Anda di halaman 1dari 30

DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN GIGI ANAK

PENGELOLAAN TINGKAH LAKU ANAK DALAM PERAWATAN GIGI

MAKALAH SEMINAR

Disusun oleh:
Arbi Wijaya 1106001145

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS INDONESIA
2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah seminar Ilmu Kedokteran Gigi Anak
(IKGA) yang berjudul Pengelolaan Tingkah Laku Anak dalam Perawatan Gigi.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. M.Suharsini,drg, SU, SpKGA(K)
yang telah membimbing dan mengarahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
seminar yang berjudul Pengelolaan Tingkah Laku Anak Dalam Perawatan Gigi ini dengan
baik.
Semoga makalah ini dapat memberi dapat bermanfaat bagi pembaca di bidang
kedokteran gigi anak. Terima kasih atas segala perhatiannya.

Jakarta, Februari 2016


Penulis

DAFTAR ISI
Halaman Judul............................................................................................................ i

Kata Pengantar........................................................................................................... ii
Daftar Isi..................................................................................................................... iii
1. Pendahuluan .......................................................................................................... 1
2. Konsep perawatan gigi anak.................................................................................. 1
3. Rasa takut dan cemas............................................................................................. 3
4. Sikap dan tingkah laku anak.................................................................................. 3
4.1 Perkembangan sikap dan perilaku anak......................................................... 4
4.2 Perkembangan sikap dan perilaku anak berdasarkan umur........................... 9
4.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkah laku anak dalam perawatan gigi 11
4.4 Klasifikasi perilaku anak................................................................................ 11
5. Manajemen Perilaku anak...................................................................................... 13
5.1 Komunikasi efektif terhadap anak dalam perawatan gigi.............................. 15
5.2 Teknik pengelolaan tingkah laku anak dalam perawatan gigi........................ 17
Ringkasan .................................................................................................................. 27
Daftar Pustaka ........................................................................................................... 29

1. PENDAHULUAN

Fondasi utama dari perawatan gigi anak adalah kemampuan dokter gigi dalam
memberikan perawatan gigi anak disertai dengan pengelolaan perilaku anak agar

perawatan gigi dapat memberikan kesan yang positif.3 Merawat gigi anak berbeda
dengan merawat gigi

pasien dewasa, merawat gigi anak membutuhkan tim dan

strategi yang baik baik di tingkat individu maupun komunitas. Pendekatan yang
digunakan dalam perawatan gigi anak adalah pendekatan resiprokal yang melibatkan
komponen

utama

yaitu

anak

itu

sendiri,

orangtua,

dokter

gigi,

dan

lingkungan/masyarakat.4
Perawatan gigi anak juga harus disesuaikan dengan usia anak itu sendiri
karena anak memiliki tingkat kedewasaan, kepribadian, emosi yang bervariasi pada
setiap individunya sehingga respon mereka terhadap perawatan gigi juga memiliki
banyak variasi. Sebagai konsekuensinya, dokter gigi harus memahami berbagai
macam tingkah laku anak dalam perawatan gigi serta teknik mengelola tingkah laku
tersebut. 3
Pengelolaan atau manajemen perilaku anak dapat dilakukan melalui beberapa
pendekatan yaitu diawali dengan pendekatan farmakoterapeutik kemudian pendekatan
farmakoterapeutik.7 Selain itu, komunikasi yang efektif dengan anak juga dapat
menjadi kunci sukses keberhasilan perawatan gigi anak. 9
2. KONSEP PERAWATAN GIGI ANAK
Salah satu konsep perawatan gigi anak yang dikenal adalah konsep segitiga
perawatan gigi anak atau di sebut juga Triad Pedodontik. Dalam konsep ini terdapat
tiga komponen utama yang berperan dalam perawatan gigi anak yaitu anak, orangtua,
dokter gigi, dan masyarakat/lingkungan.

Hal ini yang membedakan konsep

perawatan gigi anak dan dewasa. Pada pasien dewasa, pendekatan yang digunakan
adalah pendekatan two lines yaitu hubungan komunikasi antara pasien dan dokter gigi
saja.2
Anak diletakkan pada puncak segitiga karena anak menjadi fokus utama dari
orang tua dan dokter gigi.3 Tanda panah dua arah (resiprokal) pada segitiga perawatan
gigi anak memiliki arti bahwa dalam melakukan perawatan gigi anak, diperlukan
peran yang timbal balik dari tiap komponen. 2 Orangtua memiliki peran dalam
memberikan informasi kepada dokter gigi agar komunikasi dapat berjalan lancar serta
memberikan motivasi kepada anak. Sedangkan dokter gigi memiliki peran dalam
memberikan informasi mengenai kesehatan gigi dan mulut anak serta merawat gigi
anak.

Dalam

segitiga

perawatan

pedodontik

juga

terdapat

peran

masyarakat/lingkungan yang diletakkan di tengah segitiga, hal ini menunjukkan


bahwa masyarakat juga memiliki pengaruh dalam pembentukan sikap dan perilaku
anak.3

Gambar 1. Triad Pedodontik

Chandra et al dalam bukunya mengemukakan bahwa konsep segitiga


perawatan gigi anak digunakan hingga anak berusia kurang lebih enam tahun. Apabila
anak sudah memasuki masa sekolah, maka konsep yang digunakan adalah konsep
segiempat pedodontik atau tetrad pedodontic. Dalam konsep ini dijelaskan bahwa
perilaku anak setelah masuk sekolah dipengaruhi oleh orangtua, guru, teman, dan
dokter gigi. 1

Gambar 2. Tetrad Pedodontik

3. RASA TAKUT DAN CEMAS


a. Definisi
Rasa takut adalah emosi pertama yang didapatkan manusia sesaat setelah lahir.5 Rasa
takut didefinsiikan sebagi suatu kondisi emosional yang membantu individu normal

dalam mempertahankan diri dari berbagai macam ancaman. 6 Rasa takut dalam
perawatan gigi memiliki relasi terhadap objek yang sifatnya spesifik. Rasa takut
berasal dari reaksi terhadap stimulus eksternal yang sifatnya spesifik dan merupakan
suatu respon yang normal saat dilakukannya perawatan gigi. Rasa cemas berbeda
dengan rasa takut dimana rasa cemas tidak berhubungan dengan objek tertentu atau
disebut juga rasa takut yang tidak spesifik.7
b. Etiologi
Rasa takut merupakan suatu fenomena kompleks yang multidimensional. Beberapa
hal yang dapat menyebabkan terjadinya rasa takut dalam perawatan gigi adalah :
1. Karakteristik individual
2. Ketakutan terhadap rasa sakit
3. Pengalaman dan trauma perawatan gigi terdahulu
4. Pengaruh dari keluarga atau teman yang pernah merasakan sakit saat ke dokter
gigi
5. Takut terhadap darah atau jarum suntik6
4. SIKAP DAN TINGKAH LAKU ANAK
4.1.
Perkembangan sikap dan tingkah laku anak 8
Perkembangan sikap dan tingkah laku anak merupakan proses kontinu yang
berbeda pada setiap anak. Perkembangan tersebut sangat dipengaruhi oleh
perubahan fisik yang berlangsung dengan cepat. Terdapat beberapa tanda-tanda
psikologis anak yang penting untuk diketahui oleh dokter gigi dalam merawat
gigi anak.
a. Perkembangan Motorik
Salah satu faktor penting yang dapat mempegaruhi perkembangan motorik
anak adalah lingkungan. Pada umur 6-7 tahun, anak sudah memiliki
kemampuan motorik yang baik dalam menyikat gigi. Sebelum umur 6-7 tahun,
area rongga mulut hanya dapat dibersihkan oleh orangtua.
b. Perkembangan Kognitif
Sensorimotor pada umur 0-2 tahun. Anak dapat memikirkan hal-hal

