Anda di halaman 1dari 6

Paper Dasar Budidaya Perairan

TEKNIK BUDIDAYA KERANG MUTIARA (Pinctada maxima)


Oleh:
Romini simamora
140302066
MSP B

MATA KULIAH DASAR BUDIDAYA PERAIRAN


PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERITAS SUMATERA UTARA
2015

Budidaya Kerang Mutiara


Indonesia yang luas keseluruhan wilayahnya dikelilingi oleh laut memiliki
potensi sumberdaya hayati laut yang berlimpah, tetapi hingga kini pengelolaan dan
pemanfaatannya belum dilakukan secara optimal. Sekian banyak potensi laut
Indonesia, Mutiara merupakan salah satu potensi yang memerlukan perhatian yang
terpadu, baik pengelolaan maupun pemanfaatannya. Salah satu biota penghasil
mutiara yaitu jenis Pinctada maxima dan banyak ditemukan di perairan Indonesia.
Kerang mutiara P. maxima sering disebut dengan nama Mutiara Laut Selatan (South
Sea Pearl). Mutiara yang dihasilkan dari kerang mutiara P. maxima merupakan
produk eksport non migas dari Indonesia (Fathurrahman dan Aunurohim, 2014).
Usaha budidaya kerang mutiara (Pinctada maxima) pada akhir-akhir ini
khususnya di perairan Nusa Tenggara Barat dan Sulawesi Tenggara yang termasuk
dalam kawasan perairan Tengah Indonesia dikeluhkan dengan kematian massal
anakan kerang mutiara terutama pada ukuran lebar cangkang antara 3-4 cm.
Kematian massal ini, diduga sebagai akibat dampak pergeseran musim yang dipicu
oleh pemanasan global yang tidak saja dirasakaan oleh para petani yang ada di darat,
namun dirasakan pula para pengembang budidaya kerang mutiara di kawasan wilayah
pesisir laut. Dampak pergesaran musim ini, mengakibatkan perubahan variasi
musiman beberapa parameter kondisi perairan yang turun dan naik secara dratis
diluar batas ambang toleransi kehidupan anakan kerang mutiara. Keadaan ini
diperkuat oleh beberapa hasil penelitian pada dua tempat yang berbeda yaitu perairan
Sulawesi Tenggara dan Nusa Tenggara Barat (Hamzah dan Nababan, 2011).
Teknik Budidaya
Keberhasilan dalam budidaya kerang mutiara ditunjang oleh beberapa faktor.
Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan suatu usaha budidaya laut adalah
pemilihan lokasi yang tepat. Lokasi budidaya yang baik haruslah memenuhi syarat
teknis seperti kualitias air, kesuburan perairan, sumber benih dan induk, sarana
penunjang, keamanan, pasar dan transportasi. Kerang mutiara dapat hidup pada
kisaran salinitas 1535 ppt (Fathurrahman dan Aunurohim, 2014).

Habitat Kerang Mutiara

Syarat Lokasi
Menurut Hamzah dan Nababan (2011) Hamzah dan Nababan, beberapa
persyaratan dalam menentukan lokasi budidaya laut, antara lain,
1. Terletak pada perairan yang tenang dan terlindung dari pengaruh angin musim,
gerakan arus dangelombang yang besar.
2. Bebas dari kemungkinan kemungkinan adanya pencemaran baik yang
diakibatkan oleh hasil buangan sampah/kotoran kota, maupun buangan industri.
3. Bebas dari lalu intas kapal atau penempatan wadah budidaya tidak mengganggu
alur pelayaran.
4. Penempatan wadah budidaya juga tidak akan menimbulkan konflik denga alat
tangkap lain yang sudah ada.

Menurut Dwi dkk (2014), teknik pembudidayaan kerang muatiara adalah sebagai
berikut:

Pemeliharaan Induk
Induk tiram mutiara yang terdapat di Balai Budidaya Laut Lombok berasal
dari alam maupun hasil budidaya. Pemeliharaan induk dilakukan dengan tujuan
menunggu agar induk matang gonad dan siap dipijahkan. Induk dipelihara di rakit
apung maupun long line bersamaan dengan kegiatan pendederan dengan
menggunakan pocket keranjang atau poket net.
Seleksi Tingkat Kematangan Gonad
Seleksi kematangan gonad dilakukan setiap 1 bulan sekali untuk memastikan
bahwa induk tersebut siap dipijahkan atau tidak. Seleksi dilakukan dengan cara
membuka mantel bagian dalam dan akan terlihat pada bagian pangkal gonad apakah
terdapat sperma atau sel telur. Sampling dilakukan dengan menggunakan baji,
forshape, dan spatula. pada induk betina akan terlihat berwarna kekuningan dan induk
jantan akan terlihat berwarna putih susu.
Teknik Rangsangan dan Pemijahan
Teknik yang dipergunakan untuk merangsang pemijahan tiram mutiara adalah
metode kejut suhu (thermal shock). Induk ditempatkan dalam pocket keranjang dan
direndam di dalam box Styrofoam I yang berisi pakan berupa campuran fitoplankton.
Volume fitoplankton dan air laut dalam box Styrofoam adalah 1:1. Suhu Styrofoam I
adalah 23C, sedangkan suhu awal styrofoam II adalah 28 oC.kemudian Suhu
Styrofoam II ditingkatkan sampai 32 0C-33 0C dengan cara memasukkan air panas,
jika pemijahan secara alami tidak dapat dilakukan. Adapun suhu air media penetasan
dalam bak fiber 3 ton dibiarkan dalam suhu ruang, yaitu 28 0C.Pemijahan dilakukan
dengan cara memindah-mindahkan induk dalam pocket keranjang dari Styrofoam I ke
styrofoam II. Selanjutnya dipindahkan ke bak fiber.
Pemberian pakan
Larva mulai diberi pakan setelah mencapai fase D-Shape (D1). Pakan yang
diberikan berupa fitoplankton jenis Isochrysis galbana,Chaetocheros gracillis, dan
Nannoclhoropsis sp.. Setelah mencapai faseumbo 3, pakan yang diberikan
ditambahdengan fitoplankton jenis Nitzchia sp. dan Tetraselmis chuii. Dilakukan

