Anda di halaman 1dari 23

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bantuan Operasional Kesehatan


2.1.1 Definisi BOK
Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) adalah bantuan Pemerintah Pusat kepada
Pemerintah Daerah untuk percepatan pencapaian target prioritas nasional khususnya
MDGs bidang kesehatan tahun 2015, melalui peningkatan kinerja Puskesmas dan
jaringannya

serta

Poskesdes/Polindes,

Posyandu

dan

UKBM

lainnya

dalam

menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif (Kemenkes,


2015).
Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) adalah dana Anggaran dan Pendapatan
Belanja Negara (APBN) Kementerian Kesehatan dan merupakan bantuan pemerintah
pusat kepada pemerintah daerah yang disalurkan melalui mekanisme tugas pembantuan
untuk percepatan pencapaian target program kesehatan prioritas nasional khususnya
MDGs bidang kesehatan tahun 2015, melalui peningkatan kinerja Puskesmas dan
jaringannya, serta UKBM khususnya Poskesdes/Polindes, Posyandu, Usaha Kesehatan
Sekolah (UKS) dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bersifat promotif
dan preventif (Kemenkes, 2015).
Pemerintah menyadari bahwa sumber pembiayaan pemerintah daerah yang
bersumber dari APBD dianggap tidak mencukupi untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat Indonesia secara signifikan karena sebagian besar masih dibawah dari

kesepakatan Bupati/Walikota seluruh Indonesia yang menetapkan anggaran kesehatan


daerah sebesar 10% dari APBD. Selanjutnya di dalam Undang-Undang Nomor 36 tahun
2009 tentang kesehatan disebutkan bahwa untuk memberikan pelayanan kesehatan yang
berkualitas maka diupayakan modal pembiayaan baru yang lebih menitikberatkan kepada
pembiayaan langsung dari Pusat ke pusat pelayanan kesehatan berbasis komunitas di
tingkat Puskesmas. Upaya pembiayaan ini diwujudkan melalui program Bantuan
Operasional Kesehatan (Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan, 2013).
2.1.2 Tujuan Program Bantuan Operasional Kesehatan (BOK)
Adapun tujuannya menurut buku Petunjuk Teknis Bantuan Operasional Kesehatan
(BOK) tahun 2015 adalah :
1. Tujuan Umum
Mendukung peningkatan upaya kesehatan masyarakat yang bersifat promotif dan
preventif dalam mencapai target program kesehatan prioritas nasional khususnya MDGs
bidang kesehatan tahun 2015.
2. Tujuan Khusus
a. Menyediakan dukungan dana operasional program bagi Puskesmas, untuk
pencapaian program kesehatan prioritas nasional.
b. Menyediakan dukungan dana bagi penyelenggaraan manajemen Puskesmas, Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota dan Provinsi dalam pelaksanaan program kesehatan
prioritas nasional.
c. Mengaktifkan penyelenggaraan manajemen Puskesmas mulai dari perencanaan,
penggerakan/pelaksanaan lokakarya mini sampai dengan evaluasi.

2.1.3 Ruang Lingkup Kegiatan di Puskesmas


Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) utamanya digunakan untuk kegiatan
upaya kesehatan yang bersifat promotif dan prefentif di puskesmas dan jaringannya
termasuk Posyandu dan Poskesdes, dalam rangka membantu pencapaian target SPM
Bidang Kesehatan di kabupaten/kota guna mempercepat pencapaian target MDGs. Selain
itu dana BOK juga dialokasikan untuk mendukung pelaksanaan manajemen BOK di
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Ruang lingkup kegiatan yang boleh didanai dari BOK menurut buku Petunjuk
Teknis BOK 2015, adalah sebagai berikut :
a. Minimal 60% dari total alokasi dana BOK Puskesmas digunakan untuk Program
Kesehatan Prioritas melalui berbagai kegiatan yang berdaya ungkit tinggi untuk
pencapaian tujuan MDGs bidang kesehatan.
b. Maksimal 40% dari total alokasi dana BOK Puskesmas digunakan untuk Program
Kesehatan lainnya dan Manajemen Puskesmas.

