INDONESIA POWER
PERENCANAAN, PENGENDALIAN, DAN EVALUASI
O&M PEMBANGKIT
Edisi I Tahun 2014
PEMBIDANGAN PRAJABATAN S1 D3
INDONESIA POWER
TUJUAN PEMBELAJARAN :
prosedur
pengoperasian
pemeliharaan
pembangkit
tenaga
prosedur/standar
operasi/
listrik
instruksi
dan
sesuai
kerja
dan
petunjuk pabrikan.
DURASI
TIM PENYUSUN
TIM VALIDATOR
1. JOKO AGUNG
2. DODI HENDRA
3. SUDARWOKO
KATA PENGANTAR
MANAJER PLN PRIMARY ENERGY & POWER GENERATION
ACADEMY
PLN CORPORATE UNIVERSITY
Puji syukur ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, taufik serta hidayahnya,
sehingga penyusunan materi pembelajaran PEMBIDANGAN PRAJABATAN S1 - ENJINER
PEMBANGKITAN THERMAL ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.
Materi ini merupakan materi yang terdapat pada Direktori Diklat yang sudah disahkan oleh Direktur
Pengadaan Strategis selaku Learning Council Primary Energy & Power Generation Academy.
Materi ini terdiri dari 11 buku yang membahas mengenai K2 dan Lingkungan Hidup,
Pengoperasian PLTU, Pengoperasian PLTGU, Pengenalan PLTP, Perencanaan, pengendalian,
dan evaluasi O&M Pembangkit, Pemeliharaan Mekanikal Pembangkit Thermal dan Hidro,
Pemeliharaan Listrik Pembangkit, Pemeliharaan Proteksi, Kontrol & Instrumen, Kimia Pembangkit,
Pengoperasian PLTA, dan Pengenalan PLTD sehingga diharapkan dapat mempermudah proses
belajar dan mengajar di Primary Energy dan Power Generation Academy.
Akhir kata, Pembelajaran ini diharapkan dapat membantu meningkatkan kinerja unit operasional
dan bisa menunjang kinerja ekselen korporat. Tentunya tidak lupa kami mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan materi pembelajaran ini. Saran
dan kritik dari pembaca/siswa sangat diharapkan bagi penyempurnaan materi ini.
Suralaya, 31 Januari 2014
M. IRWANSYAH PUTRA
ii
iii
Buku 8
Pemeliharaan Proteksi, Kontrol & Instrumen
Buku 9
Kimia Pembangkit
Buku 10
Pengoperasian PLTA
Buku 11
Pengenalan PLTD
iv
BUKU V
DURASI
: 16 JP
PENYUSUN
: 1. M U R D A N I
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .
1.
2.
1.1.
1.2.
1.3.
Perkembangan Pemeliharaan......................................................................
1.4.
Manajemen Pemeliharaan...........................................................................
PERENCANAAN PEMELIHARAAN
15
2.1
15
2.2
16
2.3
Pemeliharaan Periodik
18
18
3.1
18
3.2
Pemeliharaan Korektif ..
19
3.3
23
PERENCANAAN OPERASI
27
4.1
27
4.2
27
4.3
27
vi
24
5.1.
28
5.2.
26
5.3.
27
5.4.
28
5.5.
36
5.6.
38
5.7.
42
6. MANAJEMEN EFISIENSI ..
44
6.1.
44
6.2.
44
6.3.
45
50
50
51
53
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
1.
1.1.
Definisi Pemeliharaan
Usaha yang dilakukan secara terus menerus berupa Perawatan, Perbaikan dan Modifikasi
untuk menjaga suatu peralatan dapat beroperasi dengan andal, efisien dan mencapai umur
yang diharapkan.
1.2.
Tujuan Pemeliharaan
Agar pembangkit dapat beroperasi dengan keandalan yang tinggi serta mutu listrik yang
baik, efisien dan daya yang optimum. Sehingga tercapai umur teknis yang diharapkan dan
biaya pemeliharaan yang optimum.
1.3.
Perkembangan Pemeliharaan
Metode paling awal dari pekerjaan pemeliharaan yang berkembang di dunia adalah Fix it
When it Broke atau membiarkan suatu peralatan rusak, untuk kemudian dilakukan
perbaikan. Pada perkembangan berikutnya berkembang manajemen Pemeliharaan
Preventif yang berbasis waktu, Pemeliharaan Prediktif yang berbasis kondisi, dan
perkembangan paling mutakhir adalah Reliability Centered Maintenance (RCM).
1.4.
Manajemen Pemeliharaan
Mendayagunakan Aset dan Sumber Daya Pembangkitan dengan perilaku biaya paling
efektif dan efisien
Menerapkan metoda kerja terbaik yang tersedia untuk mencapai pemeliharaan dengan
standar tinggi.
Memperbaiki Efisiensi
MAINTENANCE
Planed
Maintenance
Design-out
Maintenance
Unplaned
Maintenance
Preventive
Maintenance
Time-based
Maintenance
Routine
Maintenanc
e
Plant improvement
maintenance atau adaptive
maintenance ditujukan untuk
meningkatkan operasi,
realibilitas dan kapasitas
Pemeliharaan dilaksanakan
secara berkala berdasarkan
waktu, jam operasi atau lainnya
dengan unit tetap beroperasi
atau keluar dari pengusahaan
Corrective
Maintenance
Break-down
Maintenance
Condition-based
Maintenance
Periodie
Yearly Maintenance
Perbaikan
peralatan
dari kerusakan karena
gangguan
Overhaul unit, dilaksanakan secara periodik dengan interval waktu lebih dari 6 bulan, volume
& jenis pekerjaan mengacu pada buku petunjuk atau sumber lain yang relevan.
