Tinpus SNH
Tinpus SNH
Pembimbing
KEPANITERAN KLINIK
ILMU PENYAKIT SARAF
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
RS FAMILY MEDICAL CENTRE , BOGOR
PERIODE 9 MEI 2016 11 JUNI 2016
A.
Definisi
Stroke adalah penyakit serebrovaskular mengacu pada setiap gangguan neurologis
mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau terhentinya aliran darah melalui system
suplai arteri otak. Stroke diklasifikasikan menjadi dua kategori utama, yaitu stroke
iskemik dan stroke hemoragik. Stroke iskemik disebabkan oleh sumbatan pada pembuluh
darah, dibagi dua, akibat trombotik dan embolik. Sedangkan stroke hemoragik
disebabkan perdarahan, baik perdarahan intraserebral maupun subarachnoid.1
Epidemiologi
Kasus stroke meningkat di negara maju seperti Amerika dimana kegemukan
dan junk food telah mewabah. Berdasarkan data statistik di Amerika, setiap tahun terjadi
750.000 kasus stroke baru di Amerika dengan lebih dari 150.000 fatalitas menjadi
penyebab kematian ketiga dan penyebab utama kecatatan. Dari data tersebut
menunjukkan bahwa setiap 45 menit, ada satu orang di Amerika yang terkena serangan
stroke.6,10
Menurut Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki), terdapat kecenderungan
meningkatnya jumlah penyandang stroke di Indonesia dalam dasawarsa terakhir.
Kecenderungannya menyerang generasi muda yang masih produktif. Hal ini akan
berdampak terhadap menurunnya tingkat produktifitas serta dapat mengakibatkan
terganggunya sosial ekonomi keluarga.8
Tidak dapat dipungkiri bahwa peningkatan jumlah penderita stroke di
Indonesia identik dengan wabah kegemukan akibat pola makan kaya lemak atau
kolesterol yang melanda di seluruh dunia, tak terkecuali Indonesia.
2
Etiologi.1,5,9
Stroke Iskemia
Vaskuler: arterosklerosis, inflamasi (giant cell arteritis, SLE, poliarteritis nodosa,
-
(penumpukan kolesterol pada dinding pembuluh darah) atau bekuan darah yang telah
menyumbat suatu pembuluh darah ke otak. Hampir sebagian besar pasien atau sebesar
83% mengalami stroke jenis ini. Pada stroke iskemik, penyumbatan bisa terjadi di
sepanjang jalur pembuluh darah arteri yang menuju ke otak. Darah ke otak disuplai oleh
dua arteria karotis interna dan dua arteri vertebralis. Arteri-arteri ini merupakan cabang
dari lengkung aorta jantung. Suatu ateroma (endapan lemak) bisa terbentuk di dalam
pembuluh darah arteri karotis sehingga menyebabkan berkurangnya aliran darah.
Keadaan ini sangat serius karena setiap pembuluh darah arteri karotis dalam keadaan
normal memberikan darah ke sebagian besar otak.
Tromboemboli
Pembuluh darah arteri karotis dan arteri vertebralis beserta percabangannya
bisa juga tersumbat karena adanya bekuan darah yang berasal dari tempat lain, misalnya
dari jantung atau satu katupnya. Stroke semacam ini disebut emboli serebral (emboli =
sumbatan, serebral = pembuluh darah otak) yang paling sering terjadi pada penderita
3
yang baru menjalani pembedahan jantung dan penderita kelainan katup jantung atau
gangguan irama jantung (terutama fibrilasi atrium).Emboli lemak jarang menyebabkan
stroke. Emboli lemak terbentuk jika lemak dari sumsum tulang yang pecah dilepaskan ke
dalam aliran darah dan akhirnya bergabung di dalam sebuah arteri.
D.
Manifestasi klinis.1,5
Sebagian besar kasus stroke terjadi secara mendadak, sangat cepat dan
menyebabkan kerusakan otak dalam beberapa menit (completed stroke). Kemudian
stroke menjadi bertambah buruk dalam beberapa jam sampai 1-2 hari akibat bertambah
luasnya jaringan otak yang mati (stroke in evolution).
