11 - Undang-Undang No.38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan
11 - Undang-Undang No.38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan
Oleh :
Solihin Niar Ramadhan
Bima Rizki Nurahman
Trian Christiawan
110.110.110.195
110.110.110.237
110.110.110.244
Dosen :
Dr. Hj. Efa Laela Fakhriah, S.H., M.H.
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A.
menjalankan
keperawatan
dengan
dan
melaksanakan
mengunakan
ilmu
kegiatan
pengetahuan
praktek
dan
teori
paradigma.
perawat
Pekerjaan
vokasional digeser
Indonesia
perawat
menjadi
yang
pekerjaan
di
dari
Lokakarya
Nasional
itu
disepakati
bahwa
untuk
melakukan
perubahan
mendasar
dalam
kegiatan
belum
mencerminkan
praktik
berorientasi
pada
upaya
pemenuhan
2014
tentang
Keperawatan
tersebut
lebih
jasa pelayanan
pada
perawat, pasien
keperawatan memberian
dan sarana
kesehatan.
Kewajiban
proses
registrasi
perawat
sesuai
dengan
Kepmenkes Nomor 1239 Tahun 2001 adalah lisensi Surat Izin Perawat
(SIP), Surat Izin Kerja (SIK) dan Surat Izin Praktik Perawat (SIPP).
Sementara pengaturan tentang SIPP diatur secara terpisah sejak
dikeluarkannya Permenkes RI Nomor 148 Tahun 2010 tentang izin dan
Penyelenggaraan Praktik Perawat. Namun sejak keluarnya Permenkes RI
Nomor 161 Tahun 2010 tentang Registrasi Tenaga Kesehatan, acuan
dalam Kepmenkes RI Nomor 1239 tersebut dicabut, yang mana perawat
sudah tidak lagi mengunakan SIP lagi melainkan diganti dengan Surat
Tanda Registrasi (STR). Namun dalam pelaksanaannya banyak kasus
yang terjadi dalam hal pemenuhan hak dan kewajiban perawat ini tidak
berjalan dengan baik.
B. Identifikasi Masalah
1. Apakah dasar dibentuknya Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014
tentang Keperawatan ?
2. Apakah akibat hukum bagi Perawat dalam menjalankan profesinya
setelah
Undang-Undang
Nomor
Keperawatan disahkan?
BAB II
38
Tahun
2014
tentang
PEMBAHASAN
A.
asuhan
keperawatan
sesuai
lingkup
wewenang
dan
jasa
pelayanan
keperawatan. 10
Mempertahankan
dan
beberapa
alasan
mengapa
Undang-Undang
Praktik
kemutlakan
profesi,
kepentingan
bersama
berbagai
pihak
seimbang,
optimalisasi
profesi,
fleksibilitas,
efisiensi
dan
operasional.
Keputusan Menteri
Disisi
Kesehatan
lain
secara
teknis
telah
berlaku
No.1239/Menkes/SK/XI/2001
tentang
12 Ibid
(70,1%),
melakukan
pertolongan
persalinan(57,7%),
13 Ibid
14 Depkes & UI, 2005
hukum
terhadap
praktik tenaga
kesehatan termasuk
tahun
1983
yang
menetapkan
bahwa
keperawatan
berbagai
cara
telah
dilakukan
dalam
memajukan
profesi
Keperawatan.
Pada tahun 1989, PPNI sebagai organisasi perawat di Indonesia
mulai
memperjuangkan
terbentuknya
UU
Keperawatan.
Berbagai
10
masyarakat
akan
pentingnya
UU
Lembaga
Perwakilan
Rakyat,
sehingga
pembahasan-
keselamatan
penerima
dan
pemberi
pelayanan
Keperawatan.
17 Ibid
18 Redjeki, S, Etika keperawatan ditinjau dari segi hukum. Materi seminar
tidak diterbitkan. 2002.
11
C.
masalah
hukum
yang
paling
lazim
terjadi
dalam
keperawatan.
Akuntabilitas
mengandung
arti
dapat
12
konsumen
Peraturan menteri kesehatan No.159b/Men.Kes/II/1998 tentang
Rumah Sakit
Peraturan Menkes No.660/MenKes/SK/IX/1987 yang dilengkapi
surat
ederan
Direktur
Jendral
Pelayanan
Medik
dan
direvisi
No.1239/Menkes/SK/XI/2001
dengan
tentang
SK
registrasi
Kepmenkes
dan
praktik
perawat.
Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan.
Perlindungan hukum baik bagi pelaku dan penerima praktek
E.
