Nama
NIM
Kelas
Asisten
Prodi
Oleh :
: Rizqy Baarokah Faatihah
: 155040207111142
: D/D1
: Alief Rodhlian W.
: Agroekoteknologi
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu hal terpenting dalam usaha budidaya tanaman adalah dengan
memperhatikan media dan bahan yang digunakan saat penanaman. Langkah awal
yang dapat dilakukan adalah dengan persiapan media tanam. Setiap tanaman
memerlukan media tanam dengan komposisi unsur yang berbeda-beda. Oleh
karena itu, dengan keadaan media tanam yang tepat maka sudah pasti dapat
mendukung pertumbuhan suatu jenis tanaman dengan baik. Media yang umum
digunakan adalah tanah. Namun, terdapat banyak media yang dapat digunakan
untuk pertumbuhan tanaman yang dirasa lebih praktis dan efisien yang
dikategorikan ke dalam media tanam non-tanah.
Bahan tanam merupakan hal yang penting dalam tahap awal melakukan
budidaya tanaman. Bahan tanam dapat berupa bibit atau benih. Benih adalah biji
yang telah mendapat perlakuan atau pengolahan yang sangat baik dan merupakan
hasil penggabungan dari dua gamet. Perbanyakan melalui benih biasanya disebut
juga perbanyakan generatif. Kemudian bahan tanam yang lain adalah bibit yang
merupakan tanaman hasil penangkaran yang siap untuk ditanam. Bibit dapat
berasal dari perbanyakan generatif yaitu biji atau benih, dan juga dapat berasal
dari perbanyakan vegetatif yaitu cangkok, okulasi dan stek. Agar mendapatkan
hasil produksi yang optimal, maka diperlukan pemilihan benih dan bibit yang
unggul dan sesuai media tanam dan kebutuhan tanaman tersebut.
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui pengaruh perbedaan jenis media tanam terhadap
beberapa komoditas, yaitu jagung, kedelai, kacang panjang, daun zamia, kacang
tanah, dan singkong serta untuk mengetahui jenis media tanam yang cocok untuk
komoditas tersebut.
2.
TINJAUAN PUSTAKA
tanam tunggal. Tanah harus dicampur dengan media tanam lain yang dapat
meningkatkan porositasnya serta menunjang kebutuhan hara tanaman. Pasalnya,
tanaman hias umumnya menyukai media yang porous dan kaya hara (Wiryanta,
2007).
Media tanah sudah biasa digunakan dalam usaha budidaya tanaman. Tanah
digunakan sebagai media utama pada pertanian. Namun, seiring dengan
perkembangan zaman, pengetahuan manusia mengenai tanah sebagai media tanam
juga berkembang. Unsur-unsur kebutuhan tanah untuk kesuburan tanaman perlu
perlakuan khusus. Sebagai contoh media tanah dapat dikombinasikan dengan
campuran lainnya antara lain pupuk kandang dan sekam untuk menambah
kebutuhan unsur dengan takaran tertentu. (Liferdi,2016)
2.3.2 Bukan Tanah
Menurut Liferdi (2016), saat ini tanah bukanlah satu-satunya media tanam.
Penanaman tanpa tanah dikenal dengan sistem hidroponik. Media tanam dapat
dikategorikan ke dalam dua jenis berdasarkan bahan penyusunnya.
Menurut Qurnia (2014) yang termasuk kedalam kategori bahan organik
kebanyakan berasal dari komponen organisme hidup. Beberapa jenis bahan
organik yang dapat dijadikan sebagai media tanam antara lain:
1) Sekam padi
Sekam padi adalah kulit biji padi yang sudah digiling. Sekam padi yang biasa
digunakan bisa berupa sekam bakar atau sekam mentah. Sekam berperan dalam
perbaikan struktur tanah sehingga sistem aerasi dan drainasi media tanam menjadi
lebih baik. Sekam bakar lebih gembur karena tinggi akan karbon tetapi lebih
mudah lapuk.
Gambar 2. Kompos
(Falah, 2013)
3) Moss
Moss yang dijadikan sebagai media tanam berasal dari akar paku-pakuan
yang banyak dijumpai di hutan-hutan. Moss sering digunakan untuk media tanam
penyemaian sampai tahap pembungaan. Media ini mempunyai banyak rongga
sehingga memungkinkan akar tanaman tumbuh dan berkembang dengan leluasa.
