MAKALAH SEMINAR
Disusun oleh:
Arbi Wijaya 1106001145
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah seminar Ilmu Kedokteran Gigi Anak
(IKGA) yang berjudul Pengelolaan Tingkah Laku Anak dalam Perawatan Gigi.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. M.Suharsini,drg, SU, SpKGA(K)
yang telah membimbing dan mengarahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
seminar yang berjudul Pengelolaan Tingkah Laku Anak Dalam Perawatan Gigi ini dengan
baik.
Semoga makalah ini dapat memberi dapat bermanfaat bagi pembaca di bidang
kedokteran gigi anak. Terima kasih atas segala perhatiannya.
DAFTAR ISI
Halaman Judul............................................................................................................ i
Kata Pengantar........................................................................................................... ii
Daftar Isi..................................................................................................................... iii
1. Pendahuluan .......................................................................................................... 1
2. Konsep perawatan gigi anak.................................................................................. 1
3. Rasa takut dan cemas............................................................................................. 3
4. Sikap dan tingkah laku anak.................................................................................. 3
4.1 Perkembangan sikap dan perilaku anak......................................................... 4
4.2 Perkembangan sikap dan perilaku anak berdasarkan umur........................... 9
4.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkah laku anak dalam perawatan gigi 11
4.4 Klasifikasi perilaku anak................................................................................ 11
5. Manajemen Perilaku anak...................................................................................... 13
5.1 Komunikasi efektif terhadap anak dalam perawatan gigi.............................. 15
5.2 Teknik pengelolaan tingkah laku anak dalam perawatan gigi........................ 17
Ringkasan .................................................................................................................. 27
Daftar Pustaka ........................................................................................................... 29
1. PENDAHULUAN
Fondasi utama dari perawatan gigi anak adalah kemampuan dokter gigi dalam
memberikan perawatan gigi anak disertai dengan pengelolaan perilaku anak agar
perawatan gigi dapat memberikan kesan yang positif.3 Merawat gigi anak berbeda
dengan merawat gigi
strategi yang baik baik di tingkat individu maupun komunitas. Pendekatan yang
digunakan dalam perawatan gigi anak adalah pendekatan resiprokal yang melibatkan
komponen
utama
yaitu
anak
itu
sendiri,
orangtua,
dokter
gigi,
dan
lingkungan/masyarakat.4
Perawatan gigi anak juga harus disesuaikan dengan usia anak itu sendiri
karena anak memiliki tingkat kedewasaan, kepribadian, emosi yang bervariasi pada
setiap individunya sehingga respon mereka terhadap perawatan gigi juga memiliki
banyak variasi. Sebagai konsekuensinya, dokter gigi harus memahami berbagai
macam tingkah laku anak dalam perawatan gigi serta teknik mengelola tingkah laku
tersebut. 3
Pengelolaan atau manajemen perilaku anak dapat dilakukan melalui beberapa
pendekatan yaitu diawali dengan pendekatan farmakoterapeutik kemudian pendekatan
farmakoterapeutik.7 Selain itu, komunikasi yang efektif dengan anak juga dapat
menjadi kunci sukses keberhasilan perawatan gigi anak. 9
2. KONSEP PERAWATAN GIGI ANAK
Salah satu konsep perawatan gigi anak yang dikenal adalah konsep segitiga
perawatan gigi anak atau di sebut juga Triad Pedodontik. Dalam konsep ini terdapat
tiga komponen utama yang berperan dalam perawatan gigi anak yaitu anak, orangtua,
dokter gigi, dan masyarakat/lingkungan.
perawatan gigi anak dan dewasa. Pada pasien dewasa, pendekatan yang digunakan
adalah pendekatan two lines yaitu hubungan komunikasi antara pasien dan dokter gigi
saja.2
Anak diletakkan pada puncak segitiga karena anak menjadi fokus utama dari
orang tua dan dokter gigi.3 Tanda panah dua arah (resiprokal) pada segitiga perawatan
gigi anak memiliki arti bahwa dalam melakukan perawatan gigi anak, diperlukan
peran yang timbal balik dari tiap komponen. 2 Orangtua memiliki peran dalam
memberikan informasi kepada dokter gigi agar komunikasi dapat berjalan lancar serta
memberikan motivasi kepada anak. Sedangkan dokter gigi memiliki peran dalam
memberikan informasi mengenai kesehatan gigi dan mulut anak serta merawat gigi
anak.
