Anda di halaman 1dari 15

GENERASI MUDA DALAM PERGERAKAN

PELESARIAN NKRI
TUGAS MATA KULIAH KEWARGANEGARAAN

Disusun Oleh :
Adhisti Ndaru Meidini

(H0713005)

Akmilia Ristina Wiradita

(H0713016)

Andini Fazahiyah

(H0713020)

Arsy Yulifa Hapsari

(H0713032)

Cludya Citra Dian I

(H0713039)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2013

BAB I
PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang
Wilayah perbatasan yang meliputi wilayah daratan dan perairan merupakan
manifestasi kedaulatan suatu negara. Letak strategis wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) yang berada diantara dua benua yaitu benua Australia
dan benua Asia serta diapit oleh dua samudera yaitu samudera Hindia dan Samudera
Pasifik merupakan kawasan potensial bagi jalur lalu-lintas antar negara. Disamping
itu Indonesia merupakan negara kepulauan (Archipelagic States) yaitu suatu negara
yang terdiri dari sekumpulan pulau-pulau, perairan yang saling bersambung
(Interconnecting Waters) dengan karakteristik alamiah lainnya dalam pertalian yang
erat sehingga membentuk satu kesatuan.
Pemuda Indonesia diharapkan mengambil peran kepeloporan untuk
mengembangkan sains dan teknologi serta industri kemaritiman yang hingga saat ini
masih jauh dari ideal. Pengembangan ke arah tersebut kerapkali terkendala oleh
perpspektif keliru dalam memandang karakteristik yang muncul dari kemaritiman
Indonesia. Contohnya, laut dan sungai kerapkali dilihat sebagai penghalang yang
harus diatasi, padahal laut dan sungai merupakan penghubung dan pemersatu antar
pulau. Perspektif keliru inilah yang pertama harus dipecahkan oleh pemuda
Indonesia karena telah banyak dianut oleh para pengambil kebijakan di republik ini.
1. 2. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini berdasarkan permasalahan di
atas adalah sebagai berikut.

Mengetahui kondisi wilayah perbatasan Negara Kesatuan Republik Indonesia


Mengetahui kendala dalam menjaga keutuhan wilayah perbatasan NKRI
Mengetahui makna keutuhan bangsa dan NKRI
Mengetahui peran arsip dalam mengawal keutuhan wilayah NKRI
Mengetahui peran serta pemuda dalam menjaga keutuhan NKRI

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Kondisi Wilayah Perbatasan Negara Kesatuan Republik Indonesia
Indonesia yang terletak di benua Asia bagian Tenggara (Asia Tenggara) pada
koordinat 6LU - 1108'LS dan dari 95'BB - 14145'BT, melintang di antara benua
Asia

dan Australia/Oseani serta antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia

(terbentang sepanjang 3.977 mil). Karena letaknya yang berada di antara dua benua,
dan dua samudra, ia disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara).
Sebagai negara kepulauan Indoneia memiliki 17.505 pulau yang tersebar
diseluruh wilayah Indonesia dengan perbandingan luas daratan dan perairan yaitu
1:3. Dengan jumlah pulau yang banyak ternyata menimbulkan berbagai pemasalahan
seperti kaburnya batas-batas wilayah negara (sengketa pulau sipadan-ligitan,
sengketa blok Ambalat), penyelundupan barang dan jasa, pembalakan liar (Illegal
Logging), Perdagangan manusia (Traffic King), Terorisme, maraknya kejahatan trans
nasional (Transnational Crimes) serta eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam.
Selain permasalahan diatas masih terdapat kekurangsigapan Pemerintah RI dalam
menjaga integritas wilayah kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
indikasinya adalah terhadap +/- 17.505 pulau yang dipublikasikan selama ini belum
didukung oleh data secara resmi mengenai nama dan posisi geografisnya. Terlebih,
informasi tentang data pulau-pulau hingga saat ini berbeda-beda antara satu lembaga
dengan lembaga lainnya. LIPI menyebutkan ada 6.127 nama pulau pada tahun 1972,
Pussurta (Pusat Survey dan Data) ABRI mencatat 5.707 nama pulau pada tahun
1987, dan pada tahun 1992, Bakosurtanal menerbitkan Gazetteer nama-nama Pulau
dan Kepulauan Indonesia sebanyak 6.489 pulau yang bernama. Perbedaan data
tersebut mencerminkan bahwa Indonesia masih lemah dalam pengelolaan wilayah
lautnya, karena dari 17.508 pulau yang diklaim Indonesia hanya beberapa persen
saja yang sudah memiliki nama.
Sebagai negara berdaulat, Indonesia harus segera mendepositkan data-data
pulau yang dimiliki sebagai bukti atau arsip negara. Hal ini penting mengingat
bahwa, pulau-pulau yang telah didepositkan akan menjadi salah satu acuan atau
landasan Indonesia dalam menyelesaikan sengketa perbatasan.
Luas daratan Indonesia adalah 1.922.570 km dan luas perairannya 3.257.483
km. Pulau terpadat penduduknya adalah pulau Jawa, dimana setengah populasi
Indonesia hidup. Indonesia terdiri dari 5 pulau besar, yaitu: Jawa dengan luas

132.107 km, Sumatra dengan luas 473.606 km, Kalimantan dengan luas 539.460
km, Sulawesi dengan luas 189.216

km, dan Papua dengan luas 421.981 km.

Batas wilayah Indonesia searah penjuru mata angin, yaitu:


Utara: Negara Malaysia, Singapura, Filipina, dan Laut China Selatan
Selatan: Negara Australia, Timor Leste, dan Samudera Hindia
Barat: Samudera Hindia
Timur: Negara Papua Nugini, Timor Leste, dan Samudera Pasifik

2.2. Kendala Dalam Menjaga Keutuhan Wilayah Perbatasan NKRI


Wilayah perbatasan suatu negara yang meliputi wilayah daratan dan perairan
merupakan kawasan tertentu yang mempunyai dampak penting serta peran strategis
bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Wilayah tersebut memiliki keterkaitan
yang erat dengan kegiatan di wilayah negara lain yang berbatasan dengan Indonesia,
baik dalam lingkup nasional, regional (antar negara) maupun internasional.
Disamping itu wilayah perbatasan juga mempunyai dampak politis dan fungsi
pertahanan dan keamanan nasional. Oleh karena peran strategis tersebut, maka
penjagaan wilayah perbatasan Indoensia merupakan prioritas penting pembangunan
nasional untuk menjamin keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Akan tetapi dalam praktek dilapangan terdapat hambatan ataupun ancaman yang
seringkali merugikan bagi kepentingan bangsa Indonesia.
Permasalahan ini dapat dilihat dari tiga aspek yaitu:
1. Aspek Sosial Ekonomi
Wilayah

perbatasan

merupakan

daerah

yang

kurang

berkembang

(terbelakang) yang disebabkan oleh lokasi yang relatif terisolir/terpencil dengan


tingkat aksesibilitas yang rendah, rendahnya tingkat pendidikan dan kesehatan
masyarakat, rendahnya tingkat kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat daerah
perbatasan (banyaknya jumlah penduduk miskin dan desa tertinggal), langkanya
informasi tentang pemerintah dan pembangunan yang diterima oleh masyarakat di
daerah perbatasan (blank spots).
2. Aspek Pertahanan Keamanan
Kawasan perbatasan merupakan wilayah pembinaan yang luas dengan pola
penyebaran penduduk yang tidak merata. Sehingga, menyebabkan rentang kendali
pemerintahan sulit dilaksanakan, serta pengawasan dan pembinaan teritorial sulit
dilaksanakan dengan sinergis, mantap dan efisien.
3. Aspek Politik