Rincian ruang lingkup program kesehatan dan manajemen Puskesmas meliputi,


program kesehatan prioritas, program kesehatan lainnya dan manajemen puskesmas.
1. Program Kesehatan Prioritas
Program kesehatan prioritas yang terkait pencapaian SDGs diarahkan pada pencapaian
target:
a. SDGs 2 Upaya menurunkan prevalensi kelaparan, mencapai ketahanan pangan
dan meningkatkan gizi dan mengakhiri segala bentuk malnutrisi.

b. SDGs 3 Upaya meningkatkan system kesehatan nasional diantaranya adalah:


1) Mengurangi angka kematian ibu
2) Mengakhiri kematian bayi dan balita yang dapat dicegah
3) mengakhiri epidemi AIDS, tuberkulosis, malaria dan penyakit tropis yang

terabaikan, serta memerangi hepatitis, penyakit bersumber air dan penyakit


menular lainnya
4) mengurangisepertiga kematian prematurakibat penyakit tidak menular

melalui pencegahan dan perawatan, serta mendorong kesehatan dan


kesejahteraan mental
c. SDGs 6 Upaya meningkatkan sanitasi dan air bersih diantaranya adalah :
1) Mencapai akses sanitasi dan higiene yang cukup dan merata bagi semua

orang serta mengakhiri defekasi terbuka, memberi perhatian khusus pada


kebutuhan perempuan dan wanita serta orang-orang yang berada pada
situasi rentan
2) Meningkatkan kualitas air dengan mengurangi polusi, menghilangkan

penumpukan sampah, dan meminimalisir pembuangan kimia dan materi


berbahaya, mengurangi setengah proporsi air limbah yang tidak dimurnikan
serta meningkatkan daur ulang dan penggunaan kembali yang aman secara
global
3) Meningkatkan efisiensi penggunaan air di seluruh sektor dan memastikan

pengambilan dan suplai air tawar yang berkelanjutan untuk mengatasi


kelangkaan dan secara substansial mengurangi jumlah orang yang
mengalami kelangkaan air

4) Mengimplementasikan pengelolaan sumber daya air terintegrasi di seluruh

tingkatan, termasuk melalui kerja sama transperbatasan, sebagaimana


mestinya
5) Melindungi dan memulihkan ekosistem terkait air, termasuk pegunungan,

hutan, lahan basah, sungai, mata air dan danau


2. Program kesehatan lainnya
Ruang lingkup kegiatan program kesehatan lainnya meliputi :
a. UKM esensial di luar kegiatan prioritas SDGs berdaya ungkit tinggi antara lain
pelaksanaan penjaringan kesehatan pada anak sekolah dan tindak lanjutnya
dalam UKS, kegiatan kesehatan reproduksi bagi remaja dan calon pengantin,
penyuluhan gizi bagi pekerja perempuan termasuk kelompok resiko tinggi,
senam nifas, pelaksanaan senam ibu hamil, pelaksanaan pemantauan kebugaran
jasmani anak sekolah, remaja dan pekerja, pelaksanaan penyuluhan
pemanfaatan tanaman obat keluarga.
b. Upaya kesehatan lainnya sesuai dengan UKM Pengembangan berdasarkan
Permenkes Nomor 75 Tahun 2014, pelacakan kasus kematian ibu dan bayi,
autopsi verbal kematian ibu dan bayi.
c. Penyegaran/refreshing kader kesehatan.
d. Upaya kesehatan lainnya yang bersifat lokal spesifik.
3. Manajemen Puskesmas
a. Penyelenggaraan rapat lokakarya mini untuk menyusun Rencana Pelaksanaan
Kegiatan (RPK) atau Plan of Action (POA) Tahunan setelah Puskesmas
menerima alokasi dana BOK dari kabupaten/kota.

b. Penyelenggaraan rapat lokakarya mini bulanan atau tribulanan untuk membahas


evaluasi kegiatan bulan sebelumnya dan menyusun rencana kegiatan bulan yang
akan datang.
c. Penyelenggaraan rapat-rapat yang diperlukan ditingkat desa untuk membahas
pelaksanaan program kesehatan di tingkat desa.
d. Pelaksanaan pembinaan/supervisi kegiatan kelapangan oleh kepala Puskesmas
dan koordinator program/kegiatan.
e. Pelaksanaan konsultasi, pengiriman laporan, menghadiri undangan dan
keperluan lainnya terkait dengan BOK ke kabupaten/kota.
2.1.4 Pemanfaatan Dana BOK
Pemanfaatan dana BOK digunakan untuk dana manajemen dan dana operasional
di Puskesmas.
1. Dana Manajemen
a. Dinas Kesehatan Provinsi
b. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
c. Puskesmas , Pemanfaatan dana BOK yang digunakan untuk dana manajemen di
puskesmas, meliputi :

Pembelian ATK untuk kegiatan pendukung

Pembiayaan administrasi perbankan, apabila sesuai dengan ketentuan bank


setempat memerlukan biaya administrasi dalam rangka membuka dan
mennutup rekening bank puskesmas.

