Bab 3
Bab 3
id
digilib.uns.ac.id
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai tinjauan pustaka tentang teori-teori
dan data klarifikasi yang diambil atau dikutip melalui berbagai sumber pustaka
yang diperkirakan akan dibutuhkan dalam proses perencanaan dan perancangan
berikutnya.
commit to user
III-1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
III-2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
perilaku makan di luar sebagai bagian dari gaya hidup masyarakat khususnya di
perkotaan. Banyak keluarga yang mengisi liburan ke berbagai daerah untuk
mencicipi menu lokal yang baru yang menarik. Perilaku tersebut mendorong
berkembangnya obyek wisata kuliner di berbagai daerah.
Hampir semua daerah di Indonesia memiliki makanan khas yang bisa
ditampilkan sebagai daya tarik bagi wisatawan. Diakuinya nasi goreng dan
rendang sebagai makanan yang terenak di dunia merupakan salah satu bukti
kekayaan kuliner lokal. Indonesia masih menyimpan ribuan jenis makanan dan
minuman khas yang berpotensi untuk dikembangkan secara global sebagai daya
tarik wisata. Namun di Indonesia potensi food tourism nampaknya belum digarap
dengan serius sebagai aset wisata, jika dibanding negara lain. Di negara lain
seperti Malaysia, Singapore, Thailand, Jepang, Korea, Australia, sudah sajak awal
menawarkan kuliner sebagai produk wisata andalan. Bahkan negara tetangga
seperti Singapore rutin memiliki event festival makanan lokal sebagai kegiatan
rutin pariwisata. Dalam event tersebut turis diajak berpetualang menikmati
berbagai makanan/minuman lokal dengan harga khusus. Event ini dipromosikan
secara terus menerus sehingga efektif menarik wisatawan. Malaysia juga gencar
melakukan promosi makanan lokal seperti laksa dan nasi lemak, sebagai daya
tarik wisatawan.
Pada awalnya makanan hanya menjadi salah satu pelengkap kegiatan
wisata. Namun kemudian berkembang menjadi salah satu bentuk wisata khusus
yang disebut dengan istilah wisata makanan atau food tourism. Sejak awal tahun
1970-an daerah pedesaan telah menjadi bagian penting bagi perkembangan di
masyarakat
industri
dan
menjadi
bagian
dari
restrukturisasi
ekonomi.
commit to user
III-3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
III.1.4. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) makanan sebagai batasan pemilik dan
pengelola produk kuliner yang akan diwadahi
Usaha Kecil dan Menengah yang sering disebut dengan istilah UKM
merupakan pelaku penting dalam perekonomian suatu negara ataupun daerah
tidak terkecuali di Indonesia. Sumbangannya pada Product Domestik Bruto (PDB)
sebesar 56,7% dan dalam ekspor nonmigas sebesar 15%, mempunyai andil 99,6%
dalam penyerapan tenaga kerja (Nawawi, Peran UKM Pada Perekonomian
Nasional Ditengah Ancaman Krisis Global, 2009). Namun, dalam kenyataannya
selama ini UKM
kesadaran akan pentingnya UKM dapat dikatakan barulah muncul belakangan ini
saja.
Setidaknya terdapat tiga alasan yang mendasari negara berkembang
belakangan ini memandang penting keberadaan UKM menurut beberapa ahli.
Alasan pertama adalah karena kinerja UKM cenderung lebih baik dalam hal
menghasilkan tenaga kerja yang produktif. Kedua, sebagai salah satu elemen yang
dinamis, UKM sering mencapai peningkatan produktivitasnya melalui investasi
commit to user
III-4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dan alih teknologi. Ketiga adalah karena sering diyakini bahwa UKM memiliki
keunggulan dalam hal fleksibilitas ketimbang usaha besar. Juga disebutkan
bahwa usaha kecil dan usaha rumah tangga di Indonesia telah memainkan peran
penting dalam menyerap tenaga kerja, meningkatkan jumlah unit usaha,
mendukung pendapatan rumah tangga, dan menggerakkan roda perekonomian.
Ketiga alasan yang dikemukakan di atas sangat relevan dalam konteks Indonesia
yang juga terkena imbas krisis global (Nawawi, Peran UKM Pada Perekonomian
Nasional Ditengah Ancaman Krisis Global, 2009).
Belakangan ini banyak diungkapkan bahwa UKM memiliki peran penting
bagi masyarakat di tengah krisis ekonomi global. Dengan didukungnya
pengembangan UKM diyakini pula akan dapat dicapai pemulihan ekonomi global.