yang bersifat permanen tanpa harus melihatnya secara jelas


Pre-operational pada umur 2-7 tahun. Pola berpikir belum berkembang

dengan baik. Anak pada usia ini cenderung egosentris dan infleksibel.
Concrete operations pada umur 7-11 tahun. Anak dapat menerapkan
logika berpikir yang rasional dan mempertimbangkan sudut pandang

orang lain
Formal operations pada umur 11 tahun keatas. Terjadi transisi
pemikiran anak ke pemikiran dewasa yang bermanifestasi pada
perkembangan logika berpikir.

c. Perkembangan perseptual
Pada umur 7 tahun, anak dapat mengembangkan perhatian selektif dan dapat
mendeterminasikan mana hal-hal yang harus diikuti dan mana yang tidak.
Kemampuan dalam berkonsentrasi juga meningkat. Pada umur 9 tahun anak
sudah dapat memiliki kecakapan seperti orang dewasa
d. Perkembangan linguistik
Kemampuan berbahasa dan berpikir sangat berkorelasi satu sama lain,
kurangnya stimulasi dapat memperlambat kemampuan linguistik seorang
anak.
e. Perkembangan sosial
Rasa cemas anak masih sangat tinggi hingga umur 5 tahun. Oleh karena itu
jangan mengharapkan anak mau melakukan perawatan gigi karena kemauan
sendiri
f. Remaja
Peningkatan kemandirian dan kepercayaan diri berkembang saat remaja.
Remaja lebih cenderung memiliki sifat moody dan oversensitif terhadap kritik
serta seringkali merasa sedih. Oleh karena itu, jangan banyak mengritik remaja
dan berikan dukungan dan kepercayaan pada mereka.
4.2.

Perkembangan tingkah laku anak berdasarkan umur


a. Usia 3-4 bulan4
Di usia 3-4 bulan, bayi biasanya sangat tertarik dengan pandangannya
terhadap orang-orang, tempat, dan objek-objek tertentu.
b. Usia 6-8 bulan4
Pada usia 6-8 bulan, bayi biasanya tertarik untuk menemukan hal baru
dan mengekspresikan rasa ingin tahu, senang, frustasi dan takut. Bayi
dapat dengan mudah dialihkan perhatiannya terhadap sesuatu yang

sedang difokuskan.
Pada usia 8 bulan, bayi dapat merangkak dan membedakan objek serta

orang-orang disekitarnya
Mulai mengerti beberapa kata dan komunikasi non verbal (bahasa

reseptif) yang berkembang dengan sangat baik


Bayi dapat membaca ekspresi orangtua atau pemberi perhatian,
mendefinisikan intonasi suara dan kata, dan mulai mengerti keadaan

aman dan bahaya.


Implikasi dental : Dibutuhkan konseling mengenai erupsi gigi dan
kebersihan rongga mulut kepada orangtua. Secara general, pada usia
ini terjadi erupsi gigi yang berpotensi menyebebkan iritasi lokal,
namun tidak ada bukti ilmiah yang menyebutkan bahwa erupsi gigi

berhubungan dengan penyakit sistemik seperti diare, deman, dan lain


lain
c. Usia 9-12 bulan4
Pada usia 9 bulan, bayi menjadi lebih sensitif aware terhadap reaksi
seseorang dalam mengekspresikan pikiran dan perasaan. Memahami
perasaan yang sedang dirasakan oleh bayi pada umur ini dapat
membantu

dalam

meningkatkan

hubungan,

penerimaan,

dan

kepercayaan.
Bayi dapat memahami bahwa objek atau orang-orang di sekitarnya ada

meskipun tidak terlihat mata


Implikasi dental : Pada usia ini, perilaku anak di dokter gigi sangat
bervariasi. Anak pada usia ini memiliki limitasi dalam memahami
prosedur dental. Namun, dengan pendekatan dan manajemen yang
baik, perawatan gigi dapat tercapai dengan baik pada usia ini tanpa
sedasi. Dokter gigi dapat memberikan tips kepada orangtua untuk
memberikan reward dan feedback yang baik pada anak setelah

menjalani perawatan gigi


d. Usia 1-3 tahun4
Pada usia ini, anak memulai untuk mengembangkan rasa kepemilikan

diri dan mengeksplor dirinya.


Kemampuan berbicara berkembang dan tidak menjadi kata favorit
Anak pada usia ini sulit untuk berbagi dengan temannya dan cenderung

memiliki sikap yang egosentris


Implikasi dental : Di dental room, dokter gigi dapat meletakkan
mainan seperti boneka pada anak dan memberikan pujian saat anak
mau menerima perawatan gigi dengan baik. Dokter gigi juga dapat
memberikan

pilihan

kecil

pada

anak

untuk

meningkatkan

keooperatifan. Kemampuan berkomunikasi bervariasi tergantung pada


perkembangan kosakata anak. Anak yang memiliki kemampuan
berkomunikasi yang lurang baik akan sulit kooperatif di dental unit.
Anak pada usia ini juga harus selalu didampingi oleh orangtua
e. Usia 4-5 tahun4
Pada usia ini, anak dapat mengeksplor lingkungan baru dan hubungan
antar sesama di dunianya. Kemampuan sosial akan berkembang saat
berinteraksi dengan lingkungannya.

Anak tertarik untuk mendengar dan merespon instruksi verbal dengan


baik. Anak juga dapat berbicara dengan lancar dan berpartisipasi

dengan baik di komunitas sosial yang kecil


Anak usia 4 tahun sangat kreatif, dapat berfantasi dan berimajinasi

dengan baik
Implikasi dental : Anak pada usia ini dapat menjadi pasien yang
kooperatif, namun juga dapat menjadi pasien yang senang menantang
dan memaksanakan opini mereka. Mereka sangat familiar dengan
ucapan terima kasih dan tolong. Berikan anak kesempatan dalam
mengambil keputusan kecil menentukan pilihan, kemudian libatkan
anak

dalam

perawatan

seperti

memperbolehkan

anak

dalam

mengoperasikan dental unit. Anak pada usia ini juga biasanya dapat
ditinggalkan oleh orangtuanya saat perawatan gigi.
f. Umur 6-8 tahun4
Anak pada usia 6 tahun biasanya mulai sekolah dan keluar dari

proteksi orangtua di rumah


Anak akan secara signifikan menjadi lebih mandiri dan dapat bermain

tanpa orangtua yang mengawasi dari jarak dekat


Pada beberapa anak, akan terjadi transisi emosial pada usia ini dimana
anak akan lebih mudah merasa cemas yang sering diekspresikan

melalui teriakan dan amukan


Implikasi dental : Usia ini sangat ideal dalam memisahkan anak dan
orangua, dimana orangtua tidak harus ikut masuk ke dalam ruang
perawatan dan menunggu diluar. Anak dapat dipanggil masuk kedalam

dan orangtua menunggu diluar.


g. Umur 8-12 tahun4
Pada usia ini, anak adalah bagian dari sebuah komunitas sosial dan
sangat dipengaruhi oleh komunitas tersebut. Mereka dapat menentukan
siapa yang diterima dan tidak diterima dalam sebuah komunitas.
Orangtua sering berharap anak dalam memimpin sesuatu, namun anak

lebih senang menjadi seorang follower karena dianggap lebih aman.