Pembelian materai

Penggandaan/fotocopy laporan

Pengiriman surat/laporan

Pembelian konsumsi rapat

2. Dana Operasional di Puskesmas


Pemanfaatan dana BOK yang digunakan untuk dana operasional di puskesmas,
meliputi :
a. Perjalanan dinas sampai dengan delapan jam yang digunakan untuk membiayai
transpor bagi petugas kesehatan dan kader kesehatan, tokoh masyarakat dan atau
tokoh agama, dalam bentuk kegiatan sebagai berikut :
- Pelaksanaan kegiatan promotif dan preventif ke luar gedung

--

Pelaksanaan rapat lokakarya mini dan musyawarah di desa.


b. Perjalanan dinas lebih dari delapan jam, yaitu membiayai transpor, uang harian
petugas kesehatan dan biaya penginapan terkait BOK ke desa dengan akses sulit
wilayah kerja Puskesmas.
c. Pembelian Barang
Pembelian barang yaitu meliputi: pembelian bahan Pemberian Makanan
Tambahan (PMT) dan peyuluhan, pembelian konsumsi rapat dan penggandaan
pedoman dan media/bahan penyuluhan pada masyarakat.
2.1.5 Pengelola BOK Tingkat Puskesmas

Pengelola BOK di Puskesmas berdasarkan Surat Keputusan KPA terdiri dari


Penanggung jawab BOK di Puskesmas adalah Kepala Puskesmas dan Pengelola
Keuangan BOK Puskesmas.
2.1.6 Indikator Kinerja BOK
Untuk mewujudkan akuntabilitas dan transparansi pengelola BOK, maka perlu
ditetapkan indikator kinerja sebagai alat untuk memantau dan mengevaluasi pelaksana
BOK. Tujuan penetapan indikator kinerja ini adalah untuk penilaian kinerja internal
jajaran kesehatan setiap tingkatan dan untuk penilaian kinerja eksternal Kementerian
Kesehatan terkait dengan pengelolaan BOK dan transparansi publik. Indikator kinerja
BOK meliputi aspek manajemen dan aspek program.
a. Aspek Manajemen di Puskesmas
Puskesmas mempublikasikan laporan pemanfaatan dana BOK di papan
pengumuman Puskesmas atau kantor camat setiap 3 bulan.
b. Aspek Program di puskesmas
Cakupan pencapaian indikator program kesehatan, yang diselenggarakan oleh
Puskesmas yang berasal dari berbagai sumber biaya termasuk BOK. Target ditetapkan
oleh masing-masing Puskesmas serta kabupaten/kota. Laporan cakupan program
dikirimkan secara berjenjang dari Puskesmas kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota,
Dinas Kesehatan Provinsi dan seterusnya sampai ke tingkat pusat. Pelaporan yang
bersifat rutin menggunakan format dan mekanisme yang telah ditetapkan meliputi :
1. Laporan kegiatan puskesmas menggunakan format laporan yang selama ini
berlaku

2. Laporan keuangan sesuai ketentuan Sistem Akuntansi Instansi, selain itu Dinas
Kesehatan Kabupaten/kota dan Provinsi juga menyususn laporan yang diterima.

2.2 Promosi Kesehatan


2.2.1 Difinisi Promosi Kesehatan
Promosi Kesehatan di Puskesmas adalah upaya puskesmas untuk meningkatkan
kemampuan pasien, agar dapat mandiri dalam mempercepat kesembuhan dan
rehabilitasinya, dalam meningkatkan kesehatan, mencegah masalah kesehatan dan
mengembangkan upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat melalui pembelajaran dari,
oleh, untuk dan bersama mereka, serta didukung kebijakan publik yang berwawasan
kesehatan (Hartono, 2010).
Pelayanan kesehatan promotif adalah suatu kegiatan dan atau serangkaian
kegiatan pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan kegiatan yang bersifat promosi
kesehatan. Pelayanan kesehatan preventif adalah suatu kegiatan pencegahan terhadap
suatu masalah kesehatan/penyakit.
Promosi Kesehatan adalah program kesehatan yang dirancang untuk membawa
perubahan (perbaikan), baik didalam masyarakat sendiri, maupun didalam orgaisasi dan
lingkungannya (lingkungan fisik, sosial budaya, politik). Promosi kesehatan tidak hanya
mengaitkan diri pada peningkatan pengetahuan, sikap dan praktik kesehatan saja, tetapi
juga meningkatkan atau memperbaiki lingkungan, dalam rangka memmelihara dan
meningkatkan kesehatan masyarakat (Notoatmodjo, 2007).
Promosi kesehatan oleh Puskesmas adalah upaya Puskesmas untuk meningkatkan
kemampuan masyarakat agar dapat mandiri dalam mempercepat kesembuhan dan

