PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Usia balita merupakan periode pertumbuhan dan perkembangan yang
sangat pesat. Oleh karena itu, kelompok usia balita perlu mendapat perhatian,
karena merupakan kelompok yang rawan terhadap kekurangan gizi (Ditjen
Bina Gizi Dan Kesehatan Ibu Dan Anak Kementerian Kesehatan RI, 2011).
Masalah gizi pada anak balita di Indonesia telah mengalami
perbaikan. Hal ini dapat dilihat antara lain dari penurunan prevalensi gizi
buruk pada anak balita dari 5,4% tahun 2007 menjadi 4,9% pada tahun 2010.
Meskipun terjadi penurunan, tetapi jumlah nominal anak gizi buruk masih
relatif besar, oleh karena itu diperlukan tenaga yang mampu mengatasi kasus
gizi buruk secara cepat, tepat dan profesional yang diikuti dengan penyiapan
sarana dan prasarana yang memadai. Untuk menyiapkan tenaga kesehatan
terampil seperti yang diharapkan selain memberikan peningkatan kapasitas
juga diperlukan panduan tatalaksana gizi buruk yang akan digunakan tenaga
kesehatan (Ditjen Bina Gizi Dan Kesehatan Ibu Dan Anak Kementerian
Kesehatan RI, 2011).
Untuk mengatasi kekurangan gizi yang terjadi pada kelompok usia
balita perlu diselenggarakan Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
Pemulihan. PMT Pemulihan bagi anak usia 6-59 bulan dimaksudkan sebagai
tambahan, bukan sebagai pengganti makanan utama sehari-hari. PMT
Pemulihan dimaksud berbasis bahan makanan lokal dengan menu khas daerah
yang disesuaikan dengan kondisi setempat (Ditjen Bina Gizi Dan Kesehatan
Ibu Dan Anak Kementerian Kesehatan RI, 2011).
Mulai tahun 2011 Kementerian Kesehatan RI menyediakan anggaran
untuk kegiatan PMT Penyuluhan dan PMT Pemulihan melalui dana Bantuan
Operasional Kesehatan (BOK). Dengan adanya dana BOK di setiap
puskesmas, kegiatan PMT Pemulihan bagi anak balita usia 6 59 bulan
1
C. Manfaat
- Dapat mengidentifikasikan gejala dari gizi
- Mengetahui faktor lingkungan yang berperan dalam jalannya penyakit
Nama DM Pembina
Tingkat
Paraf
Pemahaman
Pembimbing
Paraf
Keterangan
September 2015
dr.
September 2015
dr.
September 2015
dr.
September 2015
dr..
: Tn. C
Alamat lengkap
Bentuk Keluarga
: Nuclear Family
No
Nama
1 Tn. C
2
3
4
5
6
Ny. F
An. SS
An. N
An. M
An. S
Pasien
dalam
Klinik
keluarga
KK
34
SLTP
Swasta
(Y/T)
Y
Istri
Anak ke-1
Anak ke-2
Anak ke-3
Anak ke-4
P
P
P
L
L
27
10
7
4
1
SLTP
SD
SD
-
Swasta
Pelajar
Pelajar
-
Y
Y
Y
Y
Y
Ket
Pasien
Gizi
kurang
BAB I
STATUS PENDERITA
A.
PENDAHULUAN
Laporan ini berdasarkan kasus yang diambil dari seorang penderita
berjenis kelamin laki-laki berusia 1 tahun 3 bulan dimana pasien merupakan salah
satu dari pasien gizi kurang yang berada di wilayah Puskesmas Porong,
Kabupaten Sidoarjo. Mengingat kasus ini masih banyak ditemukan di masyarakat
khususnya di daerah Puskesmas Porong, Kabupaten Sidoarjo. Oleh karena itu
penting kiranya bagi penulis untuk memperhatikan dan mencermatinya untuk
kemudian bisa menjadikannya sebagai pengamatan di lapangan.
B. IDENTITAS PENDERITA
Nama
: An. S
Umur
: 1 tahun 3 bulan
Jenis kelamin
: Laki-laki
Pekerjaan
:-
Pendidikan
:-
Agama
: Islam
Alamat
Suku
: Jawa
C. ANAMNESIS
1.
peningkatan berarti
2.
Riwayat
Penyakit
Sekarang
Heteroanamnesa
Berat Badan tidak ada peningkatan yang berarti sejak 2 bulan yang
lalu. Berat badan akhir-akhir ini turun hingga berat badan menjadi 7,2kg.
kesehariannya sangat aktif namun pasien sulit untuk diberikan makanan
atau pun susu. Pasien tidak terbiasa minum susu, sehingga hanya minum air
gula. Sebelumnya pasien mengeluh batuk, pilek dan demam seminggu yang
lalu, namun pasien tidak terlalu sering mengalami sakit seperti ini. Menggigil
(-), kejang (-). Buang air kecil lancar. Buang air besar lancar.
