Anda di halaman 1dari 1

Model tektonik lempeng Indonesia dalam satu pola konvergen telah dibuat oleh Ham

ilton (1970) dan Katili (1971). Sistem busur subduksi Sumatera dibentuk oleh pen
yusupan lempeng samudra di bawah lempeng benua. Lempeng benua tebal dan tua ini
meliputi busur volkanik berumur Perm, Kapur dan Tersier (Katili, 1973). Sedimen
elastis sangat tebal menyusup di subduksi Sumatera (Hamilton, 1973) dan sedime
n yang tebal didorong ke atas membentuk rangkaian kepulauan. Batuan magmatik yan
g dibentuk di atas zona Benioff selalu mempunyai karakter asam dan menengah.
Sistem subduksi Jawa dibentuk oleh subduksi lempeng samudra di bawah lempeng ben
ua. Lempeng ini tipis dan berumur muda, serta seluruhnya hampir terdiri dari bat
uan volkano-plutonik berumur Tersier (Katili, 1973). Beberapa ignimbrit dijumpai
di Jawa. Batuan magmatik kebanyakan menengah. Lempeng samudra di selatan subduk
si tertutup sedimen pelagis dengan ketebalan 200 m (Hamilton, 1973).
Sistem subduksi Timor menunjukkan karakter yang berbeda. Dua fase yang berbeda d
apat dirincikan dalam perkembangan busur Banda. Pada tahap awal, lempeng samudr
a India-Australia disusupkan dibawah lempeng samudra Banda. Tahap berikutnya dii
kuti oleh subduksi lempeng benua Australia ke zona subduksi busur Banda, sebagai
akibat gerakan menerus lempeng Australia ke utara. Hasil dari penurunan zona su
bduksi aktif ini adalah tidakadanya gunungapi aktif di pulau Alor, Wetar dan Rom
ang. Jika asumsi ini benar, maka perlu dicari material mantel (ofiolit) di endap
an tua Timor, serta sedimen darat di endapan-endapan Plio-Plistosen
Batuan magmatis yang dibentuk di atas zona Benioff Timor cenderung menengah dan
basa. Lempeng di sini tipis dan muda dan diapit oleh lempeng benua. Ketebalan se
dimen di zona subduksi Timor saat ini sekitar 8000 kaki, dengan kondisi yang rel
atif terganggu oleh sesar tensional yang dapat diamati.
Busur Sumatera, Jawa dan Banda menunjukkan perbedaan yang disebabkan oleh elemen
-elemen lempengnya. Lempeng yang tua dan tebal akan membentuk rangkaian pulau-pu
lau besar dengan sifat gunungapi asam sampai menengah, sedang lempeng yang muda
dan tipis akan membentuk pulau-pulau kecil dengan sifat gunungapi menengah sampa
i basa.
Dalam zona subduksi Tersier di Kalimantan barat-laut jarang ditemukan elemen-ele
men eugeosinklin seperti ofiolit, rijang, lempung merah. Flish berumur Kapur Ata
s Eosen Atas yang berkembang sedikit atau tidak mengandung rijang dan ofiolit,
sehingga menunjukkan adanya subduksi sangat miring (Haile, 1972).
Zona subduksi kapur di Jawa Tengah yang menerus ke Pegunungan Meratus di Kaliman
tan menunjukkan karakteristik dari batuan bancuh tipe Fransiscan (Sukendar, 1974
) dan bentuknya yang mengarah ke subduksi Lempeng Samudra India-Australia,
Busur luar non-volkanik Indonesia ditafsirkan sebagai zona subduksi Tersier (Ham
ilton, 1970; Katili, 1973), dengan berbagai jenis petro-tektonik yang dapat dib
edakan. Pulau-pulau di pantai barat Sumatera ditandai oleh flish tebal dengan se
dikit ofiolit.
Di pulau Timor, Seram, Buru dan Buton, sejumlah besar material sedimen klastik d
itemukan. Sedimen Plio-Pleistosen hampir seluruhnya mempunyai karakter sedimen d
an sedikit ofiolit.
Zona Subduksi Tersier dari Sulawesi Timur menunjukkan bahwa lapisan tipis sedime
n pelagis mengisi palung. Hal yang sama terjadi di sekitar Halmahera dan pulau k
ecil disekitarnya
http://mineritysriwijaya.blogspot.co.id/2012/01/pembaruan-model-tektonik-indones
ia.html

Anda mungkin juga menyukai