Anda di halaman 1dari 6

LPPM Politeknik Bengkalis

PEMBUATAN OVEN PENGERING KOPRA DENGAN SISTEM BAK PASIR


SEBAGAI PERATA PANAS
Akmal Indra
Teknik Mesin Politeknik Bengkalis-Riau
Jl. Batin Alam Sei Alam-Bengkalis
akmalindra@yahoo.co.id
akmalindra@gmail.com
Abstrak
Di kabupaten Bengkalis terdapat tanaman kelapa milik masyarakat seluas 48.198 Ha dan total
produksi 13.123.080 ton/bulan (potensi dan peluang investasi kabupaten Bengkalis, 2004). Dari
hasil survey awal dijumpai permasalahan terutama dengan masih cukup lamanya proses (sekitar
12 jam untuk 1000 butir kelapa). Permasalahan yang kedua adalah kopra yang berbau asap dan
yang terakhir adalah persoalan tempat pengeringan yang mudah terbakar karena dinding
pengeringan terbuat dari papan kayu. Maka diperlukan upaya penyempurnaan pada tahapan
proses pengeringan dalam rangka lebih meningkatkan kemampuan dan kapasitas pengeringan
kopra dengan merancang bangun oven kopra yang dari segi pembuatan dan pengoperasiannya
sesuai dengan kebutuhan dan kondisi usaha kecil. Pada penelitian ini metode yang digunakan
adalah metode pendekatan kekeluargaan dan metode problem solving dan aplikatif. Waktu yang
digunakan untuk penelitian ini adalah enam (6) bulan. Dari hasil pengujian yang dilakukan dengan
oven kopra selama tiga jam pengeringan dengan massa awal 2000 gr, didapat persentase kadar air
maksimum yang hilang pada kopra adalah 40,30%. Sedangkan pengujian dilakukan dengan
konvensional selama 12 jam pengeringan dengan massa awal 2000 gr, didapat persentase kadar
air maksimum yang hilang pada kopra adalah 37,11%.
Keyword: Oven, Kopra, Bak Pasir dan Perata Panas

1.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Salah satu pengusaha kecil kopra yang
banyak terdapat di desa Kembung Luar,
Kecamatan Bantan, Kabupaten Bengkalis
adalah milik Bapak Rahman. Usaha tersebut
telah dirintis sejak tahun 1989 dan mampu
menghidupi keluarga. Proses pengeringan
daging kelapa untuk dijadikan kopra
sebagaimana layaknya usaha kopra di tempat
lain di wilayah tersebut dilakukan masih
mempergunakan sumber pembakaran dari
arang tempurung kelapa. Pemanggangan
dilakukan di samping rumah tinggal dengan
mendirikan gubuk yang terbuat dari papan
kayu.

Cukup berkembangnya usaha kopra didaerah


tersebut
didukung
oleh
kemudahan
memperoleh bahan baku dan harga sangat
terjangkau oleh pengusaha kecil dikarenakan
cukup banyak perkebunan kelapa di daerah
tersebut. Di kabupaten Bengkalis terdapat
tanaman kelapa milik masyarakat seluas
48.198 Ha dan total produksi 13.123.080
ton/bulan (potensi dan peluang investasi
kabupaten Bengkalis, 2004)
Berdasarkan survey awal dan hasil diskusi
dengan pemilik usaha kecil tersebut yang
kami lakukan pada awal bulan Agustus tahun
2007 diperoleh beberapa temuan sebagai
berikut:
1) Bahwa usaha kopra tersebut milik Bapak
Rahman Telah ditekuni di desa Kembung
Luar, Kecamatan Bantan, Kabupaten

Disampaikan Pada Seminar Nasional Industri dan Teknologi 2008 [SNIT] 2008
Bengkalis, 03-04 Desember 2008

154

LPPM Politeknik Bengkalis

2)

3)

4)

5)