3. Riwayat Penyakit Dahulu:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
5. Riwayat Kebiasaan
Pasien suka mengkonsumsi krupuk.
6. Riwayat Sosial Ekonomi
Penderita adalah anak ke-4 dari pasangan suami istri Tn. C dan Ny. F.
Saat ini ayah penderita masih bekerja menjadi kernet bus, dan
ibu
penderita sebagai ibu rumah tangga, ketiga saudara penderita saat ini ada
yang masih bersekolah dan tidak bersekolah. Sumber pendapatan keluarga
didapatkan tidak tentu setiap bulannya. Kebutuhan sehari-hari dicukupi
dengan penghasilan kurang lebih Rp. 800.000per bulan.
Penderita saat ini tinggal di Desa Mindi RT 006 RW 001, Kecamatan
Porong, Sidoarjo, dengan kondisi lingkungan rumah dan sekitarnya yang
kurang sehat. Rumah pasien berukuran 15 x 5 m2 dan letaknya berdekatan
dengan rumah tetangga lainnya. Rumah memiliki jamban yang tampak
kotor, sumber air yang dimiliki pasien adalah air sumur yang digunakan
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti mandi dan mencuci baju
tampak keruh, tidak terdapat tempat pembuangan sampah atau limbah
dimana sampah keluaga dibuang begitu saja di dalam rumah, tidak
terdapat lemari sehingga baju-baju berserakan, ruang tidur lembab, tidak
terdapat jendela pada ruang tidur, dapur tampak kotor dengan sisa-sisa
makanan yang berserakan di lantai. Suasana sekitar rumah pasien dekat
dengan rel kereta api dan tampak kumuh.
7. Riwayat Gizi.
Penderita makan 3 kali sehari namun hanya 4-5sendok makan dengan
sepiring nasi dan sayur, tidak ada lauk pauk. Makanan kadang tidak habis,
jarang mengkonsumsi buah-buahan. Tidak pernah minum susu, hanya
minum air gula. Pasien mendapatkan ASI sampai umur 8 bulan.
8.
Riwayat Persalinan
D. ANAMNESIS SISTEM
1.
Kulit
Kepala
Mata
Hidung
sekret (+)
5.
Mulut :
sariawan
(-),
mulut
kering
Pernafasan
mengi (-)
9.
Kadiovaskuler
: berdebar-debar (-),
Gastrointestinal
diare (-), nyeri perut (-), perut buncit (-), BAB tidak ada
keluhan
8
11.
Genitourinaria
Neuropsikiatri
: Neurologik :
kejang (-)
Psikiatrik
13.
: sde
Muskuloskeletal
Ekstremitas
oedem (-)
Bawah
E. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
Baik, kesadaran compos mentis (GCS E4V5M6), status gizi kesan kurang.
2. Tanda Vital dan Status Gizi
a. Tanda Vital
Nadi
: 106x/menit, reguler
Pernafasan : 22 x/menit
Suhu
: 36,9oC
BB
: 7,2 kg
TB
: 60 cm
b. Status gizi ( Kurva NCHS ) :
BB
: 7.2 kg
TB
: 60 cm
Lila
: 11 cm
= 20 m2 (sangat kurus)
NCHS :
TB/U
x = < -3SD
BB/U
x = < -3SD
Kulit
4.
Kepala
mudah dicabut), atrofi m. Temporalis (-), papula (-), nodula (-), kelainan
mimik wajah/bells palsy (-)
5.
Mata
Hidung
Mulut
papil lidah atrofi (-), tepi lidah hiperemis (-), tremor (-), faring hiperemi (-)
8.
Telinga
Tenggorokan
10.
Leher
(-).
- Cor : I : ictus cordis tidak tampak
P : ictus cordis tidak kuat angkat
P : batas kiri atas
:ICS II PSLS
:ICS II PSLD
:ICS V MCLS
P : sonor/sonor
A: suara dasar vesikuler (+/+)
suara tambahan Rhonki Basah Kasar (-/-) , rhonki basah halus
(-/-) whezing (-/-)
Dinamis (depan dan belakang)
I
I
A
P
P
Ektremitas:
akral dingin
oedem
11
K sde sde
sde
sde
T N
RF +
+
+
RP +
Kesadaran
Afek
Psikomotor
: normoaktif
Proses pikir
: bentuk :sde
Insight :
isi
:sde
arus
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan
G. RESUME
Seorang penderita 1 tahun 3 bulan dengan keluhan berat badan
tidak bertambah. Berat badan pasien tidak bertambah sejak 2 bulan yang lalu.
