PENDAHULUAN
dari
praktikum
ini
adalah
agar
dapat
mengetahui
dan
juga untuk mengetahui bahan pangan yang baik atau tidak untuk dikonsumsi,
sehingga hal ini dapat dijadikan sebagai referensi untuk disesuaikan dengan
asupan kebutuhan mineral pada tubuh.
II.
II.1.
TINJAUAN PUSTAKA
Sargassum Polycystum
Sargassum adalah jenis alga cokelat yang mempunyai talus bercabang seperti
jari dan merupakan tanaman perairan yang berwarna cokelat, berukuran relatif
besar, tumbuh dan berkembang pada substrat dasar yang kuat. Bagian atas
tanaman menyerupai semak yang berbentuk simetris bilateral atau radial serta
dilengkapi dengan bagian-bagian untuk pertumbuhan (Atmadja et al. 1996).
Klasifikasi rumput laut S. polycystum menurut Anggadiredja et al. (2006)
adalah sebagai berikut:
Divisi
Kelas
Ordo
Famili
Genus
Spesies
: Phaeophyta
: Phaeophyceae
: Fucales
: Sargassaceae
: Sargassum
: Sargassum polycystum
kebutuhan air di dalam tubuh manusia itu sendiri. Kehilangan air untuk 15%
dari berat badan dapat mengakibatkan kematian
proses
maksimum.
Terdapat
faktor-faktor
yang
memengaruhi
proses
pengeringan dalam menentukan kadar uji dan kadar abu pada biskuit yakni
luas permukaan, suhu, kecepatan
tekanan atmosfer, penguapan air dan lama pengeringan (Dr. Teti Estiasih,
S.TP.,M.P, 2009) .
II.2.4. Standar Kadar Air yang Baik pada Rumput Laut
Rumput laut (Eucheuma spinosum) dicuci dengan air laut sebelum
diangkat ke darat, rumput laut yang telah bersih dikeringkan di atas para-para
bambu atau di atas plastik atau terpal sehingga tidak terkontaminasi oleh
tanaman atau pasir. Pada kondisi panas matahari, rumput laut akan kering
dalam waktu 2-3 hari. Kadar air rumput laut Eucheuma spinosum yang dicapai
dalam pengeringan berkisar 31-35%. Pada saat pengeringan akan terjadi
penguapan air laut dari rumput laut kemudian membentuk butiran garam yang
melekat dpermukaan thalusnya. Butiran garam tersebut perlu dibuang dengan
cara mengayak rumput laut kering sehingga butiran garam turun. Apabila
masih banyak butiran garam yang melekat, maka garam tersebut akan kembali
menghisap uap air di udara sehingga rumput laut menjadi lembab kembali,
akibatnya dapat menurunkan kualitas rumput laut itu sendiri. Rumput laut
dikatakan berkualitas baik apabila total garam dan kotoran yang melekat tidak
lebih dari 3-5% (Anggadiredja dkk, 2010).
Menurut Dinas Kelautan dan Perikanan (2007) Standar kadar air untuk
rumput laut yang baik adalah berkisar 20-22%.
Rumput laut yang diperjualbelikan untuk tujuan sebagai bahan makanan,
setelah proses pengeringan dilanjutkan dengan proses pemucatan caranya:
rumput laut dicuci dengan air tawar sampai bersih, kemudian direndam dengan
air sebanyak 20 kali berat rumput laut selama tiga hari. Pemucatan dilakukan
dengan cara merendam rumput laut dengan larutan kapor tohor (CaO) 5%
sambil diaduk selama 4-6 jam, setelah itu dicuci, kemudian dikeringkan
selama dua hari. Setelah kering dikemas dan siap untuk dipasarkan (Indriani
dan Sumiarsih, 1999).
II.3.
Kadar Abu
II.3.1. Pengertian Abu
Kadar abu merupakan campuran dari komponen anorganik atau mineral
yang terdapat pada suatu bahan pangan. Bahan pangan terdiri dari 96% bahan
anorganik dan air, sedangkan sisanya merupakan unsur-unsur mineral. Unsur
juga dikenal sebagai zat organik atau kadar abu. Kadar abu tersebut dapat
menunjukan total mineral dalam suatu bahan pangan. Bahan-bahan organik
dalam proses pembakaran akan terbakar tetapi komponen anorganiknya tidak,
karena itulah disebut sebagai kadar abu (Astuti, 2009).