(Eaton, 2016)
4) Arang
Arang bisa berasal dari kayu atau batok kelapa. Media tanam ini sangat cocok
digunakan untuk tanaman anggrek dengan kelembaban tinggi. Hal itu karena
arang kurang mampu mengikat air dalam jumlah banyak. Keunikan dari media
arang adalah sifatnya yang buffer (penyangga). Dengan demikian arang dapat
menetralisir dan mengadaptasikan kekeliruan unsur hara dalam pupuk.
Gambar 3. Arang
(Arang Batok, 2014)
5) Humus
Humus adalah segala macam hasil pelapukan bahan organik oleh jasad renik
dan merupakan sumber energi jasad mikro tersebut. Humus sangat membantu
dalam proses penggemburan tanah yang memiliki kemampuan daya tukar ion
yang tinggi sehingga bisa menyimpan unsur hara.
Gambar 4. Humus
6) Sabut kelapa
Sabut kelapa atau coco peat merupakan bahan organik alternatif yang dapat
digunakan sebagai media tanam. Sebaiknya berasal dari buah kelapa tua karena
memiliki serat yang kuat. Kelebihan sabut kelapa sebagai media taam lebih ke
karakteristiknya yang mampu mengikat dan menyimpan air dengan kuat, sesuai
untuk daerah panas, mengandung unsur hara essensial seperti Ca, Mg, K, N, dan P
Sedangkan untuk media tanam anorganik bisa berasal dari bahan sintesis tau
kimia. Menurut Akmal (2002), beberapa media anorganik yang sering dijadikan
sebagai media tanam yaitu:
1) Tanah liat
Tanah liat merupakan jenis tanah yang memiliki tekstur paling halus dan
lengket atau berlumpur. Karakteristik dari tanah liat adalah memiliki pori yang
berukuran kecil (pori mikro) yang lebih banyak dari pori yang berukuran besar
(pori makro) sehingga memiliki kemampuan mengikat air yang cukup kuat.
2) Pasir
Pasir sering digunakan sebagai media tanam alternatif untuk menggantikan
fungsi tanah. Media tanam ini baik untuk penyemaian benih, pertumbuhan bibit
tanaman dan perakaran setek batang tanaman. Sifatnya yang mudah kering akan
memudahkan proses pengangkatan bibit tanaman yang dianggap sudah cukup
umur untuk dipindahkan ke media lain.
Gambar 5. Pasir
3) Hidrogel
Merupakan salah satu media tanam anorganik yang banyak diminati. Sebagai
pengganti tanah, media tanam ini dibuat dari bahan polimer (biji plastik)
berbentuk kristal (kaca). Apabila disentuh terasa lunak seperti agar-agar. Media ini
memiliki kelebihan yaitu bisa dipakai untuk semua jenis tanaman yang diletakan
dalam ruang. Tidak hanya itu, hidrogel juga dapat digunakan dalam pembibitan
tanaman.
Gambar 6. Hidrogel
4) Pecahan batu bata
Keunggulan media ini adalah selain tidak mudah lapuk ia juga mempunyai
aerase dan drainase yang baik. Anggrek merupakan tanaman yang sering
mengguanakan pecahan batu bata sebagai media dasar pot.
5) Gabus (sterofoam)
Gabus merupakan bahan anorganik yang terbuat dari ikatan polimer styrene
yang dapat dijadikan sebagai media tanam alternatif.
6) Spons
Sifat spons yang ringan dan mudah dipindahkan membuat media ini menjadi
pilihan. Spons juga memiliki daya serap yang tinggi terhadap air dan unsur hara
yang essensial. Kelemahannya media ini
2.4 Syarat Media Tanam yang Baik
Menurut Heriswanto (2014), media tanam harus sesuai dengan jenis tanaman
yang akan ditanam. Vertikultur atau polibag sebagai wadah media tanam memiliki
volume dan ruang yang terbatas bagi pertumbuhan perakaran, oleh karena itu
media tanam harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
(1) Subur atau kaya unsur hara,
(2) Bersifat porus atau cair cepat meresap dan tidak tergenang,
(3) Bebas dari benda padat yang dapat mengganggu pertumbuhan akar,
(4) Bebas bahan pencemar atau perusah unsur hara,
(5) Bukan tanah bekas pertanaman yang endemik penyakit tertentu.
Keuntungannya antara lain dapat diperoleh varietas baru yang baik serta
pertumbuhan tanamannya kuat/lebih panjang umurnya.