Bengkalis lebih kurang 18 tahun dan hanya


mempergunakan peralatan yang sangat
sederhana dan sampai sekarang usaha
tersebut tetap berjalan dengan kapasitas
produksi untuk memenuhi pesanan yang
relatif stabil dari para konsumen. Kapasitas
produksi per hari adalah kurang lebih 80kg
Peralatan yang dipergunakan di industri
kecil tersebut sangat sederhana yaitu
mempergunakan gubuk yang terbuat dari
papan kayu dengan ukuran 2m x 2m dan
tinggi 3m yang diletakkan disamping
rumah tinggal. Proses pengeringan
dilakukan
dengan
bantuan
arang
tempurung kelapa, sedangkan kopra
diletakkan diatas anyaman bambu dengan
jarak 2,5m dari arang tempurung kelapa.
Proses pengeringan dengan cara yang biasa
dilakukan masih memiliki kelemahan
terutama pada lamanya proses pengeringan
(sekitar 12 jam untuk 1000 butir kelapa),
kopra yang dihasilkan masih berbau asap
dan tempat pengeringan yang mudah
terbakar.
Bahwa jenis produk yang dihasilkan tidak
mengalami perubahan dari awal pertama
usaha tersebut dirintis, yaitu kopra.
Jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan
secara rutin setiap hari adalah 3 orang yang
berasal dari anggota keluarga pengusaha
kecil kopra.
Bahwa dalam rangka meningkatkan unjuk
kerja usaha kecil tersebut, utamanya
berkaitan dengan kemampuan dan
kapasitas pengeringan masih dijumpai
permasalahan terutama dengan masih
cukup lamanya proses (sekitar 12 jam
untuk 1000 butir kelapa). Permasalahan
yang kedua adalah kopra yang berbau asap
dan yang terakhir sebagaimana disebutkan
diatas
adalah
persoalan
tempat
pengeringan yang mudah terbakar karena
dinding pengeringan terbuat dari papan
kayu.

Dari temuan data awal tersebut dapat


dinyatakan bahwa pengeringan merupakan
tahapan sangat vital dari sebuah usaha kopra.
Dengan masih kurang efektif dan efisiennya
proses pemenggangan dikarenakan berbagai
persoalan sebagaimana diuraikan diatas maka

kemampuan dan kapasitas pengeringan pun


jelas sangat terbatas.
1.2. Perumusan Masalah
Mempertimbangkan
bahwa
proses
pengeringan kopra di usaha kecil mitra
sebagaimana diuraikan diatas, tentunya
diperlukan upaya penyempurnaan pada
tahapan proses pengeringan dalam rangka
lebih
meningkatkan
kemampuan
dan
kapasitas
pengeringan
kopra
dengan
merancang bangun oven kopra yang dari segi
pembuatan dan pengoperasiannya sesuai
dengan kebutuhan dan kondisi usaha kecil.
Oven kopra direncanakan memiliki kapasitas
pengeringan 1000 butir kelapa dengan sumber
panas dari arang tempurung kelapa. Uap
panas tidak langsung masuk ke ruang
pengering, tetapi terlebih dahulu melalui filter
untuk mencegah kopra berbau asap dan
tertutup rapat dengan kontrol kaca dan
thermometer. Sehingga uap panas yang
dihasilkan dapat maksimal terjaga. Efesiensi
diharapkan akan terjadi dikarenakan oven
kopra tidak mudah terbakar karena dinding
oven terbuat dari pelat baja.
Pengerjaan oven kopra tersebut direncanakan
akan dikerjakan di workshop Jurusan Teknik
Mesin Politeknik Bengkalis yang sampai
dengan saat ini telah dilengkapi dengan
peralatan kerja bangku dan fabrikasi logam
yang memadai.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan kegiatan Penelitian ini adalah:
1. Menjelaskan kepada pengusaha kecil kopra
dalam hal menggunakan oven kopra
dengan sistem bak pasir sebagai perata
panas.
2. Menjelaskan kepada pengusaha kecil kopra
dalam hal proses pengeringan dengan
menggunakan oven kopra dengan sistem
bak pasir sebagai perata panas.
3. Membuat dan mengembangkan oven kopra
dengan menerapkan kaidah teknologi tepat
guna untuk keperluan pengeringan kopra.

