PENDAHULUAN
berkembang banyak yang baru terdeteksi setelah anak lebih besar, sehingga
beberapa jenis PJB yang berat mungkin telah meninggal sebelum terdeteksi.2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Penyakit jantung bawaan (PJB) adalah penyakit dengan kelainan pada
struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung yang dibawa dari lahir yang terjadi
akibat adanya gangguan atau kegagalan perkembangan struktur jantung pada fase
awal perkembangan janin. Ada 2 golongan besar PJB, yaitu non sianotik (tidak
biru) dan sianotik (biru) yang masing-masing memberikan gejala dan memerlukan
penatalaksanaan yang berbeda.
2.2 Etiologi
Etiologi PJB masih belum jelas sampai saat ini, namun dipengaruhi oleh
beberapa faktor, termasuk genetik. Pembentukan jantung janin yang lengkap
terjadi pada akhir semester pertama potensial dapat menimbulkan gangguan
pembentukan jantung, terutama pada tiga bulan pertama usia kehamilan. Ada
beberapa faktor yang dapat menimbulkan gangguan jantung yang terjadi pada
masa kehamilan trimester pertama, antara lain paparan sinar rontgen, trauma fisik
dan psikis, serta minum jamu atau pil kontrasepsi. Kelainan jantung bawaan juga
dapat terjadi jika ibu dan janin berusia di atas 40 tahun, penderita DM, campak
dan hipertensi, serta jika ayah dan ibu merokok saat janin berusia 3 bulan dalam
rahim.6,7,10
Penyakit jantung bawaan merupakan kelainan yang disebabkan oleh
gangguan perkembangan sisitem kardiovaskular pada masa embrio. Faktor
penyebabnya antara lain:
1. Faktor Eksogen
Faktor penyebab PJB terutama terdapat selama dua bulan pertama
kehamilan adalah Rubella pada ibu dan penyakit virus lainnya, talidomid, obatobatan dan radiasi.
2. Faktor Endogen
Meliputi faktor genetik dan adanya sindrom tertentu. Faktor genetik
mungkin hanya memegang peranan kecil dan biasanya kelainan kromosom jarang
didapat. Walaupun demikian beberapa keluarga mempunyai insiden PJB tinggi,
jenis PJB yang sama terdapat pada anggota keluarganya.
2.3 EPIDEMIOLOGI
Insidens PJB berkisar 6 8 penderita tiap 1000 kelahiran hidup dan 1 tiap
1000 anak berumur kurang dari 10 tahun. Menurut kepustakaan ada 8 bentuk PJB
( 85% ) yang seringkali ditemukan yaitu defek septum ventrikel ( VSD ), defek
septum atrium ( ASD ), duktus atriosus persisten ( PDA), koartasio aorta ( KoA ),
stenosis pulmonal ( PS ), stenosis aorta ( AS ), Tetralofi of Fallot ( TOF ) dan
transposisi arteri besar ( TGA ). Sisanya ( 15% ) terdiri atas bentuk- bentuk yang
lebih kompleks dan jarang ditemukan. Di antara semua bentuk PJB, VSD
merupakan lesi yang paling banyak dilaporkan. Di antara kelompok PJB sianosis,
teranyata TF dan TGA menempati urutan pertama dan kedua terbanyak. 2
Umumnya frekuensi PJB sama pada laki laki dan perempuan, walaupun
beberapa lesi lebih sering terjadi pada anak laki laki.PDA dan ASD lebih banyak
terlihat pada anak perempuan.Kalau ada anak dalam satu keluarga menderita PJB
maka kemungkinan anak berikutnya menderita PJB 3 4 kali lebih banyak
daripada keluarga yang tidak mempunyai riwayat PJB. Kebanyakan PJB yang
meninggal terjadi pada bulan bulan pertama setelah kelahiran (30%) atau
sebelum mencapai umur 1 tahun ( 10%).2
processus xiphoideus. Pada tepi kanan diafragma thoracis dan berada kira kira 5
cm di atas processus xiphoideus. Pada tepi kanan cranial berada pada tepi cranialis
pars cartilaginis costa III dextra, 1 cm dari tepi lateral sternum. Pada tepi kanan