rehabilitasinya, individu sehat, keluarga dan masyarakat dapat mandiri dalam


meningkatkan kesehatan, mencegah masalah-masalah kesehatan dan mengembangkan
upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan
bersama sesuai sosial budaya serta didukung kebijakan publik yang berwawasan
kesehatan (Kemenkes RI, 2011).
2.2.2 Sasaran Promosi Kesehatan
Dalam pelaksanaan promosi kesehatan terdapat tiga (3) jenis sasaran, yaitu :
1. Sasaran Primer
Sasaran Primer (utama) upaya promosi kesehatan yaitu pasien, individu sehat, dan
keluarga (rumah tangga) sebagai komponen dari masyarakat.
2. Sasaran Sekunder
Sasaran sekunder adalah para pemuka masyarakat, baik pemuka informal
(pemuka adat, pemuka agama, dll) maupun pemuka formal (petugas kesehatan, pejabat
pemerintahan, dll), organisasi kemasyarakatan dan media massa.

3. Sasaran Tersier
Sasaran tersier adalah para pembuat kebijakan publik yang berupa peraturan
perundang-undangan di bidang kesehatan dan bidang-bidang lain yang berkaitan
serta mereka yang dapat memfasilitasi atau menyediakan sumber daya.
2.2.3 Strategi Promosi Kesehatan
Strategi promosi kesehatan terdiri dari tiga (3) yaitu : Pemberdayaan yang didukung oleh
bina suasana, advokasi serta dilandasi oleh semangat dan kemitraan.
1. Pemberdayaan

Pemberdayaan adalah pemberian informasi dan pendampingan dalam mencegah


dan menanggulangi masalah kesehatan, guna membantu individu, keluarga atau
kelompok-kelompok masyarakat menjalani tahap-tahap tahu, mau dan mampu
mempraktikan PHBS.
2. Bina suasana
Bina Suasana adalah pembentukan suasana lingkungan sosial yang kondusif dan
mendorong dipraktikkannya PHBS serta penciptaan panutan-panutan dalam mengadopsi
PHBS dan melestarikannya.
3. Advokasi
Advokasi adalah pendekatan dan motivaasi terhadap pihak-pihak tertentu yang
diperhitungkan dapat mendukung keberhasilan pembinaan PHBS baik dari segi materi
maupun non materi.
2.2.4 Indikator Keberhasilan Promosi Kesehatan di Puskesmas
Agar pemantauan dan evaluasi dapat dilakukan secara paripurna, maka indikator
keberhasilan ini mencakup indikator masukan (input), indikator proses, indikator
keluaran (output), dan indikator dampak (outcome).

a. Indikator Masukan
Masukan perlu yang diperhatikan adalah yang berupa komitmen, sumberdaya
manusia, sarana/peralatan dan dana. Oleh karena itu, indikator masukan ini dapat
mencakup :

Ada/tidaknya komitmen kepala Puskesmas yang tercermin dalam Rencana Umum

Pengembangan Promosi Kesehatan Puskesmas.


Ada/tidaknya komitmen seluruh jajaran yang tercermin dalam Rencana

Operasional Promosi Kesehatan Puskesmas.


Ada/tidaknya petugas promosi kesehatan Puskesmas sesuai denagn standar tenaga

promosi kesehatan Puskesmas.


Ada/tidaknya petugas promosi kesehatan dan petugas-petugas kesehatan lainnya

yang sudah dilatih.


Ada/tidaknya sarana dan peralatan promosi kesehatan Puskesmas sesuai dengan

standar sarana/peralatan promosi kesehtaan Puskesmas.