Disampaikan Pada Seminar Nasional Industri dan Teknologi 2008 [SNIT] 2008
Bengkalis, 03-04 Desember 2008

155

LPPM Politeknik Bengkalis

4. Meningkatkan kualitas dan produktivitas


kopra melalui proses pengeringan dengan
menggunaka oven kopra dengan sistem
bak pasir sebagai perata panas.
1.4. Kegunaan
Kegunaan dari program penelitian ini adalah:
1. Dengan menjelaskan kepada pengusaha
kecil kopra dalam hal menggunakan oven
kopra dengan sistem bak pasir sebagai
perata panas diharapkan pengusaha kopra
mendapat wawasan tentang alternatif
pemanfaatan teknologi tepat guna dalam
hal pengeringan kopra
2. Menjelaskan kepada pengusaha kecil kopra
dalam hal proses pengeringan dengan
menggunakan oven kopra dengan sistem
bak pasir sebagai perata panas, diharapkan
pengusaha lebih terbuka wawasannya
berkaitan dengan alternatif pengolahan
kopra
3. Dengan membuat dan menggunakan oven
kopra dengan sistem bak pasir sebagai
perata panas yang ditawarkan dalam
kegiatan ini akan dapat menghemat waktu
dan meningkatkan produktivitas serta
kualitas dalam hal pengeringan kopra.
4. Dengan meningkatkan kualitas dan
produktivitas kopra melalui proses
pengeringan dengan menggunaka oven
kopra dengan sistem bak pasir sebagai
perata panas, diharapkan pengusaha kecil
kopra lainnya dapat membuat sendiri oven
kopra dengan sistem bak pasir sebagai
perata panas.

Berdasarkan dua metode diatas, maka


diberikan pemecahan permasalahan tersebut
dengan mengembangkan Oven Kopra Dengan
Sistem Bak Pasir Sebagai Perata Panas
dengan langkah sebagai berikut:
1. Tim pelaksana memberikan penjelasan
tentang: (1) pentingnya menggunakan
Oven Kopra Dengan Sistem Bak Pasir
Sebagai Perata Panas, (2) Peningkatan
kapasitas dan produktivitas dengan
menggunakan Oven Kopra Dengan Sistem
Bak Pasir Sebagai Perata Panas.
2. Tim pelaksana merancang Oven Kopra
Dengan Sistem Bak Pasir Sebagai Perata
Panas berbasis teknologi tepat guna
3. Tim Pelaksana membuat Oven Kopra
Dengan Sistem Bak Pasir Sebagai Perata
Panas.
4. Tim pelaksana mengadakan pengujian
Oven Kopra Dengan Sistem Bak Pasir
Sebagai Perata Panas serta mengevaluasi
dan melakukan revisi jika diperlukan.
5. Tim pelaksana menyerahkan Oven Kopra
Dengan Sistem Bak Pasir Sebagai Perata
Panas kepada pengusaha kecil kopra mitra
kegiatan untuk dapat dipergunakan dalam
proses produksi sesungguhnya.
6. Tim
pelaksana
memantau
dan
mendampingi pengusaha kecil mitra
kegiatan untuk melihat efektivitas dan
efesiensi Oven Kopra Dengan Sistem Bak
Pasir Sebagai Perata Panas dipergunakan
dalam berusaha.

2. METODE PENDEKATAN
Merujuk pada kegiatan yang ingin dicapai,
maka dalam kegiatan ini digunakan beberapa
metode, yaitu:
1. Metode pendekatan kekeluargaan untuk
memilih pengusaha kecil kopra mitra
kegiatan terutama dalam hal mengajak
pengusaha kecil kopra dalam kegiatan
penelitian ini.
2. Dalam upaya menyelesaikan permasalahan
yang timbul, dipergunakan metode yang
bersifat problem solving dan aplikatif

Disampaikan Pada Seminar Nasional Industri dan Teknologi 2008 [SNIT] 2008
Bengkalis, 03-04 Desember 2008

156

LPPM Politeknik Bengkalis

3.