Kehidupan sosial ekonomi masyarakat di kawasan perbatasan umumnya


dipengaruhi oleh kegiatan sosial ekonomi di negara tetangga. Kondisi tersebut
berpotensi untuk mengundang kerawanan di bidang politik. Apabila kehidupan
ekonomi masyarakat daerah perbatasan mempunyai ketergantungan kepada
perekonomian negara tetangga, maka selain dapat menimbulkan kerawanan di
bidang politik juga dapat menurunkan harkat dan martabat bangsa. Oleh sebab itu
kawasan perbatasan merupakan salah satu aset negara yang harus dijaga dan
dipertahankan dari segala bentuk ancaman dan tantangan baik yang datang dari
dalam maupun dari luar negeri.
Beberapa permasalahan yang menonjol di daerah perbatasan adalah sebagai
berikut:
1. Belum adanya kepastian secara lengkap garis batas laut maupun darat.
2. Kondisi masyarakat di wilayah perbatasan masih tertinggal, baik sumber daya
manusia, ekonomi maupun komunitasnya.
3. Beberapa pelanggaran hukum di wilayah perbatasan seperti penyelundupan kayu
/illegal

logging,

Illegal

fishing,

perdagangan

manusia

(Traffick

King),

penyelundupan narkoba dan lain-lain.


4. Pengelolahan perbatasan belum optimal, meliputi kelembagaan, kewenangan maupun
program.
5. Eksploitasi sumber daya alam secara ilegal, terutama hasil hutan dan kekayaan laut.
6. Lemahnya kualitas dan profesionalisme aparatur negara (stake holders) baik di pusat
maupun di daerah.
2.3. Makna Keutuhan Bangsa dan NKRI
Pertama adalah anasir dari luar yang digambarkan oleh Negara tetangga kita,
Malaysia. Anasir kedua adalah anasir yang muncul dari dalam NKRI sendiri. Anasir
itu ada yang sudah berujud gerakan yang secara terang-terangan berani melakukan
makar seperti Gerakan Aceh Merdeka, Republik Maluku Selatan dan Gerakan Papua
Merdeka, ada juga yang berupa kelompok kecil yang belum kelihatan. Kasus-kasus
pesengketaan antar warga atau antar instansi pemerintah patut juga diwaspadai.
Sekecil apapun sengketa atau perselisihan tersebut akan menggangu sendi-sendi
kerukunan dan persatuan bangsa jika tidak disikapi secara bijaksana. Memperhatikan
diskripsi dan pengalaman di atas terlihat bahwa pemahaman tentang keutuhan NKRI
mencakup makna keutuhan wilayah, meliputi seluruh pulau dengan segenap tanah,

air dan udara yang terbentang dari Sabang sampai Merauke, keutuhan khasanah
budaya meliputi adat istiadat, karya cipta dan hasil pemikiran Bangsa Indonesia dan
suku-suku di seluruh wilyah NKRI, keutuhan sumber daya alam (SDA), meliputi
seluruh kekayaan alam berupa barang tambang, flora dan fauna beserta seluruh
plasma nutfahnya, keutuhan penduduk atau sumber daya manusia (SDM), meliputi
keutuhan orangnya, statusnya, keselamatan bahkan kesejahteraannya. Menyadari
luasnya cakupan makna keutuhan NKRI maka menjadi berat dan luas pula tugas
menjaganya.

Penjagaan

atau

pembelaan

tidak

cukup

dilakukan

dengan

menyampaikan nota protes oleh pejabat negara atau demonstrasi oleh rakyat dan
mahasiswa, lebih penting dari itu adalah merenungkan apa penyebab kasus-kasus
ancaman

