Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN DASAR BUDIDAYA TANAMAN

MEDIA DAN BAHAN TANAM

Nama
NIM
Kelas
Asisten
Prodi

Oleh :
: Rizqy Baarokah Faatihah
: 155040207111142
: D/D1
: Alief Rodhlian W.
: Agroekoteknologi

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu hal terpenting dalam usaha budidaya tanaman adalah dengan
memperhatikan media dan bahan yang digunakan saat penanaman. Langkah awal
yang dapat dilakukan adalah dengan persiapan media tanam. Setiap tanaman
memerlukan media tanam dengan komposisi unsur yang berbeda-beda. Oleh
karena itu, dengan keadaan media tanam yang tepat maka sudah pasti dapat
mendukung pertumbuhan suatu jenis tanaman dengan baik. Media yang umum
digunakan adalah tanah. Namun, terdapat banyak media yang dapat digunakan
untuk pertumbuhan tanaman yang dirasa lebih praktis dan efisien yang
dikategorikan ke dalam media tanam non-tanah.
Bahan tanam merupakan hal yang penting dalam tahap awal melakukan
budidaya tanaman. Bahan tanam dapat berupa bibit atau benih. Benih adalah biji
yang telah mendapat perlakuan atau pengolahan yang sangat baik dan merupakan
hasil penggabungan dari dua gamet. Perbanyakan melalui benih biasanya disebut
juga perbanyakan generatif. Kemudian bahan tanam yang lain adalah bibit yang
merupakan tanaman hasil penangkaran yang siap untuk ditanam. Bibit dapat
berasal dari perbanyakan generatif yaitu biji atau benih, dan juga dapat berasal
dari perbanyakan vegetatif yaitu cangkok, okulasi dan stek. Agar mendapatkan
hasil produksi yang optimal, maka diperlukan pemilihan benih dan bibit yang
unggul dan sesuai media tanam dan kebutuhan tanaman tersebut.

1.2 Tujuan
Untuk mengetahui pengaruh perbedaan jenis media tanam terhadap
beberapa komoditas, yaitu jagung, kedelai, kacang panjang, daun zamia, kacang
tanah, dan singkong serta untuk mengetahui jenis media tanam yang cocok untuk
komoditas tersebut.

2.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Media Tanam


Media tanam merupakan tempat hidup tanaman. Secara umum, media tanam
harus dapat menyangga perakaran tanaman agar bisa berdiri tegak dan tidak
mudah dirobohkan diterpa angin atau gangguan lainnya (Wiryanta, 2007).
Menurut Redaksi PS (2007), media tanam diartikan sebagai wadah atau
tempat tinggal tanaman. Sebagai tempat tinggal yang baik, media tanam harus
dapat mendukung pertumbuhan dan kehidupan tanaman.
Feriadi (2008) menyatakan bahwa media tanam adalah faktor penting yang
menentukan karakter pertumbuhan tanaman yang dikehendaki.
2.2 Fungsi Media Tanam
Menurut Redaksi P.S (2007) fungsi dari media tanam adalah sebagai
berikut:
1) Sebagai tempat berpijak tanaman
2) Sebagai pengikat air dan penyuplai unsur hara yang dibutuhkan tanaman
3) Sebagai pengontrol kelebihan air (drainase) dan sirkulasi udara (aerase)
4) Dapat mempertahankan kelembaban di sekitar akar tanaman
Sedangkan menurut Liferdi (2016), media tanam memiliki tiga fungsi sebagai
berikut:
1) Memberikan unsur-unsur mineral, sebagai media pertukaran maupun
tempat persediaan unsur hara
2) Memberikan air dan sebagai reservoir
3) Sebagai tempat tegak dan bertumpunya tanaman
2.3 Macam-Macam Media Tanam
2.3.1 Tanah
Tanah adalah media tanam pokok sebagian besar jenis tanaman. Pada
dasarnya ada bermacam-macam jenis tanah yang bisa dijadikan media tanam.
Kondisi tanah di Indonesia umumnya sudah miskin unsur hara. Selain itu, struktur
tanah cenderung padat dan hanya memiliki sedikit ruang pori. Hal ini
mengakibatkan medua cenderung lebih banyak mengikat air dan akar lebih sulit
mengambil hara. Karena karakteristik tersebut tanah tidak bisa dijadikan media

tanam tunggal. Tanah harus dicampur dengan media tanam lain yang dapat
meningkatkan porositasnya serta menunjang kebutuhan hara tanaman. Pasalnya,
tanaman hias umumnya menyukai media yang porous dan kaya hara (Wiryanta,
2007).
Media tanah sudah biasa digunakan dalam usaha budidaya tanaman. Tanah
digunakan sebagai media utama pada pertanian. Namun, seiring dengan
perkembangan zaman, pengetahuan manusia mengenai tanah sebagai media tanam
juga berkembang. Unsur-unsur kebutuhan tanah untuk kesuburan tanaman perlu
perlakuan khusus. Sebagai contoh media tanah dapat dikombinasikan dengan
campuran lainnya antara lain pupuk kandang dan sekam untuk menambah
kebutuhan unsur dengan takaran tertentu. (Liferdi,2016)
2.3.2 Bukan Tanah
Menurut Liferdi (2016), saat ini tanah bukanlah satu-satunya media tanam.
Penanaman tanpa tanah dikenal dengan sistem hidroponik. Media tanam dapat
dikategorikan ke dalam dua jenis berdasarkan bahan penyusunnya.
Menurut Qurnia (2014) yang termasuk kedalam kategori bahan organik
kebanyakan berasal dari komponen organisme hidup. Beberapa jenis bahan
organik yang dapat dijadikan sebagai media tanam antara lain:
1) Sekam padi
Sekam padi adalah kulit biji padi yang sudah digiling. Sekam padi yang biasa
digunakan bisa berupa sekam bakar atau sekam mentah. Sekam berperan dalam
perbaikan struktur tanah sehingga sistem aerasi dan drainasi media tanam menjadi
lebih baik. Sekam bakar lebih gembur karena tinggi akan karbon tetapi lebih
mudah lapuk.

Gambar 1. Sekam Padi


(Vina, 2014)
2) Kompos
Kompos berasal dari proses fermentasi tanaman atau limbah organik. Kelebihan
dari media kompos sebagai media tanam adalah sifatnya yang mampu
mengembalikan kesuburan tanah melalui perbaikan sifat tanah. Selain itu, kompos
sebagai fasilitator dalam penyerapan unsur nitrogen (N).

Gambar 2. Kompos
(Falah, 2013)
3) Moss
Moss yang dijadikan sebagai media tanam berasal dari akar paku-pakuan
yang banyak dijumpai di hutan-hutan. Moss sering digunakan untuk media tanam
penyemaian sampai tahap pembungaan. Media ini mempunyai banyak rongga
sehingga memungkinkan akar tanaman tumbuh dan berkembang dengan leluasa.

(Eaton, 2016)

4) Arang
Arang bisa berasal dari kayu atau batok kelapa. Media tanam ini sangat cocok
digunakan untuk tanaman anggrek dengan kelembaban tinggi. Hal itu karena
arang kurang mampu mengikat air dalam jumlah banyak. Keunikan dari media
arang adalah sifatnya yang buffer (penyangga). Dengan demikian arang dapat
menetralisir dan mengadaptasikan kekeliruan unsur hara dalam pupuk.

Gambar 3. Arang
(Arang Batok, 2014)
5) Humus
Humus adalah segala macam hasil pelapukan bahan organik oleh jasad renik
dan merupakan sumber energi jasad mikro tersebut. Humus sangat membantu
dalam proses penggemburan tanah yang memiliki kemampuan daya tukar ion
yang tinggi sehingga bisa menyimpan unsur hara.