Perkembangan penyakit biasanya (tetapi tidak selalu) diselingi dengan periode
stabil, dimana perluasan jaringan yang mati berhenti sementara atau terjadi beberapa
perbaikan. Gejala stroke yang muncul pun tergantung dari bagian otak yang terkena.
Membaca isyarat stroke dapat dilakukan dengan mengamati beberapa gejala stroke.
Manifestasi klinis berdasarkan lokasi lesinya:4-5
a. arteri serebri anterior : menyebabkan hemiparesis dan hemipistesi
kontralateral yang terutama melibatkan tungkai
b. arteri serebri media
: menyebabkan hemiparesis dan hemipestesi
kontralateral yang terutama mengenai lengan disertai gangguan fungsi
luhur berupa afasia (bila mengenai area otak dominan) hemipastial
neglect (bila mengenai area otak nondominan)
c. arteri serebri posterior : menyebabkan hemianopsi homonim atau
kuandratanopsi kontralateral tanpa disertai gangguan motorik dan
sensoris. Gangguan daya ingat terjadi bila terjadi infark pada lobus
temporalis medial. Aleksia tanpa agrafia timbul bila infark terjadi pada
korteks visual dominan dan splenium korpus kalosum. Agnosia dan
prosopagnosia (ketidakmampuan mengenali wajah) timbul akibat infark
pada korteks temporooksipitalis inferior
d. Korteks : Gejala terlokalisasi, mengenai daerah lawan dari letak lesi,
hilangnya sensasi kortikal (stereonogsis, diskriminasi 2 titik), kurang
perhatian terhadap rangasang sensorik
e. Kapsula : Lebih luas, sensasi primer menghilang, bicara dan penglihatan
mungkin terganggu.
f. Batang otak : menyebabkan gangguan saraf kranial seperti disartria,
diplopia, dan vertigo ; gangguan serebelar seperti ataksia atau hilang
keseimbangan; penurunan kesadaran
Diagnosis
Diagnosis stroke biasanya ditegakkan berdasarkan anamnesis perjalanan penyakit hasil
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
Namun untuk memastikan diagnosa kerja ada dua jenis teknik pemeriksaan imaging
(pencitraan) untuk mengevaluasi kasus stroke atau penyakit pembuluh darah otak
(Cerebrovascular Disease/CVD), yaitu Computed Tomography (CT scan) Baku
emas pemeriksaan stroke dan Magnetic Resonance Imaging (MRI).4
CT scan diketahui sebagai pendeteksi imaging yang paling mudah, cepat dan relatif
murah untuk kasus stroke. Namun dalam beberapa hal, CT scan kurang sensitif
dibanding dengan MRI, misalnya pada kasus stroke hiperakut. Untuk memperkuat
diagnosis biasanya dilakukan pemeriksaan CT scan atau MRI. Kedua pemeriksaan
tersebut juga bisa membantu menentukan penyebab dari stroke, apakah perdarahan
1.
atau iskemi.
Pemeriksaan Fisik.3-4
a. Menilai keadaan umum pasien: baik/buruk, yang perlu diperiksa dan dicatat
adalah tanda-tanda vital, yaitu:
- Kesadaran penderita : - Kompos mentis (sadar sepenuhnya), Apatis (pasien
tampak segan, acuh tak acuh terhadap lingkunganya), Delirium (penurunan
kesadaran
Identifikasi awal yang penting adalah apakah kasus yang dihadapi adalah
apakah kasus bedah atau non bedah, jika kasus bedah maka tindakan operasi
b. Tanda rangsang meningeal: kaku kuduk, brudzinski sign, lasegue sign, kernig
sign. Jika tanda rangsang meningeal (+) berarti menderita meningitis atau SAH
(pendarahan subarachnoid).
c. Pemeriksaan Saraf Kranial
Tabel 1. Pemeriksaan Fungsi Saraf Cranial.3
Pemeriksaan Saraf
Saraf Olfaktorius (N.I):
Saraf Optikus (N.II):
Saraf Okulomotorius (N.III):
akan
menyebabkan
otosis
dilatasi pupil.
