Askep Empiema
Askep Empiema
htm
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Empiema adalah terkumpulnya cairan purulen (pus) di dalam rongga pleura. Awalnya rongga pleura
adalah cairan encer dengan jumlah leukosit rendah, tetapi sering kali berlanjut menjadi yang
kental. Hal ini dapat terjadi jika abses paru-paru meluas sampai rongga pleura. Empiema juga di
artikan,akumulasi pus diantara paru dan membran yang menyelimutinya (ruang pleura) yang dapat
terjadi bilamana suatu paru terinfeksi. Pus ini berisi sel sel darah putih yang berperan untuk
melawan agen infeksi (sel sel polimorfonuklear) dan juga berisi protein darah yang berperan dalam
pembekuan (fibrin). ). Ketika pus terkumpul dalam ruang pleura maka terjadi peningkatan tekanan
pada paru sehingga pernapasan menjadi sulit dan terasa nyeri. Seiring dengan berlanjutnya
perjalanan penyakit maka fibrin-fibrin tersebut akan memisahkan pleura menjadi kantong kantong
(lokulasi). Pembentukan jaringan parut dapat membuat sebagian paru tertarik dan akhirnya
mengakibatkan kerusakan yang permanen. Empiema biasanya merupakan komplikasi dari infeksi
paru (pneumonia) atau kantong kantong pus yang terlokalisasi (abses) dalam paru. Meskipun
empiema sering kali merupakan dari infeksi pulmonal, tetapi dapat juga terjadi jika pengobatan
yang terlambat.
2.2 Etiologi
1. Stapilococcus
Staphylococcus adalah kelompok dari bakteri-bakteri, secara akrab dikenal sebagai Staph, yang
dapat menyebabkan banyak penyakit-penyakit sebagai akibat dari infeksi beragam jaringanjaringan tubuh. Bakteri-bakteri Staph dapat menyebabkan penyakit tidak hanya secara langsung
oleh infeksi (seperti pada kulit), namun juga secara tidak langsung dengan menghasilkan racunracun yang bertanggung jawab untuk keracunan makanan dan toxic shock syndrome. Penyakit
yang berhubungan dengan Staph dapat mencakup dari ringan dan tidak memerlukan perawatan
sampa berat/parah dan berpotensi fatal.
2. Pnemococcus
Pneumococcus adalah salah satu jenis bakteri yang dapat menyebabkan infeksi serius seperti
radang paru-paru (pneumonia), ,meningitis (radang selaput otak) dan infeksi darah (sepsis).
Sebenarnya ada sekitar 90 jenis kuman pneumokokus, tetapi hanya sedikit yang bisa menyebabkan
penyakit gawat. Bentuk kumannya bulat-bulat dan memiliki bungkus atau kapsul. Bungkus inilah
yang menentukan apakah si kuman akan berbahaya atau tidak.
2.3 Patofisiologi
Akibat invasi basil piogenik ke pleura, maka akan timbul peradangan akut yang diikuti dengan
pembentukan eksudat serous. Dengan banyaknya sel polimorphonucleus (PMN) baik yang hidup
maupun yang mati dan meningkatnya kadar protein, maka cairan menjadi keruh dan kental.
Adanya endapan-endapan fibrin akan membentuk kantung-kantung yang melokalisasi nanah
tersebut. Apabila nanah menembus bronkus maka timbul fistel bronkopleura, atau apabila
menembus dinding toraks dan keluar melalui kulit maka disebut empiema nessensiatis. Stadium ini
masih disebut empiema akut yang lama kelamaan akan menjadi kronis.
2.4 Patogenesis
Ada tiga stadium empiema toraks pada anak yaitu :
1.
Stadium 1 disebut juga stadium eksudatif atau stadium akut, yang terjadi pada hari-hari
pertama saat efusi. Inflamasi pleura menyebabkan peningkatan permeabilitas dan terjadi
penimbunan cairan pleura namun masih sedikit. Cairan yang dihasilkan mengandung elemen
seluler yang kebanyakan terdiri atas netrofil. Stadium ini terjadi selama 24-72 jam dan
kemudian berkembang menjadi stadium fibropurulen. Cairan pleura mengalir bebas dan
dikarakterisasi dengan jumlah darah putih yang rendah dan enzim laktat dehidrogenase (LDH)
yang rendah serta glukosa dan pH yang normal, drainase yang dilakukan sedini mungkin dapat
mempercepat perbaikan.
2.
Stadium 2 disebut juga dengan stadium fibropurulen atau stadium transisional yang
dikarakterisasi dengan inflamasi pleura yang meluas dan bertambahnya kekentalan dan
kekeruhan cairan. Cairan dapat berisi banyak leukosit polimorfonuklear, bakteri, dan debris
selular. Akumulasi protein dan fibrin disertai pembentukan membran fibrin, yang membentuk
bagian atau lokulasi dalam ruang pleura. Saat stadium ini berlanjut, pH cairan pleura dan
glukosa menjadi rendah sedangkan LDH meningkat. Stadium ini berakhir setelah 7-10 hari dan
sering membutuhkan penanganan yang lanjut seperti torakostomi dan pemasangan tube.