Anak dapat menyembunyikan perasaan dan pemikiran mereka serta

bersikap cool
Implikasi dental : hati hati, jangan membuat anak merasa malu melalui
kritikan. Berikan penjelasan perawatan gigi yang sesuai dengan umur

mereka. Anak pada usia ini dapat memahami dengan baik penjelasan
mengenai menyikat gigi dan flossing tanpa bantuan orangtua.
h. Remaja4
Remaja biasanya mulai memiliki pertanyaan-pertanyaan mengenai diri

mereka, seperti siapa saya? Harus menjadi seperti siapa saya?


Remaja berada dalam tahap mencari jati diri dan sering bereksperimen

seperti mencoba merokok, dan lain lain


Remaja juga biasanya tidak dengan mudah mendengar perkataan orang
lain dan percaya terhadap suatu dampak dari melakukan suatu hal.
Seperti merokok hanya dapat menyebabkan masalah kesehatan pada

orangtua tidak pada remaja.


Penampilan menjadi suatu hal yang sangat diperhatikan
Remaja seringkali merasa bahwa pengalaman mereka
mendengarkan

curahan

hati

mereka,

memberikan

unik,

kebebasan,

memberikan dorongan bagi mereka untuk mencapai sebuah tujuan

dapat meningkatkan kepercayaan dan kekooperatifan


Dokter gigi diusahakan untuk tidak bersikap judgemental dan bersikap
respek terhadap remaja karena kondisi emosional remaja yang relatif

tidak stabil.
Implikasi dental : Remaja biasanya lebih mandiri dalam menjani
perawatan gigi dan dapat menerima perawatan gigi dengan baik.
Membangun komunikasi dan berdiskusi mengenai topik non dental
dapat membantu dalam meningkatkan kedekatan antara dokter gigi dan

pasien.
4.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi anak dalam perawatan gigi
4.3.1. Sikap Orang Tua terhadap Anak5

Overprotection
Biasanya orangtua dengan tipe ini enggan memberikan izin pada
anaknya untuk menggunakan inisiatif sendiri atau mengambil
keputusan sendiri. Anak seringkali dibatasi untuk bermain karena takut
cedera, sakit, atau mengikuti kebiasaan buruk temannya. Anak dengan
orangtua seperti ini biasanya bersikap sangat pemalu, lembut, penurut,
ketakutan, tidak agresif, rendah hati, dan sering memiliki kecemasan
yang mendalam. Dokter gigi harus membangun rasa percaya diri anak
karena sifat pemalunya.

Overindulgence
Orangtua tipe ini selalu menuruti dan tidak pernah menolak
keinginan anak. Anaknya sering bersikap tidak acuh, egois, dan keras
kepala. Anak sering menuntut perhatian, kasih sayang dan cenderung
manja. Anak sering membujuk agar tidak dibawa ke dokter gigi. Dokter
gigi harus bersikap disiplin pada anak tipe ini.
Rejection
Orangtua tipe ini seperti tidak menginginkan anaknya, sehingga anak
sering kekurangan kasih sayang dan cinta dan dirawat dengan
kekerasan. Anak-anak tipe ini memiliki karakteristik sering mengritik,
merengek, dan jarang terlihat senang. Anak juga cenderung bersikap
curiga, agresif, dendam, tidak patuh, gelisah, dan terlalu aktif. Di
praktik dokter gigi anak seperti ini sangat sulit di kontrol. Oleh karena
itu, dokter gigi harus dapat mengakrabkan diri dan memberi
pengertiandengan baik sehingga menimbulkan rasa percaya diri anak.

Overanxiety
Orangtua tipe ini sering memberi perhatian yang tidak semestinya
pada anak, misalnya karena ada tragedi dalam keluarga seperti
kecelakaan atau sakit yang menimpa anaknya. Oleh karena itu anak
jarang diizinkan untuk bermain sendiri. Sikap anak-anak ini biasanya
pemalu dan penakut. Biasanya mereka adalah pasien yang berperilaku
baik. Namun, dokter gigi juga memiliki beberapa kesulitan dalam
mengatasi rasa ketakutan mereka. Dengan dorongan dan jaminan anak
biasanya merespon dengan cara yang menyenangkan.

Domination
Orangtua tipe ini menuntut anaknya memiliki tanggung jawab yang
tidak sesuai dengan usia kronologisnya. Mereka menuntut anak untuk
bersikap kompetitif dengan teman-temannya. Orangtua memaksa
anaknya menjadi kritis, keras, dan bahkan sering menolak. Sikap anak
ini adalah tertekan dan tegang. Dengan memberikan kebaikan dan
perhatian, mereka umumnya dapat berkembang menjadi pasien yang
lebih baik.

Underaffection

Masalah ekonomi dan sosial menjadi masalah dalam orangtua tipe ini
dimana anak menjadi tidak dipedulikan dan kurangnya waktu untuk
anak. Implikasinya anak menjadi lebih pemalu dan pendiam, suka
menyendiri, ragu-ragu dalam mengambil keputusan, dan mudah
menangis. Dokter gigi harus memberikan kasih sayang dan perhatian
sehingga dapat menimbulkan rasa percaya diri pada anak.

4.3.2.

Hubungan Usia dengan Perawatan Gigi 5


Usia 2 dan 3 tahun adalah waktu yang paling tepat untuk
memperkenalkan anak ke dokter gigi. Suara atau getaran bur gigi, cahaya t
lampu yang terang, gerakan yang tiba-tiba dan tak terduga, misalnya tibatiba kursi dental diturunkan atau ditarik ke belakang tanpa ada peringatan
dapat menimbulkan rasa takut.
Anak prasekolah, biasanya memiliki kedekatan dengan orangtua
sehingga memiliki rasa takut jika harus berpisah dari orang tuanya.
Orangtua dengan anak prasekolah disarankan untuk menemani anaknya ke
ruang perawatan terutama saat kunjungan pertama.
Anak usia 4 sampai 6 tahun biasanya sudah menurun rasa
ketakutannya dan sudah mampu mengatasi situasi ketakutannya, baik dari
pengalamannya sendiri maupun dari kemampuannya untuk memastikan
tingkat keparahan bahaya, dan ketakutan sebelumnya yang telah hilang
dan dilupakan. Anak laki-laki cenderung agresif dan menyukai hal-hal
yang menantang serta bersikap ramah. Sedangkan anak perempuan
cenderung lebih pendiam.
Anak usia 7 tahun biasanya telah memiliki kemampuan untuk
mengatasi ketakutannya selama prosedur perawatan gigi karena dokter
gigi sudah dapat memberikan alasan dan penjelasan kepada dia mengenai
hal-hal apa saja yang sedang dilakukan. Anak dapat menyampaikan
kepada dokter gigi apabila merasakan sakit seperti dengan mengangkat
tangan kiri.
Anak usia 8 sampai 14 tahun, biasanya lebih mampu mentolerir
situasi yang tidak menyenangkan dan telah menunjukkan ketaatan. Anak