Dalam
segitiga
perawatan
pedodontik
juga
terdapat
peran
dalam mempertahankan diri dari berbagai macam ancaman. 6 Rasa takut dalam
perawatan gigi memiliki relasi terhadap objek yang sifatnya spesifik. Rasa takut
berasal dari reaksi terhadap stimulus eksternal yang sifatnya spesifik dan merupakan
suatu respon yang normal saat dilakukannya perawatan gigi. Rasa cemas berbeda
dengan rasa takut dimana rasa cemas tidak berhubungan dengan objek tertentu atau
disebut juga rasa takut yang tidak spesifik.7
b. Etiologi
Rasa takut merupakan suatu fenomena kompleks yang multidimensional. Beberapa
hal yang dapat menyebabkan terjadinya rasa takut dalam perawatan gigi adalah :
1. Karakteristik individual
2. Ketakutan terhadap rasa sakit
3. Pengalaman dan trauma perawatan gigi terdahulu
4. Pengaruh dari keluarga atau teman yang pernah merasakan sakit saat ke dokter
gigi
5. Takut terhadap darah atau jarum suntik6
4. SIKAP DAN TINGKAH LAKU ANAK
4.1.
Perkembangan sikap dan tingkah laku anak 8
Perkembangan sikap dan tingkah laku anak merupakan proses kontinu yang
berbeda pada setiap anak. Perkembangan tersebut sangat dipengaruhi oleh
perubahan fisik yang berlangsung dengan cepat. Terdapat beberapa tanda-tanda
psikologis anak yang penting untuk diketahui oleh dokter gigi dalam merawat
gigi anak.
a. Perkembangan Motorik
Salah satu faktor penting yang dapat mempegaruhi perkembangan motorik
anak adalah lingkungan. Pada umur 6-7 tahun, anak sudah memiliki
kemampuan motorik yang baik dalam menyikat gigi. Sebelum umur 6-7 tahun,
area rongga mulut hanya dapat dibersihkan oleh orangtua.
b. Perkembangan Kognitif
Sensorimotor pada umur 0-2 tahun. Anak dapat memikirkan hal-hal
dengan baik. Anak pada usia ini cenderung egosentris dan infleksibel.
Concrete operations pada umur 7-11 tahun. Anak dapat menerapkan
logika berpikir yang rasional dan mempertimbangkan sudut pandang
orang lain
Formal operations pada umur 11 tahun keatas. Terjadi transisi
pemikiran anak ke pemikiran dewasa yang bermanifestasi pada
perkembangan logika berpikir.
c. Perkembangan perseptual
Pada umur 7 tahun, anak dapat mengembangkan perhatian selektif dan dapat
mendeterminasikan mana hal-hal yang harus diikuti dan mana yang tidak.
Kemampuan dalam berkonsentrasi juga meningkat. Pada umur 9 tahun anak
sudah dapat memiliki kecakapan seperti orang dewasa
d. Perkembangan linguistik
Kemampuan berbahasa dan berpikir sangat berkorelasi satu sama lain,
kurangnya stimulasi dapat memperlambat kemampuan linguistik seorang
anak.
e. Perkembangan sosial
Rasa cemas anak masih sangat tinggi hingga umur 5 tahun. Oleh karena itu
jangan mengharapkan anak mau melakukan perawatan gigi karena kemauan
sendiri
f. Remaja
Peningkatan kemandirian dan kepercayaan diri berkembang saat remaja.
Remaja lebih cenderung memiliki sifat moody dan oversensitif terhadap kritik
serta seringkali merasa sedih. Oleh karena itu, jangan banyak mengritik remaja
dan berikan dukungan dan kepercayaan pada mereka.
4.2.
sedang difokuskan.