caudal berada pada tepi cranialis pars cartilaginis costa VI dextra, 1 cm dari tepi
lateral sternum. Tepi kiri cranial jantung berada pada tepi caudal pars cartilaginis
costa II sinistra di tepi sternum, tepi caudal berada pada ruang intercostralis 5, kira
kira 9 cm di kiri linea medioclavicularis. Selaput yang membungkus jantung
disebut pericardium terdiri antara lapisan fibrosa dan serosa, dalam cavum
pericardi berisi 50 cc yang berfungsi sebagai pelumas agar tidak ada gesekan
antara pericardium dan epikardium. Epicardium adalah lapisan paling luar jantung,
lapisan berikutnya adalah lapisan miokardium di mana lapisan ini adalah lapisan
paling tebal. Lapisan terakhir adalah lapisan endocardium.Jantung terdiri dari 4
ruang, yaitu atrium kanan dan kiri, serta ventrikel kanan dan kiri. Belahan kanan
dan kiri dipisahkan oleh septum.3
jalan pintas: (1) foramen ovale, suatu lubang di septum antara atrium kanan dan
kiri, dan (2) duktus arteriosus, suatu pembuluh yang menghubungkan arteri
pulmonalis dan aorta.5
Saat lahir, foramen ovale menutup dan menjadi jaringan parut kecil yang
dikenal sebagai fossa ovalis di septum atrium. Duktus arterious kolaps dan
akhirnya berdegenerasi menjadi untai ligamentum tipis yang dikenal sebagai
ligamentum arteriosum. Pada neonatus aterm normal, konstriksi awal dari duktus
arteriosus terjadi pada 10-15 jam pertama kehidupan, lalu terjadi penutupan duktus
arteriosus secara fungsional setelah 72 jam postnatal. Kemudian disusul proses
trombosis, proliferasi intimal dan fibrosis setelah 3-4 minggu postnatal yang
akhirnya terjadi penutupan secara anatomis.5
Pada neonatus prematur, mekanisme penutupan duktus arteriosus ini terjadi
lebih lambat, bahkan bisa sampai usia 4-12 bulan. Penutupan duktus venosus,
duktus arteriosus dan foramen ovale diawali penutupan secara fungsional kemud
ian disusul adanya proses proliferasi endotel dan jaringan fibrous yang
mengakibatkan penutupan secara anatomis (permanen). 5
2.6 PATOFISIOLOGI
Tetap terbukanya duktus venosus pada waktu lahir mengakibatkan masking
effect terhadap total anomalous pulmonary venous connection dibawah difragma.
Tetap terbukanya foramen ovale pada waktu lahir mengakibatkan masking effect
terhadap kelainan obstruksi jantung kanan. Tetap terbukanya duktus arteriosus
pada waktu lahir mengakibatkan masking effect terhadap semua PJB dengan
ductus dependent sistemic dan ductus dependent pulmonary circulation.6,7,10
2.7. KLASIFIKASI
Penyakit jantung bawaan ( PJB ) diklasifikasikan sebagai berikut:
Asianotik
Dengan aliran pirau ( Shunts )
Sianotik
Dengan aliran pirau ( Shunt )
1) Tetralofi Fallot ( TF )
1) Trikuspid atresia
2) Aortic stenosis
2) Pulmonary atresia
b. Hemodinamik
Karena tahanan di jantung kiri lebih besar daripada jantung kanan maka
terjadi pirau kiri ke kanan melalui defek ( left to right shunt ).
Gambar 3. Kelainan Anatomis dan Sirkulasi pada Atrial Septal Defect (ASD)4
c. Gejala klinis
Umunya penderita ASD adalah asimptomatik dan ditemukan secara
kebetulan karena terdengar bising. Biasanya bising belum terdengar pada masa
neonatal, bahkan kadang-kadang sampai umur 5 tahun. Gejala yang ada bervariasi,
beberapa kasus asimptomatik sedangkan yang lain dapat berupa mudah capek,
toleransi kerja berkurang, tanda tanda payah jantung kanan serta radang saluran
pernapasan yang berulang dan berat. Sianosis juga biasanya tidak ada, kecuali
kalau terdapat hipertensi pulmonalis.