pengamatan terhadap larva dengan mikroskop sebelum dan 4 jam sesudah larva diberi
pakan. Hal ini bertujuan untuk melihat kondisi larva, terutama isi perut. Fitoplankton
yang diberikan berumur 4-5 hari. Larva diberi pakan sehari sekali, yaitu pada pagi
hari jam 10.00. Pakan yang akan diberikan terlebih dahulu disaring dengan planktonet
10 m, kemudian ditampung dalam toples 15 liter. Di dalam toples tersebut kombinasi
pakan yang akan diberikan dicampurkan. Setelah itu, pakan diambil dengan
menggunakan teko berskala dan dimasukkan secara merata ke dalam bak
pemeliharaan larva sesuai dengan jumlah pakan yang akan diberikan.
Penanganan Saat Pemeliharaan
1. Pada saat spat berumur 1 minggu di lakukan pengontrolan pertumbuhan spat
yang masih hidup dan menempel pada kolektor , apabila spat yang menempel
pada kolektor banyak, setelah berumur 15 hari dilakukan penggantian waring
dengan mess size 1 mm.
2. 15 hari berikutnya dilakukan penggantian waring dengan mess size 2 mm
3. Pada saat spat berukurn 1,5 -2 cm yakni setelah spat berumur 1,5 2 bulan
dilakukan pembongkaran dengan cara melepaskan spat yang menempel pada
kolektor dengan memotong bisus dengan menggunaan pisau tajam.
4. Spat yang telah di lepaskan dari kolektor dibersihkan bagian permukaannya
dengan menggunakan sikat gigi halus kemudian ditempatkan pada pocket
timbangan dengan cara di tabur dengan kepadatan 50 60 ekor/pocket. Spat
yang telah ditabur pada pocket timbangan digantung pada rakit apung pada
posisi horisontal, dengan tujuan agar spat yang telah ditabur dapat menempel
dan tidak mengumpul.
5. Setelah 1 minggu spat digantung dengan posisi horisontal dan spat pada
kondisi sudah menempel, kemudian penggantungan spat pada pocket
timbangan dilakukan pada posisi vertikal seperti biasanya.
6. 15 hari kemudian dilakukan penggantian waring dengan ukuran waring yang
7.

sama, dengan tujuan agar memperlancar sirkulasi air.


Pemeliharaan spat pada pocket timbangan dilakukan hingga spat berukuran 3
cm dengan lama pemeliharaan 1 bulan. Kemudian spat dibongkar dan
dibersihkan untuk dipindahkan ke pocket layar.

8. Pada pemeliharaan spat di pocket layar setiap 2 minggu sekali dilakukan


pembersihan dengan cara disemprot menggunakan mesin semprot bertekanan,
lama pemeliharaan spat di pocket layar yakni 1 bulan.
9. Setelah pemeliharaan di pocket layar dilakukan pembongkaran dan
pembersihan yang kemudian spat di tempatkan padapocket net ukuran A14
dengan kepadatan 36 ekor/pocket Setelah spat ditempatkan pada pocket net,
pembersihan dan penggantian pocket serta waring dilakukan setiap 1 bulan
sekali tergantung tingkat kekotorannya.
10. Spat yang sudah berukuran 6 8 cm dan siap jual di tempatkan pada pocket
A18 dan tetap dibungkus dengan menggunakan waring mess size 2 mm.
Penanganan Pasca Panen
Ukuran panen tergantung pada permintaanpasar, mulai dari ukuran 7 8 cm.
Spat akan dipanen dalam kondisi bersih dan tidak cacat. ( cangkang tidak pecah atau
rusak ). Metode pengangkutan spat dapat dilakukan dengan metodekering. Adapun
cara pengangkutan dengan metode kering yaitu dengan menggunakan steroform.
Pada dasar sterofom diberi rongga sebagai penampungan air dari pencairan es. Spat
disusun secara berlapis dengan posisi tegak dan setiap lapisan diberi handuk yang
telah dibasahi dengan air laut. Lapisan spat dalam sterofom maksimal 3 lapis dengan
daya tahan spat pada saat pengangkutan kering berkisar antara 10 sampai12 jam.

Anda mungkin juga menyukai