pada usia ini mudah menyesuaikan diri dengan situasi. Namun, anak usia
ini tidak suka dengan bullying dan ketidakadilan.
Anak pada usia remaja, terutama anak perempuan, menjadi sangat
perhatian terhadap penampilannya. Mereka berusaha untuk memiliki
penampilan semenarik mungkin dan bersedia untuk bekerjasama untuk
meningkatkan penampilan mereka.
4.3.3. Rasa Takut 5

Ketakutan Objektif
Rasa takut dihasilkan oleh stimulus dari indera penglihatan,
penciuman, perabaan, pengecapan, pendengaran. Ketakutan dapat
menurunkan ambang batas rasa sakit sehingga anak yang ketakutan
dalam perawatan gigi biasanya merasakan rasa yang lebih sakit. Rasa
sangat dikaitkan dengan pengalaman terdahulu. Anak yang pernah
mengalami rasa takut saat ke dokter gigi biasanya akan sulit untuk
dibawa lagi ke dokter gigi. Dokter gigi harus menyadari situasi
emosional anak ini dan merawat gigi anak dengan perlahan serta
berusaha untuk mengembalikan kepercayaan diri anak.

Ketakutan Subjektif
Kecemasan subjektif atau kecemasan dinilai berdasarkan pada
perasaan dan sikap yang sebelumnya sudah disugestikan anak dari
cerita pengalaman orang lain saat ke dokter gigi. Biasanya anak
menjadi mudah terpengaruh meskipun belum pernah mencoba.

4.3.4.

Riwayat Perawatan Dental Sebelumnya5


Anak yang memiliki pengalaman ke dokter umum biasanya memiliki
persepsi yang sama dengan anak yang akan dibawa ke dokter gigi.
Biasanya, anak yang pada perawatan sebelumnya bersikap kooperatif akan
bersikap kooperatif pula saat perawatan gigi. Kualitas emosional dari
kunjungan sebelumnya dapat menentukan jumlah kunjungan.

4.3.5. Lingkungan Kerja Dokter Gigi5


Lingkungan sekitar dan komunikasi yang efektif dan kontinu
merupakan salah satu kunci keberhasilan perawatan gigi anak. Hal ini

disebabkan karena lingkungan sekitar menjadi hal utama yang pertama


kali dijumpai oleh anak. Lingkungan yang dimaksud adalah penampilan
ruang perawatan, sikap dokter gigi, waktu dan lama perawatan,
komunikasi verbal dan penggunaan kata pengganti. Sebagai contoh, ruang
tunggu yang baik untuk pasien anak adalah dengan mempersiapkan
kondisi seperti rumah mereka, misalnya, dengan memberikan satu
tempat khusus untuk taman bacaan anak-anak, tempat duduk, meja serta
lampu dan beberapa permainan anak-anak. Pemutaran lagu anak-anak
serta adanya kreatifitas dari kartu pengunjung juga menjadi salah satu
alternatif untuk menarik perhatian anak.
Klasifikasi perilaku anak3
a. Berdasarkan Wright
Wright mengklasifikasikan perilaku anak menjadi 3, yaitu :
1. Kooperatif
Kekooperatifan anak dalam menjalani perawatan gigi adalah sebuah

4.4.

faktor penting tercapainya perawatan gigi yang sukses. Anak yang


kooperatif biasanya dileks di dental unit, terkadang antusias, memiliki rasa
takut yang minimal, dan dapat dirawat dengan cepat maupun pendekatan
behavior-shaping. Anak dapat diberikan metode pendekatan tell show do,
2. Tidak mampu menjadi kooperatif
Berbeda dengan pasien yang kooperatif, pasien yang tidak mampu
menjadi kooperatif biasanya merupakan pasien dengan usia yang masih
sangat kecil dan masih memiliki keterbatasan dalam berkomunikasi.
Kelompok anak yang juga termasuk dalam kategori ini adalah anak yang
memiliki disabilitas maupun cacat mental. Dibutuhkan teknik manajemen
perilaku khusus dalam merawat pasien ini. Meskipun perawatan dapat
dilakukan, biasanya pembentukan perilaku yang positif seringkali sulit
tercapai sehingga anak tetap menjadi tidak kooperatif pada kunjungan
selanjutnya.
3. Berpotensi kooperatif
Anak yang berpotensi kooperatif berbeda dengan anak yang tidak
mampu menjadi kooperatif. Anak tipe ini masih dapat dibentuk dan
dimodifikasi perilakunya sehingga dapat menjadi kooperatif seiring
dengan bertambahnya usia. Dibutuhkan pendekatan yang sesuai agar
perawatan gigi dapat berjalan dengan baik serta mengubah sikap anak
menjadi lebih positif.

b. Berdasarkan Frankl
Frankl mengategorikan perilaku anak ke dalam empat kategori, yaitu :
1. Rating 1 (--) : Definitely negative. Anak dalam kategori ini menolak
perawatan, menangis dengan kencang, ketakutan, dan selalu merespon
negatif
2. Rating 2 (-) : Negative. Anak dalam kategori ini enggan menerima
perawatan, tidak kooperatif, dan berperilaku negatif namun tidak
diucapkan seperti cemberut, pendiam.
3. Rating 3 (+): Positive. Mau menerima perawatan, well behaved, mau
mengikuti perintah dokter gigi dengan kooperatif
4. Rating 4 (++): Definitely positive. Memiliki hubungan pasien yang baik
dengan dokter gigi, tertarik dalam perawatan gigi, tertawa dan menikmati
situasi.
5. MANAJEMEN PERILAKU ANAK
5.1.
Komunikasi efektif terhadap anak dalam perawatan gigi
Di kehidupan manusia, seseorang dapat merespons dan berhubungan dengan
orang lain melalui komunikasi. Komunikasi dapat bersifat verbal maupun non
verbal. Komunikasi dalam perawatan gigi anak dapat dilakukan melalui komunikasi
yang bersifat verbal, non verbal, atau kombinasi keduanya. Contoh komunikasi
verbal dapat ditunjukkan melalui kontak mata, senyum, bersalaman, menepuk
punggung, dan lain lain. 10
Manajemen perilaku anak melalui komunikasi yang efektif dan perintah yang
mudah dipahami sangat disarankan dalam merawat gigi anak, baik anak untuk yang
memiliki sikap yang kooperatif ataupun tidak kooperatif. Pada awal kunjungan, aktif
membangun komunikasi melalui pertanyaan dan mendengarkan anak dapat
meningkatkan

kepercayaan

anak

pada

dokter

gigi.

