Anda di halaman 1dari 1

1.

Perhatian dunia saat ini tertuju pada masalah peningkatan jumlah populasi usia lanjut (lansia). Kelompok lansia di dunia bertambah
lebih cepat dibandingkan kelompok usia lainnya. Jumlah penduduk berusia 60 tahun ke atas secara global mencapai 600 juta dan
angka ini akan menjadi 2 kali lipat pada tahun 2025, dan pada tahun 2050 akan menjadi 2 milyar dan 80% di antaranya bermukim di

2.
3.

negara berkembang (Petersen dan Yamamoto, 2005).


Perubahan fisik (gasrointestinal), sosial, dan psikologi
Kehilangan tulang akibat penuaan turut mempengaruhi tulang alveolar, sehingga dapat menyebabkan kehilangan gigi dan kondisi

4.

edentulous
a. Meningkatkan pengetahuan kepada masyarakat terutama lanjut usia, tentang pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut, serta

5.

memenuhi kebutuhan status gizi agar mendapatkan kualitas hidup yang baik.
b.
Menambah pemahaman dan wawasan kepada peneliti dalam bidang yang berkaitan dengan ilmu kesehatan gigi masyarakat
Berdasarkan hasil penelitian sebesar 61,8% responden berada pada kelompok usia elderly (60-74 tahun). Hasil menunjukkan bahwa
pada usia tersebut lansia masih dapat bersosialisasi dengan baik di lingkungan sekitar. Hal ini juga sesuai dengan usia harapan hidup

6.

di Indonesia yaitu 72 tahun (Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, 2013).
Berdasarkan hasil penelitian sebagian besar responden (61,8%) memiliki status oral hygiene yang buruk. Hal ini menunjukkan bahwa
lansia di Panti Wreda Catur Nugraha masih memiliki kemampuan yang rendah dalam menjaga status oral hygiene. Responden dengan
nilai OHI-S buruk (61,8%) dan nilai OHI-S sedang (17.6%) menunjukkan bahwa responden masih kurang memperhatikan cara
menjaga oral hygiene yang baik dan benar. Hal ini sesuai dengan pendapat Zuluaga dkk. (2012), yang menyatakan bahwa banyak
sekali masalah terkait dengan kepedulian terhadap mulut khususnya untuk orang-orang tua yang susah bergerak, sehingga dapat

7.

berpengaruh terhadap status kesehatan mulutnya.


Berdasarkan hasil penelitian proporsi kehilangan gigi tertinggi berada pada kategori 1 (kehilangan >10 gigi) yaitu sebanyak 19 orang
(55,9%). Hal ini dapat disebabkan adanya penurunan mekanisme adaptasi dan potensi regenarasi jaringan, rahang, jaringan
penyangga gigi, mukosa rongga mulut, lidah, kelenjar saliva dan perubahan jaringan gigi akibat proses penuaan (Ratmini, 2011).
Kelompok orang berusia 65 tahun atau lebih tua, menunjukkan adanya kehilangan perlekatan dan tulang alveolar yang lebih berat

8.

dibandingkan orang yang lebih muda.


Berdasarkan hasil penelitian sebanyak 20 orang (58,8%) responden berada pada risiko gizi buruk. Hal ini dapat disebabkan adanya
perubahan pola makan yang dipengaruhi oleh faktor fisiologis/ fisik seperti berkurangnya kemampuan gigi dalam mengunyah
makanan, penurunan kemampuan mencium bau dan rasa makanan, serta faktor psikologis seperti merasa diri kesepian, depresi, dan
stres. Penurunan kemampuan membaui dan merasakan makanan seperti rasa asin, manis, pahit, asam, dan gurih menyebabkan

9.

kelompok lansia tidak dapat menikmati makanan dengan baik akibatnya asupan zat gizi berkurang.
Hasil penelitian pada 34 orang responden menunjukkan bahwa sebesar 79,4% responden berada pada oral health related quality of
life (OHRQoL) rendah-moderat, dan 20,6% lainnya memiliki oral health related quality of life (OHRQoL) tinggi. Hal ini
menunjukkan bahwa rendahnya persepsi responden terhadap status kesehatan mulutnya. Banyak masalah mulut yang dikeluhkan,
akan tetapi responden tidak menyadari penyebab permasalahan kesehatan oral dan giginya. penyakit kelainan mulut akibat perubahan
biologis seperti resesi gingival, hilangnya tulang alveolar akan memicu hilangnya gigi-geligi, sehingga dimensi oral health related
quality of life (OHRQoL) yaitu fungsi fisik semakin terpengaruh. Hal ini akan membuat lansia lebih lama merasakan pengalaman dari

10.

rasa sakit akibat penyakit mulut dan akan lebih mempersepsikan kualitas hidupnya rendah.
Status oral hygiene memiliki peran penting sebagai faktor kontribusi untuk oral health related quality of life (OHRQoL). Penyakit
mulut dan kerusakan gigi banyak yang berasal dari oral hygiene yang buruk dan dapat mempengaruhi kenyamanan fungsi fisik. Plak
yang tidak dibersihkan serta terakumulasi akan mengeras kemudian menjadi kalkulus. Keadaan seperti ini dapat menjadi pintu masuk
bagi mikroorganisme menuju jaringan periodontal. Deebris>Pengasaman>demineralisasi> karies. Kondisi mulut yang tidak baik

11.

akibat rendahnya oral hygiene, apabila terus berlanjut dapat mempengaruhi oral helath related quality of life (OHRQoL).
Diet, nutrisi, interaksi sosial, tidur, harga diri, dan berbicara dipengaruhi oleh hilangnya gigi, dapat mengurangi kualitas hidup
individu. Kehilangan gigi juga dapat menyebabkan penurunan kepercayaan diri dan perubahan citra diri. kehilangan gigi dengan
jumlah yang cukup banyak tidak hanya mempengaruhi mastikasi, namun juga mempengaruhi komunikasi. Komunikasi dengan mulut
dilakukan secara verbal (dengan kata-kata). Bentuk mulut, jumlah gigi serta susunan gigi mempengaruhi komunikasi verbal.
Berbicara dan pengucapan kata-kata menjadi tidak jelas dan disertai dengan suara berdesis dapat disebabkan karena antar gigi
terdapat celah-celah atau adanya beberapa gigi yang hilang.

12. Pemilihan makanan sangat terkait dengan keberadaan gigi. Madan dkk. (2011), juga menjelaskan bahwa penurunan fungsi mastikasi
akan berpengaruh pada pemilihan makanan dari makanan segar dan berserat menjadi yang dimasak dalam waktu lama (cenderung
mengalami penurunan kualitas gizi).

Anda mungkin juga menyukai