Gerakan
ocular
menyebabkan
ketidak
dan paresis.
tes saraf koklear, pendengaran, konduksi udara
dan tulang, kerusakan akan menyebabkan
tinitus
atau
kurang
pendengaran
atau
ketulian.
fungsi motorik, reflek gangguan faringeal atau
menelan.
Fungsi bicara. jika alami kerusakan bicara pelo
kekuatan
otot
sternokleidomastouides,
trapesus
kerusakan
dan
akan
6
bahkan
fungsi motorik
lidah,
kerusakan
akan
Score
0
1
2
3
4
5
Kekuatan penuh
e. Sensorik: menilai sensibilitas dengan menggunakan jarum (nyeri), kapas (raba),
botol air panas & dingin (suhu), garpu tala (getar), jangka (2 point
discrimination),
mengenali
benda-benda
(stereognosis),
dan
pensil
(graphesthesia).
f. Refleks patologis: babinski (gores telapak kaki, (+)dorsofleksi ibu jari, disertai
mekarnya jari-jari yang lain---> lesi traktus piramidalis) dan klonus kaki.
g. Koordinasi:
-
Gaya Berjalan
tabel
yang
merupakan
Pemeriksaan
tingkat
kesadaran
Score
4
3
2
1
5
4
3
2
1
6
5
4
3
2
1
Nyeri kepala
+
+
-
Babinski
+
+
-
Jenis Stroke
Perdarahan
Perdarahan
Perdarahan
Iskemik
Iskemik
Score
0
1
2
3
4
5
pengawasan
Memerlukan pengawasan keseluruhan
Memerlukan bantuan total
2.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium.4-5
a. Pemeriksaan Punksi Lumbal (Sesuai indikasi)
Pemeriksaan punksi lumbal dilakukan dengan mengambil sampel dari
CSF dari tulang belakang. Punksi lumbal menentukan apakah pasien terkena
pendarahan
subarachnoid
(subarachnoid
haemorrhagic).
Apabila
terjadi
Nilai rujukan untuk Kolestrol Total tidak boleh lebih dari 200 mg / dL,
HDL > 45 mg / dL, LDL tidak boleh lebih dari 250 mg / dL, dan TG antara 0,7
1,4 mmol/L.
c. Pemeriksaan Darah Rutin dan Darah lengkap
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui keadaan darah,
kekentalan darah, jumlah sel darah, penggumpalan trombosit yang abnormal dan
mekanisme pembekuan darah (Hemoglobin, hematokrit, eritrosit, leukosit, hitung
jenis trombosit, dan laju endap darah, PT, aPTT, agregasi trombosit, fibrinogen).
Juga digunakan sebagai pengontrol pada pasien dengan komplikasi diabetes
melitus (pemeriksaan gula darah puasa). Pemeriksaan profil lipid dan kolesterol
darah juga penting.
Pemeriksaan Radiologi.1,4,6,7
a. Head CT Scan (Pilihan Utama/baku emas)
Pada stroke non haemorrhagic terlihat adanya infark sedangkan pada
stroke haemorrhagic terlihat adanya pendarahan. Berikut dapat kita lihat dalam
Tabel 7, Gambaran Perbedaan Stroke Hemoraggik dan Iskemik :
Tabel 7. Gambaran CT-scan
Stroke Hemoragik ( Lesi Hiperdens)
Sumber : http://www.medscape.com/viewarticle/452843_2
10
GA
b. MRI (Pilihan kedua setelah CT-scan)
Menunjukan bagian yang infark, pendarahan, Malforasi Anterior Vena. Yang
lebih spesifik dibandingkan CT-scan
c. Angiografi Cerebral
Membantu
melihat
adanya
pendarahan,
obstruksi
arteri,
F.
Diagnosa Banding
a.
Hipertensi Ensefalopati.7
Hypertensive encephalopathy (HE) atau ensefalopati hipertensi adalah
sindrom klinik akut reversibel yang dipresipitasi oleh kenaikan tekanan darah
tiba-tiba sehingga melampaui batas otoregulasi otak. HE dapat terjadi pada
normotensi yang tekanan darahnya mendadak naik menjadi 160/100 mmHg.
