Dasar Teori :
Peraturan Presiden adalah Peraturan Perundang-undangan yang dibuat oleh Presiden.
Ketentuan tersebut mirip dengan Peraturan Pemerintah. Namun keduanya berbeda pada
proses pembentukannya. Peraturan Pemerintah tidak dibuat dan disusun atas inisiatif dan
prakarsa Presiden sendiri melainkan untuk melaksanakan perintah Undang-Undang.
Peraturan Presiden yang dibuat oleh Presiden mengandung dua makna. Pertama,
Peraturan Presiden dibuat oleh Presiden atas inisiatif dan prakarsa sendiri untuk
melaksanakan Undang-Undang sehingga kedudukannya sederajat dengan Peraturan
Pemerintah. Kedua, maksud pembuatan Peraturan Presiden ditujukan untuk mengatur
materi muatan yang diperintahkan oleh Peraturan Pemerintah sehingga kedudukannya
menjadi jelas berada di bawah Peraturan Pemerintah.
B. Penjelasan Perpres no 54/2010 :
Peraturan Presiden pengganti Keppres 80 Tahun 2003 telah ditandatangani oleh Presiden
pada tanggal 6 Agustus 2010. Peraturan Presiden tersebut tertuang dalam Peraturan
Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Menurut
pasal 136 Perpres 54 Tahun 2010, Peraturan Presiden ini berlaku sejak tanggal ditetapkan
yaitu tanggal 6 Agustus 2010. Akan tetapi dalam ketentuan peralihannya diatur bahwa
ULP (Unit Layanan Pengadaan) wajib dibentuk paling lambat pada tahun Anggaran
2014, selain itu adanya kewajiban melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa secara
elektronik untuk sebagian/seluruh paket-paket pekerjaan pada Tahun Anggaran 2012.
1. Pengadaan Barang/Jasa yang dilaksanakan sebelum tanggal 1 Januari 2011 tetap
dapat berpedoman pada Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman
Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2007.
2. Pengadaan Barang/Jasa yang sedang dilaksanakan berdasarkan Keputusan Presiden
Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan
Presiden Nomor 95 Tahun 2007, dilanjutkan dengan tetap berpedoman pada
Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2007.
3. Perjanjian/Kontrak yang telah ditandatangani berdasarkan Keputusan Presiden
Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan
Latar belakang keluarnya Perpres 35 Tahun 2011 ini adalah tuntutan dari 2 orang pemilik
Bank Century (Hesham Al Waraq dan Rafat Ali Rizvi) kepada pemerintah Indonesia yang
dilakukan di pengadilan Internasional. Seperti diketahui bersama, keduanya telah
melarikan diri dari Indonesia setelah dinyatakan Buron dan telah ditetapkan bersalah
dalam pengadilan in absentia di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dan diganjar dengan
hukuman penjara 15 tahun penjara dan ganti rugi Rp3,115 triliun.Namun, bukannya
mengikuti putusan tersebut, keduanya malah menuntut balik pemerintah Indonesia
sebesar RP4 trilliun rupiah di Pengadilan Internasional. Untuk menghadapi tuntutan
hukum inilah dan tuntutan sejenis yang dapat dilakukan oleh orang lain di masa akan
datang maka pemerintah Indonesia membutuhkan konsultan hukum/advokad atau arbiter
yang memiliki ijin beracara atau melaksanakan kegiatan hukum di wilayah Internasional.
maka PPK dapat dijabat oleh PA/KPA, meskipun PA/KPA tersebut belum memiliki
sertifikat keahlian pengadaan barang dan jasa.
Dalam Perpres Nomor 70 Tahun 2012 pokok-pokok perubahan yang diatur tersebut pada
prinsipnya meliputi:
1.
yang akan menilai kinerja seluruh penyedia berbasis elektronik, sehingga dokumen
kualifikasi tidak perlukan lagi dalam pengadaan barang/jasa.
Adapula beberapa hal dalam Perpres Nomor 4 Tahun 2015 yang baru ini adalah :
1. Yang melakukan proses pemilihan penyedia dalam Pengadaan Langsung, Penunjukan
Langsung, dan E-Purchasing dalah Pejabat Pengadaan
2. Penyedia dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa, dipersyaratkan antara lain
memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan telah memenuhi kewajiban
perpajakan tahun terakhir
3. Persyaratan pemenuhan kewajiban perpajakan tahun terakhir dikecualikan untuk
Pengadaan Langsung dengan menggunakan bukti pembelian atau kuitansi.
4. Pengumuman Rencana Umum Pengadaan oleh Pengguna Anggaran dilakukan setelah
Rancangan Peraturan Daerah setelah disetujui bersama oleh Pemerintah Daerah dan
DPRD
5. Tanda bukti perjanjian terdiri atas : Bukti pembelian; kuitansi; Surat Perintah Kerja;
Surat Perjanjian; dan Surat Pesanan
6. Bukti perjanjian untuk Pengadaan Barang/Jasa melalui E-Purchasing dan pembelian
secara online adalah Surat Pesanan
7. Jaminan Pelaksanaan sudah tidak diperlukan untuk Pengadaan Langsung, Penunjukan
Langsung Darurat, Sayembara dan Pengadaan E-Purchasing
8. Untuk Pengadaan Barang/Jasa tertentu, Kelompok Kerja ULP dapat mengumumkan
pelaksanaan pemilihan Penyedia Barang/Jasa secara luas kepada masyarakat sebelum
RUP diumumkan
9. Dalam hal proses pemilihan Penyedia Barang/Jasa dilaksanakan mendahului
pengesahan DIPA/DPA dan alokasi anggaran dalam DIPA/DPA tidak disetujui atau
ditetapkan kurang dari nilai Pengadaan Barang/Jasa yang diadakan, proses pemilihan
Penyedia Barang/Jasa dilanjutkan ke tahap penandatanganan kontrak setelah
dilakukan revisi DIPA/DPA atau proses pemilihan Penyedia Barang/Jasa dibatalkan.
Dimana Para pihak menandatangani Kontrak setelah Penyedia Barang/Jasa
menyerahkan Jaminan Pelaksanaan.
10. Pembayaran untuk pekerjaan konstruksi, dilakukan senilai pekerjaan yang telah
terpasang.
11. Penjelasan tentang Keadaan Kahar dalam Kontrak Pengadaan Barang/Jasa antara lain
namun tidak terbatas pada: bencana alam, bencana non alam, bencana sosial,