tersebut

terjadi,

untuk

kemudian

melakukan

langkah-langkah

pencegahannya. Sekurang-kurangnya ada dua penyebab mengapa ancaman terhadap


NKRI terjadi sebagaimana diskripsi peristiwa-peristiwa tersebut di atas:
1. Kurangnya kepedulian terhadap keutuhan NKRI
Salah satu pertimbangan Mahkamah Internasional dalam memutuskan
sengketa Pulau Sipadan dan Ligitan adalah soal kepedulian. Indonesia dinilai lalai
dalam megelola kedua pulau itu sejak tahun 1950. Sementara Malaysia dengan
berbagai trik berusaha mengelola kedua pulau itu. Diantaranya dengan membuka
penangkaran penyu dan membangun motel-motel bahkan mempromosikannya.
Mengomentari kekalahan tersebut Mantan Menteri Luar Negeri RI, Prof. Dr. Muladi
mengatakan lepasnya kedua pulau tersebut karena Deplu RI menganggap persoalan
tersebut sepele.
2. Lemahnya Budaya Sadar Arsip
Pengalaman

hilangnya

hasil

penelitian

Prof.

Muso

dari

UGM

mengindikasikan hal itu. Kemungkinan pertama penilitian itu tidak dicatat secara
tertib dan kemungkinan lainnya penelitian tersebut dicatat tetapi tidak diarsipkan
secara baik. Kejadian sengketa tanah antar Pemda Kebumen dan Pemda Cilacap juga
menunjukkan rendahnya kesadaran kearsipan kita. Andai kedua pemda tersebut
memiliki arsip-arsip topografi daerahnya masing-masing tentu sengketa itu tidak
perlu terjadi. Kalupun tetap terjadi maka penyelesaiannya tidak perlu memakan
waktu bertahun-tahun.
2.4. Peran Arsip dalam Mengawal Keutuhan Wilayah NKRI
Indonesia adalah negara besar dilihat dari jumlah penduduk maupun luas
wilayahnya dan jumlah pulaunya. Indonesia mempunyai penduduk lebih dari 210

juta jiwa dan mempunyai 17 ribu lebih pulau. Betapa sulitnya menjaga dan merawat
pulau sebanyak itu. Jangankan merawat memberi nama saja tidak mudah. Betapapun
berat tugas merawat dan menjaga Indonesia Raya itu Pemerintah dan segenap
komponen bangsa harus tetap berkomitmen untuk melaksanakannya demi keutuhan
NKRI.
Sebagai langkah awal perlu diadakan inventarisasi seluruh pulau. Pulau-pulau
yang belum bernama segera diusahakan untuk diberi nama. Selanjutnya diadakan
pendataan, identifikasi dan topografi terhadap masing-masing pulau sekaligus
penancapan batu prasasti atau papan nama yang beridentitas Indonesia. Beberapa
pulau yang berbatasan langsung dengan wilayah negara lain perlu dibangunkan
mercu suar. Seluruh kegiatan tersebut pasti menghasilkan arsip baik berupa tekstual
(arsip kertas) maupun nontektual seperti foto, denah, peta, film dan lain-lain. Arsiparsip inilah yang harus disimpan oleh lembaga-lembaga terkait seperti TNI, Dephan,
Depkumham, Depdagri dan lain-lain. Sementara demi keamanan dan keselamatan,
arsip-arsip tersebut juga harus disimpan di Arsip Nasional. Arsip inilah yang akan
kita wariskan kepada generasi mendatang sehingga mereka mempunyai bukti otentik
jika sewaktu-waktu wilayah NKRI dipersoalkan. Upaya ini perlu dibarengi dengan
patroli keamanan secara rutin oleh TNI untuk menjaga masuknya pihak lain secara
illegal. Pengakuan internasional atas wilayah berikut seluruh pulaunya juga penting.
Oleh karenanya perlu didaftarkan ke lembaga internasional yang berwenang.
Identifikasi dan topografi perlu dilakukan secara terencana dalam kurun
waktu tertentu untuk mengantisipasi perubahan wilayah karena proses alam.
Kegiatan ini juga sangat baik dilakukan oleh Pemda-pemda di Indonesia supaya
kasus Tanah Timbul Sungai Bodho di Kebumen tidak terjadi di daerah lain. Dulu
tanah timbul itu berupa delta yang terpisah dari wilayah Cilacap. Seiring waktu
karena proses alam antara delta sungai itu menyatu dengan daratan Cilacap sehingga
wajar Cilacap mengklaim sebagai wilayahnya. Padahal menurut peta yang dibuat
Belanda tahun 1931 Tanah Timbul tersebut wilayah Kebumen. Untung dokemen peta
tersebut disimpan oleh Kodam IV Diponegoro sehingga sengketa dapat diselesaikan
pada Februari 2002.
2.5. Peran serta Pemuda dalam Menjaga Keutuhan NKRI
Dalam kosakata bahasa Indonesia, pemuda juga dikenal dengan sebutan
generasi muda dan kaum muda yang memiliki terminologi beragam. Untuk
menyebut pemuda, digunakan istilah young human resources sebagai salah satu