Pada usianya yang sudah 1 tahun 3 bulan berat badan pasien hanya 7,2 kg. Pasien
sangat sulit bila diberi makan atau susu, pasien hanya mau minum air gula.
Riwayat tumbuh kembang dalam batas normal.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, compos mentis,
status gizi kesan kurang. Tanda vital N: 106 x/menit, RR: 22 x/menit, S: 36,9oC,
BB:7.2 kg, TB:60 cm. Status gizi
12
Diagnosis Psikologis
Diagnosis Sosial Ekonomi dan Budaya
1.Status Ekonomi yang kurang
2.Kondisi rumah pasien digolongkan pada
kriteria rumah tidak sehat dikarenakan rumah tidak terdapat penyediaan air
bersih, tidak terdapat pembuangan sampah atau limbah, ruang tidur lembab,
tidak terdapat jendela pada ruang tidur, dan rumah kumuh.
13
I. PENATALAKSANAAN
1. Non Medika mentosa
Kegiatan stimulasi meliputi berbagai kegiatan untuk merangsang
perkembangan anak seperti latihan gerak, bicara, berpikir, mandiri serta
bergaul. Kegiatan stimulasi ini dapat dilakukan oleh orang tua atau
keluarga setiap ada kesempatan atau sehari-hari (Depkes 1997).
Anak Gizi buruk/ KEP berat didapatkan keterlambatan perkembangan
mental dan perilaku sehingga diberikan:
a. Kasih sayang
b. Lingkungan yang ceria
c. Terapi bermain terstruktur selama 15 30 menit /hari
d. Aktifitas fisik segera setelah sembuh
e. Keterlibatan ibu (memberi makan, memandikan, bermain
2. Medikamentosa
Anak gizi buruk tanpa tanda klinis langsung diberikan fase rehabilitasi
lanjutan 200-220 kkal/kg BB per hari, yang diberikan 5-7 kali
pemberian/hari (Formula 100). Rehabilitasi lanjutan diberikan selama 5
minggu dengan pemberian makanan secara bertahap dengan mengurangi
frekuensi makanan cair dan menambah frekuensi makanan padat.
Contoh Frekuensi Pemberian Makanan per hari
Tabel 1: Anak gizi buruk tanpa tanda klinis:
Minggu Ke
Formula 100
I
II
III
IV
V
5 kali
4 kali
4 kali
3 kali
3 kali
Makanan
Utama
+
Buah
1 kali
2 kali
2 kali
3 kali
3 kali
Makanan
Selingan
1 kali
1 kali
1 kali
2 kali
2 kali
Protein 10 -
15 g
a.Bentuk makanan PMT-P
gula 15
II
III
Beras 70 g
Ubi/singkong 150
kacangan 25 g
Ikan 30 g
Kacang-kacangan 40 g
g
gula 20
g
Tepung ubi 40 g
Kacang-kacangan 40 g
g
gula 20
g
b.Lama PMT-P
Pemberian makanan tambahan pemulihan (PMT-P) diberikan setiap hari
kepada anak selama 3 bulan (90 hari)
15
J. Follow Up
Tanggal 11 september 2015
S :Demam (-), batuk (-), pilek (-), pusing (-), mual (-), muntah (-), sulit
makan, badan lemas (-), BAB (+), BAK (+) N, warna kuning.
O : Keadaan Umum : cukup, compos mentis
Tanda Vital : nadi
: 106x/menit
Pernafasan : 22x/menit
Suhu
: 36,90C
BB
: 7,2 kg
Status Generalis
: dbn
: sde
: dbn
16
FLOW SHEET
Nama
: An. S
No
1.
Tgl
11-09-15 -
18-09-15 -
Problem
RR
Sulit makan
106
22
36,9
Masih sulit
109
24
36,4
BB
TB
kg
7,2
cm
60 -
7,2
60 -
makan
-
Planning
Target
Diet tinggi
Meningkatkan
protein
berat badan
Edukasi
Diet tinggi
Meningkatkan
protein
berat badan
Edukasi
17
BAB II
IDENTIFIKASI FUNGSI- FUNGSI KELUARGA
A.
FUNGSI KELUARGA
1.
Fungsi Biologis
Keluarga terdiri dari bapak kandung dan ibu kandung An. S, Tn.