Dokter

gigi

dapat

mengaplikasikan peran guru-murid dengan tujuan untuk mengembangkan dan


meningkatkan edukasi mengenai perawatan gigi dan mulut pada pasien anak.
Penggunaan teknik self disclosing assertviness seperti ucapan Ayo adik, buka
mulutnya supaya dokter bisa periksa giginya atau ayo adik duduk sebentar supaya
kita bisa foto giginya dapat meningkatkan kekooperatifan pasien. Mengidentifikasi
gerakan tubuh dan ekspresi wajah pasien juga sangat penting untuk mengukur
tingkat kenyamanan dan rasa sakit yang mungkin diterima pasien.9
Dokter gigi dan staff juga harus dapat mengembangkan gaya tersendiri dalam
berkomunikasi . Gaya komunikasi yang digunakan harus efektif dan natural serta
menyenangkan bagi anak. Selain itu, bahasa komunikasi yang digunakan harus

bersahabat dan concern disesuaikan dengan usia anak. Beberapa jenis ungkapan
awal yang menjembatani komunikasi yang baik dapat melalui pertanyaan yang
berhubungan dengan kesukaan anak, seperti Kamu paling suka sama apa? Kamu
suka binatang apa? Nama kucing kamu siapa? wah, kamu emang pemain bola
yang hebat!. Pendekatan ini dapat memancing respon positif anak.10
Selain itu, dokter gigi juga harus memperhatikan kata-kata saat berkomunikasi
dengan anak. Salah satunya melalui eufisim, atau mengganti istilah kedokteran gigi
ke istilah yang mudah dipahami oleh anak namun tidak menakutkan. Seperti :

TERMINOLOGI DENTAL

EUFISIM
Umur 1-5

Air syringe
Water syringe
Suction
Radiograf
Profilaksis
Rubber dam
Anestesi lokal
Handpiece high speed
Ekstraksi gigi
Metal crown
Mesin X-Ray
Alginat

Tiupan angin
Pistol air
Vacuum Cleaner
Foto gigi
Sikat gigi putar
Jas gigi
Bikin giginya tidur
Peluit gigi
Menggoyang-goyangkan gigi
Gigi robot
Kamera
Agar-agar
Umur 6-10 tahun
Anestesi
Bikin giginya kebas
Ekstraksi
Menggoyang-goyangkan atau
mengambil giginya
Karies
Lubang
Sakit
Tekanan
Bur
Motor Listrik
Ruang Operasi
Ruang Perawatan
Tabel 1. Contoh eufisim3,10
Dalam berkomunikasi dengan anak juga penting untuk memperhatikan nada
bicara atau voice modulation. Berbicara dengan nada rendah dan nada yang enak di
dengar lebih disukai oleh anak. Namun, berbicara dengan amplitudo agak tinggi juga
diperlukan untuk mengarahkan anak agar mengikuti instruksi kita. Seperti Johny!
Ayo buka mulutnya dulu!10
Berikut struktur berkomunikasi dengan pasien anak di praktik dokter gigi :
1. Salam Memperkenalkan nama
2. Preliminary chat : bicarakan topik yang berhubungan dengan non-dental terlebih
dahulu, kemudian dental. Dengarkan setiap jawaban pasien!

3. Preliminary explanation : tujuan pemeriksaan klinis dan tindakan preventif


dengan bahasa yang mudah dipahami
4. Business : selama perawatan, secara konstan cek apakah pasien dalam keadaan
sakit atau tidak kemudian jelaskan dan berdiskusilah tentang apa yang sedang
dilakukan. Simpulkan apa yang telah dilakukan kepada pasien dan orangtua.
5. Health Education : Berikan motivasi untuk senantiasa menjaga kesehatan gigi
dan mulut
6. Dismissal : Berikan tanda bahwa perawatan gigi telah selesai dilakukan/ Lakukan
perjanjian untuk kunjungan selanjutnya. Sebutkan nama anak dan beri salam
hangat perpisahan8
5.2.Teknik pengelolaan tingkah laku anak dalam kedokteran gigi
5.2.1. Pendekatan Non-Farmakoterapeutik
a. Tell Show Do
Metode TSD (Tell Show Do) pertama kali diperkenalkan oleh
Addleston (1959) yang merupakan komponen pembentukan perilaku
dengan cara mendemonstrasikan berbagai hal secara bertahap dengan cara
telling, showing dan doing.9 TSD merupakan teknik paling populer dalam
manajemen perilaku anak di praktik dokter gigi. Sedangkan teknik
modelling sudah jarang digunakan, berdasarkan sebuah studi yang
dilakukan pada tahun 1980.

11

. Teknik ini melibatkan penjelasan secara

verbal tentang prosedur yang akan dilakukan dengan bahasa yang


menyenangkan dan mudah dipahami oleh anak sesuai dengan usia (tell).
Dalam melakukan teknik ini usahakan untuk melibatkan aspek visual,
auditori, olfaktori, dan taktil dengan sangat hari-hati (show), kemudian
praktikkan prosedur perwatan (do). Konsep TSD digunakan dengan
pendekatan positif dan komunikasi verbal maupun nom verbal.9
Tujuan :
- Mengajarkan pasien tentang aspek penting perawatan gigi
- Membentuk respon positif pasien melalui ekspektasi yang di
descripsikan dengan baik9
b. Desensitisasi
Teknik desensitasi digunakan dalam merawat pasien anak dengan rasa
takut terhadap sesuatu yang spesifik terutama terkait alat-alat yang
digunakan dokter gigi dan dapat bermanfaat demikian pada anak-anak
tersebut melalui kontak langsung secara berulang dengan apa yang ditakuti
anak-anak tersebut. Menurut Chadwick dan Hosey (2003) dalam Bhatia et
al (2010), hierarki rasa takut yang ada pada anak terbentuk dan terpapar

pada anak secara berurutan, dimulai dari yang paling sedikit menakutkan
bagi diri anak tersebut.9
c. Modelling
Modeling merupakan prinsip psikologis yaitu belajar dari pengamatan
model. Anak diajak mengamati anak lain sebaya yang sedang dirawat
giginya yang berperilaku kooperatif, baik secara langsung pada kursi
perawatan gigi atau melalui film. Setelah pengamatan diharapkan anak
berperilaku kooperatif seperti pada model yang telah diamati12
Indikasi:
Sifat anak ingin tau, meniru dan bersaing
Anak cemas dan belum pernah dirawat
d. Hand Over Mouth Exercise (HOME)
Teknik physical restraint dalam perawatan gigi anak masih banyak
menimbulkan

perdebatan.