3.
Stadium 3 disebut juga stadium organisasi (kronik). Terjadi pembentukan kulit fibrinosa pada
membran pleura, membentuk jaringan yang mencegah ekspansi pleura dan membentuk
lokulasi intrapleura yang menghalangi jalannya tuba torakostomi untuk drainase. Kulit pleura
yang kental terbentuk dari resorpsi cairan dan merupakan hasil dari proliferasi fibroblas.
Parenkim paru menjadi terperangkap dan terjadi pembentukan fibrotoraks. Stadium ini
biasanya terjadi selama 2 4 minggu setelah gejala awal.
Empiema Akut
Terjadi sekunder akibat infeksi tempat lain, bukan primer dari pleura. Pada permulaan, gejalagejalanya mirip dengan pneumonia, yaitu panas tinggi dan nyeri pada dada pleuritik. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan adanya tanda-tanda cairan dalam rongga pleura. Bila stadium ini
dibiarkan sampai beberapa minggu maka akan timbul toksemia, anemia, dan clubbing finger. Jika
nanah tidak segera dikeluarkan akan timbul fistel bronkopleura. Adanya fistel ditandai dengan
batuk yang makin produktif, bercampur nanah dan darah masif, serta kadang-kadang bisa timbul
sufokasi (mati lemas).
Pada kasus empiema karena pneumotoraks pneumonia, timbulnya cairan adalah setelah keadaan
pneumonianya membaik. Sebaliknya pada Streptococcuspneumonia, empiema timbul sewaktu
masih akut. Pneumonia karena baksil gram negatif seperti E. coli atau Bakterioids sering kali
menimbulkan empiema.
1.
Empiema Kronis
Batas yang tegas antara empiema akut dan kronis sukar ditentukan. Disebut kronis jika empiema
berlangsung selama lebih dari tiga bulan. Penderita mengeluh badannya terasa lemas, kesehatan
makin menurun, pucat, clubbing fingers, dada datar, dan adanya tanda-tanda cairan pleura. Bila
terjadi fibrotoraks, trakea , dan jantung akan tertarik ke sisi yang sakit.
Tanda-tanda empiema :
1.
2.
Nyeri pleura.
3.
Dispnea.
4.
5.
6.
7.
Jika pasien dapat menerima terapi antimikroba, manifestasi klinis akan dapat dikurangi. Diagnosis
ditegakkan berdasarkan hasil dari chest X-ray dan thoracentesis.
2.6 Penatalaksanaan
1.
Pengosongan Nanah
Prinsip ini seperti umumnya yang dilakukan pada abses, untuk mencegah efek toksisnya.
1.
1)
2)
3)
Terjadinya piopneumotoraks
Upaya WSD juga dapat dibantu dengan pengisapan negative sebesar 10-20 cmH2O. Jika setelah 3-4
minggu tidak ada kemajuan, harus ditempuh cara lain seperti pada empiema kronis.
1.
Karena menggunakan kateter karet yang besar, maka perlu disertai juga dengan reseksi tulang iga.
Open drainage ini dikerjakan pada empiema kronis, hal ini bisa terjadi akibat pengobatan yang
terlambat atau tidak adekuat misalnya aspirasi yang terlambat atau tidak adekuat, drainase tidak
adekuat sehingga harus seing mengganti atau membersihkan drain.
1.
Antibiotic
Mengingat kematian sebagai akibat utama dari sepsis, maka antibiotic memegang peranan
penting. Antibiotic harus segera diberikan begitu diagnosis ditegakkan dan dosisnya harus tepat.
Pemilihan antibiotic didasarkan pada hasil pengecatan gram dan apusan nanah. Pengobatan
selanjutnya tergantung pada hasil kultur dan sensitivitasnya. Antibiotic dapat diberikan secara
sistematik atau tropical. Biasanya diberikan penisilin.
1.
Pada empiema menahun sering kali rongga empiema tidak menutup karena penebalan dan
kekakuan pleura. Pada keadaan demikian dilkukan pembedahan (dekortikasi) atau torakoplasti.
1.
Dekortikasi
2)
3)
Torakoplasti
Jika empiema tidak mau sembuh karena adanya fistel bronkopleura atau tidak mungkin dilakukan
dekortikasi. Pada pembedahan ini, segmen dari tulang iga dipotong subperiosteal, dengan demikian
dinding toraks jatuh ke dalam rongga pleura karena tekanan atmosfer.
1.
Pengobatan Kausal
Misalnya subfrenik abses dengan drainase subdiafragmatika, terapi spesifik pada amoeboiasis, dan
sebagainya.
1.
Pengobatan Tambahan
2.7 WOC
DOWNLOAD : WOC ASKEP EMPIEMA
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1.
Identitas pasien
1.
Nama
2.
Umur
Terjadi pada segala umur, sering pada anak umur 2-9 tahun.
1.
Suku/ bangsa
2.
Agama
3.
Alamat
4.
Pendidikan
5.
Pekerjaan
6.
Keluhan utama
Batuk, mual, demam, sesak, dypsnea
1.
Klien dengan riwayat penyakit masa lalu yang berkaitan dengan riwayat penyakit saat ini misalnya
batuk yang lama dan tidak sembuh sembuh akibat infeksi.
1.
Riwayat keluarga
Riwayat penyakit keluarga, misalnya asma ( genetik ) memeiliki peluang besar untuk terserang
empiema
1.
Riwayat lingkungan
Lingkungan kurang sehat (polusi, limbah), pemukiman padat, ventilasi rumah yang kurang juga
berperan dalam memperburuk keadaan klien dengan empiema.
3.2 OBSERVASI
1.
Keadaan umum
1.
Suhu
2.
Nadi
3.
Tekanan darah
4.
B1 ( Breathing )
1.
Pemeriksaan persistem
Nafas pendek batuk menetap dengan produksi sputum, riwayat pneumoni berulang, episode batuk
hilang timbul.
1.
B2 ( Blood )
2.
B3 ( Brain )
normal
1.
B4 ( Bladder )
normal
1.
B5 ( Bowel )
Anoreksia
1.
B6 (Bone )
normal
1.
Aspek Psikososial
Sistem Endokrin
foto thorak
2.
kultur darah
3.
USG
4.
Sampel sputum
5.
Torakosenstesis
6.
2.
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.
3.
4.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan dispneu, kelemahan,
anoreksia.
5.
6.
PK sepsis
3.5 INTERVENSI
1.
Tujuan
kriteria hasil
: - ( RR = 16-20 x/menit).
- pH = 7,35-7,45
- pO2 = 81-100 mmHg
- pCO2= 35-45 mmHg
- SO2 > 98 %.
Intervensi
1.
Rasional
1.
1.
Kolaborasikan untuk
1.
1.
Monitor nadi.
1.
senggang.
1.
Terapi oksigen
bertujuan untuk
mempertahankan
PaO2 diatas 60mmHg.
Oksigen diberikan
dengan metode yang
memberikan
pengiriman tepat dalam
toleransi klien.
2.
1.
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi secret,
kelemahan.
Tujuan
Kriteria Hasil
misal
Intervensi
Rasional
dan batuk .
3. Kongesti alveolar
mengakibatkan batuk kering.
Sputum darah dapat
diakibatkan oleh kerusakan
jaringan.
Intervensi
Rasional
Mandiri :
1.
1.
tanda-tanda vital.
2.
2.
dan istirahat.
meningkatkan istirahat.
1.
2.
1.
3.
kebutuhan pasiendan
memudahkan pemilihan
intervensi.
perbaikan kegagalan
pernafasan.
4. Perubahan nutrisi
Intervensi
Rasional
kurang dari
kebutuhan tubuh
berhubungan
merangsang mengiritasi
atau dingin).
hangat.
yang berlebihan.
makanan.
dalam 24 jam.
pertumbuhan
rendah
serat, susu
b.Obat-obatan atau vitamin
kelemahan,
anoreksia.
Tujuan
:
kebutuhan nutrisi
pasien terpenuhi
Kriteria Hasil
: a. Nafsu makan
meningkat
dengan dispneu,
b. BB meningkat
atau normal sesuai
umur
Tujuan
berpartisipasi
Intervensi
Rasional
Mandiri :
bertanya
rencana pengobatan.
6. PKP Sepsis
Kriteria hasil
Tujuan
= 16-20 x /menit
Intervensi
1. Awasi suhu
Rasional
3. Menurunkan konsumsi /
kebutuhan kesimbangan
oksigen dan memperbaiki
pertahan pasien terhadapa
infeksi, peningkatan
penyembuhan
4. Malnutrisi dapat
mempengaruhi kesehatan
umum dan menurunkan
tahanan terhadap infeksi
5. Dilakukan untuk
mengidentifikasi organisme
penyebab dan kerentanan
terhadap anti microbial
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Empiema adalah terkumpulnya cairan purulen (pus) di dalam rongga pleura. Awalnya rongga
pleura adalah cairan encer dengan jumlah leukosit rendah, tetapi sering kali berlanjut menjadi
yang kental. Hal ini dapat terjadi jika abses paru-paru meluas sampai rongga pleura. Empiema
biasanya merupakan komplikasi dari infeksi paru (pneumonia) atau kantong kantong pus yang
terlokalisasi (abses) dalam paru. Meskipun empiema sering kali merupakan dari infeksi pulmonal,
tetapi dapat juga terjadi jika pengobatan yang terlambat.
Empiema sendiri diklasifikasikan menjadi Empiema akut dan Empiema kronis. Bisa disebabkan oleh
bakteri Stapilococcus, Pnemococcus, Streptococcus.