PELAKSANAAN KEGIATAN

3.1. Tahapan Pelaksanaan


Dalam tahap pengerjaan Oven Kopra Dengan
Sistem Bak Pasir Sebagai Perata Panas adalah
sebagai berikut:

1.
2.
3.
4.
5.

Pembuatan
Memotong
Melipat
Mengebor
Mengelas
Merakit

1.
2.
3.

Persiapan
persiapan bahan
persiapan peralatan
pengukuran

HASIL PENGUJIAN

Dari hasil pengujian yang dilakukan oleh


tim, maka dapat disimpulkan bahwa:
[a] Waktu pembakaran yang diperlukan
untuk mengeringkan kopra adalah 3
jam.
[b] Kopra yang dihasilkan tidak berbau
asap.
[c] Tempat pengeringan yang tidak mudah
terbakar
[d] Panas yang merata.
[e] Hasil pengujian

1. Pengujian dengan oven kopra.

Uji Coba
Oven Kopra Dengan Sistem Bak Pasir
Sebagai Perata Panas layak dioperasikan

Ya

4.

Tidak

Revisi

Oven Kopra Dengan Sistem Bak Pasir


Sebagai Perata Panas

Massa
Awal
(Gr)
1000
2000
3000

Massa
Akhir
(Gr)
656,05
1194,01
1856,62

Waktu
(Jam)

Massa
Tersisa

Kadar Air
Yang Hilang

3
3
3

65,61%
59,70%
61,89%

34,40%
40,30%
38,11%

2. Pengujian dengan konvensional


Massa
Awal
(Gr)
1000
2000
3000

Massa
Akhir
(Gr)
687,35
1257,85
1952,07

Waktu
(Jam)

Massa
Tersisa

12
12
12

68,74%
62,89%
65,07%

Air Yang
Hilang
31,27%
37,11%
34,93%

5. KESIMPULAN
[a] Pengeringan kopra dengan cara
konvensional membutuhkan waktu
yang lama (12 jam). Selain itu
konstruksi pengeringan mudah terbakar
dikarenakan terbuat dari papan kayu
serta kopra yang dihasilkan masih
berbau asap.
[b] Pengeringan kopra dengan oven
membutuhkan waktu yang singkat (3
jam) dan konstruksi yang tidak mudah
terbakar dikarenakan konstruksi terbuat
dari alumunium dan kopra yang
dihasilkan tidak berbau asap.
[c] Persentase kadar air yang hilang
maksimum lebih tinggi dengan
menggunakan oven (40,30%) dari pada
menggunakan konvensional (37,11%).

Disampaikan Pada Seminar Nasional Industri dan Teknologi 2008 [SNIT] 2008
Bengkalis, 03-04 Desember 2008

157

LPPM Politeknik Bengkalis

6.

FOTO KEGIATAN

Gambar 3.
Daging kelapa sebelum dikeringkan (massa 1 kg)

Gambar 1.
Pengeringan sistem konvensional

Gambar 2.
Pengeringan sistem oven

Gambar 4.
Daging kelapa sesudah dikeringkan

Disampaikan Pada Seminar Nasional Industri dan Teknologi 2008 [SNIT] 2008
Bengkalis, 03-04 Desember 2008

158

LPPM Politeknik Bengkalis

DAFTAR PUSTAKA
Kantor Penanaman Modal Kabupaten
Bengkalis (2004). Potensi dan Peluang
Investasi Kabupaten Bengkalis. Bengkalis
Tim Dosen Teknik Mesin Fakultas Teknik
UNIMED
(2002).
Petunjuk
Praktek
Permesinan-Diktat Kalangan Sendiri. Medan:
FT UNIMED

Kantor Mentri Muda Urusan Peranan Wanita.


(1981). Teknologi Tepat Guna Untuk Wanita
Di Pedesaan. Jakarta
Stolk, J. (1984). Elemen Mesin Elemen
Konstruksi dari Bangunan Mesin. Jakarta:
Erlangga

Disampaikan Pada Seminar Nasional Industri dan Teknologi 2008 [SNIT] 2008
Bengkalis, 03-04 Desember 2008

159

Anda mungkin juga menyukai