Hosey

(2002)

dan

Manley

(2004)

mengemukakan bahwa di Inggris, teknik physical restraint sudah tidak


diterima. Meskipun, beberapa diantaranya (Connick et al., 2000;
Kupietsky,2004) masih menganjurkan teknik ini dilakukan dengan
kombinasi sedasi.13
Hand Over Mouth Exercise (HOME) dilakukan dengan tujuan agar
dokter gigi memperoleh perhatian anak sehingga terjadinya komunikasi
dengan dokter gigi. Teknik ini dilakukan dengan menutup mulut anak
dengan tangan atau handuk dan membisikan kalau perlakuan ini akan
dihentikan jika ia berhenti menangis. Kemudian dokter gigi melepaskan
tangan atau handuk segera setelah dokter gigi membisikan kalimat tersebut
dan memuji si anak bila benar-benar berhenti menangis atau melakukan
apa yang kita inginkan. Apabila perbuatan yang tidak diinginkan dilakukan
lagi, maka tindakan ini akan diulangi. Sebaiknya tindakan ini
diberitahukan terlebih dahulu kepada orang tuanya dan hanya boleh
dilakukan bila disetujui oleh orang tua anak tersebut.9
5.2.2. Pendekatan Non-Farmakoterapeutik
Pendekatan farmakoterapeutik
farmakoterapeutik

tidak

memberikan

dipilih
hasil

jika
yang

pendekatan
maksimal.

non-

Namun,

pendekatan ini harus dilakukan oleh dokter gigi spesialis kedokteran gigi anak

karena dapat mengakibatkan dampak yang traumatis bagi anak. Terdapat dua
jenis pendekatan farmakoterapeutik dalam kedokteran gigi anak yaitu general
anesthesia dan sedasi. 3
1. General Anesthesia
General Anesthesia atau anestesi umum didefinisikan sebagai kondisi
dimana pasien dikarakteristikkan dengan kehilangan refleks protektif secara
sebagian atau seluruhnya. Pada konsidi anestesi umum, pasien tidak dapat
merespon sangsangan fisik maupun verbal. Penggunaan teknik anestesi ini
dibutuhkan untuk memberikan perawatan yang aman, nyaman, efisien, dan
efektif. Prosedur keselamatan dan dokter gigi harus diperhatikan. Jangan
lupa untuk meminta persetujuan orangtua dalam melakukan prosedur ini
melalui informed concent.3
Indikasi penggunaan anestesi umum :
1. Anak dengan keterbatasan fisik, mental, dan kompromis medis
2. Pasien anak yang tidak kooperatif
3. Pasien anak yang memiliki rasa takut yang berlebih sehingga
menyulitkan dalam berkomunikasi
4. Pasien dengan trauma berat orokraniofasial
5. Pasien yang membutuhkan perawatan segera (cito)
6. Pasien yang membutuhkan tindakan bedah signifikan
2. Sedasi
Sedasi

didefinisikan

sebagai

teknik

farmakoterapeutik

dengan

menggunakan obat-obatan sebagai pemicu tingkat kekooperatifan pasien


anak. Melalui sedasi, pasien enak tetap dapat menjaga pernapasannya
sendiri dan anak masih dapat merespon rangsangan fisik maupun verbal.
1.
2.
3.
4.

Sedasi bertujuan untuk :


Menfasilitasi perawatan gigi yang berkualitas
Meminimalisasi perilaku buruk anak yang ekstrim
Meningkatkan respon fisiologis positif terhadap perawatan
Meningkatkan kenyamanan pasien3
Keputusan untuk melakukan sedasi pada anak harus dilakukan dengan
pertimbangan yang matang dan dilakukan oleh tim yang profesional.
Pemilihan teknik sedasi harus melalui jadwal konsultasi dengan orangtua
untuk memastikan teknik sedasi yang spesifik untuk anak.4

1) Indikasi3
Faktor-faktor penegak indikasi pasien untuk tindakan sedasi
a.

Riwayat medis lengkap

Alergi atau reaksi buruk terhadap obat

Medikasi yang sedang berjalan termasuk dosis, waktu, rute,


lokasi administrasi

Penyakit atau kelainan pasien termasuk status kehamilan pada


remaja

Riwayat opname

Riwayat general anesthesia atau sedasi dan komplikasi yang


terkait

Riwayat keluarga terhadap penyakit atau komplikasi anestesi

Ringkasan sistem-sistem tubuh

Umur dan berat


2) Evaluasi fisik3

1. Tanda-tanda vital meliputi denyut jantung, frekuensi pernapasan, dan


tekanan darah.
2.

Evaluasi jalur pernapasan

3. Sistem klasifikasi status fisik menurut ASA (American Society of


Anesthesiologists)
P Pasien sehat dan normal
1
P Pasien

Boleh

menerima

conscious

dengan

penyakit

sedation dengan rutin


sistemik Dipebrolehkan setelah konsultasi

2 ringan (mild)
P Pasien dengan

penyakit

dengan dokter anak


sistemik Lebih baik dirawat di rumah sakit

3 sedang (moderate)
P Pasien dengan penyakit sistemik berat Lebih baik dirawat di rumah sakit
4 (severe)
P Pasien yang tidak diharapkan dapat
5 bertahan tanpa operasi
P Pasien yang dinyatakan mengalami
6 kematian otak dan organ-organnya
telah
donor

diambil

untuk

kepentingan

3) Informed consent
Penggunaan sedasi pada anak harus disetujui oleh orang tua/wali
melalui

setelah mereka menerima informasi jelas mengenai risiko dan

keuntungan yang akan didapatkan dengan teknik dan agen yang digunakan.
4) Instruksi orang tua3
Pre-sedasi
N

Kondisi

o
1. Diet

Instruksi
-

Tidak
boleh konsumsi susu atau makanan padat 6 jam
sebelum sedasi

2. Aktivitas

Cairan

boleh dikonsumsi sampai 3 jam sebelum sedasi


Rencan
akan waktu tidur anak secara normal sehari
sebelum sedasi

Harap
datang tepat waktu

Anak
harus ditemani saat kunjungan oleh 2 orang
dewasa

3. Aktivitas

setelah
sedasi

Pastika
n anak telah ke kamar kecil sebelum sedasi
Anak
mungkin tidur selama 3-8 jam

Anak
mungkin tidak stabil saat berjalan dan butuh
perlindungan khusus

4. Perubahan
kesehatan

Perhati

kan aktivitas anak pada sisa hari tersebut


Informasikan dokter mengenai kondisi demam, batuk,
atau sakit lainnya selama 14 hari sebelum waktu
sedasi.

5) Dokumentasi3

I.

Pre-prosedur
-

Konsumsi makanan dan minuman yang


dilarang

Riwayat kesehatan dan fisik termasuk


berat badan, umur pasien

Nama dan alamat dokter yang biasa


menangani pasien

Alasan dilakukannya tindakan

Informed consent

Penginformasian

instruksi

pada

pendamping anak
II.

Tanda vital

III.

Penampilan pasien

IV.