Pembersihan
Pelumasan
Kelebihan:
Kekurangan:
Pemeliharaan Prediktif
Definisi:
Adalah sebuah proses yang membutuhkan teknologi dan kecakapan (skill) SDM, yang
memadukan dan menggunakan semua data diagnosa dan kinerja, sejarah kerusakan, data
operasi, dan data desain yang tersedia, untuk membuat keputusan tentang kegiatan
pemeliharaan terhadap sebuah peralatan kritikal.
Pemeliharaan Prediktif mengacu pada konsep kurva kerusakan bathtub, dimana sebuah
peralatan akan memiliki resiko kegagalan yang tinggi pada masa awal dan akhir operasi.
Objek yang dipantau pada suatu mesin/ peralatan untuk keperluan pemeliharaan prediktip
meliputi :
Termografi
Tribologi
Vibrasi
Life Assement (NDT & DT)
Kualitas air
Unjuk kerja (Performance Test)
Thermography
Infrared (IR) Thermography dapat didefinisikan sebagai proses pencitraan variasi
radians Inframerah dari suatu permukaan. Pada prinsipnya, IR Thermography akan
menampilkan profil temperatur objek. IR akan mendeteksi kondisi-kondisi atau stressor
yang mengakibatkan penurunan kinerja suatu peralatan atau desain umur pakainya.
Sebagai contoh, koneksi listrik yang korosi atau kendor akan menghasilkan citra
kedalaman temperatur yang abnormal oleh karena bertambahnya resistansi listrik.
Pada peralatan yang berputar (rotating equipment), bentuk-bentuk perubahan friksi
akan menaikkan temperatur komponen yang tercermin dalam perubahan profil termal
komponen. Gambar bawah memperlihatkan temperatur bearing motor yang panas
(ditandai dengan warna yang terang) yang diambil dengan menggunakan kamera
infrared / Infrared Thermometer.
Tingkat besarnya vibrasi suatu mesin untuk dinyatakan baik, ditentukan oleh pabrik
pembuatnya sebagai data yang paling akurat. Apabila data ini tidak ada, atau timbul
permasalahan dalam acceptance test, atau pihak owner (pemilik) menginginkan suatu
tingkat vibrasi tertentu dalam pemesanan, maka bisa dirujuk dari standard-standard
yang berlaku sebagai pedoman.
Ada beberapa lembaga di dunia atau negara yang mengeluarkan standard tingkat
vibrasi. Tapi sebagai contoh di sini akan diberikan dua buah, yaitu International
Standard Organization (ISO 3945) dan Canadian Government Specification.
Unjuk kerja
Salah satu jenis prediktif maintenance adalah monitoring unjuk kerja pemangkit. Hal ini
dapat dilakukan dengan melakukan Performance Test pembangkit secara berkala.
Performance Test adalah uji daya mampu, effisiensi dan keandalan dari suatu
pembangkit, dengan membandingkan data actual (sekarang) dengan data pada saat
dilakukan komisioning unit baru .
Hal hal utama yang akan dihitung pada saat melakukan performance test adalah :
1. Effisiensi Boiler
2. Effisiensi Turbine
3. Plant Effisiensi
4. Turbine Heat Rate
Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal
Menghemat energi
Kekurangan:
Pemeliharaan Proaktif
Definisi:
Adalah proses penghilangan kondisi yang menyebabkan terjadinya kerusakan, melalui
identifikasi akar penyebab (Root Cause Failure Analysis) yang memicu siklus kerusakan.
RCM pada intinya adalah suatu proses untuk menentukan apa saja yang harus dilakukan
untuk menjamin agar aset terus menerus bekerja memenuhi fungsi yang diharapkan, dalam
konteks operasinya saat ini.
RCM menekankan pada kebutuhan analisis pemeliharaan dengan menjawab 7 pertanyaan
dasar sbb:
1. Apa fungsi peralatan?
2. Standard prestasi kaitannya dari aset pada konteks operasinya saat ini?
3. Dengan cara apa dia gagal memenuhi fungsi yang diharapkan?
4. Apa penyebab kegagalan fungsinya?
5. Apa pengaruh dari setiap kegagagalan?
6. Apa yang dapat dilakukan untuk mencegah setiap kegagalan?
7. Apa yang harus dilakukan bila pencegahan yang cocok tidak ditemukan?
Kelebihan:
Kekurangan:
Kalau peralatan kondisinya bisa dimonitor dan ada tools yang tersedia untuk monitor,
maka lakukan pemeliharaan prediktif.
Kalau peralatan tidak bisa dimonitor kondisinya atau tidak tersedia tool untuk monitoring
kondisi, maka lakukan pemeliharaan preventif
Kalau pemeliharaan preventif sulit dilakukan, atau effortnya terlalu besar dibandingkan
harga peralatan dan dampak yang ditimbulkan bila rusak, maka biarkan dia rusak.
Kalau terjadi kegagalan berulang atau terjadi kegagalan yang tidak semestinya, maka
lakukan root cause failure analysis.