Abu merupakan residu anorganik yang didapat dengan cara mengabukan
komponen-komponen organik dalam bahan pangan. Jumlah dan komposisi
abu dalam mineral tergantung pada jenis bahan pangan serta metode analisis
yang digunakan. Abu dan mineral dalam bahan pangan umumnya berasal dari
bahan pangan itu sendiri (indigenous). Tetapi ada beberapa mineral yang
ditambahkan ke dalam bahan pangan, secara disengaja maupun tidak
disengaja. Abu dalam bahan pangan dibedakan menjadi abu total, abu terlarut
dan abu tak larut (Puspitasari, 1991) .
II.3.2. Metode Penentuan Kadar Abu
1. Pengabuan cara Langsung (Cara Kering)
Prinsip dari pengabuan cara langsung yaitu dengan mengoksidasi semua
zat organic pada suhu tinggi, yaitu sekitar 500 600C dan kemudian
melakukan penimbangan zat yang tertinggal setelah proses pembakaran
tersebut (Sudarmadji, 1996).
2. Pengabuan cara Tidak Langsung (Cara Basah)
Prinsip dari pengabuan cara tidak langsung yaitu memberikan reagen kimia
tertentu kedalam bahan sebelum dilakukan pengabuan. Senyawa yang biasa
ditambahkan adalah gliserol alcohol ataupun pasir bebas anorganik selanjutnya
dilakukan pemanasan pada suhu tunggi. Pemanasan mengakibatkan gliserol
alcohol membentuk kerak sehingga menyebabkan terjadinya porositas bahan
menjadi besar dan dapat mempercepat oksidasi. Sedangkan pada pemanasan
untuk pasir bebas dapat membuat permukaan yang bersinggungan dengan
oksigen semakin luas dan memperbesar porositas, sehingga mempercepat
proses penngabuan (Sudarmadji, 1996).
II.3.3. Faktor faktor yang Mempengaruhi Kadar Abu
Dalam pengeringan pangan umumnya diinginkan kecepatan pengeringan
yang
maksimum.
Terdapat
faktor-faktor
yang
memengaruhi
proses
pengeringan dalam menentukan kadar uji dan kadar abu pada biskuit yakni
luas permukaan, suhu, kecepatan
tekanan atmosfer, penguapan air dan lama pengeringan (Dr. Teti Estiasih,
S.TP.,M.P, 2009) .
II.3.4. Standar Kadar Abu yang Baik pada Rumput Laut
Kadar abu merupakan parameter untuk menunjukkan nilai kandungan
bahan anorganik (mineral) yang ada di dalam suatu bahan atau produk.
Semakin tinggi nilai kadar abu maka semakin banyak kandungan bahan
anorganik di dalam produk tersebut. Komponen bahan anorganik di dalam
suatu bahan sangat bervariasi baik jenis maupun jumlahnya. Kandungan bahan
III.
III.1.
Waktu Pelaksanaan
Hari/tanggal
: Rabu / 2 April 2014
Tempat
: Laboratorium Kimia Gedung E Lantai 1 Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro
Waktu
: 15.30 18.00 WIB
III.2.
III.2.1.Alat
No
1
Nama Alat
Oven
Gambar
Fungsi
Untuk
mengurangi
kadar air di
dalam bahan
Furnace
Merubah
bahan menjadi
abu
Desiccator
Untuk
mengeringkan
suatu padatan
Neraca
Untuk
menimbang
massa benda
Alumunium foil
Sebagai wadah
rumput laut
Cawan porselain
Sebagai wadah
rumput laut
Penjepit
Untuk
mengambil
bahan
dari
desiccator atau
oven
III.2.2.Bahan
No
1
Nama Bahan
Sargassum
Polycytum
Gambar
Fungsi
Sebagai bahan
uji
III.3.
Metode
III.3.1.Penentuan Kadar Air
1. Alumunium foil dikeringkan dalam oven selama 15 menit.
2. Alumunium foil diambil menggunakan penjepit, dan dimasukkan kedalam
ca
x 100%
Berat sampel
Dimana :
c = berat cawan porselen (gr)
a = berat rumput laut + cawan (gr)
IV.
IV.1.
Hasil
IV.1.1. Kadar Air
1.
Berat Alumunium Foil
2.
Berat sampel
3.
Berat awal setelah dioven
4.
Kadar air
= 1,85 g
=5g
= 5,89 g
= 14,01%
= 33,9 g
= 4,04 g
3.
4.