Bibit yang dihasilkan dari perbanyakn dengan biji belum tentu menghasilkan
buah yang sama dengan induknya. Hal itu terjadi karena adanya kemungkinan
penyerbukan varietas-varietas lain yang tidak diinginkan sehingga sifat buah yag
muncul bisa beranekaragam. Selain itu, bibit dari perbanyakan biji relatif
memerlukan waktu yang lama untuk dapat mulai berbuah, sekita 4-8 tahun setelah
tanam. Oleh karena itu, bibit hasil perbanyakan dengan biji biasanya hanya
digunakan sebagai batang bawah pada bibit sambung pucuk dan bibit okulasi.
Akar tunjangnya yang kokoh berfungsi sebagai penopang tanaman agar tidak
roboh.
ii.
iii.
Kerugian:
i.
ii.
iii.
ii.
Sifat
turunan
tidak
sama
dengan
induk,
sehingga
2.7.4
Suhu
Suhu yang terlalu tinggi atau rendah dapat menurunkan daya tumbuh saat
melakukan perbanyakan baik generatif maupun vegetatif
b)
Kelembaban udara
Kelembaban udara mampu mempertahankan kadar air benih dan dapat
mempengaruhi pertumbuhan.
c)
Kadar air
d)
Kesiapan lahan
e)
f)
- Pisau
- Ember
- Penggaris
- Polibag
- Modul
- Kamera
pengamatan
3.1.2 Bahan
- Tanah
- Pasir
- Kompos
- Sekam padi
- Serbuk gergaji
- Singkong
- Bawang Merah
- Jagung
- Kacang Tanah
- Daun Zamia
Generatif
Vegetatif
Singkong
Bawang
Merah
3.2.2
Daun
Zamia
Jagung
Kacang
tanah
Kacang
panjang
3.2.3
Tanaman Jagung
5 mst
17
14
0
41
18
0
6 mst
23
15
0
45
18,5
0
7 mst
24,5
15,5
0
50
19
0
Tanah
5 mst
5
6 mst
5
7 mst
5
Serbuk gergaji
Sekam padi
Kompos
Pasir
Cocopeat
Media
5 mst
11
6 mst
13
7 mst
13
13.8
14
14.2
11
13
Sekam padi
5.1
11
15
18
18
Kompos
24
25
26
26
Pasir
16
20
21
21
Cocopeat
10
12
Tanah
Serbuk gergaji
Sekam padi
12
12
12
Kompos
14
19
21
Pasir
10
10
10
Cocopeat
hingga 7 mst selalu bertambah dan memiliki jumlah daun paling banyak. 7
mst jumlah daun pada media kompos berjumlah 21. Pada media lainnya,
pertambahan jumlah daun setiap minggunya terus bertambah. Pada 7 mst,
jumlah daun jagung paling banyak pada media tanam sekam padi, yaitu
12 daun, dan paling sedikit pada media tanam cocopeat, serbuk gergaji,
dan tanah.
Serbuk gergaji
3 hst
Sekam padi
12 hst
Kompos
16 hst
Pasir
13 hst
Cocopeat
5 hst
Gambar 12. Gambar Diagram Batang Waktu Tumbuh Tanaman Bawang Merah
4.1.3
Tanah
5 mst
0
6 mst
0
7 mst
0
Serbuk gergaji
9.7
22
23.5
25.6
27.2
29.1
Sekam padi
Kompos
11
23.5
26
27.9
30.3
32.1
Pasir
12.8
16.2
20.4
24.6
26.2
Cocopeat
Media
Berikut adalah tabel data hasil pengamatan jumlah daun tanaman kacang
panjang merah pada usia 2 sampai 7 minggu setelah tanam (mst), pengaruh
berbagai jenis media tanam.
Tanah
5 mst
0
6 mst
0
7 mst
0
Serbuk gergaji
13
18
21
Sekam padi
Kompos
11
17
23
Pasir
12
15
20
Cocopeat
Media
Serbuk gergaji
4 hst
Sekam padi
0 hst
Kompos
3 hst
Pasir
6 hst
Cocopeat
0 hst
4.1.4
Tanaman Singkong
b. Tinggi Tanaman
Berikut adalah tabel data hasil pengamatan tinggi tanaman
singkong pada usia 2 sampai 7 minggu setelah tanam (mst), pengaruh
berbagai jenis media tanam.