sumber pembangunan. Mereka adalah generasi yang ditempatkan sebagai subjek


pemberdayaan yang memiliki kualifikasi efektif dengan kemampuan dan
keterampilan yang didukung penguasaan iptek untuk dapat maju dan berdiri dalam
keterlibatannya secara aktif bersama kekuatan efektif lainnya guna penyelesaian
masalah-masalah yang dihadapi bangsa. Meskipun tidak pula dipungkiri bahwa
pemuda sebagai objek pemberdayaan, yaitu mereka yang masih memerlukan
bantuan, dukungan dan pengembangan ke arah pertumbuhan potensi dan
kemampuan efektif ke tingkat yang optimal untuk dapat bersikap mandiri dan
melibatkan secara fungsional.
Dalam pendekatan ekosferis, generasi muda atau pemuda berada dalam status
yang sama dalam menghadapi dinamika kehidupan seperti halnya orang tua.
Generasi tua sebagai generasi yang berlalu (passsing generation) berkewajiban
membimbing generasi muda sebagai generasi penerus, mempersiapkan generasi
muda untuk memikul tanggung jawabnya yang semakin kompleks. Di pihak lain,
generasi muda yang penuh dinamika, berkewajiban mengisi akumulator generasi tua
yang makin melemah, di samping memetik buah pengalaman generasi tua. Dalam
hubungan ini, generasi tua tidak dapat mengklaim bahwa merekalah satu-satunya
penyelamat masyarakat dan negara.
Sebaliknya generasi muda tidak bisa melepaskan diri dari kewajiban untuk
memelihara dan membangun masyarakat dan negara. Pemuda memiliki peran yang
lebih berat karena merekalah yang akan hidup dan menikmati masa depan. Sejarah
memperlihatkan kiprah kaum muda selalu mengikuti setiap tapak-tapak penting
sejarah. Pemuda sering tampil sebagai kekuatan utama dalam proses modernisasi dan
perubahan. Dan biasanya pula pemuda jenis ini adalah para pemuda yang terdidik
yang mempunyai kelebihan dalam pemikiran ilmiah, selain semangat mudanya, sifat
kritisnya, kematangan logikanya dan kebersihan-nya dari noda orde masanya.
Angkatan 1908 mendapat inspirasi dari asiatic reveil (kebangkitan bangsabangsa Asia) akibat kemenangan Jepang terhadap Rusia pada tahun 1904-1905,
sehingga mulai tumbuh kesadaran sebagai bangsa. Melalui Sumpah Pemuda tanggal
28 Oktober 1928, para pemuda berikrar untuk mengakui satu bangsa Indonesia.
Angkatan 1945 menjadi angkatan yang mendorong lahirnya negara baru bernama
Indonesia melalui proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945. Angkatan 1966
melakukan

koreksi

terhadap

kepemimpinan

nasional

yang

dipicu

oleh

pemberontakan PKI. Angkatan 1966 juga dianggap sebagai penyelamat atas

keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Angkatan 1974 menjadi angkatan