Sebaliknya mungkin belum terjadi pada penderita hipertensi kronik meskipun
tekanan arteri rata-rata mencapai 200 atau 225 mmHg
Gejala klinik berupa nyeri kepala hebat, mual, muntah, rasa ngantuk
dan keadaan bingung. Bila berlanjut dapat terjadi kejang umum, mioklonus dan
koma. Jarang menyebabkan gangguan saraf fokal seperti hemiparesis, afasia,
kejang-kejang fokal atau kebutaan akibat kelainan retina atau kortikal. Jika
tekanan darah tidak segera diturunkan penderita akan jatuh dalam koma dan
meninggal dalam beberapa jam. Sebaliknya dengan menurunkan tekanan darah
secepatnya secara dini prognosis umumnya baik dan tidak menimbulkan gejala
sisa. Nyeri kepala, bingung, mual, muntah akan cepat menghilang dalam
beberapa jam. Faal ginjal akan membaik dalam beberapa hari. Sedangkan
hilangnya pupil edema akan memerlukan waktu beberapa minggu
Etiologi hipertensi ensefalopati yaitu disebabkan oleh hipertensi tak
terkontrol, eklmapsia, dan kelainan ginjal seperti glomerulonefritis. Pada
hipertensi tak terkontrol, kecepatan peningkatan TD menyebabkan TD naik
11
sehingga
terjadi
vasospasme
pembuluh
darah
otak
(menyebabkan
Hipoglikemia.
Hipoglikemia adalah suatu keadaan dimana kadar gula darah (glukosa)
secara abnormal rendah. Dalam keadaan normal, tubuh mempertahankan kadar
gula darah antara 70-110 mg/dL. Gejala terdiri atas dua fase yaitu :1
- Fase I yaitu gejala-gejala yang timbul akibat aktivasi pusat autonom di
hipotalamus sehingga dilepaskannya hormon epinefrin. Gejalanya berupa
palpitasi, keluar banyak keringat, tremor, ketakutan, rasa lapar dan mual
-
c.
d.
stroke.
Stroke.1,4-5
Stroke Hemoragik
Strok jenis ini merupakan sekitar 20% dari semua stroke. stroke haemoragik
disebabkan oleh perdarahan kedalam jaringan otak (disebut haemoragia
intraserebrum atau hematom intraserebrum) atau kedalam ruang subaraknoid,
yaitu ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan jaringan yang menutupi
otak (disebut haemoragia subaraknoid).
Stroke akibat perdarahan intraserebrum paling sering dipicu oleh hipertensi
dan rupture salah satu arteri otak. Serangan paling sering terjadi saat pasien
terjaga dan aktif, sehingga kejadiannya disaksikan orang lain. Karena lokasinya
berdekatan dengan arteri-arteri dalam, stroke menimbulkan defisist yang sangat
12
Perdarahan
Perdarahan
Stroke
Non
IntraSerebral (PIS)
Subarakhnoid
Hemoragik (SNH)
Berat
Menit/jam
Hebat
Sering
(PSA)
Ringan
1-2 menit
Sangat hebat
Sering
Berat/ringan
Pelan (Jam/hari)
Ringan/tidak ada
Tidak, kecuali lesi
Hampir selalu
Biasa ada
Biasa hilang
dibatang otak
Biasanya tidak
Hampir selalu
Jarang
Mungkin ada
Bisa
hilang Dapat hilang
sebentar
Awal tidak ada
Jarang
Sering berdarah
Meningkat
>1000/mm3
Berdarah
Meningkat
>1000/mm3
Jernih
Normal
>250/mm3
13
CT scan
Edema pupil
G.
(lesi hipodens)
-
Faktor Risiko
1.
Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi:4,9-10
- Umur, hampir 2 kali lipat tiap dekade setelah umur 55 tahun dan kebanyakan
-
kulit putih
Faktor turunan
Faktor keturunan juga memegang peranan penting dalam epidemiologi stroke.
2.
-
H.
tumor atrium
Hipovolemia dan syok terutama pada populasi usia lanjut, dimana refleks
sirkulasi sudah tidak baik lagi.