C berusia 34 tahun, yang merupakan seorang kepala rumah tangga. Ny
F adalah ibu kandung dari penderita, berumur 27 tahun. An.S
merupakan anak bungsu dari 4 bersaudara yang berusia 1 tahun 3 bulan.
Penderita ketika lahir ditolong oleh bidan, cukup bulan, spontan, menangis
dengan berat badan lahir 2400gram di rumah bidan.
2.
Fungsi Psikologis
An. S tinggal serumah dengan kedua orang tua dan kedua kakak
perempuan dan kakak laki-lakinya (Tn. C, Ny. F, An SS, An. N dan An.
M). Hubungan keluarga mereka terjalin cukup akrab, terbukti dengan
permasalahan-permasalahan yang dapat diatasi dengan baik dalam
keluarga ini. Hubungan diantara mereka cukup dekat antara satu dengan
yang lain. Ayah pasien bekerja dari senin hingga minggu dengan waktu
yang tidak menentu tergantung shif yang berubah setiap minggu. Sehingga
sehari-hari pasien lebih banyak menghabiskan waktunya dengan ibunya,
namun saat ayah pasien di rumah ayah pasien juga menemani pasien
bermain setiap harinya.
Permasalahan yang timbul dalam keluarga dipecahkan secara
musyawarah dan dicari jalan tengah, serta dibiasakan sikap saling tolong
menolong baik fisik, mental, maupun jika ada salah seorang di antaranya
yang
menderita
kesusahan.
Meskipun
penghasilan
mereka
tak
18
3.
Fungsi Sosial
An. S adalah anak yang senang bermain dengan teman sekitar
rumah dan keluarganya. Dalam masyarakat pasien dan kedua orang tua
hanya sebagai anggota masyarakat biasa, tidak mempunyai kedudukan
sosial tertentu dalam masyarakat. Kedua orang tua penderita kurang aktif
dalam kegiatan sosial di masyarakat karena selain sibuk dengan
pekerjaannya juga sibuk dengan mengurus rumah tangga dan keluarga.
Kegiatan-kegiatan yang harus mengeluarkan biaya juga menjadi
penghambat bagi keluarga ini untuk aktif dalam kegiatan sosial dan
kemasyarakatan.
4.
19
20
Hampir
Kadang
Hampir
selalu
-kadang
tidak
pernah
saya
bila
saya
menghadapi
masalah
Saya puas dengan cara keluarga saya
membahas dan membagi masalah dengan
saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya
menerimadan mendukung keinginan saya
untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga
saya
21
Hampir
Kadang
Hampir
selalu
-kadang
tidak
pernah
saya
bila
saya
menghadapi
masalah
Saya puas dengan cara keluarga saya
membahas dan membagi masalah dengan
saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya
menerimadan mendukung keinginan saya
untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga
saya
carakeluarga
saya
22
Hampir
Kadang
Hampir
selalu
-kadang
tidak
pernah
saya
bila
saya
menghadapi
masalah
Saya puas dengan cara keluarga saya
membahas dan membagi masalah dengan
saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya
menerimadan mendukung keinginan saya
untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga
saya
carakeluarga
saya
23
Hampir
Kadang
Hampir
selalu
-kadang
tidak
pernah
saya
bila
saya
menghadapi
masalah
Saya puas dengan cara keluarga saya
membahas dan membagi masalah dengan
saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya
menerimadan mendukung keinginan saya
untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga
saya
9,2
24
PATOLOGI
KET
Interaksi sosial yang baik antar anggota keluarga juga +
dengan saudara pertisipasi mereka dalam masyarakat
kurang baik karena memiliki aktivitas masing-masing
dan Ayah penderita bekerja pada malam hari
sehingga
Cultural
pagi/siang
hari
digunakan
untuk
beristirahat.
Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik, hal ini dapat dilihat dari pergaulan sehari-hari baik dalam
keluarga maupun di lingkungan, banyak tradisi budaya
yang masih diikuti. Sering mengikuti acara-acara yang
bersifat hajatan, sunatan, wetonan dll. Menggunakan
Religion
Economic
meskipun
belum
mampu
mencukupi
hidup.
Pendidikan
anggota
keluarga
kurang
memadai. +
25
Medical
Tidak mampu membiayai pelayanan kesehatan yang lebih baik. Dalam mencari pelayanan kesehatan
keluarga ini biasanya menggunakan puskesmas dan hal
ini mudah dijangkau karena letaknya dekat.
Keterangan :
Social (+) artinya keluarga An. S masih menghadapi permasalahan dalam
hal sosial terutama di kalangan tetangga, karena kurangnya aktifitas antar tetangga
di tempat tinggal An. S sehingga mungkin menyebabkan interaksi sosial antar
tetangga terutama bapak-bapak sedikit berkurang..