Auskultasi jantung cukup khas yaitu bunyi jantung dua yang terpisah lebar
dan menetap tidak mengikuti variasi pernafasan serta bising sistolik ejeksi halus di
area pulmonal. Bila aliran piraunya besar mungkin akan terdengar bising diastolik
di parasternal sela iga 4 kiri akibat aliran deras melalui katup trikuspid. Simptom
dan hipertensi paru umumnya baru timbul saat usia dekade 30 40 sehingga pada
keadaan ini mungkin sudah terjadi penyakit obstruktif vaskuler paru.
e. Pemeriksaan Penunjang
Radiologi
Gambaran foto toraks:
a. Tanpa hipertensi pulmonal
PA : Jantung membesar ke kiri dengan apex di atas diafragma. Hilus melebar.
Arteri pulmonalis dan cabangnya melebar. Vena pulmonalis tampak
melebar di daerah suprahilar dan sekitar hilus, sehingga corakan paru
bertambah. Konus pulmonal nampak menonjol. Arkus aorta tampak
kecil.
Lateral kiri: Tampak ventrikel kanan membesar (Ruang retrosternal terisi).
Tidak tampak pembesaran ventrikel kiri maupun atrium kiri.
b. Dengan hipertensi pulmonal
PA : Jantung membesar ke kiri dan kanan. Hilus sangat melebar di bagian
sentral dan menguncup ke arah tepi. Konus pulmonalis sangat menonjol.
Aorta kecil. Pembuluh darah paru berkurang. Bentuk torak emfisematous
(barrel chest).
Lateral kiri: Pembesaran ventrikel kanan yang menempel jauh ke atas sternum.
Tidak tampak pembesaran ventrikel kiri. Atrium kiri normal atau kadang
membesar. Hilus berukuran besar. Kadang jantung belakang bawah berhimpit
dengan kolumna vertebralis (karena atrium kanan sangat besar dan mendorong
jantung ke belakang).
f. Terapi:
Pada ASD tidak diperlukan pembatasan kegiatan dan pencegahan terhadap
endokarditis infektif. Jika terdapat tanda tanda kegagalan jantung, maka harus
diatasi dengan obat obatan anti kongestif. Penutupan ASD secara transkateter
dengan device tertentu seperti pemasangan Amplatzer septal occlude menunjukkan
keberhasilan sebanyak 85%. Tindakan bedah untuk penutupan defek harus
dikerjakan pada semua ASD II dengan rasio aliran darah paru paru: sistemik
1,5 :1 dan tidak dianjurkan pada tahan vaskuler paru paru yang tinggi.6,7,8
Indikasi operasi penutupan ASD adalah bila rasio aliran darah ke paru dan
sistemik lebih dari 1,5. Operasi dilakukan secara elektif pada usia pra sekolah (34
tahun) kecuali bila sebelum usia tersebut sudah timbul gejala gagal jantung
kongestif yang tidak teratasi secara medikamentosa. Seperti pada PDA dalam
dekade terakhir ini penutupan ASD juga dapat dilakukan tanpa bedah yaitu dengan
memasang alat berbentuk seperti clam (kerang) bila memenuhi syarat-syarat yang
ditentukan. Tindakan penutupan ASD tidak dianjurkan lagi bila sudah terjadi
hipertensi pulmonal dengan penyakit obstruktif vaskuler paru.
lubang yang ada cukup besar. Tetapi saat usia 23 bulan dimana proses maturasi
paru berjalan dan mulai terjadi penurunan tahanan vaskuler paru dengan cepat
maka aliran pirau dari kiri ke kanan akan bertambah. Ini menimbulkan beban
volum langsung pada ventrikel kiri yang selanjutnya dapat terjadi gagal jantung.
1) Pirau kiri ke kanan terjadi karena dalam keadaan normal terdapat tekanan yang
lebih besar pada ventrikel kiri daripada yang kanan pada waktu sistolik.