Ada/tidaknya dana di Puskesmas yang mencukupi untuk penyelenggaraan
promosi kesehatan di Puskesmas.

b. Indikator Proses
Proses yang dipantau adalah proses pelaksanaan promosi kesehatan puskesmas
yang meliputi promosi kesehatan di dalam gedung dan promosi kesehatan di masyarakat.
Indikator yang digunakan disini meliputi :

Pelaksanaan kegiatan promosi kesehatan di dalam gedung (setiap tenaga


kesehatan melakukan promosi atau diselenggarakan klinik khusus, pemasangan
poster, dll), yaitu sudah atau belum, dan atau frekuensinya.

Kondisi media komunikasi yang digunakan (poster, spanduk, dll), yaitu masih
bagus atau sudah rusak.

Pelaksanaan kegiatan promosi kesehtaan di masyarakat (kunjungan rumah dan


pengorganisasian masyarakat), yaitu sudah atau belum.

c. Indikator Keluaran

Keluaran

yang

dipantau

adalah

keluaran

dari

kegiatan-kegiatan

yang

dilaksanakan, baik secara umum maupun secara khusus. Oleh karena itu, indikator yang
digunakan disini adalah berupa cakupan dari kegiatan, misalnya:

Apakah semua petugas kesehatan Puskesmas telah melaksanakan promosi


kesehatan ( yaitu pemberdayaan/konseling).

Berapa banyak pasien/klien yang sudah dilayani oleh berbagai kegiatan promosi
kesehatan dalam gedung (konseling, bibblioterapi, dll).

Berapa banyak keluarga yang telah mendapat kunjungan rumah oleh Puskesmas.

Berapa banyak kelompok masyarakat yang sudah digarap Puskesmas denagn


pengorganisasian masyarakat.

d. Indikator Dampak
Indikator dampak mengacu pada tujuan dilaksanakannya promosi kesehatan
Puskesmas, yaitu terciptanya PHBS di masyarakat. Oleh sebab itu, kondisi ini sebaiknya
dinilai setelah promosi kesehatan Puskesmas berjalan beberapa lama, yaitu melalui upaya
evaluasi. Tatanan yang dianggap mewakili untuk di evaluasi adalah tatanan rumah
tangga. Jadi indikator dampaknya adalah berupa : persentase keluarga atau rumah tangga
yang telah memperaktekkan PHBS. PHBS itu sendiri merupakan komposit dari sejumlah
indikator perilaku. PHBS terdiri dari beratus-ratus tindakan atau perilaku. Karena
ketrbatasan sumber daya untuk mengevaluasi, maka perlu ditetapkan beberapa perilaku
yang sangat sensitiv untuk indikator yang akan dikompositkan.
2.3 Puskesmas

2.3.1 Difinisi Puskesmas


Pusat Kesehatan Masyarakat adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan tingkat
pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai
derajat kesehatan mayarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Puskesmas
juga suatu unit pelaksana fungsional yang berfungsi sebagai pusat pembangunan
kesehatan, pusat pembinaan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan serta pusat
pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menyelenggarakan kegiatannya secara
menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan pada suatu masyarakat yang bertempat
tinggal dalam suatu wilayaxh tertentu (Azwar, 2010).
Pusat Kesehatan Masyarakat sebagai salah satu jenis fasilitas kesehatan
masyarakat tingkat pertama yang memiliki peranan penting dalam sistem kesehatan
nasional khususnya subsistem upaya kesehatan, guna untuk meningkatkan aksesibilitas,
keterjangkauan, dan kualitas pelayanan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat (Kemenkes RI, 2014).
2.3.2 Pelaksanaan Manajemen Puskesmas
Sesuai dengan Petunjuk Teknis BOK Model yang digunanakan dalam manajemen
Puskesmas adalah Model Manajemen P1-P2-P3 (Kemenkes, 2012). Manajemen
Puskemas terdiri dari P1 (Perencanaan), P2 (Penggerakan dan Pelaksanaan) dan P3
(Pengawasan, Pengendalian dan Penilaian).
1. P1 (Perencanaan) Puskesmas : Microplanning Puskesmas
Microplanning puskesmas adalah penyusunan rencana lima tahunan dengan
tahapan tiap-tiap tahun ditingkat puskesmas untuk mengembangkan dan membina Pos