Kesimpulan :
26
Dalam keluarga An. S fungsi patologis yang positif adalah fungsi sosial,
fungsi kultural, fungsi religi, fungsi ekonomi dan fungsi edukasi.
D. KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA
Alamat
Tn. C, 34 thn
Ny.D,27thn
An. SS, 10 th
An. N, 7 thn
An. M, 4 tahun
Keterangan:
= Laki-laki
= Perempuan
Atau
= Meninggal
= Pasien
27
Tn.C
An.S
An. SS
An. N
hubungan baik
Kesimpulan :
Hubungan antara anggota keluarga di keluarga An.F baik-baik saja dan
sangat harmonis dan saling dukung mendukung.
F. Pertanyaan Sirkuler
28
1. Ketika penderita jatuh sakit apa yang harus dilakukan oleh ibu
penderita?
Jawab : Mengobati dengan membelikan obat di warung dekat rumah,
merawat dan menyiapkan kebutuhan selama sakit. Jika tidak kunjung
membaik membawanya ke puskesmas terdekat.
2. Ketika ibu bertindak seperti itu apa yang dilakukan ayah penderita?
Jawab : Mendukung dan membantu apa yang dilakukan oleh ibu,
termasuk mengantar penderita ke puskesmas.
3. Ketika ayah seperti itu apa yang dilakukan anggota keluarga yang lain?
Jawab : Ikut mendukung dan membantu apa yang telah diputuskan ayah,
seperti ikut ke puskesmas menemani penderita, dan juga membantu ibu
mengerjakan pekerjaan rumah.
4. Kalau butuh dirawat/operasi ijin siapa yang dibutuhkan?
Jawab : Ijin ayah, jika berhalangan bisa diwakilkan ke ibu.
5. Siapa anggota keluarga yang terdekat dengan penderita?
Jawab :Anggota keluarga yang dekat dengan penderita adalah ibunya yaitu
Ny.F.
6. Selanjutnya siapa?
Jawab : Kakak perempuannya yaitu An.SS, An.N karena keduanya selalu
berada di rumah setelah pulang dari sekolah dan kakak laki-lakinya An.M
yang belum bersekolah.
7. Siapa yang secara emosional jauh dari penderita?
Jawab : Tidak ada.
8. Siapa yang selalu tidak setuju dengan pasien?
Jawab :Tidak ada.
9. Siapa yang biasanya tidak setuju dengan anggota keluarga lainnya?
Jawab :Tidak ada.
29
BAB III
IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KESEHATAN
A.
30
31
2. Denah Rumah
5M
TEMPAT MENCUCI
R. TV
K. mandi
DAPUR
K. Tidur
15 M
K. Tidur
R. GARASI
Keterangan :
: Jendela
: Satu Pintu
: Tembok Bata dengan cat
32
BAB IV
DAFTAR MASALAH
1.
Masalah aktif :
a.
b.
c.
2.
b.
c.
33
A
n.
34
BAB V
PATIENT MANAGEMENT
Dukungan Psikologis
Suport psikologis Pasien memerlukan dukungan psikologis dengan
memberikan perhatian pada berbagai aspek masalah yang dihadapi,
memberikan perhatian pada pemecahan masalah yang ada, memantau
kondisi fisik dengan teliti dan berkesinambungan, memberikan
stimulasi. Sehingga diharapkan suppport psikologis tersebut dapat
mendukung tumbuh kembang pasien.
Dukungan psikososial dari keluarga dan lingkungan merupakan
hal yang harus dilakukan. Bila ada masalah, evaluasi psikologis dan
evaluasi kondisi sosial, dapat dijadikan titik tolak program terapi.
b.
Penentraman Hati
Menentramkan Menentramkan hati diperlukan untuk keluarga
pasien dengan problem psikologis antara lain yang disebabkan oleh
persepsi yang salah tentang penyakit pasien, kecemasan, kekecewaan
dan
keterasingan
yang
dialami
pasien
akibat
penyakitnya.
Penjelasan,
Basic
Kounseling
dan
Pendidikan Pasien
Keluarga diberikan penjelasan yang benar mengenai apa itu gizi
buruk dan gizi kurang. Hal ini bisa dilakukan melalui konseling setiap
kali pasien kontrol dan melalui kunjungan rumah baik oleh dokter
35
Menimbulkan
rasa
percaya
diri
dan
Pengobatan
Medikamentosa dan non medikamentosa seperti yang tertera dalam
penatalaksanaan.
f.