10
2. PERENCANAAN PEMELIHARAAN
2.1
Alat Kerja
Waktu
: Schedule Pemeliharaan
Tenaga
Anggaran
Prosedur
11
2.2
adalah
alat
manajemen komprehensif
yang
direncanakan
untuk
Tracking biaya kapital atau biaya pegawai berdasarkan komponen dan waktu
terpendek, menengah, dan terpanjang untuk closing WO
12
Data Base
Pekerjaan
Prosedur Kerja
Prioritas 2
Adalah
pekerjaan
berprioritas
tinggi,
tindakan
segera
dilakukan
begitu
Prioritas 3
Adalah pekerjaan prioritas penting, sebagian besar tugas-tugas PM/PdM. Dampak
pada operasi unit minim. Direncanakan dan dijadualkan dengan sumber daya yang
tersedia.
13
2.3
Pemeliharaan Periodik
Disamping aspek-aspek yang sudah disebutkan di atas, untuk perencanaan
pemeliharaan periodik, diperlukan pula pengetahuan kriteria pemeliharaan periodik
yang disyaratkan oleh fabrikan. Berikut adalah kriteria-kriteria pemeliharaan
periodik
Setiap Pabrik Pembuat Mesin memberikan petunjuk dalam melaksanakan Overhaul
/ Inspection Mesin buatan mereka. Suatu hal yang sama adalah mesin harus
diadakan pemeliharaan secara periodik yang teratur dengan suatu periode tertentu.
Banyak hal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan periode ini, yang lazim
dipakai dalam menentukan interval overhaul pada mesin pembangkit adalah jenis
pembangkit, jam operasi mesin, jumlah start, kondisi lingkungan serta pola /
perilaku pengoperasian mesin tersebut. Hal yang berbeda adalah besarnya nilai
interval dari overhaul yang satu ke overhaul berikutnya.
PLTU/STG
SIKLUS
INTERVAL (JAM)
DURASI
PLTU SURALAYA
SI ME SI SE
10.000
PLTU UMUM
SI ME SI SE
8.000
GRATI
(STG)
PLTG
MINOR MAJOR
15.000
SI = 28
ME = 30
SE = 60
SI = 28
ME = 35
SE = 50
MINOR = 25
MAJOR = 45
CI-HPGI- CI-MI
8.000
PRIOK
(STG)
MINOR MAJOR
24.000
MINOR = 25
MAJOR = 45
PLTP
SI SI MI
16.000
SI = 20
MI = 25
PLTD
TO SO - MO
6.000
kotoran
pada
peralatan,
deterioration
peralatan
serta
14
Inspection
difokuskan
pada
pembersihan
peralatan
yang
: Serious Inspection
Identifikasi Permasalahan
Mengumpulkan Data-data
Pembongkaran (Dismantling)
15
Identifikasi Permasalahan
Untuk melakukan Identifikasi Permasalahan, lakukan langkah-langkah sbb :
a. Periksa Catatan Awal Pemeliharaan (Work Order dari Operator, atau laporan
pemeriksaan oleh petuuap pemeliharaan).
b. Dari catatan, simpulkan pada grup fungsi mana permasalahan terjadi
Mengumpulkan Data
a. Catat / Print Out Alarm atau Event Log beserta kode-kode identifikasi dari
fabrikan yang muncul pada Human Machine Interface atau indikator lainnya.
b. Catat proteksi yang kerja
c. Catat peralatan-peralatan pada grup fungsi terkait yang abnormal
d. Catat langkah-langkah yang sudah dilakukan oleh operator: tindakan reset, dll.
Merencanakan Pekerjaan
a. Rencanakan jumlah tenaga kerja yang diperlukan beserta kompetensinya.
b. Rencanakan Alat-alat yang meliputi alat-alat kerja (spesifik menurut bidang
masing-masing: mesin, listrik, kontrol & instrument) dan alat-alat keselamatan:
Helm, Safety Shoes, dll
c. Rencanakan Part / Material yang diperlukan
d. Rencanakan dokumen-dokumen referensi:
Dokumen Wajib untuk Pemeliharaan Kontrol & Instrumen: P & ID, Logic
Diagram, Standard Setting, Instruksi Kerja, Lembar Pengujian
16
Pelaksanaan Pemeliharaan
a. Lakukan Pengukuran awal pada peralatan berdasarkan data-data yang telah
dikumpulkan (WO, Catatan Pemeliharaan) dengan berpedoman pada Instruksi
Kerja
yang
berlaku,
Standard
Setting.
Catat
dalam
Lembar
Pengukuran/Pengujian
b. Berikan kesimpulan atas hasil pengukuran
c. Lakukan
Perbaikan
atau
Dismantling,
Reassembling
jika
diperlukan
kesimpulan
(acceptable
not
hasil
acceptable),
pekerjaan
item-item
dan
pengujian/pengukuran
yang
tertunda
(pending
akhir
item),
rekomendasi, dll.
Format sesuai standard yang berlaku di perusahaan
17
MODULE
Work Request
Rubah Status
menjadi
WAMTL
Y
OPERATOR (bila dari operasi)
USER (sesuai Bidangnya)
- Entry Data ( Gangguan)
- Permintaan Perbaikan
WR ( UKU )
- Status WAPPR
Material diambil
Status APPR
dirubah menjadi WPCOND
Persetujuan SPS
Operasi
CANCEL
SETUJU ?