Gambar 4. Humus
6) Sabut kelapa
Sabut kelapa atau coco peat merupakan bahan organik alternatif yang dapat
digunakan sebagai media tanam. Sebaiknya berasal dari buah kelapa tua karena
memiliki serat yang kuat. Kelebihan sabut kelapa sebagai media taam lebih ke
karakteristiknya yang mampu mengikat dan menyimpan air dengan kuat, sesuai
untuk daerah panas, mengandung unsur hara essensial seperti Ca, Mg, K, N, dan P

Sedangkan untuk media tanam anorganik bisa berasal dari bahan sintesis tau
kimia. Menurut Akmal (2002), beberapa media anorganik yang sering dijadikan
sebagai media tanam yaitu:
1) Tanah liat
Tanah liat merupakan jenis tanah yang memiliki tekstur paling halus dan
lengket atau berlumpur. Karakteristik dari tanah liat adalah memiliki pori yang
berukuran kecil (pori mikro) yang lebih banyak dari pori yang berukuran besar
(pori makro) sehingga memiliki kemampuan mengikat air yang cukup kuat.
2) Pasir
Pasir sering digunakan sebagai media tanam alternatif untuk menggantikan
fungsi tanah. Media tanam ini baik untuk penyemaian benih, pertumbuhan bibit
tanaman dan perakaran setek batang tanaman. Sifatnya yang mudah kering akan
memudahkan proses pengangkatan bibit tanaman yang dianggap sudah cukup
umur untuk dipindahkan ke media lain.

Gambar 5. Pasir

3) Hidrogel
Merupakan salah satu media tanam anorganik yang banyak diminati. Sebagai
pengganti tanah, media tanam ini dibuat dari bahan polimer (biji plastik)
berbentuk kristal (kaca). Apabila disentuh terasa lunak seperti agar-agar. Media ini
memiliki kelebihan yaitu bisa dipakai untuk semua jenis tanaman yang diletakan
dalam ruang. Tidak hanya itu, hidrogel juga dapat digunakan dalam pembibitan
tanaman.

Gambar 6. Hidrogel
4) Pecahan batu bata
Keunggulan media ini adalah selain tidak mudah lapuk ia juga mempunyai
aerase dan drainase yang baik. Anggrek merupakan tanaman yang sering
mengguanakan pecahan batu bata sebagai media dasar pot.
5) Gabus (sterofoam)
Gabus merupakan bahan anorganik yang terbuat dari ikatan polimer styrene
yang dapat dijadikan sebagai media tanam alternatif.
6) Spons
Sifat spons yang ringan dan mudah dipindahkan membuat media ini menjadi
pilihan. Spons juga memiliki daya serap yang tinggi terhadap air dan unsur hara
yang essensial. Kelemahannya media ini
2.4 Syarat Media Tanam yang Baik
Menurut Heriswanto (2014), media tanam harus sesuai dengan jenis tanaman
yang akan ditanam. Vertikultur atau polibag sebagai wadah media tanam memiliki
volume dan ruang yang terbatas bagi pertumbuhan perakaran, oleh karena itu
media tanam harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
(1) Subur atau kaya unsur hara,
(2) Bersifat porus atau cair cepat meresap dan tidak tergenang,
(3) Bebas dari benda padat yang dapat mengganggu pertumbuhan akar,
(4) Bebas bahan pencemar atau perusah unsur hara,
(5) Bukan tanah bekas pertanaman yang endemik penyakit tertentu.

2.5 Bahan Tanam


Menurut Mulawarman dkk (2002), benih adalah bagian tanaman yang
digunakan untuk perbanyakan atau perkembangbiakan, baik berupa biji ataupun
bagian tanaman lainnya. Sedangkan biji adalah hasil pembuahan pada tanaman
berbunga dan bibit adalah tumbuhan muda calon pohon yang dihasilkan dari
benih.
2.6 Macam-macam Tipe Perkecambahan
Menurut Karmana (2007), perkecambahan dapat dibedakan menjadi dua
jenis, yaitu perkecambahan di bawah tanah (hipogeal) dan perkecambahan di atas
tanah (epigeal).
a. Perkecambahan Hipogeal adalah perkecambahan yang kotiledonnya tetap
berada di dalam tanah. Perkecambahan jenis ini contohnya terjadi pada
buncis.
b. Perkecambahan epigeal adalah perkecambahan yang kotiledonnya
terangkat ke atas tanah. Kecambahan jenis ini contohnya terjadi pada
kacang polong.

Gambar 7. Tipe Hipogeal dan Epigeal

2.7 Perbanyakan Generatif dan Vegetatif


Perbanyakan tanaman dapat dilakukan dengan dua cara yaitu perbanyakan
secara generatif dan vegetatif yang masing-masing cara itu mempunyai kelebihan
dan kekurangan.
2.7.1 Perbanyakan Generatif
Menurut Gunastri (2012), Perbanyakan secara generatif dilakukan melalui
penyemaian biji. cara ini tergolong yang paling mudah dan murah.

Keuntungannya antara lain dapat diperoleh varietas baru yang baik serta
pertumbuhan tanamannya kuat/lebih panjang umurnya.
Bibit yang dihasilkan dari perbanyakn dengan biji belum tentu menghasilkan
buah yang sama dengan induknya. Hal itu terjadi karena adanya kemungkinan
penyerbukan varietas-varietas lain yang tidak diinginkan sehingga sifat buah yag
muncul bisa beranekaragam. Selain itu, bibit dari perbanyakan biji relatif
memerlukan waktu yang lama untuk dapat mulai berbuah, sekita 4-8 tahun setelah
tanam. Oleh karena itu, bibit hasil perbanyakan dengan biji biasanya hanya
digunakan sebagai batang bawah pada bibit sambung pucuk dan bibit okulasi.
Akar tunjangnya yang kokoh berfungsi sebagai penopang tanaman agar tidak
roboh.

2.7.2 Perbanyakan Vegetatif


Menurut Suparman, et al. (2007) cara perbanyakan vegetatif yang biasa
dilakukan pada tanaman adalah dengan cara stek (akar, batang, dan tunas),
cangkok, sambung, dan okulasi.
1. Perbanyakan dengan cara stek
Perbanyakan dengan cara stek adalah perbanyakan tanaman dengan
menumbukan potong/bagian tanaman seperti akar, batang atau pucuk
sehingga menjadi tanaman baru. Stek pucuk umum dilakukan untuk
perbanyakan tanaman buah-buahan. Contoh tanaman yang dapat
diperbanyak dengan stek adalah jambu air, kedongdong, dan lain-lain.
2. Perbanyakan dengan cara cangkok
Mencangkok adalah suatu teknik perbanyakan tanaman dengan cara
merangsang pertumbuhan perakaran pada cabang pohon sehingga dapat
ditanam sebagai tanaman baru. Cara merangsang pertumbuhan akar dapat
dilakukan dengan mengupas kulit luar cabang dan selanjutnya cabang
yang terlepas dapat diberi media tanah. Persyaratan pohon yang akan
dicangkok adalah tumbuh baik dan sehat serta produktivitasnya tinggi.