B.
36
BAB VI
TINJAUAN PUSTAKA
GIZI BURUK
A.
LATAR BELAKANG
Kejadian gizi buruk perlu dideteksi secara dini melalui intensifikasi
pemantauan pertumbuhan dan identifikasi faktor risiko melalui kegiatan
surveilans. Prevalensi balita yang mengalami gizi buruk di Indonesia. Hasil
Susenas menunjukkan adanya penurunan prevalensi balita gizi buruk yaitu
dari 10,1% pada tahun 1998 menjadi 8,1% pada tahun 1999 dan menjadi 6,3%
pada tahun 2001.
Gizi merupakan salah satu faktor penentu utama kualitas sumber daya
manusia. Gizi buruk tidak hanya meningkatkan angka kesakitan dan angka
kematian tetapi juga menurunkan produktifitas, menghambat pertumbuhan
sel-sel otak yang mengakibatkan kebodohan dan keterbelakangan (Novitasari,
2012).
Salah satu upaya peningkatan derajat kesehatan adalah perbaikan gizi
masyarakat, gizi yang seimbang dapat meningkatkan ketahanan tubuh, dapat
meningkatkan kecerdasan dan menjadikan pertumbuhan yang normal (Depkes
RI, 2004). Namun sebaliknya gizi yang tidak seimbang menimbulkan masalah
yang sangat sulit sekali ditanggulangi oleh Indonesia, masalah gizi yang tidak
seimbang itu adalah Kurang Energi Protein (KEP), Kurang Vitamin A (KVA),
Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) dan Anemia Gizi Besi
(Depkes RI, 2004 ).
Khusus untuk masalah Kurang Energi Protein (KEP) atau biasa dikenal
dengan gizi kurang atau yang sering ditemukan secara mendadak adalah gizi
buruk terutama pada anak balita, masih merupakan masalah yang sangat sulit
sekali ditanggulangi oleh pemerintah, walaupun penyebab gizi buruk itu
sendiri pada dasarnya sangat sederhana yaitu kurangnya intake (konsumsi)
makanan terhadap kebutuhan makan seseorang. Sebelum gizi buruk ini
37
terjadi, telah melewati beberapa tahapan yang dimulai dari penurunan berat
badan dari berat badan ideal seorang anak sampai akhirnya terlihat anak
tersebut sangat buruk (gizi buruk). Jadi masalah sebenarnya adalah
masyarakat atau keluarga balita belum mengatahui cara menilai status berat
badan anak (status gizi anak).
B. DEFINISI
Gizi buruk merupakan status kondisi seseorang yang kekurangan nutrisi,
atau nutrisinya di bawah standar rata-rata. Status gizi buruk dibagi menjadi
tiga bagian, yakni gizi buruk karena kekurangan protein (disebut
kwashiorkor), karena kekurangan karbohidrat atau kalori (disebut marasmus),
dan kekurangan kedua-duanya. Gizi buruk ini biasanya terjadi pada anak
balita (bawah lima tahun) dan ditampakkan oleh membusungnya perut
(busung lapar). Gizi buruk adalah suatu kondisi di mana seseorang dinyatakan
kekurangan zat gizi, atau dengan ungkapan lain status gizinya berada di
bawah standar rata-rata. Zat gizi yang dimaksud bisa berupa protein,
karbohidrat dan kalori. Gizi buruk (severe malnutrition) adalah suatu istilah
teknis yang umumnya dipakai oleh kalangan gizi, kesehatan dan kedokteran.
Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi
menahun (Novitasari, 2012).
Anak balita (bawah lima tahun) sehat atau kurang gizi dapat diketahui
dari pertambahan berat badannya tiap bulan sampai usia minimal 2 tahun
(baduta). Apabila pertambahan berat badan sesuai dengan pertambahan umur
menurut suatu standar organisasi kesehatan dunia, dia bergizi baik. Kalau
sedikit dibawah standar disebut bergizi kurang yang bersifat kronis. Apabila
jauh dibawah standar dikatakan bergizi buruk. Jadi istilah gizi buruk adalah
salah satu bentuk kekurangan gizi tingkat berat atau akut (Novitasari, 2012).
38
Anoreksia
Pneumonia berat
Anemia berat
Dehidrasi berat
Demam sangat tinggi
Penurunan kesadaran
PATOFISIOLOGI
Patofisiologi gizi buruk pada balita adalah anak sulit makan atau
anorexia bisa terjadi karena penyakit akibat defisiensi gizi, psikologik seperti
40
41
misalnya
infantil
gastroenteritis,
bronkhopneumonia,
42
pada
sistem
pertahanan
sehingga
memudahkan
terjadinya
infeksi
(Soetjiningsih, 1995).