Prosedur
pengadaan
WO Batal
Status
CLOSE
Y
Merubah Status dari WAPPR
menjadi APPROD
Perlu tagging?
Y
Prosedur TAGGING
N
SP terkait
1. Mengisi data PLANS pada module WOT,
yaitu : OPERATIONS, CRAFT, MATERIAL,
TOOLS
2. Setelah perencanaan siap status dirubah
dari APPROD menjadi APPR
SPS HAR
Melakukan ASSIGMENT CRAFT
MENJADI LABOR
pada module Work Manager
SP Har
- Pekerjaan Selesai
- Isi Actual, Labor
- Status dirubah menjadi
WACOND
N
Hasil Baik?
Perbaikan Ulang
FINISH
1
18
3.3.
Prosedur Pemeliharaan Preventif atau Periodik digambarkan oleh Flow Chart sebagai
berikut:
START
Staf Perencanaan
Pemeliharaan
SP Har
- Pekerjaan Selesai
- Isi Actual, Labor
- Status dirubah menjadi
WACOND
Hasil Baik
?
SPS Operasi
SPS Pemeliharaan
CRAFTNYA DI ASSIGMENT
MENJADI LABOR
pada module Work Manager
SPS Pemeliharaan
Perbaikan Ulang
Y
SPS Operasi merubah Status
menjadi COMPLETE
FINISH
Check Material
tersedia?
Y
Staf Gudang mencetak TUG 9 dan
menyiapkan material
Material diambil
Perlu tagging?
Prosedur TAGGING
Pelaksana HAR
N
WO setelah selesai dikerjakan
status diubah menjadi WACONDT
Gambar 6.
Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal
19
NAMA PEGAWAI :
NAMA MENTOR /ASESOR :
JABATAN PEGAWAI DALAM PEKERJAAN :
TOTAL WAKTU DALAM PENGAWASAN :
DESKRIPSI PENUUAPAN:
UNIT:
UNIT:
JAM/HARI
TANGGAL :
DESKRIPSI PERALATAN
CATATAN PENGAMATAN
JUMLAH
LOKASI
20
LANGKAH-LANGKAH
NO.
LANGKAH-LANGKAH
NO.
LANGKAH-LANGKAH
PERSIAPAN :
PEMBONGKARAN
DAN
PEMERIKSAAN
GANGGUAN/
KERUSAKAN
PEMASANGAN
21
KOMENTAR PEGAWAI:
KOMENTAR ATASAN
PEGAWAI :
ATASAN
Catatan:
Pegawai dapat menggunakan kertas kosong lain, jika ada yang perlu disampaikan tapi tidak
tercakup pada formulir diatas atau kurang halamannya.
22
4. PERENCANAAN OPERASI
4.1.
4.2.
4.3.
5.
Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal
INVENTORY CONTROL
23
Management, kebutuhan akan material menjadi permasalahan yang umum di dunia. Kualitas
dan ketersediaan Output suatu produksi sangat tergantung kualitas dan ketersediaan input.
Dalam hal ini, keandalan dan efisiensi produksi tenaga listrik sangat tergantung dengan
material yang dibutuhkan.
Inventory Control adalah bidang yang sangat penting dalam mekanisme manajemen material.
Inventory Control Disebut juga dengan Inventory Manajemen, yaitu suatu kegiatan yang
meliputi perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian kebutuhan material yang bertujuan
untuk meningkatkan service level material dengan nilai gudang seoptimal mungkin
5.1.
a.
Definisi Material
Tiga jenis material pertama (Material bahan baku, Setengah jadi dan Material jadi) pada
umunya berfungsi sebagai Material produksi/operasi. Sedangkan jenis material terakhir, yaitu
material suku cadang (spare part) sedikit sekali literatur yang membahas, sehingga tidak
banyak informasi yang diperoleh mengenai karakter dan cara pengelolaannya. Material ini
lebih banyak berfungsi sebagai material cadang dalam kegiatan pemeliharaan, sehingga
24
Jenis material suku cadang (spare part) atau Material pemeliharaan, mempunyai karakter
dan sistem penanganan yang lebih sulit dan kompleks, karena :
b.
Semakin banyak jenis mesin, maka semakin bertambah jumlah jenis itemnya
Pola kebutuhan tidak beraturan, baik dari sisi jumlah maupun periodenya
Jenis-jenis Material
Material suku cadang khusus (Specific)
Merek suku cadang ini memakai pabrik yang menghasilkan peralatan yang
bersangkutan, meskipun mungkin pembuat aslinya adalah pabrik lain
Disebut juga suku cadang habis pakai, adalah suku cadang untuk pemakaian biasa,
yaitu yang akan aus dan rusak karena gesekan, tegangan, kena panas, dan
sebagainya.
Kerusakan
suku
cadang
jenis
ini
dapat
terjadi
sewaktu-waktu
sehingga
25
diperlukan harus selalu tersedia, atau dapat diadakan dalam waktu singkat
sehingga tidak mengganggu jalannya peralatan.
5.2.
Manufacture (Pabrikan)
Manufacture (Pabrikan) adalah pabrik atau perusahaan yang memproduksi suatu barang /
material. Merk adalah simbol atau identitas dari suatu barang atau produk yang diberikan oleh
pabrik atau perusahaan yang memproduksi dengan tujuan untuk mempermudah identifikasi.
Suatu pabrik atau manufacture bisa memproduksi beberapa barang dengan beberapa Merk.
b.