Contoh tanaman yang dapat diperbanyak dengan cara cangkok adalah


duku, durian, mangga, melinjo, dan lain-lain.
3. Perbanyak dengan cara menyambung
Menyambung adalah cara perbanyakan tanaman dengan cara menyambung
pucuk (batang atas) yang berasal dari suatu tanaman induk pada tanaman
lain (batang bawah). Batang atas akan memberikan hasil sesuai dengan
sifat induk yang diinginkan. Batang bawah hanyalah sebagai tempat untuk
tumbuh dan mengambil makanan dari dalam tanah. Oleh sebab itu kriteria
pemilihan batang atas dan batang bawah berbeda. Contoh tanaman yang
dapat diperbanyak dengan cara menyambung adalah tanaman alpukat,
duku, mangga, manggis, nangka, dan lain-lain.
4. Perbanyak dengan cara okulasi
Penempelan atau okulasi adalah penggabungan dua bagian tanaman yang
berlainan menjadi satu kesatuan yang utuh dan tumbuh sebagai suatu
tanaman setelah terjadi regenerasi jaringan pada bekas luka sambungan
atau tautannya. Contoh tanaman yang dapat diperbanyak dengan cara
okulasi adalah alpukat, sirsak, mangga, jeruk, belimbing, dan lain-lain.
2.7.3

Keuntungan dan Kerugian Perbanyakan Generatif dan Vegetatif


Suparman, et al. (2007) menyatakan tanaman dapat diperbanyak dengan

dua cara yaitu secara generatif dan vegetatif:


A. Cara perbanyakan vegetatif dengan stek, cangkok, sambung, dan
okulasi
Keuntungan:
i.

Lebih cepat berbuah;

ii.

Sifat turunan sama dengan induk, sehingga keunggulan sifat


induk dapat dipertahankan;

iii.

Sifat-sifat yang diinginkan dapat digabung.

Kerugian:
i.

Perakaran kurang baik;

ii.

Lebih sulit dikerjakan karena membutuhkan keahlian tertentu;

iii.

Jangka waktu berbuah lebih pendek.

B. Perbanyakan dengan generatif biji


Keuntungan:
i.

Sistem perakaran lebih kuat;

ii. Lebih mudah diperbanyak;


iii. Jangka waktu berbuah lebih panjang.
Kerugian:
i.

Waktu mulai berbuah lebih lama;

ii.

Sifat

turunan

tidak

sama

dengan

induk,

sehingga

keunggulan sifat induj tidak dapat dipertahankan;


iii.

Beberapa jenis tanaman memproduksi benih sedikit dan


terkadang sulit untuk berkecambah.

2.7.4

Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Perbanyakan Vegetatif dan


Generatif
Menurut Pujiyanto (2008) hal yang berkaitan erat dengan faktor yang

mempengaruhi keberhasilan perbanyakan adalah sebagai berikut:


a)

Suhu
Suhu yang terlalu tinggi atau rendah dapat menurunkan daya tumbuh saat
melakukan perbanyakan baik generatif maupun vegetatif

b)

Kelembaban udara
Kelembaban udara mampu mempertahankan kadar air benih dan dapat
mempengaruhi pertumbuhan.

c)

Kadar air

d)

Kesiapan lahan

e)

Persiapan biji untuk benih

f)

Pengemasan dan pengiriman benih

3. BAHAN DAN METODE


3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
- Sekop

: Untuk mengambil media tanam

- Pisau

: Untuk memotong bahan tanam

- Ember

: Untuk tempat media tanam

- Penggaris

: Untuk mengukur tinggi tanaman

- Polibag

: Untuk tempat media tanam

- Tipex/Spidol Permanen : Untuk menandai polybag


- Alat Tulis

: Untuk mencatat hasil pengamatan

- Modul

: Untuk pedoman saat praktokum

- Kamera

: Untuk mendokumentasikan hasil

pengamatan
3.1.2 Bahan
- Tanah

: Sebagai media tanam

- Pasir

: Sebagai media tanam

- Kompos

: Sebagai media tanam

- Sekam padi

: Sebagai media tanam

- Serbuk gergaji

: Sebagai media tanam

- Singkong

: Sebagai bahan tanam

- Bawang Merah

: Sebagai bahan tanam

- Jagung

: Sebagai bahan tanam

- Kacang Tanah

: Sebagai bahan tanam

- Daun Zamia

: Sebagai bahan tanam

- Kacang Panjang : Sebagai bahan tanam

3.2 Cara Kerja


3.2.1 Potting media tanam
Mempersiapkan alat dan bahan
Memasukkan 6 jenis media tanam sesuai perlakuan ke
dalam masing-masing polibag berdiameter 20 cm hingga
terisi 4/5 tinggi polibag
Melipat bagian atas polibag atau 5 cm dari atas polibag
Setiap perlakuan media tanam diulang 6 kali, untuk
6 jenis media tanam
Menanam bahan tanam

Generatif

Vegetatif

Singkong

Bawang
Merah

3.2.2

Daun
Zamia

Jagung

Kacang
tanah

Cara kerja penanaman Singkong

Batang singkong dipotong 10 cm dan setiap potongan


mempunyai 1 mata tunas yang menghadap keatas

Kacang
panjang

Menanamkan singkong kedalam media tanam (tanah)


sedalam 3 5 cm

Mengulangi penanaman pada 5 jenis media tanam berbeda

Melakukan pengamatan dan mencatat hasil pengamatan

3.2.3

Cara kerja penanaman Bawang Merah

Menempatkan mata tunas umbi bawang merah menghadap


keatas
Menanamkan umbi bawang merah kedalam media tanam
(tanah) sedalam 2 3 cm
Mengulangi penanaman pada 5 jenis media tanam berbeda

Melakukan pengamatan dan mencatat hasil pengamatan

3.2.4Cara kerja penanaman Daun Zamia

Memotong daun zamia sesuai ukuran polibag

Menanamkan daun zamia dalam media tanam (tanah)


Mengulangi penanaman pada 5 jenis media tanam berbeda

Melakukan pengamatan dan mencatat hasil pengamatan

3.2.5Cara kerja penanaman Jagung


Memberi pestisida Furadan 3 G pada benih

Memasukkan benih jagung ke dalam media tanam


sedalam 2 cm, tepat ditengah polibag
Menutup kembali benih dengan media tanam

Mengulangi penanaman pada 5 jenis media tanam berbeda

Melakukan pengamatan dan mencatat hasil pengamatan

3.2.6Cara kerja penanaman Kacang Panjang


Memasukkan benih kacang panjang ke dalam media
tanam sedalam 2 cm, tepat ditengah polibag

Menutup kembali benih dengan media tanam

Mengulangi penanaman pada 5 jenis media tanam berbeda

Melakukan pengamatan dan mencatat hasil pengamatan

3.2.7Cara kerja penanaman Kacang Tanah


Memasukkan benih kacang tanah ke dalam media tanam
sedalam 2 cm, tepat ditengah polibag

Menutup kembali benih dengan media tanam

Mengulangi penanaman pada 5 jenis media tanam berbeda


Melakukan pengamatan dan mencatat hasil pengamatan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Data Hasil Pengamatan
4.1.1

Tanaman Jagung

Berdasarkan hasil pengamatan pengaruh berbagai media tanam terhadap tanaman


jagun diperoleh hasil sebagai berikut:
a. Tipe perkecambahan

Tipe perkecambahan tanaman di amati pada tanaman jagung dan


didapat hasil bahwa tanaman jagung memiliki tipe perkecambahan
hypogeal.
b. Tinggi Tanaman
Berikut adalah tabel data hasil pengamatan tinggi tanaman jagung
pada usia 2 sampai 6 minggu setelah tanam (mst), pengaruh berbagai jenis
media tanam.
Tabel 1. Tabel Tinggi Tanaman Jagung
Media
Tanah
Serbuk gergaji
Sekam padi
Kompos
Pasir
Cocopeat

Tinggi Tanaman (cm)


2 mst 3 mst 4 mst
6
17
17
7
11,2
11,2
0
0
0
15,5
26,7
33,3
7,5
13,5
14
0
0
0

5 mst
17
14
0
41
18
0

6 mst
23
15
0
45
18,5
0

7 mst
24,5
15,5
0
50
19
0

Data diatas terlihat tinggi tanaman jagung terus meningkat pada


setiap media tanamnya. Tanaman jagung paling tinggi terdapat pada media
tanam kompos dengan hasil akhir selama 7 mst adalah 50 cm dan yang
paling rendah terdapat pada media tanam pasir. Pada media tanam lainnya
tinggi tanaman jagung berkisar 15 cm-21 cm. Berikut adalah grafik tinggi
tanaman jagung.