Pada usia 8 bulan, bayi dapat merangkak dan membedakan objek serta
orang-orang disekitarnya
Mulai mengerti beberapa kata dan komunikasi non verbal (bahasa
dalam
meningkatkan
hubungan,
penerimaan,
dan
kepercayaan.
Bayi dapat memahami bahwa objek atau orang-orang di sekitarnya ada
pilihan
kecil
pada
anak
untuk
meningkatkan
dengan baik
Implikasi dental : Anak pada usia ini dapat menjadi pasien yang
kooperatif, namun juga dapat menjadi pasien yang senang menantang
dan memaksanakan opini mereka. Mereka sangat familiar dengan
ucapan terima kasih dan tolong. Berikan anak kesempatan dalam
mengambil keputusan kecil menentukan pilihan, kemudian libatkan
anak
dalam
perawatan
seperti
memperbolehkan
anak
dalam
mengoperasikan dental unit. Anak pada usia ini juga biasanya dapat
ditinggalkan oleh orangtuanya saat perawatan gigi.
f. Umur 6-8 tahun4
Anak pada usia 6 tahun biasanya mulai sekolah dan keluar dari
bersikap cool
Implikasi dental : hati hati, jangan membuat anak merasa malu melalui
kritikan. Berikan penjelasan perawatan gigi yang sesuai dengan umur
mereka. Anak pada usia ini dapat memahami dengan baik penjelasan
mengenai menyikat gigi dan flossing tanpa bantuan orangtua.
h. Remaja4
Remaja biasanya mulai memiliki pertanyaan-pertanyaan mengenai diri
curahan
hati
mereka,
memberikan
unik,
kebebasan,
tidak stabil.
Implikasi dental : Remaja biasanya lebih mandiri dalam menjani
perawatan gigi dan dapat menerima perawatan gigi dengan baik.
Membangun komunikasi dan berdiskusi mengenai topik non dental
dapat membantu dalam meningkatkan kedekatan antara dokter gigi dan
pasien.
4.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi anak dalam perawatan gigi
4.3.1. Sikap Orang Tua terhadap Anak5
Overprotection
Biasanya orangtua dengan tipe ini enggan memberikan izin pada
anaknya untuk menggunakan inisiatif sendiri atau mengambil
keputusan sendiri. Anak seringkali dibatasi untuk bermain karena takut
cedera, sakit, atau mengikuti kebiasaan buruk temannya. Anak dengan
orangtua seperti ini biasanya bersikap sangat pemalu, lembut, penurut,
ketakutan, tidak agresif, rendah hati, dan sering memiliki kecemasan
yang mendalam. Dokter gigi harus membangun rasa percaya diri anak
karena sifat pemalunya.
Overindulgence
Orangtua tipe ini selalu menuruti dan tidak pernah menolak
keinginan anak. Anaknya sering bersikap tidak acuh, egois, dan keras
kepala. Anak sering menuntut perhatian, kasih sayang dan cenderung
manja. Anak sering membujuk agar tidak dibawa ke dokter gigi. Dokter
gigi harus bersikap disiplin pada anak tipe ini.
Rejection
Orangtua tipe ini seperti tidak menginginkan anaknya, sehingga anak
sering kekurangan kasih sayang dan cinta dan dirawat dengan
kekerasan. Anak-anak tipe ini memiliki karakteristik sering mengritik,
merengek, dan jarang terlihat senang. Anak juga cenderung bersikap
curiga, agresif, dendam, tidak patuh, gelisah, dan terlalu aktif. Di
praktik dokter gigi anak seperti ini sangat sulit di kontrol. Oleh karena
itu, dokter gigi harus dapat mengakrabkan diri dan memberi
pengertiandengan baik sehingga menimbulkan rasa percaya diri anak.
Overanxiety
Orangtua tipe ini sering memberi perhatian yang tidak semestinya
pada anak, misalnya karena ada tragedi dalam keluarga seperti
kecelakaan atau sakit yang menimpa anaknya. Oleh karena itu anak
jarang diizinkan untuk bermain sendiri. Sikap anak-anak ini biasanya
pemalu dan penakut. Biasanya mereka adalah pasien yang berperilaku
baik. Namun, dokter gigi juga memiliki beberapa kesulitan dalam
mengatasi rasa ketakutan mereka. Dengan dorongan dan jaminan anak
biasanya merespon dengan cara yang menyenangkan.