2) Pirau kanan ke kiri bila tahanan vakuler paru paru menjadi lebih besar
daripada sistemik ( sindrom Eisenmenger ).
c. Gejala Klinis
Biasanya sejak lahir sudah menunjukkan gejala yang berat. Bising
biasanya mulai terdengar pada akhir minggu pertama kedua usia bayi, karena
saat ini pirau kiri ke kanan terjadi sesudah tekanan dalam ventrikel kanan
menurun dibanding ventrikel kiri. Dispnea, intoleransi kerja, capek dan radang
paru paru yang berulang merupakan gejala yang hampir selalu didapat. Pada
1/3 kasus terjadi pula gagal jantung dan sianosis. Sianosis terjadi pada kasus
kasus dalam Sindrom Eisenmenger.
d. Pemeriksaan Fisik
melemah atau menghilang karena aliran pirau yang berkurang. Kondisi ini
disebut sindroma Eisenmengerisasi.
e. Pemeriksaan Penunjang
1) Radiologi
Gambaran Foto toraks
Secara singkat gambaran radiologis dari VSD dapat dibagi menjadi:
1.Kebocoran yang sangat kecil.
(Maladi de Rogerbiasanya bagian muscular septum) Jantung tidak
membesar. Pembuluh darah paru normal.
2.Kebocoran yang ringan
Jantung membesar ke kiri oleh hipertrofi dan ventrikel kiri. Apeks menuju
ke bawah diafragma. Ventrikel kanan belum jelas membesar. Atrium kiri
berdilatasi.
3.Kebocoran yang sedang-berat
Ventrikel kanan dilatasi dan hipertrofi. Atrium kiri berdilatasi. A.
Pulmonalis dengan cabang-cabangnya melebar. Atrium kanan tidak tampak
kelainan. Ventrikel kiri hipertrofi. Aorta kecil.
4.Kebocoran dengan hipertensi pulmonal
Ventrikel kanan tampak makin besar. A. Pulmonalis dan cabangcabangnya di bagian sentral melebar. Segmen pulmonal menonjol. Atrium kiri
normal. Aorta mengecil. Pembuluh darah paru bagian perifer sangat berkurang.
Thoraks menjadi emfisematous. Pada tahap ini secara klinis ditemukan Sindrom
Eisenmenger.
Pada stadium ini kadang secara radiografi sukar dibedakan dengan Atrial
Septal Defect (ASD) dengan hipertensi pulmonal.
f. Terapi
Bayi dengan VSD perlu dievaluasi secara periodik sebulan sekali selama
setahun mengingat besarnya aliran pirau yang dapat berubah akibat resistensi
paru yang menurun. Bila terjadi gagal jantung kongestif harus diberikan obar
obatan anti gagal jantung yaitu digitalis, diuretika dan vasodilator. Bila
medikamentosa gagal dan tetap terlihat gagal tumbuh kembang atau gagal
jantung maka sebaiknya dilakukan tindakan operasi penutupan VSD secepatnya
sebelum terjadi penyakit obstruktif vaskuler paru. Indikasi operasi penutupan
VSD adalah bila rasio aliran darah ke paru dan sistemik lebih dari 1,5. Operasi
paliatif Pulmonary Artery Banding (PAB) dengan tujuan mengurangi aliran ke
paru hanya dilakukan pada bayi dengan VSD multipel atau dengan berat badan
yang belum mengijinkan untuk tindakan operasi jantung terbuka 6,7,8 .
Gambar 5. Kelainan anatomi dan sirkulasi pada Patent Ductus Arteriosus (PDA)4
c. Tanda Klinis
Penampilan klinis PDA sama dengan VSD yaitu tergantung pada besarnya
lubang dan tahanan vaskuler paru. Pada PDA kecil umumnya anak asimptomatik
dan jantung tidak membesar. Sering ditemukan secara kebetulan saat pemeriksaan
rutin dengan adanya bising kontinyu yang khas seperti suara mesin (machinery
murmur) di area pulmonal, yaitu di parasternal sela iga 23 kiri dan dibawah
klavikula kiri. Tanda dan gejala adanya aliran ke paru yang berlebihan pada PDA
yang besar akan terlihat saat usia 14 bulan dimana tahanan vaskuler paru
menurun dengan cepat. Gagal jantung kongestif akan timbul disertai infeksi paru.
Nadi akan teraba jelas dan keras karena tekanan diastolik yang rendah dan tekanan
nadi yang lebar akibat aliran dari aorta ke arteri pulmonalis yang besar saat fase
diastolik. Bila sudah timbul hipertensi paru, bunyi jantung dua komponen
pulmonal akan mengeras dan bising jantung yang terdengar hanya fase sistolik
dan tidak kontinyu lagi karena tekanan diastolik aorta dan arteri pulmonalis sama
tinggi sehingga saat fase diastolik tidak ada pirau dari kiri ke kanan.