Gambar 8. Gambar Grafik Tinggi Tanaman Jagung


c. Jumlah Daun Tanaman Jagung
Berikut adalah tabel data hasil pengamatan jumlah daun tanaman
jagung pada usia 2 sampai 7 minggu setelah tanam (mst), pengaruh
berbagai jenis media tanam.

Tabel 2. Tabel Jumlah Daun Tanaman Jagung

Tanah

Jumlah Daun (helai)


2 mst 3 mst 4 mst
3
3
5

5 mst
5

6 mst
5

7 mst
5

Serbuk gergaji

Sekam padi

Kompos

Pasir

Cocopeat

Media

Data diatas terlihat jumlah daun tanaman jagung terus meningkat


pada setiap media tanamnya. Pada media tanam pasir, jumlah daun
jagung selama masa pertembuhan mulai 2 mst hingga 7 mst adalah tetap
4 daun. Pada media lainnya, pertambahan jumlah daun setiap minggunya
terus bertambah. Pada 7 mst, jumlah daun jagung paling banyak pada
media tanam kompos 7 daun, dan paling sedikit pada media tanam tanah
dan serbuk gergaji sebanyak 4 daun. Berikut adalah grafik jumlah daun
tanaman jagung

Gambar 9. Gambar Grafik Jumlah Daun Tanaman Bawang Merah


4.1.2

Tanaman Bawang Merah

Berdasarkan hasil pengamatan pengaruh berbagai media tanam terhadap


tanaman bawang merah diperoleh hasil sebagai berikut:
a. Tipe Perkecambahan
Tipe perkecambahan tanaman di amati pada tanaman bawang
merah

dan didapat hasil bahwa tanaman kedelai memiliki tipe

perkecambahan umbi lapis.


b. Tinggi Tanaman
Berikut adalah tabel data hasil pengamatan tinggi tanaman bawang
merah pada usia 2 sampai 7 minggu setelah tanam (mst), pengaruh
berbagai jenis media tanam.

Tabel 3. Tabel Tinggi Tanaman Bawang Merah


Media
Tanah
Serbuk gergaji

Tinggi Tanaman (cm)


2 mst 3 mst 4 mst
2
3.7
11

5 mst
11

6 mst
13

7 mst
13

13.8

14

14.2

11

13

Sekam padi

5.1

11

15

18

18

Kompos

24

25

26

26

Pasir

16

20

21

21

Cocopeat

10

12

Melalui parameter tinggi tanaman dapat dilihat tanaman bawang


merah dapat tumbuh optimal pada media kompos. Hal tersebut terbukti
dengan hasil pengukuran tinggi tanaman kedelai yang tumbuh tinggi saat
di tanam pada media k ompos dengan tinggi 26 cm. Selain kompos media
lain yang dapat digunakan untuk menumbuhkan tanaman bawang merah
adalah pasie. Tinggi akhir tanaman hanya sekitar 21 cm namun dapat
dikategorikan media tersebut bias menumbuhkan tanaman kedelai
dibandingkan dengan media lainnya. Grafik untuk pertambahan tinggi
tanaman kedelai dapat dilihat sebagai berikut:

Gambar 10. Gambar Grafik Tinggi Tanaman Bawang Merah

c. Jumlah Daun Tanaman Bawang Merah


Berikut adalah tabel data hasil pengamatan jumlah daun tanaman
bawang merah pada usia 2 sampai 7 minggu setelah tanam (mst), pengaruh
berbagai jenis media tanam.
Tabel 4. Jumlah Daun Tanaman Bawang Merah
Media

Jumlah Daun (helai)

Tanah

Serbuk gergaji

Sekam padi

12

12

12

Kompos

14

19

21

Pasir

10

10

10

Cocopeat

Data diatas terlihat jumlah daun tanaman bawang merah terus


meningkat pada setiap media tanamnya. Pada media tanam kompos,
jumlah daun bawang merah selama

masa pertumbuhan mulai 2 mst

hingga 7 mst selalu bertambah dan memiliki jumlah daun paling banyak. 7
mst jumlah daun pada media kompos berjumlah 21. Pada media lainnya,
pertambahan jumlah daun setiap minggunya terus bertambah. Pada 7 mst,
jumlah daun jagung paling banyak pada media tanam sekam padi, yaitu
12 daun, dan paling sedikit pada media tanam cocopeat, serbuk gergaji,
dan tanah.

Gambar 11. Gambar Grafik Jumlah Daun Tanaman Bawang Merah

Waktu Tumbuh Tanaman Bawang Merah


Tabel 5. Tabel Waktu Tumbuh Tanaman Bawang Merah
Media Tanam
Tanah

Saat Benih berkecambah


6 hst

Serbuk gergaji

3 hst

Sekam padi

12 hst

Kompos

16 hst

Pasir

13 hst

Cocopeat

5 hst

Gambar 12. Gambar Diagram Batang Waktu Tumbuh Tanaman Bawang Merah

4.1.3

Tanaman Kacang Panjang

Berdasarkan hasil pengamatan pengaruh berbagai media tanam terhadap


tanaman kacang panjang diperoleh hasil sebagai berikut:
a. Tipe perkecambahan
Tipe perkecambahan tanaman di amati pada tanaman kacang
panjang dan didapat hasil bahwa tanaman kacang panjang memiliki tipe
perkecambahan epigeal.
b. Tinggi Tanaman
Berikut adalah tabel data hasil pengamatan tinggi tanaman kacang
panjang pada usia 2 sampai 7 minggu setelah tanam (mst), pengaruh
berbagai jenis media tanam.
Tabel 6. Tinggi Tanaman Kacang Panjang

Tanah

Tinggi Tanaman (cm)


2 mst 3 mst 4 mst
0
0
0

5 mst
0

6 mst
0

7 mst
0

Serbuk gergaji

9.7

22

23.5

25.6

27.2

29.1

Sekam padi

Kompos

11

23.5

26

27.9

30.3

32.1

Pasir

12.8

16.2

20.4

24.6

26.2

Cocopeat

Media

Data diatas terlihat tinggi tanaman kacang panjang terus meningkat


pada setiap media tanamnya. Tanaman kacang panjang paling tinggi
terdapat pada media tanam kompos dengan hasil akhir selama 7 mst adalah
32.1 cm dan yang paling rendah terdapat pada media tanam pasir. Pada
media tanam lainnya tinggi tanaman kacang panjang 26.2 cm. Berikut
adalah grafik tinggi tanaman kacang panjang.

Gambar 13. Gambar Grafik Tinggi Tanaman Kacang Panjang


c. Jumlah Daun Tanaman Kacang Panjang

Berikut adalah tabel data hasil pengamatan jumlah daun tanaman kacang
panjang merah pada usia 2 sampai 7 minggu setelah tanam (mst), pengaruh
berbagai jenis media tanam.