Domination
Orangtua tipe ini menuntut anaknya memiliki tanggung jawab yang
tidak sesuai dengan usia kronologisnya. Mereka menuntut anak untuk
bersikap kompetitif dengan teman-temannya. Orangtua memaksa
anaknya menjadi kritis, keras, dan bahkan sering menolak. Sikap anak
ini adalah tertekan dan tegang. Dengan memberikan kebaikan dan
perhatian, mereka umumnya dapat berkembang menjadi pasien yang
lebih baik.
Underaffection
Masalah ekonomi dan sosial menjadi masalah dalam orangtua tipe ini
dimana anak menjadi tidak dipedulikan dan kurangnya waktu untuk
anak. Implikasinya anak menjadi lebih pemalu dan pendiam, suka
menyendiri, ragu-ragu dalam mengambil keputusan, dan mudah
menangis. Dokter gigi harus memberikan kasih sayang dan perhatian
sehingga dapat menimbulkan rasa percaya diri pada anak.
4.3.2.
pada usia ini mudah menyesuaikan diri dengan situasi. Namun, anak usia
ini tidak suka dengan bullying dan ketidakadilan.
Anak pada usia remaja, terutama anak perempuan, menjadi sangat
perhatian terhadap penampilannya. Mereka berusaha untuk memiliki
penampilan semenarik mungkin dan bersedia untuk bekerjasama untuk
meningkatkan penampilan mereka.
4.3.3. Rasa Takut 5
Ketakutan Objektif
Rasa takut dihasilkan oleh stimulus dari indera penglihatan,
penciuman, perabaan, pengecapan, pendengaran. Ketakutan dapat
menurunkan ambang batas rasa sakit sehingga anak yang ketakutan
dalam perawatan gigi biasanya merasakan rasa yang lebih sakit. Rasa
sangat dikaitkan dengan pengalaman terdahulu. Anak yang pernah
mengalami rasa takut saat ke dokter gigi biasanya akan sulit untuk
dibawa lagi ke dokter gigi. Dokter gigi harus menyadari situasi
emosional anak ini dan merawat gigi anak dengan perlahan serta
berusaha untuk mengembalikan kepercayaan diri anak.
Ketakutan Subjektif
Kecemasan subjektif atau kecemasan dinilai berdasarkan pada
perasaan dan sikap yang sebelumnya sudah disugestikan anak dari
cerita pengalaman orang lain saat ke dokter gigi. Biasanya anak
menjadi mudah terpengaruh meskipun belum pernah mencoba.
4.3.4.
4.4.
b. Berdasarkan Frankl
Frankl mengategorikan perilaku anak ke dalam empat kategori, yaitu :
1. Rating 1 (--) : Definitely negative. Anak dalam kategori ini menolak
perawatan, menangis dengan kencang, ketakutan, dan selalu merespon
negatif
2. Rating 2 (-) : Negative. Anak dalam kategori ini enggan menerima
perawatan, tidak kooperatif, dan berperilaku negatif namun tidak
diucapkan seperti cemberut, pendiam.
3. Rating 3 (+): Positive. Mau menerima perawatan, well behaved, mau
mengikuti perintah dokter gigi dengan kooperatif
4. Rating 4 (++): Definitely positive. Memiliki hubungan pasien yang baik
dengan dokter gigi, tertarik dalam perawatan gigi, tertawa dan menikmati
situasi.
5. MANAJEMEN PERILAKU ANAK
5.1.