yang mengoreksi kebijakan pemerintah Orde Baru hingga Angkatan 1998 sebagai
pendobrak otokrasi yang dilakukan oleh Presiden Soeharto. Lewat gerakan
Reformasi, kembali peran pemuda diharapkan muncul sebagai penyelamat krisis
bangsa.
Melihat peran pemuda tersebut, posisi pemuda sebagai salah satu elemen
bangsa adalah sangat urgen. Krisis ekonomi yang merembet ke krisis multidimensi
ini belum berakhir. Pemuda yang menjadi penggerak pada setiap zamannya, kembali
dituntut untuk tampil, meski tantangan yang dihadapi selalu berbeda.
2.5.1. Ketahanan Nasional dan Perlunya Pemuda Tampil
Ketahanan Nasional adalah suatu kondisi dinamis suatu bangsa yang terdiri
atas ketangguhan serta keuletan dan kemampuan untuk mengembangkan kekuatan
nasional dalam menghadapi segala macam dan bentuk ancaman, tantangan,
hambatan dan gangguan baik yang datang dari dalam maupun luar, secara langsung
maupun yang tidak langsung yang mengancam dan membahayakan integritas,
identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan dalam
mewujudkan tujuan perjuangan nasional. Bentuk-bentuk ancaman tersebut menurut
doktrin Hankamnas (catur dharma eka karma) adalah [1] ancaman di dalam negeri,
misalnya pemeberontakan dan subversi yang berasal atau terbentuk dari masyarakat
Indonesia. [2] ancaman dari luar negeri, seperti infiltrasi, subversi dan intervensi dari
kekuatan kolonialisme dan imperialisme serta invasi dari darat, udara dan laut oleh
musuh dari luar negeri.
Melihat berbagai tantangan tersebut, seluruh elemen bangsa seperti
pemerintah, masyarakat, generasi tua, wanita, pemuda dan sebagainya, memiliki
peranan vital di masing-masing bidangnya. Namun, pemuda yang memiliki batasan
produktif dalam berkarya, memiliki posisi yang penting. Dalam konstruksi pemuda,
posisi generasi muda lebih sebagai subjek dibanding sebagai obyek dan pada tingkat
tertentu berperan secara lebih aktif, produktif dalam membangun jati diri secara
bertanggung jawab dan efektif. Artinya, kalaupun masih banyak pemuda yang
berposisi sebagai obyek pembangunan, maka harus terjadi perubahan paradigma,
sehingga posisi mereka sebagai obyek bisa berubah dengan pemberdayaan diri dan
kesadaran berkarya.
Dengan demikian, pemuda tidak hanya memiliki tantangan terhadap dirinya
sendiri, yaitu melihat dirinya sebagai obyek pembangunan, tetapi tantangan luar