Merokok (termaksud perokok pasif), diet tidak sehat: lemak, garam berlebihan,
asam urat, kolesterol, kurang buah.
Kurang olahraga, kelebihan berat badan.
obat-obatan: narkoba (kokain), anti koagulansia, anti platelet,
amfetamin, pil kontrasepsi.
ABC :4-5
A : Airway, artinya mengusahakan agar jalan napas bebas dari segala
1.
hambatan, baik akibat hambatan yang terjadi akibat benda asing maupun
2.
3.
napas.
C : Cardiovascular function, yaitu fungsi jantung dan pembuluh darah.
Seringkali terdapat gangguan irama, adanya trombus, atau gangguan tekanan
darah yang harus ditangani secara cepat.
Pengobatan yang cepat dan tepat diharapkan dapat menekan mortalitas dan mengurangi
kecacatan. (Time is Brain). Tujuan utama pengobatan adalah untuk memperbaiki aliran darah
ke otak secepat mungkin dan melindungi neuron dengan memotong kaskade iskemik.
Pengelolaan pasien stroke akut pada dasarnya dapat di bagi dalam :5
1. Pengelolaan umum, pedoman 5 B
-
Breathing
Blood
Brain
Bladder
Bowel
4.
Rehabilitasi
15
isotonis seperti 0,9% salin. Pada umumnya kebutuhan cairan 30 ml/kgBB/hari (parenteral
maupun enteral).
Tekanan darah pada tahap awal tidak boleh segera diturunkan, karena dapat memperburuk
keadaan. Pada pasien stroke iskemik akut, tekanan darah diturunkan sekitar 15% (sistolik
maupun diastolik) dalam 24 jam setelah awitan apabila tekanan darah sistolik (TDS) >
220mmHg atau diastolik > 120 mmHg.
Obat-obat yang dapat dipergunakan Nicardipin (5 mg/jam IV, 2,5 mg/jam tiap 15
menit, sampai 15 mg/jam), Diltiazem (5 mg/jam IV, 2,5 mg/jam tiap 15 menit, sampai 15
mg/jam), labetalol 10 80 mg IV bolus tiap 10 menit sampai 300 mg/hari.
Kadar gula darah (GD) yang terlalu tinggi terbukti memperburuk outcome pasien
stroke. Sasaran kadar glukosa darah 80-180 mg/dL. Pemberian insulin reguler dengan
skala luncur dengan dosis GD > 150 200 mg/dL 2 unit, tiap kenaikan 50 mg/dL
dinaikkan dosis 2 unit insulin sampai dengan kadar GD > 351 mg/dL dosis insulin 10
unit.
1.c Brain : Monitor tekanan intrakranial (TIK) harus dipasang pada pasien dengan GCS
<9 dan penderita yang mengalami penurunan kesadaran karena kenaikan TIK. Sasaran
terapi adalah TIK < 20 mmHg. Penatalaksanaan penderita dengan peningkatan TIK:
tinggikan posisi kepala 20-30 dan osmoterapi atas indikasi: Manitol 0,25-0,50
16
gram/kgBB, selama >20 menit diulangi setiap 4-6 jam dengan target 310 mOsm/L.
Kalau perlu berikan furosemide dengan dosis inisial 1 mg/kgBB i.v.
Peningkatan suhu tubuh harus dihindari
karena memperbanyak
pelepasan
oral, Heparin berat molekul rendah (LWMH) dosis 2 x 0,4 cc subkutan monitor
trombosit hari ke 1 & 3 (jika jumlah < 100.000 tidak diberikan), Warfarin dengan
dosis hari I = 8 mg, hari II = 6 mg, hari III penyesuaian dosis dengan melihat INR
pasien.
Pemberian Aspirin dengan dosis awal 325 mg dalam 24-48 jam setelah awitan
stroke dianjurkan untuk setiap stroke iskemik akut. Namun jika direncanakan
pemberian trombolitik, aspirin jangan diberikan. Pemberian klopidogrel saja, atau
kombinasi dengan aspirin pada stroke iskemik akut tidak dianjurkan, kecuali pada
pasien dengan indikasi spesifik seperti angina pectoris tidak stabil, non Q-wave
MI, atau recent stenting.