26
c.
5.3.
Sertifikat Material
Adalah suatu keterangan atau pernyataan berupa surat, yang menerangkan tentang keaslian
suatu part, dan dikeluarkan oleh pabrikan atau vendor. Dalam pembelian suatu material atau
barang, sertifikat adalah suatu keharusan .
Manfaat sertifikat :
Jaminan kwalitas
Jaminan harga
Jaminan garansi
27
5.4.
Penanganan Material
Spesifikasi teknis, yang umumnya dibuat dalam bentuk data base (Katalog)
Pola kebutuhan :
Periode
Tingkat ketersediaan
Dimana
Siapa
Mekanisme pengiriman :
Delivery time
Transportasi
Packing
Mekanisme penyimpanan
Harga
Untuk penanganan jenis material suku cadang (spare part) disamping hal-hal tersebut diatas,
yang juga harus diperhatikan adalah :
Mati (Trip)
Turun efisiensi
28
Pola kerusakan
Dapat diprediksi
Life Time
Tidak tentu
Pola penggantian
Mesin operasi
Overhaul
5.5.
MANAJEMEN MATERIAL
a.
Untuk mencapai tujuan dari manajemen material, kerja sama, koordinasi dan interaksi dari
masing-masing stream adalah yang utama. Ruang lingkup dan hubungan antar fungsi dalam
manajeman material digambarkan dalam diagram berikut
29
b.
INVENTORY:
Secara individual dapat diartikan sebagai Persediaan, dalam hal ini bisa berupa persediaan
material maupun persediaan data yang terdokumentasi.
CATALOG :
adalah sebuah sajian informasi detail dari sebuah material atau barang yang
mengganbarkan secara jelas dan lengkap tentang spesifikasi material yang terdokumentasi
dalam bentuk format yang teratur dan rapi
MENG-INVENTORY-KAN CATALOG :
Adalah memasukan data catalog suatu material atau barang ke dalam suatu tempat atau
distrik. Catalog dan inventori ibarat pintu gerbang dalam proses bisnis material, karena
semua transaksi di dalam semua tahapan proses (IR, RO, PO dan BA) berawal dari sini,
sehingga tingkat kwalitas catalog dan inventori sangat berpengaruh terhadap kinerja dari
proses bisnis material
30
disamping harus lintas fungsi, inventory control sangat terkait dengan biaya perusahaan
31
Definisi Gudang :
Gudang adalah salah satu bangunan atau lapangan yang digunakan untuk penyimpanan
material. Gudang merupakan suatu bagian yang vital bagi suatu Perusahaan, dimana
gudang adalah merupakan suatu titik awal dalam pengelolaan dan pengendalian material
persediaan. Gudang merupakan salah satu tempat kegiatan operasi dalam suatu
Perusahaan
Menerima material
Menyimpan material
Memelihara material
Mengeluarkan material
32
Dia harus
Tahu (disosialisasikan)
c.
Ada Evalusi
Kebutuhan Material
Kebutuhan material adalah merupakan inputan awal dari proses bisnis material. Kualitas
perencanaan kebutuhan material merupakan salah satu tahapan yang sangat
menentukan terhadap keberhasilan dari proses bisnis material
Kebutuhan Terencana
33
Kebutuhan Segera (Urgent), yaitu kebutuhan akan material yang sifatnya segera,
yang mana mesin dalam kondisi turun kemampuan (Derating) dan untuk
memulihkan kemampuannya membutuhkan material tersebut
Kebutuhan Semi Normal, yaitu kebutuhan akan material yang sifatnya tidak segera,
tetapi sudah ditentukan waktunya, kapan material tersebut dibutuhkan, atas dasar
manual book atau jadwal overhaul
Kebutuhan Normal, yaitu kebutuhan akan material yang sifatnya untuk memenuhi
optimalisasi persediaan gudang, dengan tujuan kehandalan dan efiensi unit atau
mesin
34
Fase dan tingkat kebutuhan material untuk suatu mesin pada dasarnya adalah tidak
permanen, tetapi akan berubah sesuai dengan mekanisme pengoperasian dan
pemeliharaan mesin tersebut.
Untuk merubah dari fase Tidak Terencana menjadi fase Terencana, diperlukan :
Interaksi yang bagus antar stream terkait baik dari tingkat pelaksana sampai
manajemen
kita
35
5.6.
INVENTORY CONTROL
AKUNTANSI :
TURUNKAN NILAI INVENTORY!
MAINTENANCE :
BARANG HARUS TERSEDIA!
Materials:
?
Bagaimana menentukan keseimbangan
Tujuan Inventory Control
36
Minimum Inventory
Membatasi nilai seluruh investasi
Membatasi jenis dan jumlah material
Merencanakan usulan pengadaan (RO) berdasarkan usulan kebutuhan material dari user
dan berdasarkan hasil optimalisasi persediaan gudang (ROP & ROQ)
Melaksanakan pengelolaan atau optimalisai terhadap persediaan gudang yang sudah ada.
Bertanggung jawab terhadap kwalitas inventori dan Katalog, yaitu dengan melaksanakan
review dan pembenahan secara terus menerus dan berkesinambungan
Membuat analisa dan tindak lanjut terhadap kinerja dari proses bisnis material
37
5.7.
38
39
5.8.