Kekurangan gizi merupakan suatu keadaan dimana terjadi kekurangan
zat-zat gizi ensensial, yang bisa disebabkan oleh: asupan yang kurang karena
makanan yang jelek atau penyerapan yang buruk dari usus (malabsorbsi),
penggunaan berlebihan dari zat-zat gizi oleh tubuh, dan kehilangan zat-zat
gizi yang abnormal melalui diare, pendarahan, gagal ginjal atau keringat yang
berlebihan (Soetjiningsih, 1995).
G.
DIAGNOSIS
Diagnosis gizi buruk dapat diketahui melalui gejala klinis, antropometri
dan pemeriksaan laboratorium. Gejala klinis gizi buruk berbeda-beda
tergantung dari derajat dan lamanya deplesi protein dan energi, umur
penderita, modifikasi disebabkan oleh karena adanya kekurangan vitamin dan
mineral yang menyertainya. Gejala klinis gizi buruk ringan dan sedang tidak
terlalu jelas, yang ditemukan hanya pertumbuhan yang kurang seperti berat
badan yang kurang dibandingkan dengan anak yang sehat (Krisnansari, 2010).
Penentuan status gizi berdasarkan Z score =
nilai individu subyek nilai median baku rujukan
nilai simpang baku rujukan
44
45
H. PENATALAKSANAAN
Alur dan Penatalaksanaan Gizi buruk
Berikut disertakan alur pemeriksaan anak dengan gizi buruk
46
Selain itu, berikut disertakan alur pelayanan anak gizi buruk di rumah
sakit/puskesmas perawatan.
47
di
TFC/Pusat
Pemulihan
Gizi/Puskesmas
Perawatan atau RS
b. Balita kurus dan berat badannya tidak naik dua kali
berturut-turut (2 T)
c. Balita kurus
d.
Balita Bawah Garis Merah (BGM) (Ditjen Bina Gizi Dan Kesehatan
Ibu Dan Anak Kementerian Kesehatan RI, 2011)
Tabel 7.3 pola pemberian makanan bayi dan balita (Ditjen Bina Gizi Dan
Kesehatan Ibu Dan Anak Kementerian Kesehatan RI, 2011).
49
I.
gizi
buruk
terhadap
pertumbuhan
sangat
merugikan
performance anak, akibat kondisi stunting (postur tubuh kecil pendek) yang
diakibatkannya dan perkembangan anak pun terganggu. Efek malnutrisi
terhadap perkembangan mental dan otak tergantung dangan derajat beratnya,
lamanya dan waktu pertumbuhan otak itu sendiri. Dampak terhadap
pertumbuhan otak ini menjadi patal karena otak adalah salah satu aset yang
vital bagi anak.
Beberapa penelitian menjelaskan, dampak jangka pendek gizi buruk
terhadap perkembangan anak adalah anak menjadi apatis, mengalami
gangguan bicara dan gangguan perkembangan yang lain. Sedangkan dampak
jangka panjang adalah penurunan skor tes IQ, penurunan perkembangn
kognitif, penurunan integrasi sensori, gangguan pemusatan perhatian,
50
gangguan penurunan rasa percaya diri dan tentu saja merosotnya prestasi
anak (Nelson, 2007).
J. HUBUNGAN KONDISI PERUMAHAN DENGAN GIZI BURUK
Kondisi Lingkungan memegang peranan penting dalam menentukan
status kese-hatan balita. Lingkungan yang baik akan memberikan dampak
yang baik bagi ke-sehatan guna menciptakan manusia yang berkualitas.
Sebaliknya lingkungan yang kumuh akan berdampak buruk pada status
kesehatan.
Faktor yang mempengaruhi kondisi kesehatan lingkungan diantaranya
adalah kondisi keluarga. Kondisi keluarga yang baik akan memberikan
pengaruh kepada lingkungan fisik rumah, ketahanan pangan dan asupan gizi
anggota ke-luarga. Dengan baiknya kondisi keluarga akan memungkinkan
keluarga memper-baiki lingkungan fisik rumah dan akan memberikan
dampak yang baik bagi kese-hatan. Baiknya lingkungan fisik rumah akan
memberikan kontribusi terhindarnya balita dari kontak langsung dengan
kontaminan. Sehingga antara lingkungan fisik rumah dengan kondisi keluarga
erat hubungannya.