yang menghampiri seluruh bangsa. Kesadaran untuk menjadi subyek sangat perlu
dihayati bahwa solusi pengangguran dan berbagai problem pemuda lainnya, bisa
diselesaikan oleh mereka sendiri. Kemampuan menyelesaikan problem obyektif
yang ada diharapkan mampu mengantarkan pemuda untuk tampil menghadapi
tantangan yang lebih luas lagi.
2.5.2. Sikap Pemuda terhadap Persoalan Bangsa
Potensi yang dimiliki oleh generasi muda diharapkan mampu meningkatkan
peran dan memberikan kontribusi dalam mengatasi persoalan bangsa. Persoalan
bangsa, bahkan menuju pada makin memudarnya atau tereliminasinya jiwa dan
semangat bangsa, sebagaimana yang dimaksudkan Socrates sebagai discovery of the
soul . Berbagai gejala sosial dengan mudah dapat dilihat, mulai dari rapuhnya sendisendi kehidupan masyarakat, rendahnya sensitivitas sosial, memudarnya etika,
lemahnya penghargaan nilai-nilai kemanusiaan, kedudukan dan jabatan bukan lagi
sebagai amanah penederitaan rakyat, tak ada lagi jaminan rasa aman, mahalnya
menegakan keadilan dan masih banyak lagi problem sosial yang kita harus
selesaikan.
Hal ini harus menjadi catatan agar pemuda lebih memiliki daya sensitivitas,
karena bangsa ini sesungguhnya sedang menghadapi problem multidimensi yang
serius, dan harus dituntaskan secara simultan tidak fragmentasi. Oleh karena itu,
rekonstruksi nilai-nilai dasar bangsa ke depan perlu bberapa langkah strategis dalam
mengatasi persoalan bangsa ; pertama, komitmen untuk meningkatkan kemandirian
dan martabat bangsa. Kemandirian dan martabat bangsa Indonesia di mata dunia
adalah terpompanya harga diri bangsa. Seluruh aktivitas pembangunan sejauh
mungkin dijalankan berdasar kemampuan sendiri, misalnya dengan menegakkan
semangat berdikari.
Kedua, harmonisasi kehidupan sosial dan meningkatkan ekspektasi
masyarakat sehingga berkembang mutual social trust yang berawal dari komitmen
seluruh komponen bangsa. Pelaksanaan hukum, sebagai benteng formal untuk
mengatasi korupsi, tidak boleh dipaksa tunduk pada kemauan pribadi pucuk
pimpinan negara. Ketiga, penyelenggara negara dan segenap elemen bangsa harus
terjalin dalam satu kesatuan jiwa Kata kucinya adalah segera terwujudnya sistem
kepemimpinan nasional yang kuat dan berwibawa di mata rakyat yang memiliki
integritas tinggi (terpercaya, jujur dan adil), adanya kejelasan visi (ke depan)
pemimpin yang jelas dan implementatif, pemimpin yang mampu memberi inspirasi
(inspiring) dan mengarahkan (directing) semangat rakyat secara kolektif, memiliki

semangat jihad, komunikatif terhadap rakyat, mampu membangkitkan semangat


solidaritas (solidarity maker) atau conflict resolutor.
Dan untuk pemuda, mereka harus mempu memperjuangkan sistem nilai-nilai
yang merepresentasikan aspirasi, sensitivitas dan integritas para generasi muda
terhadap gejala ketidakadilan yang terjadi di masyarakat.

2.5.3. Strategi Pemuda dalam Memperkuat Ketahanan Nasional


Strategi yang perlu dilakukan untuk mewujudkan pemuda Indonesia yang
berwawasan kebangsaan, cerdas, terampil, kreatif, memiliki daya saing dan
berakhlak mulia adalah:
1. Pemberdayaan generasi muda yang dilaksanakan harus terencana, menyeluruh,
terpadu, terarah, bertahap dan berlanjut untuk memacu tumbuh kembangnya
wawasan generasi muda dalam mewujudkan kehidupan yang sejajar dengan generasi
muda bangsa-bangsa lain. Usaha pengembangan ini merupakan pemerataan serta
perluasan dari tahap sebelumnya dan merupakan rangkaian yang berkelanjutan.
2. Pemberdayaan generasi muda merupakan program pembangunan yang bersifat lintas
bidang dan lintas sektoral, harus dikoordinasikan sedini mungkin dari perumusan
kebijaksanaan, perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan pengawasanserta
melibatkan peran serta masyarakat.
3. Menempatkan posisi generasi muda lebih sebagai subjek dibanding sebagai objek
dan pada tingkat tertentu diharapkan agar generasi muda dapat berperan secara lebih
aktif, produktif dalam membangun jati diri secara bertanggung jawab dan efektif.
Dalam pelaksanaan strtategi ini, perlu dirancang rumusan hak dan kewajiban
yang merupakan proses gradual semenjak kanak-kanak hingga mencapai usia
dewasa. Proses gradual ini secara sosiologis merupakan proses sosialisasi
(penanaman) nilai dan norma masyarakat sesuai dengan tahapan usianya. Proses ini
dapat dikelompokkan sesuai usia; 0-6 tahun, 6-18 tahun, 18-21 tahun dan 21-35
tahun. Kelompok 6-18 tahun harus mulai melakukan interaksi sosial dalam rangka
memperoleh keterampilan sosial sebagai bekal untuk menjadi orang dewasa
sehingga ketika mereka mencapai usia kelompok berikutnya (usia 21-35 tahun),
diharapkan mampu mencapai tingkat kematangan pemikiran sekaligus mampu
menerapkannya dalam lingkungannya.
Namun demikian, perlu sarana kondusif untuk mencapai puncak kematangan
sebuah generasi. Pemuda, dan masyarakat umumnya, memerlukan fasilitas untuk
mencapai kemandirian. Pertama, harus diciptakan iklim yang kondusif agar para
generasi muda dapat mengaktualisasikan segenap potensi, bakat, dan minat yang
dimilikinya. Dengan pernyataan ini maka berarti kita memiliki pandangan yang
positif dan optimis tentang para generasi muda, yaitu bahwa setiap generasi muda
memiliki potensi, bakat, dan minat masing-masing. Kedua, pemberdayaan generasi
muda membutuhkan suatu strategi kebudayaan, bukan strategi kekuasaan. Dengan