Jenis, dosis, rute, lokasi, dan waktu admisintrasi obat

Teknik-teknik sedasi3
1) Nitrous Oxide & Oksigen
a. Definisi
Nitrous Oxide adalah gas inert, agak berbau manis, tidak berwarna yang
dikompres dalam silinder dalam bentuk cairan yang akan menguap bila
dikeluarkan. Jenis sedasi ini paling banyak digunakan (85%).
b. Farmakokinetik
Kelarutan dalam darah rendah waktu onset dan pemulihan
sangat cepat menjadi jenuh dalam darah dalam waktu 3-5 menit
setelah administrasi
Gas akan diekskresikan lewat paru-paru
Mungkin terjadi diffusion hypoxia : Nitrous Oxide keluar ke
alveoli dengan cepat sehingga oksigen menjadi terlarut dalam air
pertukaran O2-CO2 terganggu terjadi periode hipoksia dicegah
dengan oksigenasi pasien selama 3-5 menit setelah prosedur sedasi
c. Farmakodinamik
Menekan CNS dengan efek analgesik terbatas
Agen inhalasi paling lemah

Pada konsentrasi 30%-50% pasien relaks dan menurut pada instruksi,


mungkin amnesia
Pada konsentrasi >60% pasien mengalami diskoordinasi, ataxia, pusing,
mengantuk
Saat digunakan sebagai agen tunggal tidak akan mengakibatkan
hipoksemia. Saat digunakan kombinasi dengan agen penekan pernapasan
lain akan mengurangi respon normal tubuh terhadap tekanan O2 rendah.
Sedikit meningkatkan volume pernapasan per menit pasien relaks
frekuensi respirasi menurun sedikit
Kontraindikasi bagi pasien dengan penyakit jantung parah karena cardiac
output menurun dan resistensi vaskuler perifer meningkat
Tidak kontraindikasi bagi penderita asma karena gas tidak mengiritasi
saluran pernapasan
d. Efek samping dan toksisitas
Paling umum mual dan muntah
Kontraindikasi3 :
- Pasien dengan otitis media akut
- Penyakit emosional dan masalah perilaku berat
- Pasien tidak kooperatif
- Pasien yang takut dengan gas
- Claustrophobia
- Kelainan maxillofacial yang menyulitkan penempatan alat
- Gangguan saluran pernapasan (infeksi pernapasan atas, polip)
- COPD
- Kehamilan
- Kondisi dimana tidak diperbolehkan oksigenasi tinggi pada pasien
2) Oral
e. Karakteristik
-

Metode yang paling banyak diterima dan


dilaksanakan karena nyaman dipraktekan.

Metode ini tergantung pada absorpsi di


mukosa pencernaan dan dipengaruhi oleh lambung dan usus.

Waktu puncak reaksi obat dan konsistensi obat


dapat berbeda-beda.

Waktu pemulihan dapat lebih lama karena obat


lebih lambat dimetabolisme.

f. Teknik
-

Pilih agen sedatif

Kalkulasikan dosis agen yang telah dipilih bagi anak

Pindahkan pasien ke daerah operasi dan dudukan di kursi saat


efek obat telah nampak (biasanya setelah 30-60 menit).

Nitrous Oxide dan oksigen dapat diberikan untuk memperkuat


efek dan oksigenasi

Jika pasien tidak ter-sedasi, maka tunda perawatan dan sedasi


dianggap gagal. Jadwalkan kunjungan ulang dengan dosis atau teknik
yang berbeda.

Berikan instruksi pasca-sedasi tertulis pada pendamping anak.

3) Intramuscular (IM)

Indikasi
Pasien yang menolak atau tidak dapat untuk melakukan medikasi melalui
oral.

Keterbatasan IM dan Oral


-

Waktu yang lama untuk mencapai efek maksimal

Efek dan onset yang bermacam-macam dan tak terduga


Lokasi penyuntikan harus ada jaringan yang cukup untuk deposisi
volume obat dan pengurangan faktor risiko injury karena penetrasi jarum

- Otot vastus lateralis pada tungkai atas bagian anterior lateral


- Otot gluteus maximus
- Pertengahan aspek posterior lateral dari otot deltoid

Perhatian penting

Hindari titrasi obat sampai mencapai kadar yang diinginkan.

Jika efek yang diharapkan tidak tercapai setelah 20-30 menit, jadwalkan
kunjungan ulang dengan dosis dan metode berbeda.

4) Submucosal (SM)

Definisi deposisi obat di bawah mukosa

Indikasi pasien yang membutuhkan administrasi dan onset yang cepat.


Waktu onset SM di antara IM dan IV

Lokasi administrasi vestibulum bukal tepatnya di area molar atau


kaninus sulung RA

Perhatian penting

Tidak boleh disuntikan di otot muka dan rahang

Harus dipilih obat yang tidak mengiritasi jaringan

5) Intravena (IV)

Indikasi pra-remaja dan remaja

Onset 20-25 detik

Teknik
Obat tunggal biasanya benzodiazepine lebih

sesuai bagi pasien anak


Kombinasi beberapa obat biasanya termasuk

narkotik
Agen-agen umum3
1) Gas

Terdiri dari nitrous oxide dan oksigen (untuk mencegah anoksia yang
terjadi jika nitrous oxide digunakan sebagai agen tunggal)
2) Antihistamin
Karakteristik

Hydroxyzine

Promethazine

Diphenhydramine

(Atarax,

(Phenergan)

(Benadryl)

Vistaril)
Farmakodina
mik
Absorpsi Saluran

Sedatif
antihistamin

dan Antihistamin

dan

sedatif ringan
Saluran pencernaan

pencernaan
Onset 15-30 menit, 15-60 menit, maksimal Maksimal dalam 1
maksimal

dlm

dalam 2 jam
Kontraindikasi Penyuntikan

1-2

jam,

durasi 4-6 jam


Riwayat asma,

sleep -

SM atau IV

apnea,

sindrom

nekrosis

kematian bayi tiba-tiba

dan hemolisis
Dosis Oral 1- Oral/IM
2mg/kg

0.5- Oral, IM atau IV

1.1mg/kg
Max

IM
Efek samping

total jam

1-1.5mg/kg

dosis

tunggal Max dosis tunggal

1.1mg/kg
Mengantuk

25mg
Mulut

50mg
kering, Koordinasi

ekstrim,

pandangan

mulut kering,

penebalan

hipersensitivi

hipotensi ringan, efek

tas

ekstrapiramidal

kabur, terganggu,
bronkus, penebalan bronkus

3) Benzodiazepine
Karakteristik
Farmakodinamik

Diazepam (valium)
Anticonvulsant kuat

Midazolam (versed)
dan Anxyolysis & amnesia,

beberapa profilaksis terhadap 3-4 kali lebih baik dari


efek samping obat lain
Absorpsi Saluran pencernaan
Onset Maksimal dalam 2 jam

diazepam
Metabolisme di hati
3-5 menit (IV), 20-30
menit (oral)
Oral
(sirup)0.25-

Kontraindikasi Dosis Oral/rectal/parenteral/IV


0.2-0.5mg/kg

1mg/kg, max 20mg

Dosis max tunggal 10 mg

IM0.1-0.15mg/kg,
Max 10mg

Efek samping

Iritasi

vena,

thrombophlebitis,
ataxia,

efek

berkepanjangan

IVtitrasi lambat
Penekanan pernapasan,

apnea, apnea & hipotensi (jika


CNS dikombinasi
narkotik)

dgn

4)