1) Biasanya asimptomatik pada tipikial PDA ( simple PDA )
2) Tubuh biasanya kecil dan kurus
3) Sering menderita radang saluran pernapasan berulang.
4) Pirau besar : dispneu, toleransi kerja berkurang, pulsus celer, tekanan nadi
besar, waterhamper pulse.
5) Toraks kiri menonjol
6) LVA meningkat
7) Thrill pada LSB II
8) Bising kontinu pungtum maksimum di LSB II
9) A. femoralis teraba bounding
d. Pemeriksaan penunjang
1) Foto Toraks
Gambaran foto toraks
Gambaran foto toraks PDA tergantung besar kecilnya PDA yang terjadi.
1. Bila PDA kecil sekali, gambaran jantung dan pembuluh darah paru normal
2. Bila PDA cukup besar, maka gambaran radiologinya:
Aorta descedens dan arkus tampak normal atau membesar sedikit dan
nampak menonjol pada proyeksi PA
Pembuluh darah paru dan hilus nampak melebar, karena volume darah
yang bertambah
3. Bila keadaan telah lanjut dan timbul tanda hipertensi pulmonal, gambaran
radiologinya:
khas dan dapat dipakai untuk membedakan PDA dari ASD atau VSD.
2) EKG
a) Dapat normal atau LVH
b) Pirau besar ditemukan CVH
3) Ekokardiografi
Dapat menunjukkan besarnya defek dan arah pirau.
e. Terapi
Tindakan penutupan PDA secara bedah dapat dilakukan secara elektif pada
usia diatas 34 bulan. Pengobatan anti gagal jantung dengan digitalis, diuretika
dan vasodilator harus diberikan pada bayi dengan PDA yang besar disertai tandatanda gagal jantung kongestif. Selanjutnya bila kondisi membaik maka operasi
ligasi dapat ditunda sampai usia 1216 minggu karena adanya kemungkinan PDA
menutup secara spontan. Tindakan penutupan PDA tidak dianjurkan lagi bila
sudah terjadi hipertensi pulmonal dengan penyakit obstruktif vaskuler paru. Dalam
dekade terakhir ini penutupan PDA dapat dilakukan juga secara non bedah dengan
memasang coil atau alat seperti payung/jamur bila memenuhi syarat-syarat yang
ditentukan.
f. Prognosis
PDA jarang menutup spontan kecuali pada bayi prematur
g. Komplikasi
Gagal jantung, hipertensi pulmonal, radang saluran napas berulang dan
endokarditis bakterial.6,7,8
PA: tampak rib k notching / erosi kosta 5-8 bilateral (sekunder karena
perkembangan kolateral intercostal). Pembesaran jantung, gambaran
three sign di mediastinum superior kiri dan dilatasi post stenotik dari
aorta descendens
e. Terapi
1) Ballon aortaplasty
2) Payah jantung dilatasi dengan obat-obatan
3) Bila ada infeksi segera diatasi
4) Atasi payah jantung dan bila tidak berhasil dilakukan pembedahan pada waktu yang
lebih dini
g. Komplikasi
Hipertensi enselopati, perdarahan intracranial, payah jantung,SBE.
II Sianotik
5. Transposition of The Great Arteries ( TGA )
a. Definisi
TGA adalah suatu kelainan jantung bawaan dimana terdapat pertukaran tempat
antara aorta dan arteri pulmonalis. Aorta keluar dari ventrikel kanan morfologik dan arteri
pulmonalis berasal dari ventrikel kiri yang morfologik. Pada kelainan ini sirkulasi darah
sistemik dan sirkulasi darah paru terpisah dan berjalan paralel. Kelangsungan hidup bayi
yang lahir dengan kelainan ini sangat tergantung dengan adanya percampuran darah balik
vena sistemik dan vena pulmonalis yang baik, melalui pirau baik di tingkat atrium
(ASD), ventrikel (VSD) ataupun arterial (PDA).