Procurement
= Order Quantity
L/T
= Lead Time
6. Safety Stock
Suatu jumlah yang ditetapkan sebagai buffer untuk mengantisipasi adanya ketidakpastian
dari jumlah pemakaian (usage) atau Lead Time
Safety Stock dapat ditambahkan dalam perhitungan karena:
-
Frekuensi Reorder
41
5.9.
Salah satu cara untuk mengetahui kinerja atau tolak ukur keberhasilan suatu proses bisnis
adalah dengan sistem pelaporan. Agar mempunyai kegunaan yang maksimum suatu
pelaporan harus memenuhi beberapa ketentuan sebagai berikut :
42
laporan
yang
bersifat
strategeis,
artinya
menyangkut
atau
sangat
CATALOG :
Adalah
sebuah
menggambarkan
sajian informasi
secara
jelas
detail
dan
lengkap
tentang
atau barang
spesifikasi
material
yang
yang
Code
menghubungkan
antara
purchasing
(pembelian),
Inventory,
43
Fungsi Catalog
Mengidentifikasi spare part/suku cadang kusus pada peralatan yang dijadwalkan untuk
ditempatkan, sehingga suku cadang yang bersangkutan dapat juga ditempatkan pada
induk peralatannya/parent equipment.
Menyediakan basis/dasar dari mana pembelian akan dapat dilakukan guna menentukan
calon-calon pengikut tender pembelian.
Menyediakan informasi diskripsi teknis untuk referensi silang kepada Engineering baik
untuk produksi maupun tujuan pemeliharaan.
6.
MANAJEMEN EFFISIENSI
44
Efisiensi Siklus.
PLTU mengubah energi kimia bakar menjadi energi listrik.
Urutan selengkapnya adalah :
Energi Kimia dalam bahan bakar diubah menjadi energi panas. Proses ini terjadi di dalam
ketel ( Boiler ).
Energi panas diubah menjadi energi mekanis. Proses ini terjadi di Turbin.
Energi mekanis di ubah menjadi Energi Listrik. Proses ini terjadi di Generator listrik.
Akibat keseluruhan dari rantai proses konversi energi ini adalah output energi listrik di peroleh dari
input bahan bakar.
Efisiensi siklus dapat di hitung apabila data data tersebut di bawah ini di ketahui :
Energi Listrik yang di diproduksi . KWh
Berat bahan bakar yang di bakar Kg
Nilai kalor bahan bakar .. Kj/Kg
Contoh :
Suatu unit PLTU dibebani 100 MW, dalam satu jam menghabiskan bahan bakar batubara
sebanyak 50.000 kg. Nilai kalor bahan bakar adalah 23.000 Kj/Kg.
Berapa efisiensi siklus keseluruhan (Overall effisiensi) ?
Jawab :
Panas masuk
maka InPUT
45
Dari gambar terlihat bahwa unsur-unsur dalam siklus adalah sebagai berikut :
Input
Keterangan :
= Effisiensi
h = Entalphy
s = Entrophy
T = Temperatur
Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal
46
Heat Rate.
Apabila dalam perhitungan efisiensi di perbandingkan energi Output dibagi Input, maka dalam
perhitungan Heat Rate adalah kebalikan dari perhitungan efisiensi dan satuan energi Output tidak
harus dengan satuan energi Input.
Efisiensi PLTG
SB)
SB
Wnet
q in
Keterangan :
Wnet = Daya Netto yang dihasilkan
qin = Kalor masuk dari bahan bakar
Heat Rate
Plan Heat Rate
qin
W
Effisiensi PLTD
SB
Wnet
q in
47
SFC
6.2.
Jumlahpema kaianbahanbakar(liter )
x 100 %
W
Data Collection
- Operator
- Rendal Data & Efisiensi
Efisiensi
Equipment Optimal ?
Rekomendasi + CBA
- Rendal Operasi
Engineering Change
Management
- Tim Engineering
WO
SOP
Rendal Har
Rendal Operasi
Eksekusi SOP
CR
Har Rutin
Operasi
PM
Har Rutin
PdM
Har Rutin
PaM
Engineering
Har Rutin
OH
UHar
Data Evaluation
(Heat Rate, Cost Benefit dll)
Rendal Har & Rendal Ops
Rendal Har
Team Effisiensi terdiri dari DM Operasi, Sinfo, Operator, Rendal Data & Efisiensi, Rendal Op,
Enjinering (Reff. Tata Kekola PJB)
GATE KEEPER
Sinfo
DM Operasi
Technology Suporting
Operator
DATA ENTRY
Rendalop
Enjinirng
ANALISA
PROBLEM SOLVING &
REKOMENDASI
48
Konsep pengembangan
Technology Support (Sinfo)
Mendokumentasikan Master Software Model/Case Program Gate Cycle
Secara periodik check validitas program/model
Membuat model pengembangan
Pengembangan Automatic data entry
Data Collection/Data Entry (Operator)
Melaksanakan entry data dalam Server Data Program Gate Cycle setiap hari Jam 19:00
WIB (Waktu Peak Load)
Memastikan validitas data yang dientry
Running Gate Cycle & Trend Reporting (Data & Ef)
Merunning gate cycle setiap hari dan mengidentifikasi penurunan performance.
Membuat Laporan Trend Performance setiap bulan.
Mendokumentasikan data-data performance, redomendasi, problem solving.
