Anda di halaman 1dari 2

Vita Fauzia R.

2KS1 / 14.8419

Sensus Ekonomi 2016

Sensus Ekonomi (SE) adalah kegiatan pendataan lengkap atas seluruh unit
usaha/perusahaan yang berada dalam batas-batas wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI). Seluruh informasi yang dikumpulkan bermanfaat untuk mengetahui
gambaran tentang performa dan struktur ekonomi baik menurut wilayah, lapangan usaha,
maupun skala usaha.
Adapun SE 2016 merupakan SE yang ke empat dan dilaksanakan pada tanggal 1-31
Mei 2016. Dari tahun ke tahun, SE mengalami perubahan baik pada dasar hukum, metodologi
khususnya pada variabel-variabel utamanya. Hal ini tentu tidak lepas dari kebutuhan
informasi itu sendiri yang makin banyak dikarenakan kesadaran berbagai pihak akan
pentingnya data untuk menyusun kebijakan dan program pada dunia usaha agar dapat survive
pada persaingan yang semakin mengglobal.
Akan tetapi pada prakteknya, ternyata kualitas data sensus ekonomi masih jauh
daripada kedua sensus lainnya. Non Sampling Error adalah alasan dibalik itu semua. Seperti
contoh, petugas sensus kurang mengerti tata cara sensus, atau responden sensus memberi
pernyataan tidak sesuai dengan fakta atau bahkan menolak untuk disensus. Di antara unit
sensus yang menolak kebanyakan berasal dari perusahaan besar, karena mereka mengira
bahwa pada poin pendapatan usaha akan berkorelasi dengan penentuan pajak.
Tentu saja hal-hal di atas dapat dihindari dengan sosialisasi yang bagus dari pihak
BPS. Sosialisasi ini dilakukan agar masyarakat lebih sadar dengan tujuan dari Sensus
Ekonomi itu sendiri. Untuk sosialisasi pada SE 2016 ini sudah terbilang bagus. Mulai dari
peletakan spanduk di jalan raya kabupaten, tempat-tempat umum, bahkan di bandar udara
komersial. Tersebar pula komik yang mensosialisasikan SE 2016 di linimasa, namun
belakangan diketahui bahwa cakupannya hanya kalangan statistisi atau dalam kata lain belum
begitu luas persebarannya.
Dalam hal sosialisasi, seharusnya BPS tidak hanya mengandalkan kerjasama dengan
pemerintah daerah atau hanya bekerja melibatkan kalangan sendiri. Ada baiknya jika
sosialisasi melibatkan masyarakat langsung dan dilakukan secara luas. Misal dengan
penggunaan iklan layanan masyarakat melalui televisi , seperti yang dilakukan BKKBN. Atau
jika dirasa terlalu memakan biaya, taruhlah iklan atau video pada saluran Youtube. Hal ini

Vita Fauzia R.
2KS1 / 14.8419

tentu sangat berpengaruh mengingat banyaknya pengguna internet pada saat ini. Muatan
video bisa berupa definisi, tujuan, kegiatan, gambaran bahkan pelatihan bagi para petugas
yang tentunya harus dikemas sedemikian rupa agar mudah dicerna.
Penggunaan maskot dalam SE 2016 ini sudah dinilai bagus, namun masih kurang
dimanfaatkan. Begitu pula dengan Mars Sensus Ekonomi yang kurang publikasi. Padahal
jingle atau Mars merupakan media yang ampuh dalam kegiatan sosialisasi. Untuk lebih
membumikannya BPS bisa melakukan remake Mars SE tersebut dengan cara kreatif, lalu
melemparnya ke publik baik melalui media elektronik maupun melalui media sosial.
Selain itu, program Reformasi Birokrasi BPS yang sudah berjalan sejak tahun ini
patut diacungi jempol. Akan tetapi lagi-lagi karena publikasinya yang kurang luas,
pengunjung laman tersebut masih terbilang sedikit yang merupakan eksternal BPS. Jika
memang menargetkan pengguna media sosial harusnya BPS menggunakan jasa iklan terlebih
dahulu agar menarik pengunjung laman RB BPS. Bisa menggunakan layanan google adsense,
atau menaruh banner pada website-website tertentu yang memungkinkan sering diakses para
pelaku usaha yang disasar (contoh: pengusaha besar yang notabene sulit untuk disensus).
Lagipula, salah satu variabel dalam SE kali ini adalah unit usaha online, tentunya sosialisasi
pada pelaku usaha online dirasa penting adanya.
Dengan jalan sosialisasi ini diharap juga mengatasi kecurigaan pelaku usaha akan data
yang akan dipakai untuk menentukan pajak. Karena jika sudah disediakan saluran
sosialisasinya, para pelaku usaha yang kritis tadi akan mencari sendiri informasi-informasi
detail yang mereka butuhkan mengenai Sensus Ekonomi baik tentang hubungannya dengan
pajak, tujuan, dan manfaatnya. Begitupula dengan pihak pelaku sensus, diharapkan mereka
dapat mencari jawaban akan persoalan yang detail secara mandiri, yang tentunya setelah
mendapat pelatihan dari BPS.
Ke

depannya,

BPS

harus

mengikuti

arus

perkembangan

jaman

dengan

mengembangkan sistem sensus yang berorientasi digital dan paperless. Sistem ini diharapkan
akan mengurangi jumlah error sehingga menghasilkan data lebih berkualitas. Data yang
akurat ini tentu sangat berperan sekali bagi Indonesia dalam menentukan kebijakan ketika
menghadapi persoalan ekonomi yang semakin kompleks dewasa ini dan juga ke depannya.

Anda mungkin juga menyukai