Ada 2 macam TGA, yaitu (1) dengan Intact Ventricular Septum (IVS) atau tanpa
VSD, dan (2) dengan VSD. Masing-masing mempunyai spektrum presentasi klinis yang
berbeda dari ringan sampai berat tergantung pada jenis dan beratnya kelainan serta
tahanan vaskuler paru.
b. Hemodinamik
Sirkulasi sistemik dan paru-paru berlangsung paralel. Penderita tidak akan hidup
kecuali jika terjadi pencampuran darah unsaturasi dan saturasi antara kedua sirkulasi.
ASD, VSD dan PDA yang paling sering menjadi jalur percampuran.
d. Pemeriksaan Penunjang
1) Foto Toraks
a) Jantung membesar dan vaskularisasi paru-paru bertambah
b) Like an egg on its side
c) Bentuk jantung seperti sepatu
Gambaran Foto toraks:
Pada proyeksi PA jantung tampak membesar dengan bentuk oval atau seperti telur.
Apex jantung menuju ke bawah. Bagian atas dari jantung (basis) umumnya sempit.
Pembuluh darah paru-paru melebar baik vena maupun arteri.
Bila di samping transposisi ini ada stenosis pada arteri pulmonalis maka
gambaran pembuluh darah paru menjadi berkurang. Seringkali gambaran jantung ini
mirip sekali dengan gambaran jantung pada Tetralogi Fallot.
e. Terapi
Neonatus dengan TGA dan sianosis berat harus segera diberikan infus PGE1
untuk mempertahankan terbukanya PDA sehingga terjadi pencampuran yang baik
antara vena sistemik dan vena pulmonal. Selanjutnya bila ternyata tidak ada ASD atau
defeknya kecil, maka harus secepatnya dilakukan Balloon Atrial Septostomy (BAS),
yaitu membuat lubang di septum atrium dengan kateter balon untuk memperbaiki
percampuran darah di tingkat atrium. Biasanya dengan kedua tindakan tersebut diatas,
keadaan umum akan membaik dan operasi koreksi dapat dilakukan secara elektif.
Operasi koreksi yang dilakukan adalah arterial switch, yaitu menukar ke dua arteri
utama ketempat yang seharusnya yang harus dilakukan pada usia 24 minggu sebelum
ventrikel kiri menjadi terbiasa memompa darah ke paru-paru dengan tekanan rendah.
Operasi arterial switch dan penutupan VSD pada TGA dengan VSD, tidak perlu
dilakukan pada usia neonatus dan tergantung pada kondisi penderita dapat ditunda
sampai usia 36 bulan 7 dimana berat badan penderita lebih baik dan belum terjadi
penyakit obstruktif vaskuler paru akibat hipertensi pulmonal yang ada.
1) Pemberian prostaglandin
2) Arterial septostomy
3) Arterial swtich operation
4) Atasi segera bila ada aritmia, gagal jantung serta peradangan
f. Prognosis
Angka kematian pada kasus yang tidak diobati adalah 30% pada minggu pertama,
50% pada bulan pertama dan 90% pada akhir tahun pertama. Dengan pengobatan yang
baik maka angka perlangsungan hidup mencapai >90%.
g. Komplikasi
Sindrom polisitemia dan hiperviskositas, gagal jantung dan PVO.6,7,8
6. Tetralogy of Fallot ( TF )
a. Definisi
TF adalah suatu kelainan jantung bawaan dimana terdapat stenosis pulmonal,
overriding of the aorta, VSD dan hipertrofi ventrikel kanan. TF adalah golongan PJB
sianotik yang terbanyak ditemukan yang terdiri dari 4 kelainan, yaitu VSD tipe
c. Gejala Klinis
1) Sianosis pada saat menangis atau aktifitas
2) Pertumbuhan dan perkembangan terlambat
3) Lekas capek dan dispnu pada kegiatan
4) Posisi lutut dada ( squatting position )
5) Jari tabuh ( clubbing )
6) Hipertrovi gingiva, lidah berbentuk geografik.