Analisa Trend & Rekomendasi (Rendalop)
Melakukan analisa trend performance
Membuat rekomendasi untuk meningkatkan performance
Membuat laporan berkala kepada manajemen
Analisa Problem Solving & Rekomendasi (Enjineering)
Rekomendasi penyelesaian masalah
49
7.
7.1.
Availability Factor (AF): adalah rasio antara jumlah jam unit pembangkit siap beroperasi
terhadap jumlah jam dalam satu periode tertentu. Besaran ini menunjukkan prosentase
kesiapan unit pembangkit untuk dioperasikan pada satu periode tertentu.
Equivalent Availability Factor (EAF): adalah ekivalen Availability Factor yang telah
memperhitungkan dampak dari derating pembangkit.
Service Factor (SF): adalah rasio dari jumlah jam unit pembangkit beroperasi terhadap
jumlah jam dalam satu periode tertentu. Besaran ini menunjukkan prosentase jumlah jam
unit pembangkit beroperasi pada satu periode tertentu.
Planned Outage Factor (POF): adalah rasio jumlah jam unit pembangkit keluar terencana
(planned outage) terhadap jumlah jam dalam satu periode. Besaran ini menunjukkan
prosentase kondisi unit pembangkit akibat pelaksanaan pemeliharaan, inspeksi dan
overhoul pada suatu periode tertentu.
Maintenace Outage Factor (MOF): adalah rasio dari jumlah jam unit pembangkit keluar
terencana (Maintenace outage) terhadap jumlah jam dalam satu periode. Besaran ini
menunjukkan prosentase kondisi unit pembangkit akibat pelaksanaan perbaikan, pada
suatu periode tertentu.
Scheduled Outage Factor (SOF): adalah rasio dari jumlah jam unit pembangkit keluar
terencana (planned outage dan maintenance outage) terhadap jumlah jam dalam satu
periode. Besaran ini menunjukkan prosentase kondisi unit pembangkit akibat pelaksanaan
pemeliharaan, inspeksi dan overhoul pada suatu periode tertentu.
Unit Derating Factor (UDF): adalah rasio dari jumlah jam ekivalem unit pembangkit
mengalami derating terhadap jumlah jam dalam satu periode. Besaran ini menunjukkan
prosentase kondisi unit pembangkit akibat derating, pada suatu periode tertentu.
Reserve Shutdown Factor (RSF): adalah rasio dari jumlah jam unit pembangkit keluar
reserve shutdown (RSH) terhadap jumlah jam dalam satu periode. Besaran ini
menunjukkan prosentase unit pembangkit reserve shutdown, pada suatu periode tertentu.
Forced Outage Factor (FOF): adalah rasio dari jumlah jam unit pembangkit keluar paksa
(FOH) terhadap jumlah jam dalam satu periode. Besaran ini menunjukkan prosentase
kondisi unit pembangkit akibat
Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal
50
Forced Outage Rate (FOR): adalah jumlah jam unit pembangkit dikeluarkan dari sistem
(keluar paksa) dibagi jumlah jam unit pembangkit dikeluarkan dari sistem ditambah jumlah
jam unit pembangkit beroperasi, yang dinyatakan dalam prosen.
Forced Outage Rate demand (FORd): adalah (f x FOH) dibagi [(f x FOH)+SH]. Besaran
ini menunjukkan tingkat gangguan outage tiap periode operasi yang diharapkan.
Equivalent Forced Outage Rate (EFOR): adalah Forced Outage Rate yang telah
memperhitungkan dampak dari derating pembangkit.
Net Capacity Factor (NCF): adalah rasio antara total produksi netto dengan daya mampu
netto unit pembangkit dikali dengan jam periode tertentu (umumnya periode 1 tahun, 8760
atau 8784 jam).
Net Output Factor (NOF): adalah rasio antara total produksi netto dengan daya mampu
netto unit pembangkit dikali dengan jumlah jam unit pembangkit beroperasi.
Plant Factor (PF): adalah rasio antara total produksi netto dengan perkalian antara DMN
dan jumlah jam unit pembangkit siap dikurangi jumlah jam ekivalen unit pembangkit
derating akibat forced derating, maintenance derating, planned derating, dan derating
karena cuaca/musim.
7.2.
Service Hours (SH): adalah jumlah jam operasi unit pembangkit tersambung ke jaringan
transmisi, baik pada kondisi operasi normal maupun kondisi derating.
Available Hours (AH): adalah jumlah jam unit pembangkit siap dioperasikan yaitu Service
Hours ditambah Reserve Shutdown Hours.
Planned Outage Hours (POH): adalah jumlah jam unit tidak dapat beroperasi sebagai
akibat dari Planned Outage untuk pelaksanaan pemeliharaan, inspeksi dan overhaul, yang
telah dijadwalkan jauh hari sebelumnya (misal: overhaul boiler, overhaul turbin) +
Scheduled Outage Extensions (SE) dari Planned Outages (PO).
Unplanned Outage Hours (UOH): adalah jumlah jam yang dialami selama Unplanned
Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal
51
(Forced) Outages U1, U2, U3) + Startup Failures (SF) + Maintenance Outages (MO) +
Scheduled Outage Extensions (SE) dari Maintenance Outages (MO).
Forced Outage Hours (FOH): adalah jumlah jam unit keluar paksa sebagai akibat dari
gangguan Unplanned (Forced) Outages (U1, U2, U3) + Startup Failures (SF).