Komunikasi efektif terhadap anak dalam perawatan gigi
Di kehidupan manusia, seseorang dapat merespons dan berhubungan dengan
orang lain melalui komunikasi. Komunikasi dapat bersifat verbal maupun non
verbal. Komunikasi dalam perawatan gigi anak dapat dilakukan melalui komunikasi
yang bersifat verbal, non verbal, atau kombinasi keduanya. Contoh komunikasi
verbal dapat ditunjukkan melalui kontak mata, senyum, bersalaman, menepuk
punggung, dan lain lain. 10
Manajemen perilaku anak melalui komunikasi yang efektif dan perintah yang
mudah dipahami sangat disarankan dalam merawat gigi anak, baik anak untuk yang
memiliki sikap yang kooperatif ataupun tidak kooperatif. Pada awal kunjungan, aktif
membangun komunikasi melalui pertanyaan dan mendengarkan anak dapat
meningkatkan
kepercayaan
anak
pada
dokter
gigi.
Dokter
gigi
dapat
bersahabat dan concern disesuaikan dengan usia anak. Beberapa jenis ungkapan
awal yang menjembatani komunikasi yang baik dapat melalui pertanyaan yang
berhubungan dengan kesukaan anak, seperti Kamu paling suka sama apa? Kamu
suka binatang apa? Nama kucing kamu siapa? wah, kamu emang pemain bola
yang hebat!. Pendekatan ini dapat memancing respon positif anak.10
Selain itu, dokter gigi juga harus memperhatikan kata-kata saat berkomunikasi
dengan anak. Salah satunya melalui eufisim, atau mengganti istilah kedokteran gigi
ke istilah yang mudah dipahami oleh anak namun tidak menakutkan. Seperti :
TERMINOLOGI DENTAL
EUFISIM
Umur 1-5
Air syringe
Water syringe
Suction
Radiograf
Profilaksis
Rubber dam
Anestesi lokal
Handpiece high speed
Ekstraksi gigi
Metal crown
Mesin X-Ray
Alginat
Tiupan angin
Pistol air
Vacuum Cleaner
Foto gigi
Sikat gigi putar
Jas gigi
Bikin giginya tidur
Peluit gigi
Menggoyang-goyangkan gigi
Gigi robot
Kamera
Agar-agar
Umur 6-10 tahun
Anestesi
Bikin giginya kebas
Ekstraksi
Menggoyang-goyangkan atau
mengambil giginya
Karies
Lubang
Sakit
Tekanan
Bur
Motor Listrik
Ruang Operasi
Ruang Perawatan
Tabel 1. Contoh eufisim3,10
Dalam berkomunikasi dengan anak juga penting untuk memperhatikan nada
bicara atau voice modulation. Berbicara dengan nada rendah dan nada yang enak di
dengar lebih disukai oleh anak. Namun, berbicara dengan amplitudo agak tinggi juga
diperlukan untuk mengarahkan anak agar mengikuti instruksi kita. Seperti Johny!
Ayo buka mulutnya dulu!10
Berikut struktur berkomunikasi dengan pasien anak di praktik dokter gigi :
1. Salam Memperkenalkan nama
2. Preliminary chat : bicarakan topik yang berhubungan dengan non-dental terlebih
dahulu, kemudian dental. Dengarkan setiap jawaban pasien!
11
pada anak secara berurutan, dimulai dari yang paling sedikit menakutkan
bagi diri anak tersebut.9
c. Modelling
Modeling merupakan prinsip psikologis yaitu belajar dari pengamatan
model. Anak diajak mengamati anak lain sebaya yang sedang dirawat
giginya yang berperilaku kooperatif, baik secara langsung pada kursi
perawatan gigi atau melalui film. Setelah pengamatan diharapkan anak
berperilaku kooperatif seperti pada model yang telah diamati12
Indikasi:
Sifat anak ingin tau, meniru dan bersaing
Anak cemas dan belum pernah dirawat
d. Hand Over Mouth Exercise (HOME)
Teknik physical restraint dalam perawatan gigi anak masih banyak
menimbulkan
perdebatan.