Bunyi jantung dua akan terdengar tunggal pada PS yang berat atau dengan
komponen pulmonal yang lemah bila PS ringan. Bising sistolik ejeksi dari PS akan
terdengar jelas di sela iga 2 parasternal kiri yang menjalar ke bawah klavikula kiri.
d. Pemeriksaan Penunjang
1) Darah rutin : hemokonsentrasi
2) Foto Toraks : bentung jantung seperti sepatu ( boot shaped heart )
Gambaran foto toraks
Pembesaran ventrikel kanan menyebabkan bayangan jantung melebar ke
kiri dengan apex di atas diafragma. Pembesaran ini tidak seberapa, karena
ventrikel kanan umumnya hanya hipertrofi saja bukan dilatasi.
Pinggang jantung menjadi lebih konkaf karena tidak ada pembesaran dari
jalur keluar ventrikel kanan. Pada stenosis berat, pinggang jantung lebih dalam
lagi sehingga menimbulkan gambaran jantung seperti sepatu kayu (coeur en
sabot).
Pembuluh darah paru menjadi kecil dan berkurang sehingga paru nampak
lebih radiolusen.
Aorta tampak melebar, tetapi karena aorta terletak di belakang sternum,
maka batas aorta ini kadang sulit dilihat pada proyeksi PA. Aorta tampak lebih
jelas bila letaknya di sisi kanan kolumna vertebralis (right sided aortae). Dengan
proyeksi LAO atau RAO dengan barium esofagus, letak aorta akan lebih nyata.
Pada Tetralogi Fallot yang ringan, bentuk jantung pada proyeksi PA
tampak normal, walaupun biasanya pembuluh darah paru tampak berkurang.
PA: ukuran jantung normal dengan bentuk seperti sepatu boot (coeur en
sabot). Corakan paru berkurang dengan left sided aortic arch (indentasi
pada kiri trachea.
pada usia minggu pertama kehidupan saat PDA mulai menutup. Saat ini
diperlukan tindakan operasi BTS emergensi dan pemberian PGE1 dapat
membantu memperbaiki kondisi sementara menunggu persiapan untuk operasi.
Penderita dengan kondisi yang baik tanpa riwayat spel hipoksia atau bila ada spel
tetapi berhasil diatasi dengan propranolol dan kondisinya cukup baik untuk
menunggu, maka operasi koreksi total dapat dilakukan pada usia sekitar 1 tahun.
Koreksi total yang dilakukan adalah menutup lubang VSD, membebaskan alur
keluar ventrikel kanan (PS) dan rekonstruksi arteri pulmonalis bila diperlukan.
f. Komplikasi
Abses serebral, infark serebri, anemia defisiensi besi realtif, endokarditis
bacterial.6,7,8,11
7. Atresia Trikuspid
Pada keadaan ini tidak ada katup trikuspid, sehingga tidak ada
darah yang mengalir dari atrium kanan ke ventrikel kanan. Lesi ini terjadi
pada + 1 / 15.000 kelahiran hidup. Pada atresia trikuspid ini, atrium kanan
dan kiri dihubungkan dengan ASD dan antara ventrikel kanan dan kiri
dihubungkan dengan VSD.
Klasifikasi:
-
Tipe 3:
8. Atresia Pulmonal
a. Dengan Defek Septum Ventrikel
Atresia dapat mengenai katup pulmonal, a. pulmonalis, atau
infundibulum. Darah dari ventrikel kanan tidak dapat menuju ke a.
pulmonalis, jadi semua darah dari ventrikel kanan akan masuk ke aorta.
Suplai darah ke paru harus melalui duktus rteriosus atau melalui kolateral
aorta-pulmonal. Pada umu nya vaskularisasi paru berkurang, kecuali bila
terdapat paten duktus arteriosus atau kolateral yang cukup besar.
9. Stenosis Aorta
Stenosis aorta diklasifikasikan sebagai subvalvular, valvular atau
supravalvular.
a. Stenosis Aorta Valvular
Tersering, 60-75% kasus stenosis aorta. Pria : wanita = 4 : 1.
Sekitar 20% kasus berhubungan dengan kelainan jantung lain, termasuk
VSD, PDA, dan Coarctasio Aorta. Malformasi yang tersering adalah katup
aorta bicuspid, walaupun dapat terjadi unicuspid bila seluruh daun katup
bersatu. Secara umum, semakin sedikit jumlah daun katup, semakin berat
derajat stenosis valvular. Penyebab lainyang lebih jarang adalah displasia
miksoid dan hipoplasia annular.
DAFTAR PUSTAKA