strategi kebudayaan berarti kita harus menempatkan generasi muda bukan lagi
sebagai obyek, melainkan sebagai subyek. Para generasi muda harus diberikan
otoritas untuk melakukan proses pembelajaran sendiri agar mereka menjadi lebih
berdaya dan diberdayakan. Ketiga, memberikan kesempatan dan kebebasan kepada
para generasi muda untuk mengorganisasikan dirinya secara bebas dan merdeka. Ini
dimaksudkan agar etos kompetisi tumbuh dan berkembang dengan baik.
Kecenderungan untuk menyeragamkan mereka dalam suatu wadah tunggal seperti
kebiasaan lama ternyata justru menumbuhkan semangat berkompetisi.

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pemuda memiliki potensi yang besar dalam menyelesaikan persoalan bangsa,
terutama persoalan yang menyangkut ketahanan nasional, meski tidak dimungkiri
bahwa persoalan dalam diri pemuda juga banyak. Yang terpenting adalah kesadaran
pemuda untuk mampu merubah dirinya dari obyek pembangunan menjadi subyek
pembangunan dan mampu tampil untuk mendukung ketahanan nasional bangsa ini.
Persoalan bangsa memang tidak dapat segera diselesaikan, tetapi setidaknya
dengan membangun kesadaran bagi pemuda, maka peroblem ketahanan nasional
memiliki harapan untuk makin diperkokoh.
Cara untuk menjaga keutuhan negara, antara lain:

bangga sebagai bangsa Indonesia,


menjaga persatuan dan kesatuan wilayah bangsa,
menjaga kekayaan budaya dan keragaman suku bangsa dengan saling menghormati

perbedaan,
menjaga kekayaan alam Indonesia sebagai warisan untuk digunakan generasi

bangsa di masa mendatang,


menghargai jasa-jasa pahlawan yang telah berjuang mempertahankan kemerdekaan
Indonesia.
3.2. Saran
Seorang pemuda mempunyai tugas untuk menjaga dan mempertahankan
keutuhan NKRI diperlukan kesadaran yang tinggi. Rasa cinta Tanah Air perlu
ditanamkan sejak dini oleh karena itu pendidikan kewarganegaraan sangat
dibutuhkan untuk membentuk karakter bangsa.

DAFTAR PUSTAKA
http://muhamadsudrajat.blogspot.com/2010_05_01_archive.html
http://sttmultimedia.multiply.com/journal/item/30/Peranan_Warga_Dalam_Mempert
ahankan_NKRI
http://rachmadrevanz.com/sikap-dan-perilaku-menjaga-kesatuan-negara-ri.html
http://blog.theosambuaga.com/2007/09/28/meneguhkan-ulang-komitmenkebangsaan-pemuda-demi-keutuhan-indonesia-dalam-percaturan-global-yangberubah-cepat/
http://rachmadrevanz.com/pentingnya-persatuan-dan-kesatuan-bangsaindonesia.html

Anda mungkin juga menyukai