Tabel 7. Jumlah Daun Tanaman Kacang Panjang

Tanah

Jumlah Daun (helai)


2 mst 3 mst 4 mst
0
0
0

5 mst
0

6 mst
0

7 mst
0

Serbuk gergaji

13

18

21

Sekam padi

Kompos

11

17

23

Pasir

12

15

20

Cocopeat

Media

Data diatas terlihat jumlah daun tanaman kacang panjang terus


meningkat pada setiap media tanamnya. Pada media tanam kompos,
pertambahan jumlah daun setiap minggunya terus bertambah. Pada 7 mst,
jumlah daun kacang panjang paling banyak pada media tanam kompos
23 daun, dan media tanam serbuk gergaji 21 dan media tanam pasir yang
paling sedikit, yaitu 21. Berikut adalah grafik jumlah daun tanaman
kacang panjang. Berikut ini adalah grafik jumlah daun kacang panjang.

Gambar 14. Grafik Jumlah Daun Tanaman Kacang Panjang

Tabel 8. Waktu Tumbuh Tanaman Kacang Panjang


Media Tanam
Tanah

Saat Benih berkecambah


0 hst

Serbuk gergaji

4 hst

Sekam padi

0 hst

Kompos

3 hst

Pasir

6 hst

Cocopeat

0 hst

Gambar 15. Waktu Benih Tanaman Kacang Panjang Berkecambah

4.1.4

Tanaman Singkong

Berdasarkan hasil pengamatan pengaruh berbagai media tanam terhadap


tanaman singkong diperoleh hasil sebagai berikut:
a. Tipe perkecambahan
Tipe perkecambahan tanaman di amati pada tanaman Singkong dan
didapat hasil bahwa tanaman singkong perkembang biakan stek batang.

b. Tinggi Tanaman
Berikut adalah tabel data hasil pengamatan tinggi tanaman
singkong pada usia 2 sampai 7 minggu setelah tanam (mst), pengaruh
berbagai jenis media tanam.
Tabel 9. Tinggi Tanaman Singkong

Tanah

Tinggi Tanaman (cm)


2 mst 3 mst 4 mst
0
0
0

5 mst
0

6 mst
0

7 mst
0

Serbuk gergaji

Sekam padi

10,8

14,6

18

18,7

19,3

19,8

Kompos

8,5

9,2

14

16,4

19,2

21,7

Pasir

Cocopeat

6,25

Media

Data diatas terlihat tinggi tanaman singkong terus meningkat pada


setiap media tanamnya. Tanaman jagung paling tinggi terdapat pada media
tanam kompos dengan hasil akhir selama 7 mst adalah 21.7 cm dan yang
paling rendah terdapat pada media tanam cocopeat. Pada media tanam
lainnya tinggi tanaman singkong 19,8 cm. Berikut adalah grafik tinggi
tanaman singkong.

Gambar 16. Grafik Tinggi Tanaman Singkong

c. Jumlah Daun Tanaman Singkong


Berikut adalah tabel data hasil pengamatan jumlah daun tanaman
bawang merah pada usia 2 sampai 7 minggu setelah tanam (mst),
pengaruh berbagai jenis media tanam.

Tabel 10. Jumlah Daun Tanaman Singkong

Tanah

Jumlah Daun (helai)


2 mst 3 mst 4 mst
0
0
0

5 mst
0

6 mst
0

7 mst
0

Serbuk gergaji

Sekam padi

12

14

15

Kompos

10

12

16

18

Pasir

Cocopeat

Media

Data diatas terlihat jumlah daun tanaman singkong terus meningkat


pada setiap media tanamnya. Pada media tanam kompos pertumbuhan
jumlah daun paling optimal. Jumlah daun singkong selama

masa

pertembuhan pada 7 mst adalah 18. Pada media lainnya, pertambahan


jumlah daun setiap minggunya terus bertambah. Pada 7 mst, jumlah daun
singkong pada media tanam sekam padi adalah 15 daun.

Gambar 17. Grafik Jumlah Daun Tanaman Singkong


Waktu Tumbuh Tanaman Singkong
Tabel 11. Waktu Tumbuh Tanaman Singkong
Media Tanam
Tanah

Saat Bibit Bertunas


0 hst

Serbuk gergaji

0 hst

Sekam padi

3 hst

Kompos

4 hst

Pasir

0 hst

Cocopeat

5 hst

Gambar 18. Gambar Diagram Batang Waktu Tumbuh Tanamn Singkong

4.1.5

Tanaman Zamia

Berdasarkan hasil pengamatan pengaruh berbagai media tanam terhadap


tanaman Zamia diperoleh hasil sebagai berikut:
a. Tipe perkecambahan
Tipe perkecambahan tanaman di amati pada tanaman zamia dan
didapat hasil bahwa tanaman zamia memiliki tipe perkecambahan stek
daun.
b. Tinggi Tanaman
Berikut adalah tabel data hasil pengamatan tinggi tanaman zamia
pada usia 2 sampai 7 minggu setelah tanam (mst), pengaruh berbagai
jenis media tanam.
Tabel 12. Tinggi Tanaman Zamia

Tanah

Tinggi Tanaman (cm)


2 mst 3 mst 4 mst
9
9,1
9,3

5 mst
9,4

6 mst
9,5

7 mst
9,7

Serbuk gergaji

7,3

7,3

7,4

7,5

7,7

7,8

Sekam padi

6,4

6,5

6,6

6,7

6,8

6,8

Kompos

9,2

9,2

9,3

9,5

9,6

9,7

Pasir

10,5

10,7

10,7

10,8

10,9

11

Cocopeat

Media

Data diatas terlihat tinggi tanaman zamia terus meningkat pada


setiap media tanamnya. Tanaman zamia paling tinggi terdapat pada media
tanam pasir dengan hasil akhir selama 7 mst adalah 11 cm dan yang paling
rendah terdapat pada media serbuk gergaji. Pada media tanam lainnya
tinggi tanaman zamia berkisar 6,5cm-10 cm. Berikut adalah grafik tinggi
tanaman zamia.

c. Jumlah Daun Tanaman Zamia


Berikut adalah tabel data hasil pengamatan jumlah daun tanaman
zamia pada usia 2 sampai 7 minggu setelah tanam (mst), pengaruh
berbagai jenis media tanam.

Gambar 19. Gambar Grafik Tinggi Tanaman Daun Zamia

Tabel 13. Jumlah Daun Tanaman Zamia

Tanah

Jumlah Daun (helai)


2 mst 3 mst 4 mst
1
1
1

5 mst
1

6 mst
1

7 mst
1

Serbuk gergaji

Sekam padi

Kompos

Pasir

Cocopeat

Media

Data diatas terlihat jumlah daun tanaman zamia stabil pada setiap
media tanamnya. Pada semua media tanam, jumlah daun zamia selama
masa pertembuhan mulai 2 mst hingga 7 mst adalah tetap 1 daun. Berikut
ini adalah grafik jumlah daun Zamia

Gambar 20. Grafik Jumlah Daun Tanaman Zamia

Tabel 14. Waktu Tumbuh Tanaman Zamia


Media Tanam
Tanah
Serbuk gergaji
Sekam padi
Kompos
Pasir
Cocopeat

Saat Bibit Bertunas


0 hst
0 hst
0 hst
0 hst
0 hst
0 hst

Gambar 21. Waktu Benih Tanaman Zamia Berkecambah


4.1.6 Tanaman Kacang Tanah
Berdasarkan hasil pengamatan pengaruh berbagai media tanam terhadap
tanaman Kacang Tanah diperoleh hasil sebagai berikut:
a. Tipe perkecambahan
Tipe perkecambahan tanaman di amati pada tanaman Kacang
Tanah dan didapat hasil bahwa tanaman Kacang Tanah memiliki tipe
perkecambahan hipogeal.
b. Tinggi Tanaman
Berikut adalah tabel data hasil pengamatan tinggi tanaman Kacang
Tanah pada usia 2 sampai 7 minggu setelah tanam (mst), pengaruh
berbagai jenis media tanam.
Tabel 15. Tinggi Tanaman Kacang Tanah
Media
Tanah
Serbuk gergaji
Sekam padi
Kompos
Pasir
Cocopeat