13
Perawat adalah salah satu pekerjaan yang memiliki ciri atau sifat
yang sesuai dengan ciri-ciri profesi. Saat ini Indonesia sudah memiliki
pendidikan profesi keperawatan yang sesuai dengan undang-undang
sisdiknas, yaitu pendidikan keprofesian yang diberikan pada orang yang
telah memiliki jenjang S1 di bidang keperawatan, bahkan sudah ada
pendidikan spesialis keperawatan. Organisasi profesi keperawatan telah
memiliki standar profesi walaupun secara luas sosialisasi masih berjalan
lamban. Karena Tanggung jawab dapat dipandang dalam suatu kerangka
sistem hirarki, dimulai dati tingkat individu, tingkat institusi/profesional dan
tingkat sosial.23
Profesi perawat telah juga memiliki aturan tentang kewenangan
profesi, yang memiliki dua aspek, yaitu kewenangan material dan
kewenangan formil. Kewenagan material diperoleh sejak seseorang
memperoleh kompetensi dan kemudian ter-registrasi, yang disebut
sebagai Surat ijin perawat (SIP) dalam kepmenkes 1239. sedangkan
kewenangan formil adalah ijin yang memberikan kewenangan kepada
perawat (penerimanya) untuk melakukan praktek profesi perawat, yaitu
Surat Ijin Kerja (SIK) bila bekerja didalam suatu institusi dan Surat Ijin
Praktik Perawat (SIPP) bila bekerja secara perorangan atau kelompok. 24
Kewenangan profesi haruslah berkaitan dengan kompetensi
profesi, tidak boleh keluar dari kompetensi profesi. Kewenangan perawat
melakukan tindakan diluar kewenangan sebagaimana disebutkan dalam
pasal 20 Kepmenkes 1239 adalah bagian dari good samaritan law yang
memang diakui diseluruh dunia. Otonomi kerja perawat dimanifestasikan
ke dalam adanya organisasi profesi, etika profesi dan standar pelayanan
profesi.25 Oragnisasi profesi atau representatif dari masyrakat profesi
23 Tonia, Aiken, Legal, Ethical & Political Issues in Nursing, 2ndEd.
Philadelphia. FA Davis. 1994.
24 Ibid
25 Ibid
14
harus mampu melaksanakan self-regulating, self-goverming dan selfdisciplining, dalam rangka memberikan jaminan kepada masyarakat
bahwa perawat berpraktek adalah perawat yang telah kmpeten dan
memenuhi standar.
Etika profesi dibuat oleh organisasi profesi/masyrakat profesi, untuk
mengatur sikap dan tingkah laku para anggotanya, terutama berkaitan
dengan moralitas.26 Etika profesi perawat mendasarkan ketentuanketentuan didalamnya kepada etika umum dan sifat-sifat khusus moralitas
profesi perawat, seperti autonomy, beneficence, nonmalefience, justice,
truth telling, privacy, confidentiality, loyality, dan lalin-lain. Etika profesi
bertujuan mempertahankan keluhuran profesi umumnya dituliskan dalam
bentuk kode etik dan pelaksanaannya diawasi oleh sebuah majelis atau
dewan kehormatan etik.27
Tanggung jawab hukum pidana profesi perawat jelas merupakan
tanggung jawab perorangan atas perbuatan pelanggaran hukum pidana
yang dilakukannya. Jenis pidana yang mungkin dituntutkan kepada
perawat adalah pidana kelalaian yang mengakibatkan luka (pasal 360
KUHP),
atau
luka
berat
atau
mati
(pasal
359
KUHP), 28
yang
15
Pasal 3
Pengaturan Keperawatan bertujuan:
a. meningkatkan mutu Perawat;
b. meningkatkan mutu Pelayanan Keperawatan;
c. memberikan pelindungan dan kepastian hukum kepada Perawat
dan Klien; dan
d. meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
16
SIPP.
Mengenai Praktik Keperawatan diatur dalam pasal 28-35
Pasal 36
Perawat dalam melaksanakan Praktik Keperawatan berhak:
a. memperoleh pelindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas
sesuai dengan standar pelayanan, standar profesi, standar
prosedur operasional,
dan
ketentuan
Peraturan
Perundang-
undangan;
b. memperoleh informasi yang benar, jelas, dan jujur dari Klien
dan/atau keluarganya.
c. menerima imbalan jasa atas Pelayanan Keperawatan yang telah
diberikan;
d. menolak keinginan Klien atau pihak lain yang bertentangan dengan
kode etik, standar pelayanan, standar profesi, standar prosedur
operasional, atau ketentuan Peraturan Perundang-undangan; dan
e. memperoleh fasilitas kerja sesuai dengan standar.
Pasal 37
Perawat dalam melaksanakan Praktik Keperawatan berkewajiban:
17
dari
tenaga
Pasal 38
Dalam Praktik Keperawatan, Klien berhak:
a. mendapatkan informasi secara, benar, jelas, dan jujur tentang
tindakan Keperawatan yang akan dilakukan;
b. meminta pendapat Perawat lain dan/atau tenaga kesehatan
lainnya;
c. mendapatkan Pelayanan Keperawatan sesuai dengan kode etik,
standar Pelayanan Keperawatan, standar profesi, standar prosedur
operasional, dan ketentuan Peraturan Perundang-undangan;
d. memberi persetujuan atau penolakan tindakan Keperawatan yang
akan diterimanya; dan
e. memperoleh keterjagaan kerahasiaan kondisi kesehatannya.
Pasal 39
(1) Pengungkapan rahasia kesehatan Klien sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 38 huruf e dilakukan atas dasar:
a. kepentingan kesehatan Klien;
18
Pasal 58
(1) Setiap orang yang melanggar ketentuan Pasal 18 ayat (1), Pasal
21, Pasal 24 ayat (1), dan Pasal 27 ayat (1) dikenai sanksi
administratif.
(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
berupa:
a. teguran lisan;
b. peringatan tertulis;
c. denda administratif; dan/atau
d. pencabutan izin.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengenaan sanksi
administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan
Peraturan Pemerintah.
19
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Ada beberapa
alasan
mengapa
Keperawatan dibutuhkan.
Pertama, alasan filosofi.
Undang-Undang
Perawat
telah
Praktik
memberikan
pasal
kesehatan berhak
27
ayat
(1),
memperoleh
menyebutkan
perlindungan
bahwa tenaga
hukum
dalam
meningkat.
Akibat hukum bagi Perawat dalam menjalankan profesinya setelah
Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan
disahkan antara lain :
20
Pendidikan
Tinggi
Keperawatan
harus
teguran lisan;
peringatan tertulis;
denda administratif; dan/atau
pencabutan izin.
DAFTAR PUSTAKA
Brotowasisto.
1992.
Ketentuan-ketentuan
dalam
UU
kesehatan
21
1989. Nursing
Managemen.
System
Approacher
Edisi
2.