Hal serupa juga berlaku bagi sektor informal. Usaha kecil sendiri pada dasarnya
sebagian besar bersifat informal dan karena itu relatif mudah untuk dimasuki oleh
pelaku-pelaku usaha yang baru. Pendapat mengenai peran UKM atau sektor
informal tersebut ada benarnya setidaknya bila dikaitkan dengan perannya dalam
meminimalkan
dampak sosial
dari krisis
global khususnya
persoalan
commit to user
III-5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pemilik atau pengelola rumah makan, catering dan industri makanan yang jumlah
karyawannya 5-19 orang untuk usaha kecil dan 20-99 orang untuk usaha
menengah se-Soloraya. Sedangkan jumlah pemilik atau pengelola UKM makanan
di Soloraya adalah 15.171 orang (Desperindag, 2009). Sehingga kedepannya
diharapkan, Wahana Wisata Kuliner ini mewadahi produk-produk makanan dari
pemilik atau pengusaha UKM makanan se-Soloraya yang melibatkan masyarakat
guna meminimalkan dampak sosial dari krisis global khususnya persoalan
pengangguran dan hilangnya penghasilan masyarakat.
commit to user
III-6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dan
menikmati
makanan
di
warung-warung
yang
commit to user
III-7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2) Pengelola
a) Mengelola bangunan mulai dari manajemen penggunaannya hingga
perawatan obyek bangunan wisata kuliner tersebut
b) Menjaga kebersihan dan keamanan di lingkungan obyek bangunan
wisata kuliner
c) Melakukan metabolisme
d) Melakukan ibadah
3) Servis
a) Menyiapkan segala dagangan makanan untuk kebutuhan para
pengunjung
b) Menjaga kebersihan dan keamanan obyek bangunan wisata kuliner
c) Melakukan metabolisme
d) Melakukan ibadah
commit to user
III-8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar III.1 : Pengunjung dapat menikmati keindahan alam yang ada di sekitar saung
Sumber : pecidasase.blogspot.com
Kampung Daun ini memiliki luas wilayah sekitar 3 hektare dengan jumlah
saung atau pondok sunda sebanyak 57 buah. Sementara karyawan yang dimiliki 185
orang yang berasal dari warga sekitar mampu melayani para pengunjung yang ratarata perharinya 300-an dan akhir pekan biasanya mencapai 1500 peck. Pengunjung
yang datang ke Kampung Daun akan disuguhkan pemandangan alamnya yang
menarik. Misalnya bukit yang mengelilingi Kampung Daun dihiasi oleh hutan
bambu. Sepanjang jalan menuju saung, tumbuhan jenis pakis berdiri tegak dan rapi
menambah keasrian Kampung Daun ini.
Gambar III.2 : Tumbuhan jenis pakis yang ada di sepanjang jalan menuju saung
Sumber : pecidasase.blogspot.com
commit to user
III-9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Saung ditata sedemikian rupa dengan ciri khas budaya sunda dan alunan
musik sunda serta pelayan yang mengenakan busana khas sunda menambah nilainilai budaya di Kampung Daun ini. Tidak hanya alam dan budaya yang menjadi
tarikan, kuliner yang disajikan juga cukup menarik untuk dinikmati.
Dengan konsep budaya, maka makanan khas daerah Jawa Barat dan daerah
lainnya di Indonesia juga turut disajikan. Misalnya Karedok, Soto Betawi, Soto
Kudus, Nasi Liwet Solo, Nasi Liwet Parahyangan, Nasi Campur Sunda dan lainlain. Selain makanan lokal, juga disajikan makanan dari luar Indonesia seperti
Cream of Chicken Soap, Cream of Corn Soap, Grilled of Australian Beef Ribs,
Black Pepper Beef, Deep Fried Calamary, Lasagna, Spagety / Fettucine with
smoked beef. Sedangkan untuk minuman yang disajikan diantaranya Bandrek,
Bajigur, Wedang Ronde, Sekoteng, Es Cendol, Es Cingcau dan lain sebagainya.
Tentunya harga dari tiap-tiap makan tersebut berbeda-beda, namun yang pasti
sasaran
pengunjungnya
adalah
kelas
menengah
keatas
commit to user
III-10
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
III-11
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
III-12
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
rasa
dan
aroma
Tinutuan
ini
(http://www.yukpegi.com/wisata/nikmatnya-kuliner-khas-tinutuan-wakeke-manado/
diolah kembali oleh penulis).
commit to user
III-13
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
merupakan
usaha
manusia
untuk
mempertahankan
commit to user
III-14
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
III-15
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lokasi bangunan atau fasilitas perlu dekat dengan infrastruktur kota agar
lebih mudah saat pembangunan dan dapat meminimalkan biaya operasional
pengguna. Penempatan fasilitas atau bangunan perlu menyelaraskan dan
mengoptimalkan kondisi tapak yang ada. Penataan bangunan yang satu dengan
yang lain dibuat sedemikian rupa agar akses terjangkau. Perubahan tapak
dilakukan seminimal mungkin dan pengelolaan tapak dilakukan seefektif
mungkin.
c. Jalur Pedestrian
Aktivitas pergerakan manusia dari satu tempat ke tempat yang lain
diusahakan tidak mengonsumsi energi apalagi untuk jarak perpindahan yang tidak
terlampaui jauh. Untuk itu diperlukan jalur pejalan kaki yang memadai dengan
adanya peneduh di jalur pedestrian yang membantu kenyamanan pejalan kaki.
commit to user
III-16
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
d. Penghematan Energi
1) Meminimalkan perolehan panas matahari.