Tinggi Tanaman (cm)


2 mst 3 mst 4 mst
4,5
10
12
5
10
10,8
0
0
0
3,5
10,9
14
5
10,8
11
0
0
10

5 mst
13
12,5
0
18
13
13

6 mst
15,5
13
0
20
14,5
15

7 mst
17
14
0
21
15
17

Data diatas terlihat tinggi tanaman kacang tanah terus meningkat


pada setiap media tanamnya. Tanaman kacang tanah paling tinggi terdapat

pada media tanam kompos dengan hasil akhir selama 7 mst adalah 21 cm
dan yang paling rendah terdapat pada media tanam serbuk gergaji. Pada
media tanam lainnya tinggi tanaman kacang berkisar 15 cm-17 cm. Berikut
adalah grafik tinggi tanaman kacang tanah.

Gambar 22. Grafik Tinggi Tanaman Kacang Tanah


c. Jumlah Daun Tanaman Jagung
Berikut adalah tabel data hasil pengamatan jumlah daun tanaman
bawang merah pada usia 2 sampai 7 minggu setelah tanam (mst), pengaruh
berbagai jenis media tanam.

Tabel 16. Jumlah Daun Tanaman Kacang Tanah


Media
Tanah
Serbuk gergaji
Sekam padi
Kompos
Pasir
Cocopeat

Jumlah Daun (helai)


2 mst 3 mst 4 mst
4
17
25
8
13
18
0
0
0
5
11
30
8
15
23
0
0
6

5 mst
50
28
0
37
26
8

6 mst
54
55
0
54
52
9

7 mst
54
60
0
72
77
10

Data diatas terlihat jumlah daun tanaman jagung terus meningkat


pada setiap media tanamnya. Pada 7 mst, jumlah daun kacang tanah

paling banyak pada media tanam pasir 77 daun, dan tidak ada daun pada
media tanam sekam padi. Berikut adalah grafik jumlah daun tanaman
kacang tanah.

Gambar 23. Grafik Jumlah Daun Tanaman Kacang Tanah

Tabel 17. Waktu Tumbuh Tanaman Kacang Tanah


Media Tanam
Tanah
Serbuk gergaji
Sekam padi
Kompos
Pasir
Cocopeat

Saat Bibit Bertunas


4 hst
4 hst
0 hst
5 hst
3 hst
13 hst

Gambar 24. Waktu Benih Tanaman Kacang Tanah Berkecambah

4.2 Pembahasan Hasil Pengamatan


4.2.1 Tanaman Jagung
Tanaman jagung memiliki tipe perkecambahan hipogeal. Perkecambahan
tipe hipogeal adalah perkecambahan dimana kotiledon tidak dapat terangkat ke
atas permukaan tanah sehingga hipokotil tidak tampak di atas permukaan tanah
(Kusfebriani, 2010). Contoh tumbuhan yang mengalami perkecambahan hipogeal
adalah kacang ercis, kacang kapri, jagung, dan rumput-rumputan (Campbell et al.,
2000: 366).
Pertumbuhan tanaman jagung paling baik pada media tanam kompos
dilihat dari tinggi, jumlah daun, dan waktu benih berkecambah. Tinggi tanaman
jagung pada media tanam kompos selama 6 mst setinggi50 cm. Jumlah daunnya
sebanyak 7 helai daun dan waktu benih berkecambah 4 hst. Menurut Redaksi PS
(2007), kelebihan dari penggunaan kompos sebagai media tanam adalah sifatnya
yang mampu mengembalikan kesuburan tanah melalui perbaikan sifat-sifat tanah
baik fisika, kimiawi, maupun biologis. Selain itu, kompos juga sebagai fasilitator
dalam penyerapan unsur Nitrogen (N) yang sangat dibutuhkan oleh tanaman.
Kandungan bahan organik yang tinggi dalam kompos sangat penting untuk
memperbaiki kondisi tanah. Tanah yang mengandung kadar lempung sedang,
disertai dengan drainase yang baik serta banyak mengandung bahan organik yang
tinggi adalah cocok untuk tanaman jagung (Sutarya dan Grubben, 1995).
Pertumbuhan tanaman jagung kurang baik pada media tanam sekam padi dan
cocopeat, dilihat dari tinggi, jumlah daun, dan waktu benih berkecambah.
Tanaman jagung tidak tumbuh pada kedua media tanam tersebut. Menurut Asril
(1981), kelemahan sekam mentah, pada kondisi lembab sekam mudah
mengundang jamur untuk tumbuh, dan biasanya kutu akar (root mealy bug) sering
bersarang pada media sekam mentah yang lembab. Sedangkan menurut Fahmi
(2013), cocopeat mengandung zat tannin yang dapat menghambat pertumbuhan
tanaman. Selain itu cocopeat mudah terserang jamur apabila terlalu lembab. Jadi
kemungkinan mengapa kacang hijau tidak tumbuh pada cocopeat karena zat

tannin tersebut maupun karena jamur. Mungkin saja adanya jamur mengakibatkan
bawang merah tidak tumbuh pada media tanam cocopeat.

4.2.2 Tanaman Bawang Merah


Tanaman bawang merah memiliki tipe perkecambahan umbi lapis. Umbi
lapis daun berisi cadangan makanan tersusun berlapis-lapis yang tumbuh di dalam
tanah. Umbi lapis diselubungi oleh sisik-sisik yang mirip kertas. Contoh
tumbuhan yang berkembang biak dengan umbi lapis adalah tumbuhan lili, tulip,
dan bawang (Abdurahman, 2008)
Pertumbuhan tanaman bawang merah paling baik pada media tanam
kompos dilihat dari tinggi, jumlah daun, dan waktu berkecambah. Menurut
Redaksi PS (2007), kelebihan dari penggunaan kompos sebagai media tanam
adalah sifatnya yang mampu mengembalikan kesuburan tanah melalui perbaikan
sifat-sifat tanah baik fisika, kimiawi, maupun biologis. Selain itu, kompos juga
sebagai fasilitator dalam penyerapan unsur Nitrogen (N) yang sangat dibutuhkan
oleh tanaman. Kandungan bahan organik yang tinggi dalam kompos sangat
penting untuk memperbaiki kondisi tanah. Tanaman bawang merah tumbuh
kurang optimal pada media tanam cocopeat. Menurut Fahmi (2013), cocopeat
mengandung zat tannin yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Selain itu
cocopeat mudah terserang jamur apabila terlalu lembab. Jadi kemungkinan
mengapa bawang merah tidak tumbuh pada cocopeat karena zat tannin tersebut
maupun karena jamur. Padahal seperti yang diungkapkan Redaksi PS (2007),
kelebihan dari media tanam sabut kelapa adalah karakteristiknya yang mampu
mengikat dan menyimpan air dengan kuat, sesuai di daerah panas, dan
mengandung unsur hara esensial seperti Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Kalium
(K), Natrium (Na), dan Fosfor (P) yang baik untuk pertumbuhan tanaman.
4.2.3 Kacang Panjang
Tanaman kacang panjang memiliki tipe perkecambahan epigeal.
Perkecambahan epigeal adalah perkecambahan yang dimulai dengan terangkatnya
kotiledon ke atas permukaan tanah sehingga bagian hipokotil dapat terlihat di atas
permukaan tanah (Kusfebriani, 2010). Contoh tumbuhan yang mengalami