Pelayanan Terpadu (Posyandu) KB Kesehatan di wilayah kerjanya, berdasarkan masalah


yang dihadapi dan kemampuan yang dimiliki dalam rangka meningkatkan fungsi
Puskesmas. Tujuan umum microplanning puskesmas adalah meningkatkan cakupan
pelayanan program prioritas yang mempunyai daya ungkit terbesar terhadap penurunan
angka kematian bayi, anak balita dan fertilitas dalam wilayah kerjanya yang pada
gilirannya dapat meningkatkan fungsi puskesmas. Sedangkan tujuan khususnya adalah:
a. Mengembangkan dan membina pos-pos pelayanan terpadu KB Kesehatan di desadesa wilayah kerja Puskemas, sesuai dengan kemampuan yang dimiliki dan
masalah yang dihadapi sehingga dapat dilaksanakan secara efektif dan efesien.
b. Meningkatkan peran serta mayarakat dalam pelayanan kesehatan.
c. Meningkatkan kemampuan staf puskesmas dalam berfikir secara analitik dan
mendorong untuk berinisiatif untuk mengembangkan ,kreasi dan motivasi
(Depkes, 1986).
Ruang lingkup microplanning adalah kegiatan pokok Puskesmas meliputi 18
kegiatan pokok. Namun demikian, mengingat dalam pelita IV perioritas diberikan pada
penurunan angka kematian bagi bayi dan anak balita serta angka fertilitas, maka
perencanaan yang dimaksud baru diarahkan pada lima program terpadu KB-kesehatan,
imunisasi dan penanggulangan diare. Kelima program tersebut mempunyai daya ungkit
terbesar terhadap upaya penurunan angka kematian bayi, anak balita dan anak fertilitas
(Sulaeman, 2014).
2. P2 (Penggerakan dan Pelaksanaan)

Lokakarya Mini Puskesmas adalah Upaya untuk menggalang kerjasama tim untuk
penggerakan dan pelaksanaan upaya kesehatan Puskesmas sesuai dengan perencanaan
yang telah disusun dari tiap-tiap upaya kesehatan pokok Puskesmas, sehingga dapat
dihindarkan terjadinya tumpang tindih dalam pelaksanaan kegiatannya. Kegiatan ini
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan tenaga puskesmas bekerjasama dalam tim
dan membina kerjasama lintas program dan lintas sektoral (Jomima, 2009).
Pedoman

Lokakarya

mini

Puskesmas

merupakan

pedoman

untuk

P2

( Penggerakan dan Pelaksanaan) yang didalamnya terdiri dari 4 komponen sebagai


berikut:
a. Penggalangan kerjasama dalam tim
Yaitu lokakarya yang dilaksanakan setahun sekali didalam lingkungan Puskesmas
sendiri, dalam rangka meningkatkan kerjasama antar petugas Puskesmas untuk
meningkatkan fungsi Puskesmas.
b. Raker Bulanan Puskesmas
Sebagai tindak lanjut rapat penggalangan kerjasama dalam tim, setiap akhir bulan
diadakan pertemuan antar tenaga Puskesmas untuk membandingkan rencana kerja
bulan yang lalu dengan hasil kegiatannya, bilamana dijumpai masalah dibahas
bersama untuk dipecahkan bersama dan kemudian menyususn rencana kerja bulan
berikutnya bagi setiap tenaga,
c. Penggalangan kerjasama Lintas Sektoral
Dalam rangka meningkatkan peran serta masyarakat dan dukungan sektor-sektor
yang bersangkutan diperlukan penggalangan kerjasama lintas sektoral, serta

dilaksanakan dalam satu pertemuan lintas sektoral setahun sekali. Untuk itu perlu
dijelaskan manfaat bersama dari pembinaan upaya peran serta masyarakat dalam
bidang kesehatan bagi sektor-sektor yang bersangkutan. Sebagai hasil pertemuan
adalah kesepakatan rencana kerja sama lintas sektoral dalam membina peran serta
masyarakat dalam bidang kesehatan termasuk keterpaduan KB Kesehatan.
d. Raker Tribulan Lintas sector
Rapat kerja tribulanan lintas sektor, sebagai tindak lanjut pertemuan
penggalangan kerja sama lintas sektor untuk mengkaji hasil kegiatan kerja sama
dan memecahkan masalah yang dihadapi.
Adapun Tujuan penggerakan dan pelaksanaan puskesmas adalah meningkatkan
fungsi puskesmas melalui peningkatan kemampuan tenaga puskesmas untuk bekerja
sama dalam tim dan membina kerja sama lintas program dan lintas sektor (Depkes,
1989).
3. P3 (Pengawasan, Pengendalian dan Penilaian) : Stratifikasi Puskesmas
Stratifikasi adalah Suatu kegiatan untuk menentukan tingkat perkembangan fungsi
puskesmas, dalam rangka peningkatan upaya kesehatan kepada masyarakat dengan
menggunakan suatu pola strategi pengelompokan Puskesmas kedalam tiga strata yaitu
strata I, strata II dan srata III. Ketiga strata tersebut digunakan dalam evaluasi terhadap
tingkat perkembanagan fungsi Puskesmas, sehingga dengan demikian pembinaan dalam
rangka peningkatan fungsi Puskesmas dapat dilaksanakan lebih terarah agar dapat
menimbulkan semangat rasa tanggungjawab dan kreatifitas yang dinamis, maka falsafah
mawas diri perlu dipupuk dan dikembangkan (Depkes, 1984).