Adapun meminimalkan perolehan panas matahari dapat dilakukan
dengan beberapa cara yaitu :
a) Menghalangi
radiasi
matahari
langsung
pada
dinding-dinding
transparan.
b) Mengurangi transmisi panas dari dinding-dinding masif yang terkena
radiasi matahari langsung dengan penyelesaian rancangan tertentu,
misalnya dengan membuat dinding lapis (berongga) yang diberi
ventilasi pada rongganya, adanya ventilasi atap (antara atap dan langitlangit), adanya teritisan yang berfungsi mendinginkan suhu udara lebih
dulu sebelum masuk ke dalam ruang.
2) Orientasi bangunan
Orientasi bangunan arah utara-selatan dengan pertimbangan untuk
kawasan sekitar equator sisi barat-timur mendapatkan panas yang lebih tinggi
dibanding sisi utara-selatan. Efek orientasi bangunan terhadap suhu udara di
dalam bangunan tampak jelas. Suhu rata-rata pada sisi dinding timur-barat
lebih tinggi dibanding suhu ruang pada sisi selatan.
3) Organisasi Ruang
Menghindari penempatan ruang-ruang utama pada sisi barat kecuali
jika ada pembayangan dari bangunan lain atau pohon besar pada sisi tersebut.
Dinding luar di bagian barat akan mendapatkan radiasi matahari siang dan
sore yang sangat tinggi dan membuat ruang di dalamnya terasa panas.
4) Memaksimalkan pelepasan panas bangunan
Pelepasan panas bangunan ke udara sekitarnya terjadi melalui proses
radiasi, konduksi dan konveksi.
a) Proses radiasi umumnya terjadi malam hari saat suhu udara sekitar
bangunan turun.
b) Proses konduksi terjadi dari bangunan ke tanah, panas mengalir
melalui struktur, dinding, lantai ke tanah dibawahnya.
commit to user
III-17
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c) Panas konveksi dapat terjadi setiap waktu, dimana angin yang bersuhu
lebih rendah dari suhu bangunan akan bersinggungan dengan bagianbagian bangunan. Mengoptimalkan perpindahan panas secara konveksi
dengan membuat bukaan, jendela, jalusi dan sebagainya yang
memungkinkan ventilasi udara silang terjadi secara optimal di dalam
bangunan.
5) Meminimalkan radiasi panas dari plafon
Adanya ruang atap, ruang antara atap dan langit-langit dan diberi
ventilasi semaksimal mungkin. Hal ini dimaksudkan agara udara panas yang
terperangkap di bawah penutup atap dapat dibuang atau dialirkan keluar,
sehingga tidak memanaskan ruang yang berada di bawahnya. Pembuatan atap
yang tinggi (volume ruang besar) juga dapat mengurangi pemanasan ruang.
6) Menghindari radiasi matahari memasuki bangunan atau mengenai bidang
kaca
Radiasi matahari yang menembus bidang kaca sebagai dinding akan
memantulkan panasnya ke benda-benda yang ada di dalam ruang. Bendabenda tersebut akan memantulkan kembali panas ke ruang, namun karena kaca
tidak dapat meneruskan gelombang panjang maka radiasi akan terperangkap di
dalam ruang. Hal tersebut akan membuat ruang menjadi lebih panas, solusi
yang sering dilakukan adalah dengan menyalakan AC sehingga energi pun
terpakai lebih banyak.
7) Memanfaatkan radiasi matahari tidak langsung untuk penerangan ruang
dalam bangunan
Cahaya langit matahari digunakan untuk pencahayaan alami untuk
ruang dalam. Cahaya langit tidak memberikan efek panas pada bangunan,
karena bukan sinar matahari langsung. Salah satu caranya adalah dengan
mencerminkan atau memantulkan sinar tersebut dalam air kolam dan lewat
langit-langit. Sehingga mendapatkan pencahayaan alami yang terang tetapi
tidak menimbulkan silau (Gunawan, Yurika, Arsitektur Ekologis Dalam
Bangunan rumah Tinggal, 2000 : 49).
commit to user
III-18
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
e. Material Bangunan
1) Material terbarukan
Material terbarukan mengarah ke material yang berasal dari vegetasi
yang dapat ditumbuhkan seperti kayu, bambu dan daun. Jika penggunaan
commit to user
III-19
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
III-20