-
Proteksi neuronal/sitoproteksi
Pemakaian obat neuroprotektan belum menunjukkan hasil yang efektif, namun
citicolin sampai saat ini masih memberikan manfaat pada stroke akut. Penggunaan
citicolin pada stroke iskemik akut dengan dosis 2 x 1000mg intravena 3 hari dan
dilanjutkan dengan 2 x 1000 mg per oral selama 3 minggu
18
a.
Penatalaksanaan NonMedikaMentosa.4,5
- Nutrisi pasien diperhatikan : pengkajian gangguan menelan dan tata cara
pemberian nutrisi bila terdapat gangguan menelan. Seringkali pemberian
-
makanan peroral aktif atau dengan sonde diberikan pada pasien yang berbaring
Hidrasi intravena : Koreksi dengan NaCl 0.9% jika hipovolemik
Hiperglikemi : koreksi dengan insulin skala luncur. Bila stabil, beri insulin
reguler subkutan
Neurorehabilitasi : Secepatnya setelah pasien melewati masa kritis, stimulasi dini
dan fisioterapi gerak anggota badan aktif dan pasif, terapi wicara untuk pasien
dengan gangguan bicara, terapi ocupasi (dilakukan untuk memperbaiki fungsi
I.
Komplikasi
Komplikasi akut .4
-Kenaikan tekanan darah, keadaan ini biasanya merupakan mekanisme kompensasi
sebagai upaya mengejar kekurangan pasokan darah di tempat lesi. Oleh karena itu
kecuali bila menunjukkan nilai yang sangat tinggi (sistolik > 220/ diastolik > 130)
tekanan darah tidak perlu diturunkan, karena akan turun sendiri setelah 48 jam.
-Kadar gula darah, Pasien strok sering kali merupakan pasien DM sehingga kadar gula
darah pasca strok tinggi.
-Gangguan Jantung sering menyebabkan kematian
-Infeksi kandung kemih, infeksi dan sepsis merupakan komplikasi strok yang serius
19
Komplikasi kronis.4,10
- Akibat tirah baring lama di tempat tidur bisa menjadi pneumonia, dekubitus,
J.
sejenisnya.
Tekanan darah harus 149/90 mmHg dan 130/80 mmHg untuk mereka dengan
diabetes atau penyakit ginjal nondiabetik dengan proteinuria. Agens penurun lipid
L.
Kesimpulan
Stroke adalah penyakit serebrovaskular mengacu pada setiap gangguan neurologic
mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau terhentinya aliran darah melalui system
suplai arteri otak. Stroke dibagi menjadi dua, yaitu stroke iskemik dan hemoragik. Stroke
iskemik bisa trombotik atau embolik. Stroke hemoragik dapat intraserebral atau
subarachnoid. Pasien pada kasus di atas menderita stroke iskemik dengan sebab
utamanya adalah arteriosklerosis.
Oleh karena itu pentingnya dalam melakukan anamesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang dengan tepat sehingga dapat menentukan jenis dan dimana lokasi
dari stroke tersebut. Pemeriksaan penunjang yang sangat dianjurkan adalah CT-scan dan
atau MRI karena karena cepat dan efisien. Penatalaksanaan yang cepat pada pasien
stroke akan sangat menentukan kesembuhan pasien dengan serangan stroke.
Daftar Pustaka
1. Price dan Wilson. Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi Ke- 6.
Jakarta: EGC. 2006. Hal 964-72
2. Gleadle J. At a glance anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Penerbit Erlangga;
26 Aug 2005. Hal 101-2.
3. Bickley LS, Bates. Buku ajar pemeriksaan fisik dan kesehatan. Edisi ke-8. Jakarta:
EGC; 2009. Hal 333-6, 350-1, 363
4. Sudoyo WA. Setiyohadi B, Alwi I,dkk. Buku ajar ilmu penyakit dalam.Jilid Ke-I.
Jakarta: Interna Publishing; 2009. Hal 30, 892-7.
21
22