Maintenance Outage Hours (MOH): adalah jumlah jam unit tidak dapat beroperasi
sebagai akibat dari keluar pemeliharaan karena Maintenance Outages (MO) + Scheduled
Outage Extensions (SE) dari Maintenance Outages (MO).
Unavailable Hours (UH): adalah jumlah jam dari semua Planned Outage Hours (POH) +
Unplanned (Forced) Outage Hours (FOH) + Maintenance Outage Hours (MOH).
Scheduled Outage Hours (SOH): adalah jumlah jam unit tidak dapat beroperasi sebagai
akibat dari keluar terencana baik Planned Outage maupun Maintenance Outage +
Scheduled Outage Extensions (SE) dari Maintenance Outages (MO) dan Planned
Outages(PO).
Reserve Shutdown Hours (RSH): adalah jumlah jam unit tidak beroperasi karena tidak
dibutuhkan oleh sistem (pertimbangan ekonomi).
Synchronous Hours (Syn.H): adalah jumlah jam unit dalam kondisi kondensasi.
Period Hours (PH): adalah total jumlah jam dalam suatu periode tertentu yang sedang
diamati selama unit dalam status Aktif.
Unit Derating Hours (UDH): adalah jumlah jam unit mengalami derating.
Equivalent Seasonal Derated Hours (ESEDH): adalah perkalian antara MW derating unit
pembangkit akibat pengaruh cuaca/musim dengan jumlah jam unit pembangkit siap dibagi
dengan DMN.
Equivalent Forced Derated Hours (EFDH): adalah perkalian antara jumlah jam unit
pembangkit derating secara paksa (forced derating: D1, D2, D3) dengan besar penurunan
derating dibagi DMN. Setiap kejadian Forced Derating (D1, D2, D3) dikonversi menjadi jam
ekivalen full outage, yang diperoleh dengan cara mengalikan durasi derating aktual (jam)
dengan besar derating (MW) dan membagi perkalian tersebut dengan DMN pembangkit
(MW). Semua jam ekivalen ini kemudian dapat dijumlahkan.
Equivalent Planned Derated Hours (EPDH): adalah perkalian antara jumlah jam unit
pembangkit derating terencana (Planned Derating) termasuk Extension (DE) dan besar
penurunan derating dibagi dengan DMN. Setiap kejadian derating terencana (PD dan DE)
Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal
52
dikonversi menjadi jam ekivalen full outage, yang diperoleh dengan cara mengalikan durasi
derating aktual (jam) dengan besar derating (MW) dan membagi perkalian tersebut dengan
DMN pembangkit (MW). Semua jam ekivalen ini kemudian dapat dijumlahkan.
CATATAN: Termasuk Planned Deratings (PD) selama Reserve Shutdowns (RS).
Equivalent Unplanned Derated Hours (EUDH): adalah perkalian antara jumlah jam unit
pembangkit derating tidak terencana (D1, D2, D3, D4, DE) dan besar penurunan derating
dibagi dengan DMN. Setiap kejadian Forced Derating (D1, D2, D3) dikonversi menjadi jam
ekivalen full outage, yang diperoleh dengan cara mengalikan durasi derating aktual (jam)
dengan besar derating (MW) dan membagi perkalian tersebut dengan DMN pembangkit
(MW). Semua jam ekivalen ini kemudian dapat dijumlahkan.
7.3.
53
54
Availability factor
[ AF ]
Equivalent Availability
Factor [ EAF ]
Service Factor
[ SF ]
Maintenance Outage
Factor [ MOF ]
10
AH
100%
PH
POH
100%
PH
MOH
100%
PH
RSH
100%
PH
EPDH EUDH
100%
PH
POH MOH
100%
PH
SH
100%
PH
FOH
100%
PH
FOH
100%
FOH SH Synchronou sHours
55
11
12
13
14
15
16
Plant Factor
[ PF ]
f FOH
100%
( f FOH ) SH
FOH EFDH
100%
FOH SH Synchr .Hrs. EFDHRS
( f FOH ) ( fp EFDH )
100%
( f FOH ) SH
dimana:
fp = (SH/AH)
f = (1/r + 1/T) / (1/r + 1/T + 1/D)
r = Durasi FO rata-rata = [FOH / jumlah kejadian
FO]
D = jam operasi rata-rata = [SH / jumlah start
aktual]
T = RSH rata-rata = [RSH / jumlah start yang
dilakukan, baik berhasil maupun gagal]
Pr oduksi Netto
Pr oduksi Netto
PH DMN
SH DMN
100%
100%
Pr oduksi Netto
56
Availability factor
[ AF ]
Service Factor
[ SF ]
10
11
AH
100%
PH
POH
100%
PH
MOH
100%
PH
RSH
100%
PH
( EPDH EUDH )
100%
PH
( POH MOH )
100%
PH
SH
100%
PH
FOH
100%
PH
FOH
100%
( FOH SH Synchr .Hours )
( f FOH )
100%
(( f FOH ) SH )
57
12
13
( FOH EFDH )
100%
( FOH SH Synchr .Hrs. EFDHRS)
(( f FOH ) ( fp EFDH ))
100%
(( f FOH ) SH )
dimana:
fp = (SH/AH)
f = (1/r + 1/T) / (1/r + 1/T + 1/D)
14
15
16
Plant Factor
[ PF ]
Pr oduksi Netto
Pr oduksi Netto
( PH DMN )
( SH DMN )
100%
100%
Pr oduksi Netto
58