Benzodiazepine antagonist
Karakteristik
Flumazenil (Romazicon)
Farmakodinami Menghambat efek CNS dari benzodiazepine melalui interaksi
k dengan benzodiazepine reseptor, mengurangi efek sedasi,
tidak mempengaruhi efek amnesia dan anxiolytic
Absorpsi
Onset
Kontraindikasi
Dosis
Efek samping

1-2 menit
Anak < 18 thn
IV Max 1 mg
Re-sedasi dan penekanan pernapasan

5) Sedative hypnotics
Karakteristik
Barbiturat
Chloral hydrate
Farmakodinamik Semua jenis depresi CNS dari Awalnya
anak
akan
sedasi ringan hingga general antusias
anesthesia dan koma

dan

mudah

marah efek sedasi


general anesthesia jika
dosis tinggi

Absorpsi Onset Kontraindikasi -

30-60 menit
Pasien dengan penyakit

Dosis Efek samping -

jantung
25-50mg/kg, max 1g
Mengiritasi
mukosa
sal.pencernaan,
muntah,

mual,
ngantuk

berkepanjangan, depresi
pernapasan

dan

miokardia, aritmia (dosis


tinggi)

6) Narkotik

Farmakodinamik : sedasi dan euphoria lebih besar pada anak

Dampak kombinasi narkotik & anestesi local


Anestesi local penekan CNS
Kombinasi 2 jenis penekan CNS muncul hypercarbia penurunan pH serum
pernapasan terus ditekan terjadi asidosis metabolik peningkatan

lidocaine yang tersedia bagi CNS karena protein serum yang terikat lidocaine
lebih sedikit, vasodilatasi central dan peningkatan aliran darah ke CNS pada
keadaan asidosis ambang batas toksisitas lidocaine CNS menurun eksitasi
CNS koma kematian

Solusi

Dosis max anestesi local harus dikurangi jika


dikombinasikan dengan agen penekan CNS dan/atau pernapasan

Kombinasikan narkotik dengan obat sedasi lain


seperti nitrous oxide-oksigen untuk mengurangi dosis dan efek negatif yang akan
terjadi.
Karakteristik
Farmakodinamik

Meperidine (Demerol)
Opiate agonist

Absorpsi -

Fentanyl (Sublimaze)
Opiate agonist, Analgesik
kuat, penekan pernapasan
Dimetabolisme di hati dan

diekskresi melalui urine


Onset Oralmaksimal dalam 1 7-15 menit
jam, total efek 4 jam
Kontraindikasi Penyakit hati, ginjal atau Anak < 2 tahun
riwayat serangan tiba-tiba
Dosis Oral,
SC,
IM1-2.2 IM/IV/SM 0.002-0.004
Efek samping

mg/kg
mg/kg
Serangan tiba-tiba pada Otot rangka
dosis tinggi

menjadi

rigid, apnea, bradykardia

7) Narkotik antagonis
Karakteristik
Farmakodinamik
Absorpsi
Onset
Kontraindikasi
Dosis
Efek samping

Naloxone (Narcan)
Mengembalikan efek narkotik (pure antagonist)
2-5 menit (SC/IM), 1-2 menit (IV)
0.01mg/kg (inisial), diulang 0.1 mg/kg tiap 2-3 menit
Mual, muntah, berkeringat, hipotensi, hipertensi, tachykardia dna
fibrilasi ventrikel, pulmonary edema

RINGKASAN

Salah satu konsep perawatan gigi anak yang dikenal adalah konsep segitiga perawatan
gigi anak atau di sebut juga Triad Pedodontik. Dalam konsep ini terdapat tiga komponen
utama yang berperan dalam perawatan gigi anak yaitu anak, orangtua, dokter gigi, dan
masyarakat/lingkungan. 1 Hal ini yang membedakan konsep perawatan gigi anak dan dewasa.
Pada pasien dewasa, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan two lines yaitu hubungan
komunikasi antara pasien dan dokter gigi saja.2
Perawatan gigi anak juga harus disesuaikan dengan usia anak itu sendiri dan
perkembangan anak meliputi perkembangan motorik, sensorik, linguistik dan lain lain karena
anak memiliki tingkat kedewasaan, kepribadian, emosi yang bervariasi pada setiap
individunya sehingga respon mereka terhadap perawatan gigi juga memiliki banyak variasi. 3,8
Sebagai konsekuensinya, dokter gigi harus memahami berbagai macam tingkah laku anak
dalam perawatan gigi serta teknik mengelola tingkah laku tersebut.3
Manajemen perilaku anak melalui komunikasi yang efektif dan perintah yang mudah
dipahami sangat disarankan dalam merawat gigi anak, baik anak untuk yang memiliki sikap
yang kooperatif ataupun tidak kooperatif.9 Teknik pengelolaan tingkah laku anak pada
perawatan gigi yang terdiri dari pendekatan secara non farmakoterapeutik dan
farmakoterapeutik. Teknik pendekatan non farmakoterapeutik terdiri dari metode Tell-ShowDo, modelling, desensitisasi, dan HOME, sedangkan teknik pendekatan farmakoterapeutik
terdiri dari general anesthesia dan sedasi. Teknik pengelolaan tingkah laku anak tersebut
dirancang untuk membentuk perilaku positif anak dan diterapkan sesuai dengan kondisi
individual.3

DAFTAR PUSTAKA
1. Chandra, Satish et al. Textbook of community denstiry. Jaypee Brothers Publishers.
2002
2. Wright, GZ. Behaviour Management in Dentistry for Children. Philadelphia: WB
Saunders Company. 1975.
3. McDonald, RE, et al. Dentistry for the Child and Adolescent. Ed. ke-8. St. Louis:
Mosby, 2000.
4. Cameron AC, Widmer RP. Handbook of Pediatric Dentistry. 4th ed. Canberra:
Elsevier Health Sciences; 2013:504.
5. Finn. Clinical Pedodontics. 4th ed. Philadelphia: W. B. Saunders Company; 1973
6. Hmud R et al. Dental Anxiety: Causes, complications, and management approaches.
Journal of Minimun Interventon Denstistry;2009;2(1)
7. Koch G, Poulsen S. Pediatric Dentistry a Clinical Approach. 2nd ed. Copenhaagen:
Munksgaard; 2001:53-70.
8. Heasman, P et al. Restorative Dentistry, Pediatric Dentistry, Orthodontics. Churcill
Livingstone;2003
9. AAPD. Guideline on Behavior Guidance for the Pediatric Dental Patient. Pediatr Dent
2011;34(6):170-82
10. Mathewson, RJ et al. Fundamentals of Pediatric Dentistry. 3rd ed. Quintessence
Publishing;1995
11. McHayleh NF et al. Techniques for Managing Behaviour in Pediatric Dentistry:
Comparative Study of Live Modelling and TellShowDo Based on Childrens Heart
Rates during Treatment. JCDA 2009;75(04):283
12. E. Arlia Budiyanti dan Yuke Yulianingsih Heriandi. Pengelolaan anak nonkooperatif
pada perawatan gigi (pendekatan nonfarmakologik). 2001. Dentika Dental Jurnal Vol.
6 No. 1. p. 13-7.
13. Welbury P et al. Pediatric Dentistry. 3rd ed. Oxford University Press;2005

Anda mungkin juga menyukai