Tabel 9. Tinggi Tanaman Singkong
Tanah
5 mst
0
6 mst
0
7 mst
0
Serbuk gergaji
Sekam padi
10,8
14,6
18
18,7
19,3
19,8
Kompos
8,5
9,2
14
16,4
19,2
21,7
Pasir
Cocopeat
6,25
Media
Tanah
5 mst
0
6 mst
0
7 mst
0
Serbuk gergaji
Sekam padi
12
14
15
Kompos
10
12
16
18
Pasir
Cocopeat
Media
masa
Serbuk gergaji
0 hst
Sekam padi
3 hst
Kompos
4 hst
Pasir
0 hst
Cocopeat
5 hst
4.1.5
Tanaman Zamia
Tanah
5 mst
9,4
6 mst
9,5
7 mst
9,7
Serbuk gergaji
7,3
7,3
7,4
7,5
7,7
7,8
Sekam padi
6,4
6,5
6,6
6,7
6,8
6,8
Kompos
9,2
9,2
9,3
9,5
9,6
9,7
Pasir
10,5
10,7
10,7
10,8
10,9
11
Cocopeat
Media
Tanah
5 mst
1
6 mst
1
7 mst
1
Serbuk gergaji
Sekam padi
Kompos
Pasir
Cocopeat
Media
Data diatas terlihat jumlah daun tanaman zamia stabil pada setiap
media tanamnya. Pada semua media tanam, jumlah daun zamia selama
masa pertembuhan mulai 2 mst hingga 7 mst adalah tetap 1 daun. Berikut
ini adalah grafik jumlah daun Zamia
5 mst
13
12,5
0
18
13
13
6 mst
15,5
13
0
20
14,5
15
7 mst
17
14
0
21
15
17
pada media tanam kompos dengan hasil akhir selama 7 mst adalah 21 cm
dan yang paling rendah terdapat pada media tanam serbuk gergaji. Pada
media tanam lainnya tinggi tanaman kacang berkisar 15 cm-17 cm. Berikut
adalah grafik tinggi tanaman kacang tanah.
5 mst
50
28
0
37
26
8
6 mst
54
55
0
54
52
9
7 mst
54
60
0
72
77
10
paling banyak pada media tanam pasir 77 daun, dan tidak ada daun pada
media tanam sekam padi. Berikut adalah grafik jumlah daun tanaman
kacang tanah.
tannin tersebut maupun karena jamur. Mungkin saja adanya jamur mengakibatkan
bawang merah tidak tumbuh pada media tanam cocopeat.
kompos sangat penting untuk memperbaiki kondisi tanah. Singkong dapat tumbuh
dengan baik pada media tanam yang memiliki sifat fisik remah, gembur, mudah
mengikat air dan kandungan bahan organik tinggi (Wargiono, 1980). Media
kompos memiliki kandungan bahan organik tinggi serta berdrainase baik. Selain
itu, struktur kompos yang gembur namun kuat menahan batang singkong, juga
merupakan faktor yang membuat singkong dapat tumbuh baik pada kompos.
Singkong tidak dapat tumbuh pada media tanam pasir karena pasir miskin unsur
hara. Umumnya pasir yang digunakan adalah pasir malang. Menurut
bestbudidayatanaman (2015) kelemahan dari pasir malang miskin unsur hara.
Kekurangan unsur hara dapat menyebabkan tumbuhan tidak dapat tumbuh sama
sekali atau tidak dapat tumbuh optimal.
pasir yang cukup berat akan mempermudah tegaknya setek batang. Selain itu,
keunggulan media tanam pasir adalah kemudahan dalam penggunaan dan dapat
meningkatkan system aerasi serta drainase media tanam. Pasir malang dan pasir
bangunan merupakan jenis pasir yang sering digunakan sebagai media tanam.
Oleh karena memiliki pori-pori berukuran besar (pori-pori makro) maka
pasir menjadi mudah basah dan cepat kering oleh proses penguapan. Kohesi dan
konsistensi (ketahanan terhadap proses pemisahan) pasir sangat kecil sehingga
mudah terkikis oleh air atau angin. Dengan demikian, emdia pasir lebih
membutuhkan pengairan dan pemupukan yang lebih intensif. Hal tersebut yang
menyebabkan pasir jarang digunakan sebagai media tanam secara tunggal.
4.2.6 Kacang Tanah
Tanaman kacang panjang memiliki tipe perkecambahan epigeal.