Hosey
(2002)
dan
Manley
(2004)
tidak
memberikan
dipilih
hasil
jika
yang
pendekatan
maksimal.
non-
Namun,
pendekatan ini harus dilakukan oleh dokter gigi spesialis kedokteran gigi anak
karena dapat mengakibatkan dampak yang traumatis bagi anak. Terdapat dua
jenis pendekatan farmakoterapeutik dalam kedokteran gigi anak yaitu general
anesthesia dan sedasi. 3
1. General Anesthesia
General Anesthesia atau anestesi umum didefinisikan sebagai kondisi
dimana pasien dikarakteristikkan dengan kehilangan refleks protektif secara
sebagian atau seluruhnya. Pada konsidi anestesi umum, pasien tidak dapat
merespon sangsangan fisik maupun verbal. Penggunaan teknik anestesi ini
dibutuhkan untuk memberikan perawatan yang aman, nyaman, efisien, dan
efektif. Prosedur keselamatan dan dokter gigi harus diperhatikan. Jangan
lupa untuk meminta persetujuan orangtua dalam melakukan prosedur ini
melalui informed concent.3
Indikasi penggunaan anestesi umum :
1. Anak dengan keterbatasan fisik, mental, dan kompromis medis
2. Pasien anak yang tidak kooperatif
3. Pasien anak yang memiliki rasa takut yang berlebih sehingga
menyulitkan dalam berkomunikasi
4. Pasien dengan trauma berat orokraniofasial
5. Pasien yang membutuhkan perawatan segera (cito)
6. Pasien yang membutuhkan tindakan bedah signifikan
2. Sedasi
Sedasi
didefinisikan
sebagai
teknik
farmakoterapeutik
dengan
1) Indikasi3
Faktor-faktor penegak indikasi pasien untuk tindakan sedasi
a.
Riwayat opname
Boleh
menerima
conscious
dengan
penyakit
2 ringan (mild)
P Pasien dengan
penyakit
3 sedang (moderate)
P Pasien dengan penyakit sistemik berat Lebih baik dirawat di rumah sakit
4 (severe)
P Pasien yang tidak diharapkan dapat
5 bertahan tanpa operasi
P Pasien yang dinyatakan mengalami
6 kematian otak dan organ-organnya
telah
donor
diambil
untuk
kepentingan
3) Informed consent
Penggunaan sedasi pada anak harus disetujui oleh orang tua/wali
melalui
keuntungan yang akan didapatkan dengan teknik dan agen yang digunakan.
4) Instruksi orang tua3
Pre-sedasi
N
Kondisi
o
1. Diet
Instruksi
-
Tidak
boleh konsumsi susu atau makanan padat 6 jam
sebelum sedasi
2. Aktivitas
Cairan
Harap
datang tepat waktu
Anak
harus ditemani saat kunjungan oleh 2 orang
dewasa
3. Aktivitas
setelah
sedasi
Pastika
n anak telah ke kamar kecil sebelum sedasi
Anak
mungkin tidur selama 3-8 jam
Anak
mungkin tidak stabil saat berjalan dan butuh
perlindungan khusus
4. Perubahan
kesehatan
Perhati
5) Dokumentasi3
I.
Pre-prosedur
-
Informed consent
Penginformasian
instruksi
pada
pendamping anak
II.
Tanda vital
III.
Penampilan pasien
IV.
Teknik-teknik sedasi3
1) Nitrous Oxide & Oksigen
a. Definisi
Nitrous Oxide adalah gas inert, agak berbau manis, tidak berwarna yang
dikompres dalam silinder dalam bentuk cairan yang akan menguap bila
dikeluarkan. Jenis sedasi ini paling banyak digunakan (85%).
b. Farmakokinetik
Kelarutan dalam darah rendah waktu onset dan pemulihan
sangat cepat menjadi jenuh dalam darah dalam waktu 3-5 menit
setelah administrasi
Gas akan diekskresikan lewat paru-paru
Mungkin terjadi diffusion hypoxia : Nitrous Oxide keluar ke
alveoli dengan cepat sehingga oksigen menjadi terlarut dalam air
pertukaran O2-CO2 terganggu terjadi periode hipoksia dicegah
dengan oksigenasi pasien selama 3-5 menit setelah prosedur sedasi
c. Farmakodinamik
Menekan CNS dengan efek analgesik terbatas
Agen inhalasi paling lemah
f. Teknik
-
3) Intramuscular (IM)
Indikasi
Pasien yang menolak atau tidak dapat untuk melakukan medikasi melalui
oral.