= 34,73 g
= 20,54%
Pembahasan
Analisis kadar air dan kadar abu bertujuan untuk mengetahui kadar air dan
kadar abu yang terkandung dalam Sargassum polycystum. Dalam analisis
kadar air kami menggunakan metode gravimetri. Pertama yang dilakukan
adalah mengeringkan alat didalam oven untuk mengurangi kadar air yang
masih tersisa sebesar 160C selama 15 menit. Hal ini bertujuan untuk
mendapatkan berat sampel yang berbeda antara sebelum dan sesudah di oven.
Prinsip dari metode oven pengering adalah bahwa air yang terkandung dalam
suatu bahan akan menguap bila bahan tersebut dipanaskan pada suhu lebih
dari 100C selama waktu tertentu. Jadi digunakannya metode oven yaitu untuk
menghilangkan kadar air yang terkandung di dalam sampel sehingga kita dapat
menghitung kadar air dengan menggunakan perbedaan berat pada sampel.
Pada praktikum analisis kadar abu menggunakan metode pengeringan
kering, yaitu pembakaran sampel di dalam furnace dengan suhu 600C selama
4 jam yang akan mengubah sampel menjadi abu. Metode ini dipakai karena
diperlukannya suhu tinggi untuk mengubah sampel menjadi abu. Penggunaan
tanur juga dapat mengatur suhu yang diinginkan.
Hasil percobaan yang diperoleh dari dua kelompok ternyata berbeda.
Perbedaan ini mungkin dikarenakan adanya beberapa faktor, diantaranya
faktor perbedaan berat pada sampel, ketelitian dan human error, bisa juga pada
saat dilakukannya pengeringan. Pada desikator silika gel yang digunakan
sudah tiak berfungsi secara maksimal. Sehingga air yang diserap pun tidak
sempurna.
Berdasarkan penelitian Chaidir Azrawi (2006) bahwa kadar abu pada
tepung rumput laut sargassum sp yang baik adalah 15,83%. Sedangkan dari
percobaan yang dilakukan didapatkan hasil sebanyak 20,54 %, berarti rumput
laut yang di gunakan untuk percobaan memiliki kadar abu yang kurang baik.
V.
1.
2.
PENUTUP
V.1. Kesimpulan
Kadar air yang terkandung dalam sampel Sargassum Polycystum
sebanyak 14,01%.
Kadar abu yang terkandung dalam sampel Sargassum Polycystum
sebanyak 20,54% .
V.2. Saran
Untuk praktikum biokimia tahun 2014 sudah cukup baik, namun akan
lebih baik jika diberlakukan sistem pergantian kelompok yang tentunya
membuat kegiatan praktikum berjalan lebih kondusif.
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM BIOKIMIA
ANALISIS KADAR AIR DAN KADAR ABU
ASISTEN :
SETIA DEVI KURNIASIH
INTAN CHANDRA DEWI
26020110110038
26020111120002
Chaidir Azrina. 2006. Kajian Rumput Laut Sebagai Sumber serat alternatif untuk
minuman berserat. Sekolah Pascasarjana Institut pertanian Bogor. Bogor.
Dinas Kelautan dan Perikanan.2007. Budidaya Rumput Laut.DKP.Banten
Effendi, Hefiai. 2003. Telaah KualitasAir. Kanisius. Yogyakarta.
Indriani, H. dan Sumiarsih, E. (1999). Budidaya, Pengolahan dan Pemasaran
Rumput laut. Jakarta: Penebar Swadaya. Hal. 43.
Linsley, RK. Franzini, JB. 1991. Teknik Sumber Daya Air, Edisi ke-3. Jilid 2.
Erlangga, Jakarta.
Mohamad,
Anang
L.,
Nurwantoro.
2009.
Analisis
Pangan.Universitas
Diponegoro. Semarang.
Sudarmadji,S. 1989. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. PAU Pangan dan
Gizi UGM, Yogyakarta.
Vannesa. 2008. Penentuan Kadar Air dan Kadar Abu dari Gliserin. PT. Sinar
Oleochemical International. Medan.
Wibowo, Lukas. 2012. Pengolahan Rumput Laut (Eucheuma Cottoni) Menjadi
Serbuk Minuman Instan. Politeknik negeri Pontianak. Pontianak.
Winarno. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Perhitungan
1. Kadar Air
Berat Alumunium Foil
= 1,85 g
Berat sampel
=5g
= 5,89 g
1. Kadar Abu
Berat cawan porselen (a)
= 33,9 g
Berat sampel
= 4,04 g
= 34,73 g
Kadar abu =
ca
x 100%
Berat sampel
=
34,73 33,9 x 100%
4.04
= 20,54%