Perkecambahan epigeal adalah perkecambahan yang dimulai dengan terangkatnya
kotiledon ke atas permukaan tanah sehingga bagian hipokotil dapat terlihat di atas
permukaan tanah (Kusfebriani, 2010). Contoh tumbuhan yang mengalami
perkecambahan epigeal adalah kacang hijau, kedelai, bunga matahari, kacang
tanah, dan kacang panjang (Campbell et al., 2000: 366).
Pertumbuhan kacang tanah paling baik pada media tanam kompos dilihat
dari tingginya dibandingkan dengan media tanam lain. Untuk parameternya tinggi
tanaman lebih tinggi dibandingkan yang lain, yaitu 21 cm. Menurut Redaksi PS
(2007), kelebihan dari penggunaan kompos sebagai media tanam adalah sifatnya
yang mampu mengembalikan kesuburan tanah melalui perbaikan sifat-sifat tanah
baik fisika, kimiawi, maupun biologis. Selain itu, kompos juga sebagai fasilitator
dalam penyerapan unsur Nitrogen (N) yang sangat dibutuhkan oleh tanaman.
Tanaman kacang tanah tidak tumbuh pada media sekam padi. Menurut BBPP
(2010) karena sifatnya yang terlalu beronggaa sehingga kurang kuat dalam
memegang tanaman.
5. KESIMPULAN
Pada praktikum ini telah dilakukan penanaman berbagasi macam bahan
tanam dengan menggunkana berbagai media tanam yang berbeda. Media tanam
yang digunakan seperti tanah, campuran tanah dan pupuk kandang (kompos),
sekam, serbuk gergaji, cocopeat dan pasir. Sedangkan tanaman yang ditanam
adalah benih jagung, benih kacang panjang, benih kacang tanah, stek umbi batang,
stek daun zamiah, stek bawang merah. Pada setiap tanaman yanng ditanam pada
media tanaman yang berbeda menunjukkan hasil yang beragam.
Pada penanaman jagung tumbuh paling optimal di media kompos, karena
kompos memiliki sifat yang mampu mengembalikan kesuburan tanah melalui
perbaikan sifat-sifat tanah baik fisika, kimiawi, maupun biologis baik. Jagung
tidak tumbuh pada media cocopeat karena cocopeat dapat menghasilkan jamur
jika dalam kondisi lembab. Mungkin selama pertumbuhan, di polibag dalam
kondisi lembab.
Pada penanaman benih bawag merah terlihat bahwa tanaman ini dapat
tumbuh di semua media, bisa dikatakan karena mungkin media yang tidak cocok
untuk tanaman ini. Mungkin karena tanaman bawang merah dapat beradaptasi
dengan baik di setiap media tanam.
Tanaman singkong hanya dapat tumbuh pada media sekam dan kompos.
Sedangkan di tanaman lainnya tanaman singkong tidak tumbuh dengan baik.
Sedangkan untuk tanaman kacang panjang tumbuh di semua media tanam kecuali
tanah dan cocopeat. Untuk zamia tumbuh di semua media tanam kecuali cocopeat.
Cocopeat mengeluarkan zat tanin yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman.
Untuk kacang tanah tumbuh di semua media tanam kecuali sekam padi.
Dapat di simpulkan bahwa semua tanaman dapat tumbuh dengan baik dan
optimal pada media tanam kompos karena kompos memiliki sifat yang dapat
mengembalikan kesuburan tanah melalui perbaikan sifat tanah baik secara
kimiawi, fisika, dan biologi.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurahman, D, 2008. Biologi Kelompok Pertanian. Jakarta: Grafindo.
Akmal, I. 2002. SRI Indoor Pot Plant. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Arang
Batok.
2014.
Standar
Mutu
Batok
dalam
http://www.arangbatok.org/2014/07/standar-mutu-arang-batok.html. Diakses
pada 2 Mei 2016
Asril, L. 1981. Penjernihan air menggunakan arang sekam padi skala keluarga
untuk daerah pedesaan dalam kumpulan makalah : Lokakarya penelitian
2014.
Silika
dari
Sekam
Padi
dalam
http://teknopreneur.com/biotek/teknopreneur-silika-dari-sekam-padi.
Diakses pada 2 Mei 2016
Wargiono, J. 1980. Ubi Jalar dan Cara Bercocok Tanamnya. Buletin Teknik No.
5. Bogor: Lembaga Pusat Penelitian Pertanian.
Wiryanata, B. T. Wahyu, 2007. Media Tanam untuk Tanaman Hias. Jakarta:
Agromedia Pustaka.