Perhatian penting
Jika efek yang diharapkan tidak tercapai setelah 20-30 menit, jadwalkan
kunjungan ulang dengan dosis dan metode berbeda.
4) Submucosal (SM)
Perhatian penting
5) Intravena (IV)
Teknik
Obat tunggal biasanya benzodiazepine lebih
narkotik
Agen-agen umum3
1) Gas
Terdiri dari nitrous oxide dan oksigen (untuk mencegah anoksia yang
terjadi jika nitrous oxide digunakan sebagai agen tunggal)
2) Antihistamin
Karakteristik
Hydroxyzine
Promethazine
Diphenhydramine
(Atarax,
(Phenergan)
(Benadryl)
Vistaril)
Farmakodina
mik
Absorpsi Saluran
Sedatif
antihistamin
dan Antihistamin
dan
sedatif ringan
Saluran pencernaan
pencernaan
Onset 15-30 menit, 15-60 menit, maksimal Maksimal dalam 1
maksimal
dlm
dalam 2 jam
Kontraindikasi Penyuntikan
1-2
jam,
sleep -
SM atau IV
apnea,
sindrom
nekrosis
dan hemolisis
Dosis Oral 1- Oral/IM
2mg/kg
1.1mg/kg
Max
IM
Efek samping
total jam
1-1.5mg/kg
dosis
1.1mg/kg
Mengantuk
25mg
Mulut
50mg
kering, Koordinasi
ekstrim,
pandangan
mulut kering,
penebalan
hipersensitivi
tas
ekstrapiramidal
kabur, terganggu,
bronkus, penebalan bronkus
3) Benzodiazepine
Karakteristik
Farmakodinamik
Diazepam (valium)
Anticonvulsant kuat
Midazolam (versed)
dan Anxyolysis & amnesia,
diazepam
Metabolisme di hati
3-5 menit (IV), 20-30
menit (oral)
Oral
(sirup)0.25-
IM0.1-0.15mg/kg,
Max 10mg
Efek samping
Iritasi
vena,
thrombophlebitis,
ataxia,
efek
berkepanjangan
IVtitrasi lambat
Penekanan pernapasan,
dgn
4)
Benzodiazepine antagonist
Karakteristik
Flumazenil (Romazicon)
Farmakodinami Menghambat efek CNS dari benzodiazepine melalui interaksi
k dengan benzodiazepine reseptor, mengurangi efek sedasi,
tidak mempengaruhi efek amnesia dan anxiolytic
Absorpsi
Onset
Kontraindikasi
Dosis
Efek samping
1-2 menit
Anak < 18 thn
IV Max 1 mg
Re-sedasi dan penekanan pernapasan
5) Sedative hypnotics
Karakteristik
Barbiturat
Chloral hydrate
Farmakodinamik Semua jenis depresi CNS dari Awalnya
anak
akan
sedasi ringan hingga general antusias
anesthesia dan koma
dan
mudah
30-60 menit
Pasien dengan penyakit
jantung
25-50mg/kg, max 1g
Mengiritasi
mukosa
sal.pencernaan,
muntah,
mual,
ngantuk
berkepanjangan, depresi
pernapasan
dan
6) Narkotik
lidocaine yang tersedia bagi CNS karena protein serum yang terikat lidocaine
lebih sedikit, vasodilatasi central dan peningkatan aliran darah ke CNS pada
keadaan asidosis ambang batas toksisitas lidocaine CNS menurun eksitasi
CNS koma kematian
Solusi
Meperidine (Demerol)
Opiate agonist
Absorpsi -
Fentanyl (Sublimaze)
Opiate agonist, Analgesik
kuat, penekan pernapasan
Dimetabolisme di hati dan
mg/kg
mg/kg
Serangan tiba-tiba pada Otot rangka
dosis tinggi
menjadi
7) Narkotik antagonis
Karakteristik
Farmakodinamik
Absorpsi
Onset
Kontraindikasi
Dosis
Efek samping
Naloxone (Narcan)
Mengembalikan efek narkotik (pure antagonist)
2-5 menit (SC/IM), 1-2 menit (IV)
0.01mg/kg (inisial), diulang 0.1 mg/kg tiap 2-3 menit
Mual, muntah, berkeringat, hipotensi, hipertensi, tachykardia dna
fibrilasi ventrikel, pulmonary edema
RINGKASAN
Salah satu konsep perawatan gigi anak yang dikenal adalah konsep segitiga perawatan
gigi anak atau di sebut juga Triad Pedodontik. Dalam konsep ini terdapat tiga komponen
utama yang berperan dalam perawatan gigi anak yaitu anak, orangtua, dokter gigi, dan
masyarakat/lingkungan. 1 Hal ini yang membedakan konsep perawatan gigi anak dan dewasa.