Kondisi keluarga juga mempunyai hubungan dengan ketahanan pangan,
karena dengan baiknya kondisi keluarga membuat orang tua akan memenuhi
ke-butuhan akan asupan pangan yang cukup. Dengan terpenuhinya pangan
keluarga akan memperbaiki kondisi status gizi balitanya, karena salah satu
faktor yang mempengaruhi status gizi adalah ketahanan pangan keluarga.
Dengan baiknya sta-tus gizi balita akan berhubungan dengan status
kesehatan.
Berdasarkan dari Laporan Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2004
ten-tang kajian kesehatan lingkungan menyatakan bahwa cakupan jamban
keluarga baru mencapai 76 %, air bersih 84,9 %, sistem pembuangan air
limbah (SPAL) 77 %, sistem pembuangan sampah yang belum memadai.
Kondisi lingkungan se-perti ini akan menjadi permasalahan serius yang perlu
diperhatikan.
51
Kondisi itu banyak ditemukan pada rumah tangga pinggiran yang masih
sangat minim dalam penanganan masalah lingkungan. Ditandai dengan belum
adanya wc sendiri, tempat pembuangan sampah rumah tangga, belum
tersedianya sarana air bersih, masih menggunakan media kayu sebagai bahan
bakar dan masih banyaknya rumah dengan kondisi tidak sehat. Kondisi ini
akan menyebabkan ter-jadinya kontak langsung antara kontaminan dengan
balita dan ibu yang mempe-ngaruhi keadaan kesehatan balita itu sendiri.
Status kesehatan dan status gizi balita saling memberi dampak, karena
ke-dua faktor ini saling mempengaruhi. Baiknya asupan gizi akan
memberikan pe-ngaruh yang baik bagi status kesehatan balita. Karena status
gizi pada balita ada-lah salah satu indikator dalam pembangunan nasional.
Pada masa balita mereka mengalami masa pertumbuhan dan perkembangan
yang cepat dan sangat penting untuk keberlangsungan hidupnya. Oleh karena
itu status gizi merupakan salah sa-tu ukuran penting dari kualitas sumber daya
manusia.
1. Sanitasi
Sanitasi adalah suatu usaha kesehatan yang bertujuan untuk
mencegah fak-tor-faktor hidup yang dapat menimbulkan berbagai macam
penyakit secara epi-demologi, meliputi semua media pemukiman hidup
organisme serta segala kondisi yang secara langsung maupun tidak yang
diduga dapat mempengaruhi tingkat ke-hidupan dan kesehatan organisme
itu sendiri. Tempat pembuangan limbah rumah tangga di rumah pasien
terlihat tidak teratur. Kondisi rumah juga bersebelahan dengan kandang
kambing diman dapat menularkan penyakit akibat sanitasi yang buruk.
Tempat pembuangan kotoran rumah tangga (jamban) juga tidak ada di
rumah tersebut sehingga jika buang air besar di kali.
2. Air Minum
Air terlindungi yaitu air yang terhindar dari kontaminan luar seperti
air ledeng, pam, atau sejenisnya atau air yang langsung dari mata air
tanpa harus kena sinar matahari terlebih dahulu me-lalui pipa yang
menyalurkan ke rumah-rumah. Sedangkan air tidak terlindungi a-dalah
52
air sungai, air sumur terbuka dan air hujan. Di tempat rumah pasien
sumber air minum berasal dari air sumur, dimana lokasi rumah pasien
berdekatan dengan lokasi lumpur, sehingga ada kemungkinan sumber air
yang digunakan sudah tercemar.
3. Bahan Bakar
Bahan bakar dengan memperhatikan aspek bahan bakar yang
digunakan untuk memasak. Bahan bakar dikategorikan pada bahan bakar
kayu, kompor dan kompor gas. Kondisi di rumah pasien masih
menggunakan tungku sebagai alat masak dimana kebersihannya masih
belum terjamin,
4. Lantai Rumah
Lantai rumah adalah keadaan fisik konstruksi lantai rumah dimana masih
berupa lantai dari tanah.
Kebiasaan dan perilaku penghuni
a.
b.
c.
d.
e.
53
BAB VII
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
1. Segi Biologis :
a. An. S (15 bulan) menderita Gizi buruk berdasarkan kategori NCHS.
b. Nafsu makan yang kurang menyebabkan berat badan An. S tidak
bertambah
c. Rumah dan lingkungan sekitar keluarga An. S tidak sehat
2. Segi Psikologis :
a.
B.
SARAN
54
Kuratif
Preventif :
56
DAFTAR PUSTAKA
Ditjen Bina Gizi Dan Kesehatan Ibu Dan Anak Kementerian Kesehatan RI,
(2011),
57
1. LAMPIRAN
Ruang TV
58
Kamar
Dapur
59
Kamar mandi
60