadang-kadang disertai dengan gangguan fungsi organ-organ.
Komplikasi-komplikasi yang terjadi pada ibu dan bayi dari eklampsi yaitu : Solusio
plasenta, Hipofibrinogen, Hemolisis, Perdarahan otak, Kelainan mata, Edema paru-paru,
Nekrosis hati, Kelainan ginjal, Prematuritas, Komplikasi lain (lidah tergigit, trauma, dan
fraktur karena jatuh dan DIC).

Akibat eklampsi ada tejadi gangguan-gangguan pada organ tubuh seorang ibu hamil,
yaitu gangguan pada otak, plasenta dan rahim, ginjal, paru-paru, mata dan keseimbangan air
dan elektrolit.
Terjadinya eklampsi tidak begitu saja menyerang ibu hamil. Tetapi ada beberapa tingkatan
hal yang di lalui oleh ibu hamil sampai akhirnya ia menderita eklampsi. Tingkatan itu dimulai
dari hipertensi, preeklampsi dan akhirnya apabila preeklampsi tersebut meningkat lagi akan
terjadi eklampsi yang ditandai dengan kejang-kejang dan pada akhirnya menyebabkan
terjadinya gangguan-gangguan pada organ tubuh seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya.
Mencegah timbulnya eklampsi jauh lebih penting dari mengobatinya, karena sekai ibu
mendapat serangan, maka prognosis akan jauh lebih buruk. Pada umumnya eklampsi dapat
dicegah atau frekuensinya dapat diturunkan. Cara pengobatan dan pencegahannyapun harus
mengikuti prosedur yang telah di tettapkan di rumah sakit. Penanganan eklampsi tidak boleh
sembarangan, karena akan berakibat sangat fatal baik pada ibu atau janin bila penanganannya
tidak di lakukan oleh tenaga medis yang benar-benar professional.
3.2 Saran
Penulis sangat menyadari kekurangan makalah ini, sehingga jika pembaca menemukan
kekurangan atau kekeliruan, dengan hati terbuka penulis menerima kritik dan saran yang
bersifat membangun.
Dalam pembuatan makalah ini, penulis mengharapkan agar pembaca bisa mengenali apa
itu eklapmsi dan membedakannya denga preeklampsi serta bisa mengenali tanda-tanda dari
eklampsi tersebut. Dan sebagai tenaga medis terutama bidan, harus mengetahui dan mampu
menangani penyakit eklampsi tersebut, karena eklampsi adalah penyakit yang penanganannya
harus segera ditindaklanjuti segera untuk menyelamatkan ibu dan bayi.

DAFTAR PUSTAKA
1. Cuningham FG, Mac Donald PC, Gant NF, et al. Hypertensive Disorders in Pregnancy.
In : William Obstetrics. 22th ed. Conecticut : Appleton and Lange, 2007
2. Angsar MD dkk. Pedoman Pengelolaan Hipertensi Dalam Kehamilan Di Indonesia.
Himpunan Kedokteran Fetomaternal POGI
3. Cunningham Gary F. 2005. Gangguan Hipertensi dalam Kehamilan. Jakarta: EGC.
4. Prawirohardjo,Sarwono.2007.Ilmu Kebidanan. Jakarta:Yay
Geplaas deur mitha phermatha om 3:32 vm. Geen opmerkings nie:
E-pos hierdieBlogDit!Deel op TwitterDeel op Facebook

Tuis
Teken in op: Plasings (Atom)
Blogargief

2013 (1)

April (1)

makalah eklamsi

Meer oor my

mitha phermatha
Bekyk my hele profiel
Simple-sjabloon. Aangedryf deur Blogger.

Anda mungkin juga menyukai