Pada pasien dewasa, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan two lines yaitu hubungan
komunikasi antara pasien dan dokter gigi saja.2
Perawatan gigi anak juga harus disesuaikan dengan usia anak itu sendiri dan
perkembangan anak meliputi perkembangan motorik, sensorik, linguistik dan lain lain karena
anak memiliki tingkat kedewasaan, kepribadian, emosi yang bervariasi pada setiap
individunya sehingga respon mereka terhadap perawatan gigi juga memiliki banyak variasi. 3,8
Sebagai konsekuensinya, dokter gigi harus memahami berbagai macam tingkah laku anak
dalam perawatan gigi serta teknik mengelola tingkah laku tersebut.3
Manajemen perilaku anak melalui komunikasi yang efektif dan perintah yang mudah
dipahami sangat disarankan dalam merawat gigi anak, baik anak untuk yang memiliki sikap
yang kooperatif ataupun tidak kooperatif.9 Teknik pengelolaan tingkah laku anak pada
perawatan gigi yang terdiri dari pendekatan secara non farmakoterapeutik dan
farmakoterapeutik. Teknik pendekatan non farmakoterapeutik terdiri dari metode Tell-ShowDo, modelling, desensitisasi, dan HOME, sedangkan teknik pendekatan farmakoterapeutik
terdiri dari general anesthesia dan sedasi. Teknik pengelolaan tingkah laku anak tersebut
dirancang untuk membentuk perilaku positif anak dan diterapkan sesuai dengan kondisi
individual.3
DAFTAR PUSTAKA
1. Chandra, Satish et al. Textbook of community denstiry. Jaypee Brothers Publishers.
2002
2. Wright, GZ. Behaviour Management in Dentistry for Children. Philadelphia: WB
Saunders Company. 1975.
3. McDonald, RE, et al. Dentistry for the Child and Adolescent. Ed. ke-8. St. Louis:
Mosby, 2000.
4. Cameron AC, Widmer RP. Handbook of Pediatric Dentistry. 4th ed. Canberra:
Elsevier Health Sciences; 2013:504.
5. Finn. Clinical Pedodontics. 4th ed. Philadelphia: W. B. Saunders Company; 1973
6. Hmud R et al. Dental Anxiety: Causes, complications, and management approaches.
Journal of Minimun Interventon Denstistry;2009;2(1)
7. Koch G, Poulsen S. Pediatric Dentistry a Clinical Approach. 2nd ed. Copenhaagen:
Munksgaard; 2001:53-70.
8. Heasman, P et al. Restorative Dentistry, Pediatric Dentistry, Orthodontics. Churcill
Livingstone;2003
9. AAPD. Guideline on Behavior Guidance for the Pediatric Dental Patient. Pediatr Dent
2011;34(6):170-82
10. Mathewson, RJ et al. Fundamentals of Pediatric Dentistry. 3rd ed. Quintessence
Publishing;1995
11. McHayleh NF et al. Techniques for Managing Behaviour in Pediatric Dentistry:
Comparative Study of Live Modelling and TellShowDo Based on Childrens Heart
Rates during Treatment. JCDA 2009;75(04):283
12. E. Arlia Budiyanti dan Yuke Yulianingsih Heriandi. Pengelolaan anak nonkooperatif
pada perawatan gigi (pendekatan nonfarmakologik). 2001. Dentika Dental Jurnal Vol.
6 No. 1. p. 13-7.
13. Welbury P et al. Pediatric Dentistry. 3rd ed. Oxford University Press;2005