Aspek yang dinilai dalam stratifikasi Puskemas meliputi hasil kegiatan pokok
Puskesmas, proses manajemen, termasuk berbagai lingkungan wilayah kerja Puskesmas
yang dapat berpengaruh terhadap penampilan kerja Puskesmas. Dalam stratifikasi
Puskesmaas ada tiga area yang perlu dibina, yaitu : Puskesmas sebagai wadah pemberi
pelayanan kesehatan kepada masyarakat, pelaksanaan program-program sektor kesehatan
maupun lintas sektoral yang secara langsung maupun tidak langsung menjadi
tanggungjawab Puskesmas dalam pelaksanaannya maupun penunjangnya, dan peran serta
masyarakat dalam rangka meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat dan produktif
(Sulaeman, 2014).
2.3.3 Perencanaan Tingkat Puskesmas
Sesuai dengan pedoman perencanaan tingkat puskesmas (Depkes, 2006)
penyusunan Perencanaan Tingkat Puskesmas dilakukan melalui 4 (empat) tahap sebagai
berikut :
1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini staf puskesmas yang terlibat dalam proses penyusunan
Perencanaan Tingkat Puskesmas agar memperoleh kesamaan pandangan dan pengetahuan
untuk melaksanakan tahap-tahap perencanaan.
2. Tahap Analisis Situasi
Tahap ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai keadaan dan
permasalahan yang dihadapi puskesmas melalui proses analisis terhadap data yang
dikumpulkan.
3. Tahap Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan (RUK)

Penyusunan

Rencana

Usulan

Kegiatan

(RUK)

dilaksanakan

dengan

memperhatikan hal-hal sebagai berikut :


a. Menyusun RUK bertujuan untuk mempertahankan kegiatan yang sudah dicapai
pada periode sebelumnya dan memperbaiki program yang bermasalah.
b. Menyusun rencana kegiatan yang baru yang disesuaikan kondisi kesehatan
diwilayah kerja dan kemampuan puskesmas.
Penyusunan RUK terdiri dari 2 langkah yaitu Analisa Masalah dan Penyusunan
Rencana Usulan Kegiatan.

Analisa Masalah
Analisa masalah dapat dilakukan melalui kesepakatan kelompok tim penyusun

perencanaan tingkat puskesmas dan konsil kesehatan kecamatan/ badan penyantun


puskesmas melalui tahapan :
1) Identifikasi Masalah
2) Menetapkan Urutan Prioritas Masalah
3) Merumuskan Masalah
4) Mencari Akar Penyebab Masalah
5) Menetapkan Pemecahan Masalah

Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan (RUK)

Penyusunan rencana usulan kegiatan (RUK) meliputi upaya kesehatan esensial,


upaya kesehatan pengembangan dan upaya kesehatan pengembangan dan upaya
kesehatan penunjang.
1) RUK Upaya Kesehatan Esensial
Upaya kesehatan esensial meliputi pelayanan promosi kesehatan, pelayanan
kesehatan lingkungan, pelayanan kesehatan ibu dan anak dan keluarga berencana,
pelayanan gizi dan pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit.
2) RUK Upaya Kesehatan Pengembangan
Upaya kesehatan pengembangan merupakan upaya kesehatan masyarakat yang
kegiatannya memerlukan upaya yang bersifat inovatif dan yang bersifat
ekstensifikasi dan intensifikasi pelayanan, disesuaikan dengan perioritas masalah
kesehatan, kekhususan wilayah kerja dan potensi sumberdaya yang tersedia di
masing-masing Puskesmas.
4. Tahap Penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK)
Tahap penyusunan RPK baik upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan
pengembangan, upaya kesehatan penunjang maupun upaya inovasi dilaksanakan secara
bersama-sama, terpadu dan terintegrasi. Hal ini sesuai dengan azas penyelenggaraan
Puskesmas yaitu keterpaduan.
2.3.4 Sumber Pendanaan Puskesmas
Pendanaan di Puskesmas bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD), Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), dan sumber-sumber
lain yang sah dan tidak mengikat. Pengelolaan dana di Puskesmas tersebut dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan


Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah, memperlihatkan bahwa sebagian besar urusan
Pemerintahan telah diserahkan kepada Daerah termasuk Bidang Kesehatan. Konsekuensi
logis dari penyerahan ini adalah segala sesuatu yang menyangkut perencanaan,
pembiayaan dan pelaksanaan sepenuhnya menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah
(Adisaswito, 2014).
2.3.5 Pengertian Standar Pelayanan Minamal (SPM) Bidang Kesehatan
SPM bidang kesehatan pada hakikatnya merupakan bentuk-bentuk pelayanan
kesehatan yang selama ini telah dilaksanakan oleh pemerintah kabupaten/kota. Yang
dimaksud dengan standar pelayanan minimal (SPM) adalah suatu standar dengan batasbatas tertentu untuk mengukur kinerja penyelenggaraan kewenangan wajib daerah yang
berkaitan dengan pelayanan dasar kepada masyarakat yang mencakup jenis pelayanan,
indikator dan nilai. Puskesmas sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) merupakan
unit pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia
sehingga mempunyai tugas dan tanggungjawab untuk melaksanakan SPM bidang
kesehatan (Sulaeman, 2014).

2.4 Kerangka Pikir

penelitian ini adalah penelitian deskriptif bersifat kualitatif yang lebih berkenaan
dengan intervensi terhadap data yang ditemukan dilapangan karena metode pennelitan ini
merupakan alamiah (natural setting), dimana penelitian ini merupakan instrument sebagai
kunci dalam penelitian yang dilaksanakan.
Table 2.1
Kerangka fikir

Dana
bantuan
oprasional
Kesehsatan

- Kegiatan
Promotif
- Kegiatan
Preventif

Pencapaian SPM
di bidang
kesehatan
promotif dan
preventif

1. Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) adalah bantuan Pemerintah Pusat kepada


Pemerintah Daerah untuk percepatan pencapaian target prioritas nasional khususnya
MDGs bidang kesehatan tahun 2015, melalui peningkatan kinerja Puskesmas dan
jaringannya serta Poskesdes/Polindes, Posyandu dan UKBM lainnya dalam
menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif
2. Dana BOK dimanfaatkan sepenuhnya secara langsung oleh Puskesmas untuk
pelayanan kesehatan masyarakat dan tidak dijadikan sumber pendapatan daerah
sehingga tidak boleh disetorkan ke kas daerah. Pemanfaatan dana BOK harus
berdasarkan hasil perencanaan yang disepakati dalam Lokakarya Mini Puskesmas
yang diselenggarakan secara rutin (periodik bulanan/triwulanan). Satuan biaya setiap
jenis kegiatan pelayanan kesehatan yang dibiayai BOK mengacu pada ketentuan
Peraturan Daerah (Perda). Jika belum terdapat Perda yang mengatur hal itu, maka

satuan biaya tersebut ditetapkan melalui Peraturan Bupati/Walikota atas usulan Dinas
Kesehatan Kabupaten/kota. Pelaksanaan kegiatan di Puskesmas berpedoman pada
prinsip keterpaduan, kewilayahan, efisien, dan efektif.
3. Pelayanan kesehatan promotif adalah suatu kegiatan dan atau serangkaian kegiatan
pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan kegiatan yang bersifat promosi
kesehatan. Pelayanan kesehatan preventif adalah suatu kegiatan pencegahan terhadap
suatu masalah kesehatan/penyakit.
4. Standar Pelayanan Minimal (SPM) adalah suatu standar dengan batas-batas tertentu
untuk mengukur kinerja penyelenggaraan kewenangan wajib daerah yang berkaitan
dengan pelayanan dasar kepada masyarakat yang mencakup jenis pelayanan,
indikator dan nilai.

Anda mungkin juga menyukai