perkecambahan epigeal adalah kacang hijau, kedelai, bunga matahari, kacang


tanah, dan kacang panjang (Campbell et al., 2000: 366).
Pertumbuhan tanaman kacang panjang paling baik pada media tanam
tanah dilihat dari tinggi, jumlah daun, dan waktu benih berkecambah. Tinggi
tanaman kacang panjang pada media tanam kompos adalah 32.1 cm, jumlah
daunnya 23 dan waktu benih berkecambah 3 hst. Menurut Redaksi PS (2007),
kelebihan dari penggunaan kompos sebagai media tanam adalah sifatnya yang
mampu mengembalikan kesuburan tanah melalui perbaikan sifat-sifat tanah baik
fisika, kimiawi, maupun biologis. Selain itu, kompos juga sebagai fasilitator
dalam penyerapan unsur Nitrogen (N) yang sangat dibutuhkan oleh tanaman.
Kandungan bahan organik yang tinggi dalam kompos sangat penting untuk
memperbaiki kondisi tanah. Tanah merupakan hasil transformasi zat-zat mineral
dan organik di muka daratan bumi. Dapat dikatakan bahwa tanah adalah sumber
utama penyedia zat hara bagi tumbuhan. Tanah juga adalah tapak utama terjadinya
berbagai bentuk zat didalam daur makanan (Rachman, 2009). Sejalan dengan
pernyataan kedua sumber, media tanah yang digunakan pada praktikum bertekstur
liat berpasir yang diambil dari lahan Ngijo. Maka dari itu, media tanam kompos
paling baik untuk pertumbuhan kacang panjang pada praktikum ini.
4.2.4 Singkong
Pertumbuhan singkong paling baik pada media tanam kompos dilihat dari
tinggi, jumlah daun, dan waktu tumbuh singkong. Panjang tanaman singkong
pada media kompos adalah 37 cm, jumlah daunnya 54 dan waktu tumbuh 5 hst.
Teknik perbanyakan tanaman singkong yang sering dilakukan petani
adalah dengan stek batang atau pucuk. Bibit yang berupa stek harus memenuhi
syarat: tanaman telah berumur dua bulan atau lebih, panjang stek antara 2025
cm, ruas ruasnya rapat dan buku-bukunya tidak berakar, simpan ditempat teduh
selama 17 hari (Dirjen Tanaman Pangan, 2012).
Menurut Redaksi PS (2007), kelebihan dari penggunaan kompos sebagai
media tanam adalah sifatnya yang mampu mengembalikan kesuburan tanah
melalui perbaikan sifat-sifat tanah baik fisika, kimiawi, maupun biologis. Selain
itu, kompos juga sebagai fasilitator dalam penyerapan unsur Nitrogen (N) yang
sangat dibutuhkan oleh tanaman. Kandungan bahan organik yang tinggi dalam

kompos sangat penting untuk memperbaiki kondisi tanah. Singkong dapat tumbuh
dengan baik pada media tanam yang memiliki sifat fisik remah, gembur, mudah
mengikat air dan kandungan bahan organik tinggi (Wargiono, 1980). Media
kompos memiliki kandungan bahan organik tinggi serta berdrainase baik. Selain
itu, struktur kompos yang gembur namun kuat menahan batang singkong, juga
merupakan faktor yang membuat singkong dapat tumbuh baik pada kompos.
Singkong tidak dapat tumbuh pada media tanam pasir karena pasir miskin unsur
hara. Umumnya pasir yang digunakan adalah pasir malang. Menurut
bestbudidayatanaman (2015) kelemahan dari pasir malang miskin unsur hara.
Kekurangan unsur hara dapat menyebabkan tumbuhan tidak dapat tumbuh sama
sekali atau tidak dapat tumbuh optimal.

4.2.5 Daun Zamia


Perkembang biakan daun zamia adalah dengan setek daun etek daun
merupakan salah satu teknik setek yang menggunakan bagian daun tanaman atau
daun yang bertunas. Tanaman yang bisa diperbanyak melalui setek daun adalah
tanaman hias seprti cocor bebek dan daun zamia (Mangyono, 2014). Pertumbuhan
Daun Zamia paling baik pada media tanam tanah dilihat dari tingginya
dibandingkan dengan media tanam lain. Untuk parameter lain seperti jumlah daun
dan waktu tumbuh tanaman tidak digunakan karena tidak menunjukkan perbedaan
hasil selama pengamatan. Tanaman Daun Zamia pada media tanam pasir memiliki
tinggi 11 cm. Pasir ternyata bagus untuk pertumbuhan Daun Zamia karena
porositasnya yang tinggi dan juga pasir memiliki kemampuan kapasitas tukar
kation yang rendah sehingga sangat lambat dalam melepaskan unsur hara. Jenis
pasir yang umum digunakan adalah pasir malang.
Menurut bestbudidayatanaman (2015) pasir sering digunakan sebagai
media tanam alternative untuk menggantikan fungsi tanah. Sejauh ini, pasir
dianggap memadai dan sesuai jika digunakan sebagai media untuk penyemaian
benih, pertumbuhan bibit tanaman, dan perakaran setek batang tanaman. Sifatnya
yang cepat kering akan memudahkan proses pengangkatan bibit tanaman yang
dianggap sudah cukup umur untuk dipindahkan ke media lain. Sementara bobot

pasir yang cukup berat akan mempermudah tegaknya setek batang. Selain itu,
keunggulan media tanam pasir adalah kemudahan dalam penggunaan dan dapat
meningkatkan system aerasi serta drainase media tanam. Pasir malang dan pasir
bangunan merupakan jenis pasir yang sering digunakan sebagai media tanam.
Oleh karena memiliki pori-pori berukuran besar (pori-pori makro) maka
pasir menjadi mudah basah dan cepat kering oleh proses penguapan. Kohesi dan
konsistensi (ketahanan terhadap proses pemisahan) pasir sangat kecil sehingga
mudah terkikis oleh air atau angin. Dengan demikian, emdia pasir lebih
membutuhkan pengairan dan pemupukan yang lebih intensif. Hal tersebut yang
menyebabkan pasir jarang digunakan sebagai media tanam secara tunggal.
4.2.6 Kacang Tanah
Tanaman kacang panjang memiliki tipe perkecambahan epigeal.
Perkecambahan epigeal adalah perkecambahan yang dimulai dengan terangkatnya
kotiledon ke atas permukaan tanah sehingga bagian hipokotil dapat terlihat di atas
permukaan tanah (Kusfebriani, 2010). Contoh tumbuhan yang mengalami
perkecambahan epigeal adalah kacang hijau, kedelai, bunga matahari, kacang
tanah, dan kacang panjang (Campbell et al., 2000: 366).
Pertumbuhan kacang tanah paling baik pada media tanam kompos dilihat
dari tingginya dibandingkan dengan media tanam lain. Untuk parameternya tinggi
tanaman lebih tinggi dibandingkan yang lain, yaitu 21 cm. Menurut Redaksi PS
(2007), kelebihan dari penggunaan kompos sebagai media tanam adalah sifatnya
yang mampu mengembalikan kesuburan tanah melalui perbaikan sifat-sifat tanah
baik fisika, kimiawi, maupun biologis. Selain itu, kompos juga sebagai fasilitator
dalam penyerapan unsur Nitrogen (N) yang sangat dibutuhkan oleh tanaman.
Tanaman kacang tanah tidak tumbuh pada media sekam padi. Menurut BBPP
(2010) karena sifatnya yang terlalu beronggaa sehingga kurang kuat dalam
memegang tanaman.

5. KESIMPULAN
Pada praktikum ini telah dilakukan penanaman berbagasi macam bahan
tanam dengan menggunkana berbagai media tanam yang berbeda. Media tanam
yang digunakan seperti tanah, campuran tanah dan pupuk kandang (kompos),
sekam, serbuk gergaji, cocopeat dan pasir. Sedangkan tanaman yang ditanam
adalah benih jagung, benih kacang panjang, benih kacang tanah, stek umbi batang,

stek daun zamiah, stek bawang merah. Pada setiap tanaman yanng ditanam pada
media tanaman yang berbeda menunjukkan hasil yang beragam.
Pada penanaman jagung tumbuh paling optimal di media kompos, karena
kompos memiliki sifat yang mampu mengembalikan kesuburan tanah melalui
perbaikan sifat-sifat tanah baik fisika, kimiawi, maupun biologis baik. Jagung
tidak tumbuh pada media cocopeat karena cocopeat dapat menghasilkan jamur
jika dalam kondisi lembab. Mungkin selama pertumbuhan, di polibag dalam
kondisi lembab.
Pada penanaman benih bawag merah terlihat bahwa tanaman ini dapat
tumbuh di semua media, bisa dikatakan karena mungkin media yang tidak cocok
untuk tanaman ini. Mungkin karena tanaman bawang merah dapat beradaptasi
dengan baik di setiap media tanam.
Tanaman singkong hanya dapat tumbuh pada media sekam dan kompos.
Sedangkan di tanaman lainnya tanaman singkong tidak tumbuh dengan baik.
Sedangkan untuk tanaman kacang panjang tumbuh di semua media tanam kecuali
tanah dan cocopeat. Untuk zamia tumbuh di semua media tanam kecuali cocopeat.
Cocopeat mengeluarkan zat tanin yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman.
Untuk kacang tanah tumbuh di semua media tanam kecuali sekam padi.
Dapat di simpulkan bahwa semua tanaman dapat tumbuh dengan baik dan
optimal pada media tanam kompos karena kompos memiliki sifat yang dapat
mengembalikan kesuburan tanah melalui perbaikan sifat tanah baik secara
kimiawi, fisika, dan biologi.

DAFTAR PUSTAKA
Abdurahman, D, 2008. Biologi Kelompok Pertanian. Jakarta: Grafindo.
Akmal, I. 2002. SRI Indoor Pot Plant. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Arang
Batok.
2014.
Standar
Mutu
Batok
dalam
http://www.arangbatok.org/2014/07/standar-mutu-arang-batok.html. Diakses
pada 2 Mei 2016
Asril, L. 1981. Penjernihan air menggunakan arang sekam padi skala keluarga
untuk daerah pedesaan dalam kumpulan makalah : Lokakarya penelitian

dan pengembangan teknologi tepat guna penyediaan air minum dan


pembuangan kotoran di pedesaan, Cimacan. Jakarta : Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, Pusat Penelitian Ekologi Kesehatan.
BBPP. 2010. Media Tanam Hidroponik dari Arang Sekam. http://www.bbpplembang.info/index.php./arsip/artikel-pertanian/503-media-tanam Diakses
pada 3 Mei 2016
Bestbudidayatanaman. 2015. Budidaya Tanaman Pembibitan Perawatan dalam
http://www.bestbudidayatanaman.com/2015/01/macam-macam-media-tanamorganik-dan-anorganik.htmlDiakses pada 3 Mei 2016
Campbell, et al. 2000. Biologi edisi 5 jilid 3. Alih Bahasa: Wasman manalu.
Erlangga. Jakarta.
Diakses pada 2 Mei 2016
Direktorat Jendrat Tanamanan Pangan, Kementerian Pertanian. 2012: Roadmap
Peningkatan Produksi Singkong Tahun 2010 2014.
Eaton, R. 2016. Moss dalam http://esciencelog.com/291038-moss.html
Fahmi, Ismail Zaki. 2013. Media Tanam Sebagai Faktor Eksternal yang
Mempengaruhi Pertumbuhan Tanaman. Balai Besar Perbenihan dan
Proteksi
Tanaman
Perkebunan
Surabaya.
http://ditjenbun.pertanian.go.id/bbpptpsurabaya/tinymcpuk/gambar/file/17.
%20MEDIA%20TANAM%20SEBAGAI%20FAKTOR%20EKSTERNAL
%20DALAM%20PERKECAMBAHAN%20BENIH-OK.pdf. Diakses pada
tanggal 1 Mei 2016.
Falah, M. 2013. Sampah Jadi Pupuk dalam 24 Jam? Ini Triknya dalam
http://www.republika.co.id/berita/jurnalismewarga/wacana/13/01/14/mgloj8-sampah-jadi-pupuk-dalam-24-jam-initriknya. Diakses pada 2 Mei 2016
Gunastri, C. T. 2012. Mangga Top di Kebun dan Pot. Malang: Penebar Swadaya.
Heriswanto, K. 2014. Bagaimana menyiapkan media tanam yang baik bagi
tanaman
sayuran?.http://jakarta.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php?
option=com_content&view=article&id=401:bagaimana-menyiapkan-mediatanam-yang-baik-bagi-tanaman-sayuran-&catid=4:info-aktual
Diakses pada tanggal 23 April 2016
Karmana, O. 2007. Cerdas Belajar Biologi. Jakarta: Grafindo.
Kusfebriani, N. A. Saputri, N.A. Lisan, V. Wuryaningrum, dan R. Rachmadini.
2010. Fisiologi Tumbuhan Perkecambahan dan Dormansi. Makalah.
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Negeri
Jakarta. Jakarta. 28 p.
Liferdi. 2016. Vertikultur Tanaman Sayur. Jakarta: Penebar Swadaya.
Mangyono. 2014. Cara Memperbanyak Cocor Bebek dengan Setek Daun.
http://www.mangyono.com/2014/06/cara-memperbanyak-cocor-bebekdengan.html. Diakses pada 3 Mei 2016

Mulawarman, et al.. 2002. PENGELOLAAN BENIH POHON : Sumber Benih,


Pengumpulan dan Penanganan Benih. Bogor: International Centre for
Research in Agroforestry (ICRAF) and Winrock International.
Pujiyanto, et al. 2008. Panduan Lengkap Kakao. Jakarta: Penebar Swadaya.
Qurnia, T. 2014. 20 Tanaman Buah dakam Pot Rajin Berbuah. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Rachman, S. 2009. Penerapan Pertanian Organik Pemasyarakatan dan
Pengembangannya. Yogyakarta: Kanisius.
Redaksi PS, 2007. Media Tanam Untuk Tanaman Hias. Jakarta: Penebar Swadaya.
Suparman, et al. 2007. Perbanyakan dan Budidaya Tanaman Buah-Buahan:
Durian, Mangga, Jeruk, Melinjo, dan Sawo. Bogor: Pedoman Lapang edisi
kedua. International Centre for Research in Agroforestry (ICRAF) and
Winrock International.
Sutarya, R dan G. Grubben. 1995. Pedoman Bertanam Sayuran Dataran Rendah.
UGM Press: Yogyakarta.
Vina.

2014.
Silika
dari
Sekam
Padi
dalam
http://teknopreneur.com/biotek/teknopreneur-silika-dari-sekam-padi.
Diakses pada 2 Mei 2016

Wargiono, J. 1980. Ubi Jalar dan Cara Bercocok Tanamnya. Buletin Teknik No.
5. Bogor: Lembaga Pusat Penelitian Pertanian.
Wiryanata, B. T. Wahyu, 2007. Media Tanam untuk Tanaman Hias. Jakarta:
Agromedia Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai